Anda di halaman 1dari 5

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI PERBANKAN

MENURUT UU NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH


Muhammad Tasnim Taheras
22190214683
Program Pascasarjana Hukum
Keluarga Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau
2022

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk men. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kepustakaan yaitu dengan cara mencari berbagai referensi mengenai permasalahan yang
akan diteliti lalu memaparkan pada suatu konsep. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa ada banyak hadis yang membahas mengenai nafkah. Namun, pada
karya tulis ini dipaparkan ada lima hadis yaitu tiga hadis mengenai kewajiban suami
menafkahi istri, nafkah adalah sedekah dan nafkah istri kepada keluarga. Berdasarkan
hadis-hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa wajibnya suami menafkahi isteri, anak dan
pembantu yang berada di bawah tanggungan suami. Bentuk nafkah yang disebutkan dalam
hadis ada dua yakni pakaian dan makanan serta kebutuhan keluarga. Selain itu, dapat
disimpulkan bahwa nafkah adalah sedekah jika dibarengi niat karena Allah SWT. Hadits
terakhir mengenai nafkah istri kepada keluarga menjelaskan bahwa istri tidak wajib
mencari nafkah tapi hukumnya boleh jika suami lemah (tidak mampu) memenuhi
kebutuhan keluarga.

Kata Kunci: Perlindungan konsumen, UU No. 21 Tahun 2008

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan Bank Syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat


pesat, dibuktikan dengan munculnya berbagai macam bank syariah dengan penawaran-
penawaran yang menguntungkan konsumen. Sebagai lembaga perantara financial yang
melakukan mekanisme pengumpulan dan penyaluran dana secara seimbang, sesuai
ketentuan yang berlaku. Menurut ajaran Islam lembaga pebankan adalah suatu institusi
perekonomian yang merupakan wujud muamalah. Perbankan sebagai salah satu institusi

1
ekonomi dalam sistem ekonomi Islam. Bank Syariah transaksinya berprinsip pada tiga
hal yaitu, efisiensi, keadilan dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada prinsip saling
membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan/ margin sebesar mungkin.

Dalam p elaksanakan kegiatan usahanya”. Bank Islam atau selanjutnya disebut


dengan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada
bunga. Bank Syariah atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga adalah lembaga
keuangan atau perbankan yang operasional atau produknya dikembangkan berlandaskan
pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Dengan kata lain, menurut
ketentuan UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 angka 7
mengenai pengertian dari “Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis akan mengkaji mengenai


perlindungan konsumen dalam transaksi perbankan menurut UU No. 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah

2. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan penulis, tujuan karya tulis ini adalah
untuk menjabarkan mengena perlindungan konsumen dalam transaksi perbankan
menurut UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta implementasinya.

B. PEMBAHASAN

1. Tinjauan Umum tentang Bank Syariah

Menurut Edy Wibowo bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah islam bank ini tata. cara beroperasinya sesuai dengan kententuan-
ketentuan al-Quran dan hadist. Bank yang beroperasi nya sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah islam maksudnya adalah bank yang dalam beroperasinya itu mengikuti
ketentuan-ketentuan syariah Islam, khusunya yang menyangkut tata cara bermuamalah

2
dalam secara Islam.

Definisi lainnya dari Sutan Remy, bank syariah adalah lembaga yang berfungsi sebagai
intermediasi yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-
dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan tanpa
berdasarkan prinsip bunga, melainkan berdasarkan prinsip syariah.

Kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah yang kegiatan usahanya tidak
mengandung unsur-unsur antara lain;

a. Riba yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil ) antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas dan waktu
penyerahan (fadlh), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan
nasabah penerima fasilitas mengembalikan dana yang di terimah melebih pokok
pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah).

b. Maysir, yaitu transaksi yang di gantungkan pada suatu keadaan yang tidak pasti dan
bersifat untung-untungan.

c. Gharar yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak di ketahui
keberadaannya atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan, kecuali di
atur lain dalam syariah.

Secara garis besar, produk yang di tawarkan oleh perbankan syariah terbagi menajdi
tiga bagian besar yaitu produk penghimpunan dana (funding), produk penyaluran dana
(financing) dan produk jasa (service).

1. Produk Penghimpun Dana (funding)

a) Tabungan Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomo 21 tahun 2008


merupakan simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan yang telah
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek bilyet giro atau di persamakan
dengan itu. Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang besifat likuid,
artinya produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah membutuhkan,

3
tetapi bagi hasil ditawarkan kepada nasabah penabung kecil.

b) Deposito menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No.21 tahun 2008 adalah


investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah, yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank
syariah atau Unit Usaha Syariah.

c) Giro menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 tahun 2008 adalah


simpanan berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet, giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau
dengan perintah pemindah bukuan.

2. Produk penyaluran Dana/pembiayaan (financing)

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga dengan kata lain pembiyaan adalah pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakana.

3. Produk Jasa (service)

Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediares (penghubung) antara pihak


yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana, bank syariah dapat pula
melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat
imbalan berupa sewa atau keuntungan.

4. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Nasabah

5. Lembaga Terkait Perlindungan Nasabah Bank Syariah

6. Implementasi UU No. 21 Tahun 2008 Mengenai Perlindungan Konsumen


Dalam mengkaji mengenai Undang – Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Bank
Syariah tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai yang menjadi dasar
diterapkannya peraturan tersebut. Selain itu upaya perlindungan nasabah secara umum
diperlukan sebuah mekanisme yang pasti. Selanjutnya mekanisme tersebut

4
dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, seperti: 1
a. Peningkatan perlindungan dan pemberdayaan nasabah dalam rangka menjamin hak –
hak nasabah dalam berhubungan dengan bank.
b. Mempercepat tindak lanjut penanganan dan penyelesaian pengaduan nasabah,
sehingga dapat menanggulangi resiko dan dapat meningkatkan kembali kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga perbankan.
Konsumen dapat diartikan sebagai pemakai terakhir dari produk yang diserahkan
kepada mereka dari pengusaha. Nasabah dalam konteks Undang – Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan dibedakan menjadi dua, yaitu nasabah penyimpan dan nasabah debitur yang
dapat diartikan sebagai berikut :2
a. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di Bank dalam
bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.
b. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
perjanjian bank dengan nasabah yang berkaitan.

7. Analisis Penggunaan UU No. 21 Tahun 2008 Mengenai Perlindungan Konsumen

1
2

Anda mungkin juga menyukai