Anda di halaman 1dari 8

PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DALAM PRINSIP

SYARI’AH

Haykal Afdhol Bagaskara


haykalbagas903@gmail.com
Fakultas Hukum Universitas Jember

PENDAHULUAN

Kredit dan pembiayaan dalam industri perbankan saat ini merupakan


sumber utama penghasilan yang sekaligus sebagai sumber risiko terbesar dalam
organisasi bisnis ini, baik perbankan konvensional maupun perbankan syariah.
Bank syariah adalah bank yang menjalankan prinsip-prinsip syariah dengan tidak
berorientasi terhadap bunga. Menurut Antonio (2001:39), riba adalah penambahan
atas harta pokok karena unsur waktu. Riba ini dapat diartikan sebagai bunga
dalam perbankan konvensional. Konsep ekonomi Islam menganggap bahwa riba
merupakan perbuatan yang haram hukumnya.

Prinsip dasar perbankan konvensional berbeda dengan perbankan syariah.


Hal yang paling mendasar adalah tidak adanya perisitilahan kreditur dan debitur.
Proses pembiayaan dalam perbankan syariah merupakan suatu bentuk
kesepakatan antara bank dengan nasabah tertentu untuk keperluan dana dalam
membiayai kegiatan atau aktivitas tertentu.1 Menurut Kasmir (2008:96)
menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengannya berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain dengan mewajibkan pihak yang dibiayai tersebut
mengembalikan sesuai dengan jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil. Pembiayaan pada perbankan syariah menerapkan prinsip kehati-hatian
dalam proses penyalurannya, sehingga dalam pengelolaannya selalu berdasarkan
asas kehati-hatian. Bank sebagai lembaga intermediasi mengelola dana investasi
dari pihak kreditur dengan tata kelola kehati-hatian yaitu jaminan sebagai

1
Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama).
2012. Hlm 89.

1
pegangan pihak bank untuk memastikan nasabah melakukan prestasi yang telah
disepakati dalam akad.

Dalam proses pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah memang


tidak semuanya berjalan semestinya tanpa kendala, tetapi permasalahan-
permasalahan pembiayaan tetap di jumpai dalam pembiayaan bank syariah.
Contohnya adalah bila nasabah sudah jatuh tempo tetapi mengalami kesulitan
dalam pembayaran yang berdampak terhadap kerugian bagi bank syariah.
Walaupun begitu, bank syariah akan selalu berupaya untuk menyelamatkan
pembiayaan.2 PBI No. 13/9/PBI/2011 tentang perubahan atas PBI No.
10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah menjelaskan bahwa proses penyelesaian permasalahan pembiayaan
dalam bank syariah tidak jauh dari proses penyelesaian pembiayaan pada bank
konvensional, tergantung kepada berat ringannya masalah pembiayaan yang
dihadapi dan sebab-sebab terjadinya kemacetan pembiayaan.

PEMBAHASAN

A. Prinsip Bank Syariah

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang


No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan bahwa bank syariah adalah
bank umum yang melaksanakan kegiatan usahanya berlandaskan prinsip syariah
yang dalam menjalankan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank syariah memiliki prinsip-prinsip dalam pengoperasiannya
antara lain adalah:

a. Prinsip keadilan, yaitu penerapan imbalan dan pengambilan margin


keuntungan yang menjadi kesepakatan dan proporsionalitas antara bank
dan nasabah;

b. Prinsip kemitraan, yaitu bank sebagai intermediary institutuion melalui


skim pembiayaan;

2
Trisadini. Transaksi Bank Syariah. (Jakarta: Bumi Perkasa). 2013. Hlm. 109.

2
c. Prinsip ketentraman, yaitu sesuai dengan syariat Islam, tidak adanya unsur
riba serta penerapan zakat harta;

d. Prinsip transparansi atau keterbukaan, yaitu bank melaporkan


keuangannya yang terbuka dan berkesinambungan;

e. Prinsip universalitas, yaitu bank syariah mendukung operasionalnya tidak


membeda-bedakan suku, agama, ras dan budaya karena Islam menerapkan
prinsip Rahmatallil alamin;

f. Tidak adanya riba, atau non usurious;

g. Laba yang wajar atau legitimate profit, yaitu tidak mengedepankan laba
yang besar dalam pengoperasionalannya.

Menurut Antonio (2001) menjelaskan bahwa bank syariah juga memiliki


prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Prinsip Wadi’ah yaitu titipan dimana pihak pertama menitipkan kepada


pihak kedua selaku penerima titipan dengan konsekuensi titipan itu
sewaktu-waktu dapat diambil kembali.

b. Prinsip Mudharabah yaitu antara dua pihak dimana pihak pertama sebagai
pemilik dana dan pihak kedua sebagai pengelola dana untuk mengelola
suatu kegiatan ekonomi dengan menyepakati nisbah bagi hasil keuntungan
yang akan diperoleh, sedangkan untuk kerugian yang timbul adalah risiko
pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti apabila pengelola dana
melakukan kecurangan atau tidak amanah.

c. Prinsip Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk


menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian
keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati.

d. Prinsip Jual Beli, yaitu terdiri dari mudharabah, salam, dan ishtisna’.

e. Jasa-Jasa terdiri dari Ijarah, Wakalah, Kafalah, dan Sharf.

3
f. Prinsip Kebijakan yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam
bentuk infaq shadaqah dan lainnya serta penyaluran alqurdul hasan yaitu
penyaluran dana dalam bentuk pinjaman untuk tujuan menolong golongan
miskin dengan penggunaan produktif tanpa dimintai imbalan kecuali
pengembalian pokok hutang.3

Dari prinsip-prinsip yang diterapkan dalam bank syariah tentunya menjadi


pedoman pelaksanaan yang harus diimplementasikan oleh bank syariah maupun
oleh nasabah.

Selain prinsip-prinsip perbankan syariah yang wajib untuk dijalankan,


bank syariah memiliki analisis kelayakan pembiayaan yang harus diperhatikan
dan dinilai yaitu dengan tahap 5C yang berupa:

a. Character nasabah yang berupa keterikatan sifat dari personality nasabah


apakah bersifat jujur, amanah, dapat dipercaya atau tidak;

b. Capacity nasabah yaitu kemampuan nasabah dalam menjalankan


usahanya;

c. Capital nasabah yaitu besarnya modal;

d. Collateral nasabah yaitu jaminan yang mampu diberikan nasabah kepada


bank; dan

e. Condition dari nasabah yang berupa penilaian kondisi usaha dari nasabah
itu sendiri.

B. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Penyelesaian pembiayaan dalam dunia industri perbankan diartikan


sebagai upaya dan langkah bank dalam usaha mengatasi permasalahan
pembiayaan yang dihadapi oleh nasabah yang masih memiliki prospek usaha yang

3
Hamzah Hafied, M. Nassir. Lembaga Keuangan Syariah (Teori dan Penelitian Empiris).
(Makassar: PT. Umitoha Ukhuwah Grafika). 2013. Hlm. 22.

4
baik ke depan, tetapi mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau kewajiban-
kewajiban lainnya agar nasabah dapat memenuhi kembali kewajibannya.

Penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank syariah dapat dilakukan


dengan adanya langkah-langkah awal yang ditujukan untuk mengetahui gejala
pembiayaan yang berpotensi bermasalah. Bank syariah tersebut harus segera
melakukan upaya penyelesaian pembiayaan sebelum masalah tersebut
menimbulkan kerugian bagi pihak bank. Langkah-langkah dalam menghindari
permasalahan pembiayaan dapat dilakukan dengan upaya preventif atau
pencegahan. Hal ini dilakukan dengan cara menganalisa nasabah dimana
diperlukan agar bank memeroleh keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan
dapat dikembalikan oleh nasabahnya.

Dalam PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pembiayaan Bagi Bank


Syariah dan Unit Usaha Syariah diatur mengenai cara penyelesaian permasalahan
pembiayaan yaitu dengan cara:

a. Rescheduling, yaitu dengan melakukan penjadwalan kembali atas jangka


waktu pembayaran serta memperkecil jumlah pembayaran atau akad dan
margin baru. Kebijakan ini berkaitan dengan jangka waktu kredit sehingga
keringanan yang dapat diberikan adalah memperpanjang jangka waktu
pembayaran; memperpanjang jarak waktu angsuran; penurunan jumlah
untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka waktu
pembayaran.

Rescheduling ini hanya diberikan kepada dbitur-debitur yang memenuhi


kriteria yang telah ditentukan oleh bank, yaitu: nasabah kooperatif dan
usaha nasabah yang masih berjalan dengan baik.

b. Reconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan


pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah angsuran,
jangka waktu dan atau pemberian potongan sepanjang tidak memnuhi sisa
kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain:

5
penundaan pembayaran bunga; penurunan suku bunga; dan pembebasan
bunga.

c. Restructuring, yaitu dengan melakukan perubahan persyaratan


pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling dan reconditioning antara
lain: penambahan dana fasilitas pembiayaan bank; konversi akad
pembiayaan; konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah
berjangka waktu menengah; dan konversi pembiayaan menjadi pernyataan
modal pada perusahaan.

d. Penyitaan jaminan atau agunan yang merupakan jalan terakhir apabila


nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik atau sudah tidak
mampu lagi dalam membayar utang-utangnya.4

C. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Faktor penyebab pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh dua


faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor
yang berasal dari dalam tubuh perusahaan itu sendiri (sebagai nasabah), dan
faktor-faktor utama yang mendominasi adalah faktor manajerial. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang ditimbulkan dan berada di luar kekuasaan
manajemen perusahaan sepertiadanya keadaan force majeure (bencana alam,
krisis ekonomi dan peperangan).

Faktor internal bank diantaranya yaitu:

a. Kemampuan dan naluri bisnis analis kredit belum memadai;

b. Analisis kredit tidak memiliki integritas yang baik;

c. Para anggota komite kredit tidak mandiri;

d. Pemutus kredit tidak independen dan terpengaruh dari pihak eksternal;

e. Pengawasan bank setelah kredit tidak memadai;

4
Bambang Rianto Rustam. Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia. (Jakarta:
Salemba Empat). 2013. Hlm. 59.

6
f. Pemberian kredit yang kurang cukup atau berlebihan jumlahnya
dibandingkan dengan kebutuhan yang sesungguhnya;

g. Bank tifdak mempunyai perencanaan kredit yang baik dan matang.

Sedangkan faktor-faktor internal nasabah yaitu:

a. Perpecahan di antara para pemilik/pemegang saham;

b. Key person dari perusahaan yang tidak dapat digantikan oleh orang lain
dengan segera;

c. Tenaga ahli/ yang menjadi tumpuan perusahaan meninggal dunia;

d. Perusahaan tidak efesien seperti terjadinya overhead cost tinggi.

Faktor eksternal bank dan nasabah yaitu:

a. Feasibility study tidak dibuat dengan benar;

b. Laporan yang dibuat oleh akuntan publik tidak dibuat dengan benar;

c. Kondisi ekonomi bisnis yang menjadi asumsi pada waktu kredit diberikan
berubah.5

PENUTUP

Industri perbankan syariah memiliki prinsip-prinsip sesuai dengan


ketentuan agama Islam sebagai landasannya dalam mengoperasikan tugas dan
fungsinya sebagai bank. Hal yang paling mendasar perbedaan antara bank
konvensional dengan bank syariah adalah tidak adanya bunga/ riba dan orientasi
bank syariah bukan terhadap penghasilan yang tinggi. Prinsip-prinsip perbankan
syariah menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-
Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjadi pedoman berjalannya bank
syariah di Indonesia.

5
Wangsawidjaja. Op.cit. Hlm 92.

7
Proses penyelesaian permasalahan pembiayaan dalam bank syariah diatur
dalam PBI No. 10/18/PBI/2008 tentang Penyelesaian Pembiayaan Bagi Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Berbagai macam faktor penyebab permasalahan
pembiayaan berasal dari internal maupun eksternal pihak bank.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Rianto Rustam. 2013 Manajemen Risiko Perbankan Syariah di


Indonesia. (Jakarta: Salemba Empat).

Hamzah Hafied, M. Nassir. 2013. Lembaga Keuangan Syariah (Teori dan


Penelitian Empiris). (Makassar: PT. Umitoha Ukhuwah Grafika).

Trisadini, Transaksi Bank Syariah. 2013. (Jakarta: Bumi Perkasa).

Wangsawidjaja. 2012. Pembiayaan Bank Syariah. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama).

Anda mungkin juga menyukai