Setiap Muslim pasti akan merasa senang dengan hadirnya bulan Ramadhan yang penuh
rahmat dan maghfirah ini. Kegembiraan bulan suci Ramadhan tersebut diaspresiasikan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam haditsnya: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Telah
datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa
padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan
dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan.
Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (Hadis shahih, dan
diriwayatkan oleh An –Nasa’i)
Kalimat “bulan yang diberkahi” telah cukup menjadi alasan mengapa kita harus gembira
dengan Ramadan. Tidak menutup kemungkinan pula kegembiraan ini membawa kepada seluruh
aktifitas kehidupan kita sebagai manusia. Tidak jarang perilaku Mslim menjadi tidak wajar
karena saking bergembiranya. Misalnya dalam kebutuhan konsumsi sehari-hari. Puasa yang
semestinya mengurangi kuantitas atau jumlah konsumsi malah menyajikan fakta sebaliknya.
Bulan puasa yang semestinya menjadi bulan untuk menahan diri. Menariknya, saat Ramadhan
tingkat konsumsi masyarakat malah semakin meningkat. Sajian meja makan saat berbuka harus
istimewa. Walaupun harga minyak goreng tetap sama.
Konsumsi dalam Islam adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
jasmani/rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiannya sebagai hamba Allah
untuk mendapatkan kebahagian dan kesejahteraan dunia dan akhirat.
Lalu bagaimana cara dan prinsip prinsip mengkonsumsi baik itu makanan, barang dan
jasa dalam Islam?
1. Halal
Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang
nyata bagimu. (AL-Baqarah 168)
Kehalan meruapakan hal yang utama dalam mengkonsumi makanan, barang dan jasa.
halal disni bukan hanya dzatnya seperti tidak memakan bangkai, babi, minuman keras
dsb. Tapi halal dalam memperolehnya yaitu menghindari transaksi yang diharamkan
dalam islam. Misalnya: Tadlis (tipu menipu dalam transaksi jual beli), Maisir (judi,
taruhan), riba (penambahan nilai atau bunga melebihi jumlah pinjaman saat
dikembalikan), riswah (suap menyuap), ikhtikar (menimbun barang), Ba’i najasy atau
manipulasi permintaan dengan cara menciptakan penawaran palsu dsb.
Kehalalan merupakan hal yang utama dalam konsumsi. Karena apa yang kita
konsumsi, apa yang kita gunakan, yang kita pakai, kita habiskan serta yang kita makan
itulah yang akan menjadi darah daging kita yang akan membentuk sifat dan karakter
kita. Bisa jadi doa-doa kita tidak terkabul, keluarga sulit dibina padahal kita ahli ibadah
karena rezeki yang kita dapatkan adalah Haram.