Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Jumat tentang Manfaat Wudhu

Kaum muslimin sidang jamaah jumut yang berbahagia, Rahimakumullah.

Puji dan syukur Alhamdulillah marilah kita sampaikan kehadirat Allah Robbulizzati, pada
kesempatan jumat ini kita kembali dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim yaitu
shalat Jumat secara berjamaah di masjid yang kita cintai ini. Shalawat dan salam marilah kita
sampaikan kepada uswatun hasanah kita yaitu baginda nabi besar Muhammad SAW. Juga kepada
segenap keluarga dan sahabatnya, semoga kita semua yang hadir di masjid ini, kelak di huriqiyamat
mendapatkan syafaat dari beliau. Aamiin.

Mengawali khutbah singkat pada kesempatan ini, sebagaimana biasa khatib berwasiat kepada diri
pribadi saya dan kepada seluruh jamaah, marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar
taqwa yaitu melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Kaum muslimin sidang jamaah jumat yang berbahagia, Rahimakumullah.

Semua syariat Islam yang telah ditetapkan untuk umat ternyata memiliki fungsi dan manfaat yang
luar biasa, baik dari sisi duniawi maupun dari sisi ukhrawi. Dari sisi duniawi berdampak positif bagi
kemaslahatan pribadi dan sesama. Dari sisi ukhrawi, di akhirat nanti kita ditempatkan di tempat
yang mulia yaitu surga Allah SWT.

Di antara syariat yang sangat penting adalah perintah wudhu' sebelum shalat dan membaca Al
Quran. Bila kita melihat dari sisi duniawi kita akan banyak mendapatkan keuntungan diantaranya,
wudhu memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan tubuh. Di dalam buku Prayers, A Sport for The
Body and Soul, Mokhtar Salem menjelaskan, kalau berwudhu yang baik dan benar dapat mencegah
timbulnya berbagai macam penyakit.

Alasannya, orang yang berwudhu secara otomatis pasti juga membersihkan anggota tubuh dan
kulitnya. la selalu menjaga kebersihan hidungya dengan istinsyaq, tangannya, wajahnya, hingga
kedua kakinya.

Kaum muslimin sidang jamaah jumat yang berbahagia, Rahimakullah.

Itu dari sisi duniawi. Sedangkan dari sisi ukhrawi lebih dahsyat lagi. Disamping untuk mengangkat
hadats kecil, sehingga shalat kita sah, dengan berwudhu juga semua dosa dan kesalahan kita
berguguran keluar dari seluruh anggota tubuh yang kita basuh. Nabi kita bersabda:

"Tidaklah, aku tunjukkan kalian atas sesuatu yang Allah akan menghapus kesalahankesalahan
dengan sebabnya, dan mengangkat derajat pula? Mereka berkata: ya, wahai Rosulullah Nabi
bersabda: "Sempurakan wudhu pada waktu sulit, perbanyak langkah ke masjid masjid, dan
menunggu sholat setelah sholat. Itu lah ribat". (HR. Muslim)

Ternyata wudhu' itu bukanlah hal yang sepele dan tidak punya makna apa-apa. Ini semua kita
dapatkan bila wudhu' dilaksanakan dengan sempurna, baik itu niatnya maupun tatacaranya.

Semoga khutbah singkat edisi jumat ini, menjadi tambahan ilmu yang besar faedahnya bagi diri
khatib dan jamaah sekalian.
Khutbah Jumat tentang Mempersiapkan Kematian
Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat dan hidayah
Allah SWT. Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan kita nikmat iman dan Islam; karunia yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada
hamba-hamba-Nya. Semoga kita selalu termasuk yang mendapatkan hidayah-Nya serta berada
dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.

Sidang salat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Dalam Khutbah Jumat singkat ini, mari kita merenung sejenak tentang apa yang terjadi di sekitar
kita saat ini, di mana kita sedang menjalani masa pandemi Covid 19 yang sudah berjalan lebih dari
dua tahun. Sudah banyak orang yang meninggal, tidak sedikit di antara mereka adalah Saudara kita,
tiba tiba sahabat kita meninggal dunia, siapa saja dan kapan atau di mana saja bisa meninggal dunia.

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.

Kematian adalah sesuatu yang pasti kita hadapi. Sesuatu yang menjadi gerbang dari kehidupan
dunia menuju kehidupan akhirat adalah kematian.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Maka apa saja kewajiban kita dalam kehidupan ini sebagai persiapan diri kita sebelum menghadapi
kematian? Tentunya ada banyak hal. Namun setidaknya ada tiga hal yang akan kita bahas pada
kesempatan berharga ini. 

Pertama, beramal sebaik mungkin. Dalam surat Al-Mulk ayat 1-2, Allah berfirman:

1. Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. 2.
Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.

Yang kedua, menyiapkan amal yang terus mengalir pahalanya. Di antara yang dapat kita persiapkan
adalah dengan memperbanyak amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta mendidik anak kita
menjadi anak yang saleh yang dapat mendoakan kita kelak. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW.

Artinya: diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Jika manusia mati,
maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan
anak shalih yang selalu mendo`akan orang tuanya. (HR. Muslim).

Yang ketiga, berdoa agar diberikan husnul khatimah. Apakah itu husnul khatimah? Di antara tanda
utama husnul khatimah ialah apabila ia mengucap kalimat laa ilaaha illallaah di akhir hayatnya.
Dalam sebuah hadith shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallaah’ maka dia akan masuk Surga.”

Indikator lainnya dari seorang yang husnul khatimah apabila ia mengerjakan pekerjaan baik di akhir
hidupnya.

Rasulullah SAW bersabda: Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah
akan membuatnya beramal. Para sahabat bertanya; Bagaimana membuatnya beramal? beliau
menjawab: Allah akan memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia
meninggal. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Akhirnya, semoga kita menjadi hamba Allah yang berhasil dalam mempersiapkan kehidupan kita,
yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. dan Allah
menjadikan kita sebagai orang-orang yang wafat dalam keadaan husnul khatimah. 
Khutbah Jumat tentang Idul Adha

Jama'ah shalat Idul Adha yang dimulyakan Allah!

Hari raya Idul Adha adalah hari besar umat Islam, merupakan hari kemenangan, hari dihalalkannya
makanan dan diharamkan shiyam (puasa), yaitu pada tanggal 10 Dzulhijjah dan ditambah tiga hari
yaitu hari-hari Taysrik, pada tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah.

Berbicara tentang Idul Adha, berarti berbicara tentang dua sejarah umat Nabiyullah yang menjadi
cerita dalam al-Qur'an, yaitu perjalanan Nabi Ibrahim as., yang diuji oleh Allah dengan ujian yang
sangat berat, yaitu ujian di atas rata-rata ujian manusia. 

Nabi Ibrahim diperintahkan menyembelih putranya, yang mana beliau setelah mendapatkan ujian
berpuluh-puluh tahun tidak memiliki anak, setelah lahir putra kesayangannya Allah mengujinya
dengan menyuruhnya untuk menyembelih.

Berkurban merupakan amalan yang utama dan mulia, dan di dalamnya mengandung banyak
hikmah-hikmah.  Dengan berkurban, maka seorang umat mensyukuri atas segala nikmat yang
diberikannya dan yang kemudian dikurbankan lillahi Ta'ala, semata-mata karena Allah SWT.

Selain itu, dengan kita berkurban, sesungguhnya telah membantu para fakir dan miskin untuk dapat
menikmati daging qurban yang telah kita qurbankan.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berqurban, yakni sebagai berikut:

1. Usia hewan yang dikurbankan: jika berupa unta, maka usianya lima tahun, kalau sapi usianya
dua tahun, jika kambing usianya satu tahun
2. Hewan qurban yang utama: hewan qurban yang diutamakan adalah yang bagus fisiknya dan
banyak dagingnya. 
3. Adab menyembelih: tata caranya menghadap kiblat, mengawali dengan kalimat basmalah dan
takbir serta ihsan (lillahi ta'ala), dan dilarang mengasah pisau penyembelihan di depan binatang
yang diqurbankan.
4. Pembagian qurban: bagi orang yang berqurban disunahkan untuk memakan dagingnya, kecuali
daging binatang qurban yang dinadzarkan dan dita' yinkan. Selain itu, daging tersebut
dibagikan kepada para fakir dan miskin
5. Waktu berqurban: adapun waktu berqurban ang paling utama adalah setelah shalat 'Id, yaitu
pada tanggal 10 Dzulhijjah dan diteruskan hari Tasyrik tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
6. Hewan yang tidak boleh diqurbankan: ada empat binatang yang tidak dapat diqurbankan, yaitu;
buta, sakit, pincang dan kurus.
7. Bertakbir: para ulama bersepakat bahwa takbir itu hendaknya dilakukan di malam Idul adha,
sebelum shalat Idul Adha dan selama tiga hari tasyrik. Wallahu 'A'lam.
Tema Menolong Agama Allah

Khutbah I

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Tak bosan-bosannya khatib berwasiat kepada jamaah sekalian wabilkhusus kepada diri khatib
sendiri untuk senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah swt. karena tiadalah balasan yang paling
layak bagi orang bertakwa selain surga seluas langit dan bumi. Allah swt. berfirman;

Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (Q.S. Ali ‘Imran: 133)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sejatinya kita ini diminta oleh Allah swt. untuk menjadi penolong agama-Nya sebagaimana yang
termaktub dalam firman-Nya di akhir surah as-Shaff;

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa
ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi
penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata:
"Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan
segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap
musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.

Dalam surah Muhammad ayat 7 Allah swt. juga berfirman:

Artinya: Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan


menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Dari dua ayat di atas, muncul beberapa pertanyaan. Mengapa kita mesti menolong agama Allah?
Bukankah Allah Maha Kuasa untuk menolong agama-Nya? Mengapa Dia meminta kita yang
melakukannya? Apa maksud sebenarnya dari “menolong agama Allah”? Dan bagaimana
cara menolong agama Allah?

Ma’syiral Muslimin Rahimakumullah

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka terlebih dahulu kita harus paham konteks ayat itu
diturunkan. Kedua ayat di atas merupakan ayat madaniah. Ayat yang turun setelah peristiwa hijrah.
Sehingga dapat dipahami bahwa kondisi Islam ketika ayat ini turun sedang mengalami
perkembangan. Tentunya segala sesuatu yang sedang dalam proses pengembangan butuh kontribusi
aktif dari setiap yang terlibat di dalamnya. Tujuannya selain untuk mewujudkan visi bersama juga
kemaslahatan diri sendiri, tentunya.

Demikianlah ummat Islam diminta oleh Allah untuk menolong agama-Nya yang


sejatinya menolong diri mereka sendiri. Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam at-
Tirmidzi, Rasulullah saw. berpesan kepada Ibnu Abbas r.a;

Artinya: Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.

Ulama ahli hadist menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “menjaga Allah” adalah
melakasanakan segala perintahnya dan meninggalkan segala larangannya. Maka barangsiapa yang
telah menunaikan hal tersebut, yakni menjalankan perintahnya dan meninggalkan larangannya,
maka Allah akan menjaganya baik dalam urusan duniawi terlebih lagi urusan
ukhrawi. Allah menjaga agama dan keimanannya agar tidak goyah dan terombang-
ambing. Allah akan menjaganya agar terhindar dari kesesatan serta terpelihara dari nafsu syahwat
sebagaimana Allah menjaga Nabi Yusuf a.s. agar tidak terjebak ke dalam godaan
Zulaikha. Allah akan menjaga dirinya, hartanya, keturunannya, bahkan Allah sampai mengutus
malaikat khusus untuk menjaganya sebagaimana firman-Nya dalam surah dalam Surah Ar-Ra’ad
ayat 11:

Artinya: Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan
dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah swt.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama menolong agama Allah dengan berupaya memaksimalkan dan


meningkatkan kualitas ibadah kita, baik ibadah mahdah maupun ghairu mahdah, baik ibadah yang
sifatnya individu maupun ibadah sosial. Di samping itu, kita juga harus berusaha menghindari
segala perbuatan buruk yang dapat menjerumuskan kita ke jurang dosa. Semoga apa yang telah kita
kerjakan selama ini bernilai ibadah di sisi-Nya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Luangkan Waktu untuk Ibumu

Khutbah pertama

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insyaAllah selalu berada dalam naungan rahmat Allah SWT

Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
kita karunia iman dan Islam; nikmat yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya.
Semoga kita selalu mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga
akhir hayat kita.

Sebuah pujian yang hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdu lillah; segala puji hanya milik Allah.
Tidak pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia untuk merasa
berjasa, karena sejatinya segala pujian hanya milik-Nya semata.

Dan khotib mengajak dirinya sendiri serta jamaah sekalian untuk terus menguatkan ketaqwaan
kepada Allah SWT.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Al-Quran,
Surat Ali Imran, ayat 102)

Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya dan para sahabatnya.

Sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Dalam khutbah Jumat yang singkat ini, mari kita merenung sejenak sejauh mana kita telah berbakti
kepada orang tua kita, khususnya ibu kita.

Kehadiran kita di dunia ini, tidak dapat kita pungkiri, adalah dengan sebuah pengorbanan yang
sangat besar dari ibu kita. Dalam Al-Quran, Allah SWT menggambarkan dalam surat Luqman ayat
14:

Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku
kembalimu.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT,

Dalam kesempatan khutbah Jumat ini, kita akan melihat tiga peristiwa dari sekian banyak peristiwa,
yang menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap ibu.

Yang pertama; adalah peristiwa saat Nabi Isa A.S. berbicara saat masih bayi.
Sungguh adalah sebuah peristiwa yang sangat besar saat Allah menciptakan Nabi Isa A.S. tanpa
seorang ayah, untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT.

Namun kelahiran Nabi Isa A.S. sempat mendatangkan tuduhan keji kepada Maryam. Digambarkan
dalam surat Maryam ayat 27-28, yang artinya:
Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya.
Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang
sangat mungkar.

Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan
ibumu bukan seorang perempuan pezina.”

Lalu apa yang dilakukan oleh siti Maryam? Ia menunjuk Nabi Isa A.S. yang kala itu masih bayi.
Lalu Nabi Isa A.S. berkata, yang terekam dalam surat Maryam ayat 30-32

Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia
menjadikan aku seorang Nabi.

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan
kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Mari kita garis bawahi bahwa dalam peristiwa yang luar biasa tersebut, Allah menggerakkan lisan
Nabi Isa A.S. untuk mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang berbakti kepada ibuku. Dan
penjelasan ini datang setelah penjelasan bahwa beliau adalah orang yang melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat.

Dari peristiwa tersebut, jelas bahwa berbakti kepada ibu adalah bukti dari kemuliaan seseorang dan
keimanannya kepada Allah SWT.

Peristiwa yang kedua; saat Nabi Ismail A.S. ditinggal bersama ibunya di padang tandus.
Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim A.S. harus meninggalkan Nabi Ismail A.S. yang masih
bayi bersama ibunya, siti Hajar di Mekkah yang saat itu begitu tandus.

Siti Hajar bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Apakah ini adalah perintah Allah?” Ketika Nabi Ibrahim
A.S. mengiyakan, maka siti Hajar menerima perintah tersebut dengan pasrah.

Dalam suasana haus dan terik, siti Hajar lalu berusaha mencari air dari Shafa ke Marwa, hingga 7
kali ulang-alik. Dan Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, akhirnya air Zamzam muncul di
tanah dekat kaki Nabi Ismail.

Yang luar biasa adalah, peristiwa seorang ibu ini, yang berusaha untuk mencari air untuk putranya,
diabadikan oleh Allah SWT sebagai salah satu ritual dalam ibadah Haji yang disebut sa’i.

Maka siapapun yang telah menunaikan ibadah umrah dan haji selayaknya selalu ingat kebesaran
Allah dan kasih sayangnya pada Ibu dan anaknya, serta menghayati betapa besar perjuangan
seorang ibu.

Peristiwa yang ketiga adalah: saat Ibu Nabi Musa A.S. mendapat Ilham dari Allah SWT
Saat Fir’aun sedang mencanangkan untuk menghabisi seluruh anak laki-laki di negerinya, ibu Nabi
Musa A.S. teramat sedih dan khawatir bahwa putranya akan turut dihabisi.

Namun dengan kekuasaan Allah, Allah memberikan ilham kepada Ibu nabi Musa A.S.

Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir
terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula)
bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah
seorang rasul.” (Al-Quran, Surat Al-Qasas ayat 7)

Akhirnya Nabi Musa A.S. dihanyutkan ke sungai Nil, lalu ia ditemukan oleh istri Fira’un. Dan
karena bayi tersebut tidak mau menyusui kepada siapapun, akhirnya Allah mengembalikan bayi
tersebut ke pangkuan ibunya untuk disusui oleh ibunya.

Kita lihat betapa sentral peranan Ibu dari Nabi Musa A.S. dalam peristiwa di atas. Bahkan hingga
Allah memberikan ilham padanya.

Semua peristiwa di atas sangat jelas menunjukkan betapa besar perhatian Islam kepada seorang Ibu.

Ibu, begitu mulia kedudukannya, lebih berharga dari berlian. Dan dalam tingginya derajatnya itu,
cinta Ibu pada kita, sungguh tak bertepi.

Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga Allah selalu memberi kita taufiq dan hidayah-Nya.

Khutbah Kedua

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,

Dalam khutbah pertama tadi, dari tiga peristiwa tadi, sangat jelaslah betapa kedudukan Ibu
sangatlah tinggi dan menghormatinya adalah bukti keimanan kita dan tanda akan kemuliaan
seseorang. Tentunya masih banyak lagi peristiwa agung lainnya dalam sejarah Islam yang
menunjukkan keutamaan seorang ibu.

Dan mari kita ingat Hadits Rasulullah SAW

Dalam Kitab Sahih Muslim, diriwayatkan oleh Abu Hurairah, seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah SAW, siapa yang paling berhak untuk aku berbakti? Rasulullah SAW berkata; Ibumu,
lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu, lalu orang-orang yang terdekat denganmu.”

Maka, luangkanlah waktu untuk berbakti kepada ibumu. Bahkan, jadikanlah itu menjadi prioritas
waktumu. Jadikanlah berbakti kepada ibu sebagai kesempatan untuk meraih ridho-Nya dan
mendapatkan keutamaan pahalanya.

Anda mungkin juga menyukai