Anda di halaman 1dari 10

APA YANG KITA PEROLEH BILA BERPUASA?!

Sidang jum’at yang berbahagia :

Marilah kita senantiasa bertqwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya


taqida, dengan cara selalu mengerjakan apa yang diperintahkan Allah SWT, serta
meninggalkan segala larangan-larangannya.

Sehingga setiap perbuatan yang dilakukannya, tidak … yang dari ketentuan-


ketentuan Allah SWT itulah arti taqida yang diridhoi Allah SWT baik di dunia maupun
diakhirt nantinya.

Ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqoroh 183

َ ُ‫ِين مِن َق ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َّتق‬


‫ون‬ َ ‫ِب َعلَى ٱلَّذ‬
َ ‫ص َيا ُم َك َما ُكت‬
ِّ ‫ِب َعلَ ْي ُك ُم ٱل‬
َ ‫وا ُكت‬ َ ‫ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Sidang jum’at yang berbahagia .

Sebagaimana umat terdahulu telah diwajibkan puasa, yaitu para nabi beserta
pengikutnya sejak zaman Nabi Adam As begitu juga umat Nabi Muhammad Saw sampai
sekarang. Hal itu menunjukkan betapa kuatnya hokum puasa sebagai doktorin agama
kepada pemeluknya. Disamping membuktikan keberadaan puasa merupakam suatu
ibadah yang telah menjadi kegemaran bagi para nabi dan para pengikutnya yang saleh.
Karena puasa dapat membuahkan banyak kebaikan dan hikmah bagi mereka.

Dengan rasa hidmat kegembiraan serta niat yang suci islam menyambut datangnya
bulan suci Ramadhan. Tradisi mulia ini akan diikuti oleh gerak kehidupan masyarakat
yang lebih menonjolkan kepada nilai-nilai agama. Kesubukan-kesibukan akan terasa
mengarah pada kegiatan untuk mendukung kesempurnaan amalan puasa. Di masjid-
masjid dan musholla-musholla diselenggarakan shalat tarawih, ceramah-ceramah agama
dan aneka kegiatas social-keagamaan sebagai bagian ibadah sunah Ramadhan.

Alhadulillah kebiasaan yang demikian itu ternyata tidak surut, meskipun dunia
telah digoncangkan oleh peradaban modern dan lajunya teknologi yang kian merongrong
tumbuh suburnya paham sekularisme dan materialism. Bahkan sebaliknya, tantangan itu
dijawab oleh umat islam dengan kecenderungam meraka meningkatkan pengetahuan
agama dan pengalamannya selama bulan Ramadhan.

Keistimewaan dan hikmah yang ada pada bulan Ramadhan ini rupanya masih
mampu memberikan pesona kepada umat islam untuk banyak berbuat kebijakan, seperti
disinyalisir oleh Rasulullah Saw :

Ajakan yang amat halus itu kemudian ditegaskan oleh Nabi bahwa selama bulan
Ramadhan Allah membuka pintu selebar-lebar, sebaliknya telah ditutup pintu neraka dan
dibelenggu tangan-tangan setan. Tentunya kondisi ini perlu dijadikan peluang emas bagi
orang-orang saleh untuk meningkatkan amalnya, dan bagi manusia yang sering berbuat
dosa untuk bertobat meninggalkan kemaksiatannya.

Sidang Jum’at yang berbahagia.

Pada hakikatnya, semua bentuk perubahan masa dan semua ibadah adalah milik
Allah. Namun Allah telah berkenan mengistomewakan sesuatu melebihi lainnya, yaitu
bulan Ramadhan dan ibadah puasa. Sebagaimana telah banyak diungkapkan bahwa
hikmah dan rahasia ibadah puasa itu amat besar, terutama efeknya terhadap kehidupan
rohaniah maupun jasmaniah, mental, social-kemasyarakatan dan lain-lainnya.

Berpuasa akan memberikan kesadaran baru tentang nilai hidup yang lebih tinggi,
yaitu kehidupan spiritual, dari pada sekedar hidup yang hanya mementingkan meteri
keduniaan. Karena ibadah puasa begitu sarat dengan hikmah dan berkah, yang
terkandung di dalamnya nilai rohaniah. Disamping unsur rohaniah itu amat menentukan
dalam mewarnai kehidupan manusia, yang dapat memberi corak kehidupan pribadi dab
masyarakatnya.

Sidang Jum’at yang berbahagia.

Coba perhatiakan orang yang seharian berpuasa. Setelah mengekang makan,


minum dan segala yang membatalkan, tentu secara fisik ia dapat merasakan lapar, haus
dan kelesuan. Akan tetapi dengan merasakan semua itu, akan tergugah hati nuraninya
bagaimana sesungguhnya kehidupan dan nasib fakir-miskin, sehingga tergerak hasratnya
untuk mengeluarkan zakat, infak dan bersedekah. Disinilah pentingnya amaliah puasa
pada diri pelakunya, sehingga mendorong rasa kepedulian sosialnya untuk menjadi
panderma, penolong, berjiwa social dan sifat-sifat terpuji lainnya. Dengan kelebihan yang
lain, ia akan mampu mengatur keharmonisan hidupnya dalam berhubungan dengan
sesama manusia, dan kedekatannya kepada Allah Azza Wa Jalla.

Dalam hal ini puasa dapat dimisalkan sebagai pintu ibadah dan sekaligus pagar
penjaga keamanan hati manusia. Karena puasa adalah perlindungan dari segala macam
kejahatan. Ia merupakan satu-satunya ibadah yang memperoleh kemuliaan tak terhingga
dari Allah, sampai-sampai dinisbatkan kepada Zat-Nya Yang Maha Tinggi, sebagaimana
di sebutkan dalam Hadis Qudsi:

“Setiap amalan kebaikan akan memperoleh pembalasan sepuluh kali lipat samapi tujuh
ratus, kecuali puasa. Ia adalah Milik-Ku, dan Akulah yang menentukan besar
pahalanya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah)

Sidang Jum’at yang berbahagia.

Terdapat dua makna yang menyebabkan kenapa ibadah puasa mempunyai nilai-
nilai kemuliaan setinggi itu.

Pertama, karena puasa merupakan amak ibadah dalam batin, yang pelaksanaannya
dilakukan dengan rahasia, tiada disaksikan oleh orang banyak, dan tidak ada yang dapat
melihatnya kecuali Allah Swt. Berbeda dengan semua amalan ibadah selain puasa,
memungkinkan untuk dapat disaksikan.

Kedua, puasa adalah amalan yang secara langsung dapat menghinakan setan
dengan cara paksa. Karena puasa telah meredam berbagai syahwat pembangkit nafsu,
yang menjadi kubu kekuatan setan untuk menggoda manusia.

Sidang Jum’at yang berbahagia.

Sebagai penutup khutbah yang mencoba menguak sebagian kecil dari keluasan
maksna dan rahasia puasa ini. Kiranya perlu disadari bahwa di dalam melaksanakan
ibadah puasa janganlah ditujukan untuk kepentingan hikmah yang dikandungnya,
melainkan semata-mata pengabdian kepada Allah. Pun perlu dimengerti bahwa puasa
adalah sebuah ibadah yang amat menguji kejujuran dan kedisiplinan. Sebab, apakah
seseorang berpuasa atau tidak hanya dirnya dan Allah saja yang mengetahui. Karena itu
amalan puasa bersifat sangat pribadi, tidak terlihat.

Dan sebenarnyalah, puasa itu termasuk ibadah yang berat membutuhkan


ketabahan serta kesabaran. Namun demikian apabila disadari iman yang kuat dan
keyakinan yang tinggi serta didorongkan oleh rasa penyerahan diri kepada Allah, tentu
seorang muslim akan sanggup melaksanakan perintah suci itu. Dan yakinlah, bahwa
Allah akan melindungi kita baik didunia dan akhiratnya.
ISLAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dalam beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan sejumlah bencana yang terjadi
di negeri yang kita cintai ini dan hampir menimpa seluruh daerah di Indonesia, baik yang
terjadi dilaut, darat atau di udara. Mulai dari banjir, gempa bumi, tanah longsor,
kebakaran dsb.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah bencana tersebut merupakan kehendak


Tuhan? Atau kata Ebiet G. Ade, apakah alam sudah enggan bersahabat dengan kita?

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Bencana tidak akan terjadi begitu saja, Allah tidak akan sewenang-wenang
menitahkan alam untuk bergolak.

Beberapa factor terjadinya bencana alam antara lain: pertama; pandangan yang
salah terhadap alam. Pandangan sekuler di Eropa yang memandang alam sebagai objek
yang harus dieksploitasi demi kepentingan dan kenyamanan manusia. Syyed Hosen Nasr,
salah seorang pemikir Islam terkemuka dari Iran menyatakan bahwa pengaruh paham
sekuler itu telah melenyapkan dimensi spiritual dalam kehidupan Barat. Alam pun
kemudian dipandang seperti pekerja seks komersial (PSK), hanya dinikmati sepuasnya
tanpa rasa cinta dan tanggung jawab.

Akibatnya, alam mengalmai kerusakan dari waktu ke waktu karena keserakahan


manusia yang tidak memiliki cinta, kasih saying dan tanggung jawab terhadap
kelestariannya.

Ini tentu berbeda dengan perspektif agama. Dala, Surat Al-Baqarah [2]:30): agama
memandang manusia sebagai “wakil” Allah di Bumi, yang bertugas memakmurkan bumi
(surat Hud ayat 61).

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Selain itu, pandangan alam sebagai sekedar obyek untuk dieskploitasi manusia
tidak sesuai dengan paham ajaran Islam yang menjelaskan bahwa semua makhluk Allah
bertasbih kepada Allah termasul alam semesta.

Dalam Hadits riwayat Abu Hurairah, dari Nabi saw:

Sesungguhnya pernah seekor semut menggigit salah seorang Nabi, Nabi tersebut
lalu menyuruh untuk mendatangi sarang semut dan dibakarnya. Tetapi kemudian Allah
menurunkan wahyu kepadanya. Apakah hanya gara-gara seekor semut menggigitmu
lantas kamu akan membinasakan suatu umat yang selalu membaca tasbih? (Muslim)

Konsep hidup seperti tersebut diatas telah diperkenalkan oleh Prof. Dr. Harun
Nasution dalam bukunya Islam Rasional memperkenalkan sebuah istilah yang ia sebut
paham “ perikemakhlulan”
Berperikemakhlukan artinya kasih saying kepada alam, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan. Perikemakhlukan ini berdasarkan pada ayat Al-Qur’an surat Al-An’am ayat
38 yang berbunyi :
ٰٓ
ِ ‫اح ْي ِه ِإٓاَّل ُأ َم ٌم َأ ْم َثالُ ُكم ۚ مَّا َفرَّ ْط َنا فِى ْٱل ِك ٰ َت‬
‫ب مِن َشىْ ٍء ۚ ُث َّم‬ ِ ْ‫َو َما مِن دَٓا َّب ٍة فِى ٱَأْلر‬
ٍ ‫ض َواَل َط‬
َ ‫ِئر يَطِ ي ُر ِب َج َن‬
َ ‫ِإلَ ٰى َرب ِِّه ْم يُحْ َشر‬
‫ُون‬
Artinya: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu”

Komitmen seperti ini amat sangat dibutuhkan oleh umat kita dalam upaya menjaga
dan memelihara kelestarian alam dan lingkungan. Pohon-pohon dan tanaman harus
dipelihari, jangankan dalam suasana damai, dalam masa perang pun terlarang
menebangnya kecuali seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan penciptaan dan
demi kemaslahatan.

Dengan demikian, manusia khususnya umat Islam bukan saja dituntut agar tidak
alpa atau angkuh terhadap ciptaan Tuhan, tetapi juga dituntut untuk memperhatikan apa
sebenarnya yang dikehendaki oleh pemilik (Allah) menyangkut ciptaannya itu.

Sebaliknya, bencana alam terjadi adalah karena ulah, sikap dan perbuatan manusia
sendiri yang merusak alam. Tindakan seperti itu disebut oleh agama fasad, tindakan yang
mengakibatkan kerusakan, disharmoni dan ketidakseimbangan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Factor kedua sebab timbulnya bencana alam adalah akibat hidup mewah.

Hidup mewah membuat manusia lupa daratan, lalu memperturunkan hawa


nafsunya. Memakai istilah aji mumpung dan berbuat semuanya. Lebih fatal lagi apabila
dilakukan oleh orang-orang yang diberi kekuasaan memegang jembatan. Maka ini bias
melahirkan Firaun dan Namrudz.

Faktor yang ketiga adalah, akibat dosa dan perbuatan maksiat. Dosa dan maksiat
sangat menjamur dimana-mana, sehingga menggiring manusia ke lembah kehancuran
sebagaimana firman Allah dalam surat Al-An’am [6] : 6
ٰ
‫ض َما لَ ْم ُن َم ِّكن لَّ ُك ْم َوَأرْ َس ْل َنا ٱل َّس َمٓا َء َعلَي ِْهم م ِّْد َرارً ا َو َج َع ْل َنا‬ ِ ْ‫َألَ ْم َي َر ْو ۟ا َك ْم َأهْ لَ ْك َنا مِن َق ْبل ِِهم مِّن َقرْ ٍن َّم َّك َّن ُه ْم فِى ٱَأْلر‬
َ ‫وب ِه ْم َوَأن َشْأ َنا@ م ِۢن َبعْ ِد ِه ْم َقرْ ًنا َء‬ ٰ
‫ين‬
َ ‫اخ ِر‬ ِ ‫ٱَأْل ْن ٰ َه َر َتجْ ِرى مِن َتحْ ت ِِه ْم َفَأهْ لَ ْك َن ُهم@ ِب ُذ ُن‬
Artinya: Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah
Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan
Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir
di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan
Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.
Akhirnya, apakah kita akan menunggu bangsa dan generasi sekaranf musnah
terlebih dahulu akibat dosa dan maksiat mereka?

Kemudian menunggu generasi barikut, barulah tumbuh generasi yang baik?


Jawabannya tentu tidak, asalkan sekarang semua yang berdosa dan bermaksiat segera
bertobat.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa haraoan dan cita-cita untuk
mewujudkan lingkungan yang sejuk, bersih dan hijau adalah tugas dan tanggung jawab
kita bersama. Pelanggatan terhadap etika dan hukum Islam tentang lingkungan hidup itu
akan membawa kepada krisis lingkungan yang berkepanjangan, sehingga terjadi musibah
dan bencana alam dimana-mana adalah karena ulah, sikap dan perbuatan manusia sendiri
yang merusak alam.
BUKTI-BUKTI KEIMANAN

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa berusahan mempertahan dan menumbuhsuburkan


keimanan, ke Islaman dan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan berusaha
semaksimal dan seoptimal mungkin untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya.

Seharusnya menjadi ketetapan wahyu. Isyarat kisah, arahan dan sentuhan yang
menggerakkan hati bahwa manusia menjadi beriman kepada Al-Qur’an. Namun,
kebanyakan manusia tetap tidak mau beriman

َ ‫ت ِبمُْؤ ِمن‬
‫ِين‬ ِ ‫َو َمٓا َأ ْك َث ُر ٱل َّن‬
َ ْ‫اس َولَ ْو َح َرص‬

Artinya: Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman -- walaupun kamu
sangat menginginkannya. (Yusuf : 103)

Ayat ini memberikan isyarat bahwa manusia sebagian besar tidak akan beriman.
Meraka melawati bukti yang kukuh dalam alam wujud yang nyata. Namun mereka tidak
tahu dan sadar akan petunjuk-petunjuk, seperti orang yang ditutup dengan lembaran
diwajahnya sehingga tidak melihat kehadapnnya. Lantas apa yang mereka tunggu?
Sedangkan adzab Allah selalu mengintai mereka dan dating dengan tiba-tiba tanpa
mereka sadari.

Inilah bukti sebagai konstribusi kecintaan menyampaikan kebaikan yang


dibawakannya kepada mereka, serta kasih saying dan rahmat atas mereka agar mereka
tidak tertimpa hukuman yang ditujukan bagi orang-orang musyrik, baik didunia maupun
diakhirat. Tetapi, Allah Yang Maha Tahu hati manusia lagi Maha Meliput setiap tabiat
dan kondisi manusia, melarang Nabi Muhammad saw dari terlalu tamak akan keimanan
mereka.

ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬
ِ ‫ض يَ ُمرُّ ونَ َعلَ ْيهَا َوهُ ْم َع ْنهَا ُمع‬
َ‫ْرضُون‬ ِ ‫َو َكَأيِّن ِّم ْن َءايَ ٍة فِى ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
Artinya: Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi
yang mereka melaluinya, sedang mereka berpaling dari padanya.

Itulah sebabnya mengapa sebagian besar manusia tidak beriman.

Kaum Muslimin rahimakumullah.

Rasulullah bersabda :

“sesungguhnya, syirik itu terjadi pada kalian lebih tersembunyi daripada suara rayapan
semut”

Dalam Hadist banyak contoh mengenai syirik khafiy (tersembunyi). Diriwayatkan


dari Tirmidzi dan ia menilai sebagai Hadist Hasan dari Ibnu Umar ra bahwa Nabi saw
bersabda :

“ barang siapa yang bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka dia telah syirik”.
Diriwayatkan dari Abu Dawud Ahmad dan lain-lain dari Ibnu Mas’ud ra bahwa
Rasulullah bersabda :

“ sesungguhnya, jampi-jampi dan jimat-jimat itu termasuk syirik.”

Diriwayatkan dari Imam Ahmad dengan senadanya dari Mahmud bin Labid,
bahwa Rasulullah bersabda :

“ Sesungguhnya, yang paling aku takuti menimpa kalian adalah syirik yang
terkecil. Mereka bertanya, ‘apa syirik terkecil itu wahai rasulullah?’ Rasulullah
menjawab, ‘Riya (sombong). Allah berfirman di hari kiamat ketika manusia dating
bersama ama-amalnya. Pergeilah kalian kepada orang-orang yang kalian bersikap riya
kepadanya dan lihatlah apakah kalian mendapatkan balasan dari merka?”

Kaum Muslimin rahimakumullah.

Masalahnya, dalam perkara-perkara itu bias melampaui batas kesalahan dan dosa
karena pertentangan. Ketika hal itu merupakan wujud ketaatan, ketundukkan dan
kepasrahan kepada adat suatu masyarakat yang dihormati, padahal ia adalah buatan
manusia. Sementara itu, Tuhan manusia yang jelas dan bersumber dari-Nya ditinggalkan
dan diacuhkan. Pada saat itu, perkara tersebut bukan lagi hanya dosa dan kesalahan,
tetapi sudah menjadi syirik. Karena hal itu merupakan ketundukan kepada selain Allah
dalam perkaranya itu menjadi sangat berbahaya, oleh Karena itu Allah Swt berfirman :

َ‫َو َما يُْؤ ِمنُ َأ ْكثَ ُرهُم بِٱهَّلل ِ ِإاَّل َوهُم ُّم ْش ِر ُكون‬
Artinya: Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah,
melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).

Ayat ini mengenai sasaran orang-orang yang dihadapi oleh Rasulullah di Jazirah
Arab, dan mencakup sasaran orang-orang lainnya disetiap zaman dan setiap tempat.

َ ‫ير ٍة َأ َن ۠ا َو َم ِن ٱ َّت َب َعنِى ۖ َو ُسب ٰ َْح َن ٱهَّلل ِ َو َمٓا َأ َن ۠ا م َِن ْٱل ُم ْش ِرك‬
‫ِين‬ َ ِ‫قُ ْل ٰ َه ِذهِۦ َس ِبيل ِٓى َأ ْدع ُٓو ۟ا ِإلَى ٱهَّلل ِ ۚ َعلَ ٰى بَص‬
Artinya: Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah,
dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".
SALING MENGINGATKAN DAN BERDAKWAH

Sidang Jamaah Jum’at Rahimakumullah.

Sebagai khatib saya mengajak pada diri saya sendiri dan seluruh jamaah shalat
Jum’at untuk selalu bersyukur kepada Allah SwT, atas semua nikmat yang sudah
diberikan kepada kita. Karena dengan nikmat-Nyalah kita smeya dapat menghadiri shalat
Jum’at pada siang kali ini

Marilah kita bershalawat kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat-sehabat


dan kepada semua pengikutnya. Mudah-mudahan dengan bacaan shalawat ini kita
termasuk umat yang kelak mendapat syafa’at beliau di hari nanti. Amin ya rabbal
a’lamin.

Sidang Jamaah Jum’at Rahimakumullah.

Sebagai umat Nabi Muhammad saw, kita memiliki kewajiban untuk


menyebarluaskan risalah (pesan-pesan) dakwah yang diwariskannya kepada kita. Pesan-
pesan dakwah tersebut hendaklah kita sampaikan kepada diri, keluarga dan lingkungan
masyarakat sekeliling kita.

Islam menjadi angina segar bagi umat. Islam dating untuk menyamakan
kedudukan dan posisi manusia bagi manusia lainnya. Dalam Islam tidak dikenal status
social dan pangkat duniawi, tidak ada kelebihan sedikit pun bagi warga Arab dengan
warga non-Arab, begitu juga sebaliknya. Satu hal yang menjadi pembeda antarmanusia
adalah kadar takwaan kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Sidang Jamaah Jum’at Rahimakumullah.

Oleh sebab itu, karena takwa menjadi pembeda di antara kita, maka untuk selalu
menjaga ketakwaan kepada Allah. Langkah fundamental yang harus kita lakukan adalah
saling mengingatkan dalam hal kebaikan atau ketakwaan dan saling mengingatkan
terhadap semua perbuatan yang di larang-Nya.

Dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, budaya saling


mengingatkan ini sangat penting, agar manusia yang mengaku beriman kepada Allah
Tuhan semesta alam ini sadar dan patuh, serta selalu berada dijalan-Nya dan tetap setia
pada tuntunan Sunah Nabi Muhammad saw.

Sebagai umat Islam, kita bias bayangkan kalau di Negara Indonesia yang kita
cintai ini, tidak ada umat atau komunitas masyarakat yang suka mengajak kepada
kebaikan dan mencegah perbuatan munkar, bisa dipastikan Negara kita akan hancuur
dalam segala aspek.

Jadi, bila tidak ada orang yang mengingatkan kita, bisa dipastikan kita akan
terjurumus ke dalam kemaksiatan kepada Allah. Karena secara Sunahtullah manusia itu
adalah pelupa, lupa dengan perintah-perintah dan larangan-Nya dan lupa pula dengan
sunah Rasul-Nya. Sehingga diperlukan orang lain untuk mengingatkan, supaya kita tidak
termasuk orang-orang yang merugi.
َ ‫﴾ِإنَّ اِإْل ْن َس‬١ ﴿ ‫﴾ َو ْال َعصْ ِ@ر‬
٢ ﴿ ‫ان لَفِي ُخسْ ٍر‬

َ ‫اص ْوا@ ِب ْال َح ِّق َو َت َوا‬


َّ ‫ص ْوا@ ِبال‬
٣ ﴿ ‫صب ِ@ْر‬ ِ ‫ِين آ َم ُنوا َو َع ِملُوا الصَّال َِحا‬
َ ‫ت َو َت َو‬ َ ‫﴾ِإاَّل الَّذ‬
“ Demi waktu Asyar, sesungguhnya manusia itu dalam keadaan merugi. Kecuali orang-
orang yang beriman dan melakukan amal shalih. Dan mereka saling nasehat menasehati
dalam kebenaran dan Sali nasehat-menasehati dalam kesabaran ” (Al-‘Ashr 1-3)

Sidang Jamaah Jum’at Rahimakumullah.

Dakwah identik dengan aktivitas mengajak dan menyerukan diri, keluarga dan
masyarakat kepada kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan yang mengarah pada
kebaikan hidup di dunia yang berlandaskan tuntunan dari Allah SWT dan Sunnan
Rasulullah saw demi untuk menggapai kebaikan di akhirat kelak. Syekh Aki Mahfudz
dalam kitabnya Hidayah Mursyidin Ila Thuruqil Na’zhi wa Khitobah menjelaskan makna

‫ي َع ِن ْال ُم ْن َك ِر لِيَفُوْ ُزوْ ا• بِ َس َعا َد ِة ْال َعا ِج ِل َواَأْل ِج ِل‬ ِ ْ‫اس َعلَى ْال َخي ِْر َو ْالهُ َدى• َواَأْل ْم ُ•ر بِ ْال َم ْعرُو‬
ُ ‫ف َوالنَّ ْه‬ ُّ ‫َح‬
ِ َّ‫ث الن‬

“Upaya mendorong manusia untuk berbuat baik, mengikuti petunjuk, memerintah


mengerjakan kebaikan, melarang melakukan kejelekan, agar dia bahagia di dunia dan
akhirat”.

Sidang Jamaah Jum’at Rahimakumullah.

Banyak ayat Al-Qur’an Hadist Nabi Muhammad saw yang menegaskan tentang
pentingnya berdakwah seperti forman Allah SWT :

“ Dan hendaklah ada diantara umat ini, menjadi umat yang menyeru kebaikan dan
menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang berbuat munkar dan merekalah orang-
orang yang beruntung ” (Ali Imran : 104)

Sidang Jamaah Jum’at Rahimakumullah.

Untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan melarang berbuat kemunkaran
tidak harus menunggu diri kita bergelar professor, doctor atau sarjana dakwah dan lain-
lainnya.

Yakinlah, petunjuk-petunjuk agama yang kita sampaikan tersebut apabila


dilaksanakan oleh orang yang mendengarkannya akan dihitung sebagai amal jariah (amal
yang terus mengalir) pahalanya bagi kita, tanpa mengurangi pahala orang yang
mengamalkan nasihat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai