Anda di halaman 1dari 7

A.

Puasa dan perilaku produksi


1. Pengertian Puasa dan Perilaku Prosuksi

Puasa berasal dari bahasa arab: shâma yashûmu shauman wa shiyâman  ((ً ‫صام يصوم صوما‬
ً ‫ وص!!ياما‬yang artinya menahan diri. Makna ini sebagaimana yang disebutkan Allah ketika
menceritakan tentang Maryam:
‫صوْ ًما فَلَ ْن ُأ َكلِّ َم ْاليَوْ َم ِإ ْن ِسيًّا‬ ُ ْ‫ِإنِّي نَ َذر‬
َ ‫ت لِلرَّحْ َم ِن‬

“Sesungguhnya aku telah bernazar puasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka tidak akan
berbicara dengan siapapun pada hari ini.” (Maryam:26).

Maksud puasa disini adalah menahan diri untuk tidak berbicara. Puasa adalah
menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa,
mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu
barang untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kesejahteraan. Di dalam
kandungan Al- qur’an sudah dijelaskan bahwa seluruh yang ada di Alam diciptakan oleh
Allah SWT untuk seluruh kepentingan manusia.
Bumi adalah kekayaan dan alat produksi yang sangat penting untuk manusia. Bumi adalah
titipan Allah yang diberikan untuk dimamfaatkan secukupnya dan dijaga untuk generasi
selanjutnya.
Kegiatan produksi harus memperhatikan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab
kepada generasi selanjutnya. Dalam kegiatan produksi, perilaku produsen muslim harus
memperhatikan hal hal berikut :

1. Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi. Berikut
adalah kategori kehalalan barang dan jasa:

a. Halal zatnya
Makanan yang halal adalah makanan yang bahan bakunya tidak mengandung zat haram
misalnya daging babi, alkohol dan zat haram lainnya dan makanan yang halal adalah
makanan yang tidak mengandung najis atau kotoran. Misalnya darah, kotoran manusia,
urine/air kencing dan lain-lain.

b. Halal cara memperolehnya


Makanan yang halal zatnya dapat menjadi haram apabila diperoleh dari hasil mencuri,
menipu, hasil riba, korupsi, prostitusi dan judi.

c. Halal cara memprosesnya


Makanan yang diperoleh dengan cara halal, dengan bahan baku yang halal pula , jika
makanan tersebut diproses dengan menggunakan sesuatu yang haram misalnya alat
masak yang bekas digunakan untuk memasak makanan haram atau bahan-bahan lain
yang tidak diperbolehkan untuk dikonsumsi, makan makanan tersebut bisa menjadi
haram.
d. Halal cara menyajikannya
bagaimana makanan tersebut disimpan, diangkut, dan disajikan sebelum akhirnya di
konsumsi. Ketiga proses tersebut bisa mengubah status makanan dari halal menjadi
haram, misalnya jika makanan disajikan dalam piring yang terbuat dari emas maupun
diantar untuk tujuan yang tidak baik.

2. Mencegah kerusakan di muka bumi, termasuk mengatasi polusi, memelihara


keserasian, dan ketersediaan sumber daya alam.
" Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik."( Qs.Al – A’Raf ( 7 ) : 56 )

3. Pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat memperhatikan tegaknya aqidah,


terpeliharanya jiwa, akal, keturunan dan kemakmuran material. Pengelolaan dan
pelestarian lingkungan membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang andal,
sumber daya teknologi dan informasi, sumber daya keuangan, dan jaringan.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang baik kualitas spiritual maupun
mental dan fisik. Rusaknya lingkungan dapat membahayakan kehidupan manusia.
B. PUASA DAN PERILAKU DISTRIBUSI
Distribusi merupakan kegiatan yang fungsinya sangat bermanfaat bagi kegiatan
perekonomian. Menurut para ahli, distribusi adalah kegiatan penyaluran barang dan jasa yang
dibuat dari produsen ke konsumen agar tersebar luas. Kegiatan distribusi berfungsi
mendekatkan produsen dengan konsumen sehingga barang atau jasa dapat tersalurkan dari
pihak produsen kepada pihak konsumen. Pelaku kegiatan distribusi bernama distributor.

Proses distribusi adalah terjadinya akses dan pasokan pangan secara merata sepanjang
waktu baik jumlah, mutu, keamanan dan keragamannya untuk memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat. Indicator keberhasilan dalam distribusi pangan adalah cukup secara kuantitas,
aman bagi kesehatan, bergizi baik, sesuai selera konsumen, harganya terjangkau dan tersedia
sepanjang tahun.

Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam, bersabda :

‫من فطرصائما كان له مثل أجره غير أنه الينقص من أجر الصائم شيأ‬

“ Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya
pahala yang semisal orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang
berpuasa tersebut sedikitpun ”

Berdasarkan hadits diatas, Rasulullah Salallahu Alaihi Wasallam menganjurkan


umatnya untuk memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa. Allah Subhanallahu
Wata’ala mensyariatkan tolong-menolong diatas kebaikan dan ketaqwaan. Tolong-menolong
dalam kebaikan dan ketaqwaan ini adalah memberi makanan berbuka bagi orang yang sedang
berpuasa, karena orang yang berpuasa diperintahkan untuk berbuka dan menyegerakan buka
puasanya. Apabila dia ditolong dalam perkara ini, maka ini termasuk nikmat dari Allah
Subhanallahu Wata’ala.

Keutamaan memberi makan buka puasa :

1. Memberi makan buka puasa akan mendapatkan pahala dari orang yang berpuasa
2. Dengan banyak bersedekah melalui memberi makan buka puasa dibarengi dengan
berpuasa itulah jalan menuju surga
3. Menggabungkan shalat, puasa dan sedekah dapat mengantarkan pada ridha Allah
SWT.
4. Sedekah dapat menyelamatkan seseorang dihari kiamat
5. Sedekah akan menambah (berkah) harta
6. Sedekah akan menghapus dosa

Lalu, apa hubungannya memberi makan buka puasa dengan kegiatan distribusi ?
Hubungannya adalah penyaluran makanan buka puasa bagi orang-orang yang sedang
berpuasa.
C. PUASA DAN PERILAKU KONSUMSI
Pengertian konsumsi dalam ekonomi Islam adalah memenuhi kebutuhan baik jasmani
maupun rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba
Allah SWT untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah).
Dalam melakukan konsumsi maka perilaku konsumsi terutama Muslim selalu dan harus di
dasarkan pada Syariah Islam. Pada dasarnya segala ciptaan Allah adalah Mubah atau di boleh
kan. Allah menciptakan semesta dengan segala sesuatunya termasuk hewan dan tumbuhan
yang merupakan sumber makanan bagi manusia. Allah SWT berfirman :

‫ُمْؤ ِمنُونَ بِ ِه َأ ْنتُ ْم الَّ ِذي هَّللا َ َواتَّقُوا ۚطَيِّبًا َحاَل اًل هَّللا ُ َر َزقَ ُك ُم ِم َّما َو ُكلُوا‬

“Dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan
bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. ( QS Al-Maidah {5} ; 88 )

Hadist yang menyatakan “Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang”
Hadist ini menerangkan bahwa Islam mengajarkan pada manusia untuk menggunakan barang
dan jasa yang dibutuhkan secukupnya (hemat) tidak rakus atau serakah sebab keserakahanlah
yang menghancurkan bumi ini.

Secara Normatif, Islam mengajarkan agar umat Islam tidak berlebihan dalam makan,
tidak rakus sampai kekenyangan, yang menyebabkan pencernaan terganggu. Berdasarkan
Kajian normatif Islam terdapat konfigurasi pola konsumsi masyarakat secara empiris dapat di
bedakan menjadi tiga diantaranya sebagai berikut :

1. Bakhil menurut bahasa adalah menahan sesuatu, sedangkan menurut istilah Bukhl
adalah perbuatan seseorang menahan atau tida memberikan sesuatu yang
semestinya wajib di berikan kepada orang lain, baik wajib secara agama maupun
wajib secara kepatutan menurut adat. Perilaku Bakhil muncul karena terlalu cinta
kepada dunia. Contoh : orang yang tidak mau membayar zakat, atau tidak
mmeberi nafkah kepada keluarganya. Karena membayar zakat dan memberi
nafkah untuk keluarga adalah wajib.
2. Tabzir dan Isyraf yaitu Berorientasi pada kesenangan tanpa mengindahkan
batasan halal dan haram atau mempergunakan sesuatu secara berlebih lebihan dan
tidak bermanfaat . Contoh : berlebihan dalam belanja dapat menimbulkan
pemborosan keuangan, berlebihan makan dan minum dapat menimbulkan
berbagai penyakit.
3. Zuhud yaitu suatu sikap dimana seseorang tidak terlalu mementingkan dunia atau
harta kekayaan. Zuhud juga dapat di artikan dengan Sederhana. Pengertian Zuhud
juga ada dalam Al Quran yaitu Pada QS. Al Hadid Ayat 23 yang artinya “ (Kami
menjelaskan yang demikian itu) suoaya kamu jangan berduka cita terhadap apa
yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
di berikan-Nya kepada mu. Dan Allah tida menyukai setiap orang yang sombong
lagi membanggakan diri “. Contoh : Tidak Membelanjakan harta secara boros,
tidak makan atau minum secara berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

afifa-hifzhan-fathur.blogspot.com

https://www.kompasiana.com/harapanrakyat/550885e1a333112f312e39cf/puasa-dan-
perilaku-konsumtif

https://rumaysho.com
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KELOMPOK 10 :
ATIN SUPRIHATIN
RIRIN SAPTITIYANI
RATU DINI NUR INDRIANI

AKUNTANSI 1 A

Anda mungkin juga menyukai