Standar Kompetensi:
Kompetensi Dasar:
A. Pengantar
Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam
mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang
membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Prinsip-prinsip konsumsi
terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Prilaku konsumsi yang sesuai dengan
ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai
keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.
Faktor non-ekonomi
a. Kebiasaan masyarakat dan Tingkat pendidikan
b. Mode dan Jumlah penduduk
Ajaran Islam menganjurkan pola konsumsi dan penggunaan harta secara
wajar dan berimbang. Konsumsi yang melampaui tingkat moderat (wajar) dianggap
3
ishraf dan tidak disenangi Islam. Salah satu misi Islam adalah bagaimana mengubah
ai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Dalam hukum (fiqih) Islam, orang
semacam itu seharusnya dikenai pembatasan-pembatasan dan bial dianggap perlu,
dilepaskan dan dibebaskan dari tugas mengurus harta miliknya sendiri. Dalam
pandangan syari’ah, dia seharusnya diperlakukan sebagai orang yangtidak mampu
dan orang lain seharusnya ditugaskan untuk mengurus hartanya selaku wakilnya.1[8]
Al Gazali seorang ulama yang hidup sekitar 450-1058 H mengungkapkan
teori konsumsi Islami. Pemikiran tentang fungsi konsumsi Al Gazali diawali dari
sebuah pemikiran bahwa kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat tergantung
kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar yaitu agama (al-dien), jiwa
(nafs), harta (maal) dan akal (aql). Dalam aspek ekonomi fungsi kesejahteraan sosial
disusun secara hirarkis meliputi kebutuhan (daruriat), kesenangan dan kenyamanan
(hajaat) dan kemewahan (tahsinaat). Kunci pemeliharaan lima tujuan dasar terletak
pada penyediaan tingkat pertama (kebutuhan atau daruriat) yaitu kebutuhan
makanan, pakaian dan perumahan. Kebutuhan dasar ini cenderung flekisbel
mengikuti waktu, tempat dan sosiopsikologis. Kelompok kebutuhan kedua
(kesenangan atau hajaat) terdiri dari semua kegiatan dan hal-hal yang tidak vital bagi
lima fondasi tersebut, tetapi tetap diperlukan untk menghilangkan rintangan dan
kesukaran dalam hidup. Kelompok ketiga mancakup kegiatan-kegiatan dan hal-hal
yang lebih jauh dari sekedar kenyamanan saja; meliputi hal-hal yang melengkapi atau
menghiasi hidup.
Menurut Imam Al Gazali mengatakan ada lima kebutuhan dasaryang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan kesejahteraan manusia tergantung dari
perncarian dan pemeliharaan lima tujuan yaitu :
1.kehidupan atau jiwa(al nafs)
2.properti atau harta(al ma)
3.keyakinan(al din)
4.intelektual(al aql)
5.keluarga atau keturunan(al nash)
Teori konsumsi yang dijelaskan oleh Al Gazali memberi acuan yang lebih
konkrit tentang perilaku konsumsi. Pertama, bahwa manusia harus memenuhi
kebutuhan dasar demi pemeliharaan agama, jiwa, keturunan, harta dan akal. Tetapi
4
د ٌّو0َُع
ي َطا ِن0ْب ُخ ُط َوا ِت ال َّش0ِّت0َبا َوالَ َت0ّ ًي0ِِض َط ّنا ُس ُكلُوا ِم َّما فِ ي ْاألَ ْر0َّيهاَ ال0ََُياأ
بي ٌن0ُِم ًَح َالال
ن ُه َل ُك ْم0َِّإ ُعوا
5
Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.3
Etika ilmu ekonomi Islam berusaha untuk mngurangi kebutuhan material yang
luar biasa sekarang ini, untuk mngurangi energi manusia dalam mengejar cita-cita
spiritualnya. Perkembangan bathiniah yang bukan perluasan lahiriah, telah dijadikan
cita-cita tertinggi manusia dalam hidup. Tetapi semangat modren dunia barat,
2
Monzer Kahf, Ph. D. Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam), Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1995 : 27.
3
Q.S. : 2 : 168
sekalipun tidak merendahkan nilai kebutuhan akan kesempurnaan batin, namun rupanya
telah mengalihkan tekanan kearah perbaikan kondisi-kondisi kehidupan material. Dalam
ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar4.
1. Prinsip Keadilan
Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki secara
halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang
terlarang adalah darh, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi,
daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain Allah, (Q.S 2.
173),
ي ِهGَْد َف َعلGٍَعا ي َر َبا ٍغGْي ِر َغGْم الْ ِخن ِزي ِر َو َمآأُ ِه َّل ِب ِه لِ َغGَّد َم َولَ ْحGَت َة َوالGَيGْم ال َمGُي ُكGَِْإن َح َعل
ث َمGَْال ِإ َو َال هلل َف َم ِن ا ْض ُط َّر ِ ا
ّ َما َّر َم
Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Sunnah
tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun
menjijikkan sehingga merusak selera. Karena itu, tidak semua yang
diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua
yang diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.
3. Prinsip Kesederhanaan
6
Prinsip ini mengatur prilaku manusia mengenai makanan dan minuman adalah
sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan secara berlebih.
4
Mannan, M.A. Op. Cit. 45-48
5
Q.S. : 5 : 87
7
Arti penting ayat ini adalah kenyataan bahwa kurang makan dapat
mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi
secara berlebih-lebihan tentu akan ada pengaruhnya pada perut. Praktik
memantangkan jenis makanan tertentu dengan tegas tidak dibolehkan dalam
Islam.
Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita
memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena
kemurahan hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan
kesehatan yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan
keimanan yang kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu,
yang menjamin persesuaian bagi semua perintah-Nya.
ُح ُر ًما َأُ ِح َّل ل
ب ِّرGَْد الGُيGَْص يGَْتا ًعا َعلGَب ْح ِر َو َط َعا ُم ُه َمGَْد الGُيGَْص
َ و ات د ْمتُ ْمGَُما ل ُك ْ م ُك ْم ُت ْح
َقوا اهللGُّ
ة َو َح َّر َمGّيا َ ِرGّ ُك ْم َوِلل َّ َس َش ُرو َن
ال
ي ِهGْذي ِإَلGِّ
Artinya : Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal)
dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu dan bagi orang-orang
dalam perjalanan, dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang
buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada
Allah yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.6
5. Prinsip Moralitas.
Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan
terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan
spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
6
Q.S. : 5 : 96
8
ف ُعGِناGَبي ُر َو َمGم َ ِك0ُثGْي ِس ِر ُق ْل ِفي ِه َمآِإGَْع ِن الْ َخ ْم ِر َوالْ َم ن َكGَئلُوGَي ْ َس
ِل ن
ب ُر ِمنGَث ُم ُه َمآ أَ ْكGّْا ِس َوِإ
ن
ف ِع ِه َماGّْ
Dalam ekonomi terdapat permintaan dan penawaran yang saling bertemu dan
membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah barang).
Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas
yang saling mempengaruhi satu sama lain. Permintaan adalah sejumlah barang yang
dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Sedangkan pengertian
penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga dan
waktu tertentu. Contoh permintaan adalah di pasar tradisional yang bertindak sebagai
permintaan adalah pembeli sedangkan penjual sebagai penawaran.8 Ketika terjadi
transaksi antara pembeli dan penjual maka keduanya akan sepakat terjadi transaksi
pada harga tertentu yang dihasilkan dari tawar-menawar.
7
Q.S. : 2 : 219
8
Fadli Saldi, Hukum Permintaan dan Penawaran,
http://drfadli.blogdetik.com/files/2010/05/hukum-permintaandanpenawaran.pdf. (Diakses 08
Januari 2017).
9
9
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, Edisi III (Cet. 25; Jakarta: RajaGrafindo
Pesada, 2010), h. 75.
10
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, h. 76.
11
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, h. 86.
12
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 76.
10
barang akan makin banyak. Sebaliknya jika harga barang tinggi, maka permintaan
barang tersebut makin sedikit.
Selain harga barang itu sendiri ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi
permintaan seseorang atau masyarakat pada suatu barang, diantaranya:
1. Pendapatan Masyarakat
13
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Mikro (Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), h. 33.
14
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 82.
11
Apabila suatu barang tertentu terjadi kenaikan harga maka konsumen akan
beralih kepada barang lain yang memiliki fungsi yang sama dan harga yang lebih
murah. Adakalanya barang tertentu memerlukan barang lain sebagai pelengkap dan
sebagai pengganti (substitusi).16 Misalnya, pada saat terjadi kenaikan harga pada
cabai sebagai bahan pengganti (subtitusi) sambal botol atau kemasan lebih murah.
Maka, orang akan beralih dari cabai ke sambal botol atau kemasan, sehingga
permintaan akan cabai menurun, dan sebaliknya permintaan akan sambal botol atau
kemasan meningkat.
5. Jumlah Penduduk
15
Frenky, Pengertian Kualitas Produk dan Faktornya, http://ahlibaca.com/pengertian-
kualitas-produk-dan-faktornya. (10 Oktober 2017).
16
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 80.
17
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 82.
12
dari suami istri kemudian memiliki anak, maka kebutuhan akan bahan panganpun
mengalami peningkatan.
6. Ekspektasi Tentang Masa Depan
18
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 82.
19
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 85.
13
Semua biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk pengadaan barang dan
jasa disebut biaya produksi. Besar kecilnya biaya produksi berpengaruh terhadap
banyak sedikitnya barang dan jasa yang ditawarkan. 21 Pada umumnya, produsen akan
mengurangi kegiatan produksi yang menelan biaya besar, sehingga barang yang
dihasilkannya pun terbatas. Akibatnya, jumlah barang/jasa yang ditawarkan
berkurang. Sebaliknya, jika biaya produksinya rendah, produsen akan menghasilkan
barang dalam jumlah besar, sehingga penawaran pun bertambah. Misalnya, untuk
memproduksi sebuah mobil mewah memerlukan biaya yang besar, maka barang yang
dihasilkan terbatas, sehingga penawaran barang mewah tidak sebanyak penawaran
barang lainnya.
3. Tingkat Teknologi
20
Rita Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi I (Yogyakarta: Andi Offset, 2010),
h. 169.
21
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 88.
14
22
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 88.
23
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 87.
24
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 88.
15
konsep utility.
Menurut Hendri Anto ada empat hal yang membedakan antara utilitydan mas}lahah.
subjektif karenanya dapat berbeda diantara orang satu dengan orang lain.
sementara utilitas individu sangat mungkin berbeda dengan utilitas sosial.Hal ini terjadai
kriteria, yaitu:
a. Jelas dan faktual(objektif terukur nyata)
b. Bersifat produktif
c. Tidak menimbulkan konflik keuntungan diantara swasta dan pemerintah
d. Tidak menimbulakn kerugian bagi masyarakat
Rasionalnya konsumen akan memuaskan konsumsinya sesuai
dengan kemampuan barang dan jasa yang dikonsumsi serta kemampuan
konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa tersebut. Dengan demikiankepuasan dan
prilaku konsumen dipengaruhi oleh hal-hak sebagai
berikut:15
dalam melakukan konsumsi di mana terdiri dari: (a) Prinsip akidah, yaitu
hakikat konsumsi adalah sebagai sarana untuk ketaatan untuk beribadahsebagai perwujudan
keyakinan manusia sebagai makhluk dan khalifah
dijelaskan dalam syariat Islam. Salah satu bentuk prinsip kuantitas ini
adalah kesederhanaan, yaitu mengkonsumsi secara proporsional tanpa
konsumsi dasar yang harus terpenuhi agar manusia dapat hidup dan
18
kondisi potensi daya dukung sumber daya alam dan keberlanjutannya atau
tidak merusak lingkungan. Seorang muslim dalam penggunaan
penghasilannya memiliki dua sisi, yaitu pertama untuk memenuhikebutuhan diri dan
keluarganya dan sebagiannya lagi untuk dibelanjakan
di jalan Allah.
hidup manusia. Jika ia rusak maka akan muncul fitnah dan bencana yang
19
besar.
menimbulkan kesulitan. Yang dimaksud dengan mas}lahah jenis ini ialah sifatnya untuk