Anda di halaman 1dari 20

1

NAMA : ZUL FATHIR FAINUL


NIM : 2020203860202030
DOSEN PENGAJAR : Dr.H. RAHMA AMBO MASSE, Lc, M.Ag

KONSUMSI MENURUT ISLAM

Standar Kompetensi:

Mahasiswa memahami konsep konsumsi dalam sistem ekonomi


islam. Aspek yang mempengaruhi pola konsumsi. Memahami teori
permintaan dan rung lingkupnya. Menerapkan teori konsumsi
dalam kegiatan ekonomi secara sederhana.

Kompetensi Dasar:

Mahasiswa mampu memahami:

1. Konsep Konseumsi dalam Ekonomi Islam


2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat konsumsi
3. Prinsip Konsumsi dalam Islam
4. Teori Permintaan dan Ruang Lingkupnya
5. Prinsip dasar perlaku konsumen islami
6. Imam Syatibi membedakan maslahah menjadi tiga

A. Pengantar

Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting. Adanya


konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan demikian akan
menggerakkan roda-roda perekonomian. Bayangkan ketika masyarakat tidak
memiliki kemampuan membayar pada suatu barang yang diproduksi? Meskipun
produsen berargumen barang mereka sesuai dengan need konsumen, tetap tidak akan
melahirkan demand. Tanpa adanya daya beli konsumen, produksi akan macet.

Pada dasarnya produsen berusaha untuk merealisasikan need konsumen dan


mengkonversinya menjadi demand. Dengan promosi yang gencar, sistem pembayaran
yang dipermudah serta hadiah-hadiah yang ditawarkan, konsumen seakan tidak
memiliki alasan untuk tidak memiliki daya beli. Sistem kredit misalnya, merupakan
bagian dari upaya produsen dalam mempropokasi konsumen agar terus membeli,
sampai akhirnya perilaku konsumsi mereka menjadi lepas kendali.
2

Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam
mengatur bagaimana manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang
membawa manusia berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Prinsip-prinsip konsumsi
terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Prilaku konsumsi yang sesuai dengan
ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan membawa pelakunya mencapai
keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.

Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa


untuk memenuhi kebutuhan manusia Di dalam ilmu ekonomi, konsumsi berarti
penggunaan barang atau jasa untuk memuaskan kebutuhan manusia. secara umum di
artikan sebagai penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang secara langsung untuk
memenuhi kebutuhan manusia.

B. Faktor-faktor Mempengaruhi Konsumsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Faktor-faktor tersebut


dapat dikasifikasikan menjadi: (a) faktor-faktor ekonomi, (b) faktor-faktor non-
ekonomi.
Faktor ekonomi
a. Tingkat pendapatan dan Tingkat kebutuhan
b. Jumlah barang konsumsi yang tahan lama dalam masyarakat
c. Tingkat bunga, harga barang
d. Perkiraan tentang masa depan
e. Kebijakan pemerintah

Faktor non-ekonomi
a. Kebiasaan masyarakat dan Tingkat pendidikan
b. Mode dan Jumlah penduduk
Ajaran Islam menganjurkan pola konsumsi dan penggunaan harta secara
wajar dan berimbang. Konsumsi yang melampaui tingkat moderat (wajar) dianggap
3

ishraf dan tidak disenangi Islam. Salah satu misi Islam adalah bagaimana mengubah
ai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Dalam hukum (fiqih) Islam, orang
semacam itu seharusnya dikenai pembatasan-pembatasan dan bial dianggap perlu,
dilepaskan dan dibebaskan dari tugas mengurus harta miliknya sendiri. Dalam
pandangan syari’ah, dia seharusnya diperlakukan sebagai orang yangtidak mampu
dan orang lain seharusnya ditugaskan untuk mengurus hartanya selaku wakilnya.1[8]
Al Gazali seorang ulama yang hidup sekitar 450-1058 H mengungkapkan
teori konsumsi Islami. Pemikiran tentang fungsi konsumsi Al Gazali diawali dari
sebuah pemikiran bahwa kesejahteraan (maslahah) dari suatu masyarakat tergantung
kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar yaitu agama (al-dien), jiwa
(nafs), harta (maal) dan akal (aql). Dalam aspek ekonomi fungsi kesejahteraan sosial
disusun secara hirarkis meliputi kebutuhan (daruriat), kesenangan dan kenyamanan
(hajaat) dan kemewahan (tahsinaat). Kunci pemeliharaan lima tujuan dasar terletak
pada penyediaan tingkat pertama (kebutuhan atau daruriat) yaitu kebutuhan
makanan, pakaian dan perumahan. Kebutuhan dasar ini cenderung flekisbel
mengikuti waktu, tempat dan sosiopsikologis. Kelompok kebutuhan kedua
(kesenangan atau hajaat) terdiri dari semua kegiatan dan hal-hal yang tidak vital bagi
lima fondasi tersebut, tetapi tetap diperlukan untk menghilangkan rintangan dan
kesukaran dalam hidup. Kelompok ketiga mancakup kegiatan-kegiatan dan hal-hal
yang lebih jauh dari sekedar kenyamanan saja; meliputi hal-hal yang melengkapi atau
menghiasi hidup.
Menurut Imam Al Gazali mengatakan ada lima kebutuhan dasaryang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia dan kesejahteraan manusia tergantung dari
perncarian dan pemeliharaan lima tujuan yaitu :
1.kehidupan atau jiwa(al nafs)
2.properti atau harta(al ma)
3.keyakinan(al din)
4.intelektual(al aql)
5.keluarga atau keturunan(al nash)
Teori konsumsi yang dijelaskan oleh Al Gazali memberi acuan yang lebih
konkrit tentang perilaku konsumsi. Pertama, bahwa manusia harus memenuhi
kebutuhan dasar demi pemeliharaan agama, jiwa, keturunan, harta dan akal. Tetapi
4

bukan berarti Al Gazali mengecam pemenuhan akan kenyamanan dan kemewahan


karena, apabila masyarakat berhenti pada pemenuhan kebutuhan yang subsisten (sadd
al ramaaq) dan menjadi sangat lemah dan kemudian angka kematian meningkat,
maka semua pekerjaan dan kerajinan akan berhenti dan masyarakat akan binasa.
selanjutnya agama akan hancur, karena kehidupan dunia adalah persiapan bagi kehidupan
akhirat.
C. Prinsip Konsumsi Dalam Islam

Menurut Islam, anugerah-anugerah Allah adalah milik semua manusia.


Suasana yang menyebabkan sebagian diantara anugerah-anugerah itu berada ditangan
orang-orang tertentu tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugerah-
anugerah itu untuk mereka sendiri. Orang lain masih berhak atas anugerah-anugerah
tersebut walaupun mereka tidak memperolehnya. Dalam Al-Qur’an Allah SWT
mengutuk dan membatalkan argumen yang dikemukakan oleh orang kaya yang kikir
karena ketidaksediaan mereka memberikan bagian atau miliknya ini.2

Selain itu, perbuatan untuk memanfaatkan atau mengkonsumsi barang-


barang yang baik itu sendiri dianggap sebagai kebaikan dalam Islam. Sebab
kenikmatan yang dicipta Allah untuk manusia adalah ketaatan kepada-Nya yang
berfirman kepada nenek moyang manusia, yaitu Adam dan Hawa, sebagaimana
tercantum dalam Al-Qur’an

‫د ٌّو‬0ُ‫َع‬
‫ي َطا ِن‬0ْ‫ب ُخ ُط َوا ِت ال َّش‬0ِ‫ّت‬0َ‫با َوالَ َت‬0‫ّ ًي‬0ِ‫ِض َط‬ ‫ّنا ُس ُكلُوا ِم َّما فِ ي ْاألَ ْر‬0َ‫ّيهاَ ال‬0َُ‫َياأ‬
‫بي ٌن‬0ِ‫ُم‬ ً‫َح َالال‬
‫ن ُه َل ُك ْم‬0َّ‫ِإ‬ ‫ُعوا‬
5

Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.3

Etika ilmu ekonomi Islam berusaha untuk mngurangi kebutuhan material yang
luar biasa sekarang ini, untuk mngurangi energi manusia dalam mengejar cita-cita
spiritualnya. Perkembangan bathiniah yang bukan perluasan lahiriah, telah dijadikan
cita-cita tertinggi manusia dalam hidup. Tetapi semangat modren dunia barat,

2
Monzer Kahf, Ph. D. Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam), Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1995 : 27.
3
Q.S. : 2 : 168
sekalipun tidak merendahkan nilai kebutuhan akan kesempurnaan batin, namun rupanya
telah mengalihkan tekanan kearah perbaikan kondisi-kondisi kehidupan material. Dalam
ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar4.

1. Prinsip Keadilan

Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki secara
halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang
terlarang adalah darh, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi,
daging binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain Allah, (Q.S 2.
173),

‫ي ِه‬Gَْ‫د َف َعل‬Gٍ‫َعا‬ ‫ي َر َبا ٍغ‬Gْ‫ي ِر َغ‬Gْ‫م الْ ِخن ِزي ِر َو َمآأُ ِه َّل ِب ِه لِ َغ‬Gَ‫ّد َم َولَ ْح‬Gَ‫ت َة َوال‬Gَ‫ي‬Gْ‫م ال َم‬Gُ‫ي ُك‬Gَْ‫ِإن َح َعل‬
‫ث َم‬Gْ‫َال ِإ‬ ‫َو َال‬ ‫هلل َف َم ِن ا ْض ُط َّر‬ ِ ‫ا‬
‫ّ َما َّر َم‬

‫فو ُر َّر‬Gُ‫ِإ َّن اهللَ َغ‬


‫م‬Gٌ‫ِحي‬
2. Prinsip Kebersihan

Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Sunnah
tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun
menjijikkan sehingga merusak selera. Karena itu, tidak semua yang
diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua
yang diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.

3. Prinsip Kesederhanaan
6

Prinsip ini mengatur prilaku manusia mengenai makanan dan minuman adalah
sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan secara berlebih.

‫ن‬x َ ‫دي‬Gِ‫ت‬Gَ‫َطي َال ُي ِح ُّب الْ ُم ْع‬ ‫ي َها َال تُ َح‬Gَُّ‫َياأ‬


َّ َ
ِ‫دوا إ‬Gُ‫ت‬Gَ‫با ِت َمآأ َح ل اهللُ لَ ُك ْم َو َال َت ْع‬Gَّ ‫ِّر ُموا‬ ‫ال‬
‫َّن اه َلل‬ ‫ذي َن َءا َمنُوا‬Gِّ

Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa


yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu

melampaui batas 5................”

4
Mannan, M.A. Op. Cit. 45-48
5
Q.S. : 5 : 87
7

Arti penting ayat ini adalah kenyataan bahwa kurang makan dapat
mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi
secara berlebih-lebihan tentu akan ada pengaruhnya pada perut. Praktik
memantangkan jenis makanan tertentu dengan tegas tidak dibolehkan dalam
Islam.

4. Prinsip Kemurahan Hati

Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita
memakan dan meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena
kemurahan hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan
kesehatan yang lebih baik dengan tujuan menunaikan perintah Tuhan dengan
keimanan yang kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu,
yang menjamin persesuaian bagi semua perintah-Nya.
‫ُح ُر ًما‬ َ‫أُ ِح َّل ل‬
‫ب ِّر‬Gَْ‫د ال‬Gُ‫ي‬Gْ‫َص‬ ‫ي‬Gَْ‫تا ًعا َعل‬Gَ‫ب ْح ِر َو َط َعا ُم ُه َم‬Gَْ‫د ال‬Gُ‫ي‬Gْ‫َص‬
‫َ و ات‬ ‫د ْمتُ ْم‬Gُ‫َما‬ ‫ل ُك ْ م‬ ‫ُك ْم ُت ْح‬
َ‫قوا اهلل‬Gُّ
‫ة َو َح َّر َم‬G‫ّيا َ ِر‬G‫ّ ُك ْم َوِلل َّ َس‬ ‫َش ُرو َن‬
‫ال‬
‫ي ِه‬Gْ‫ذي ِإَل‬Gِّ

Artinya : Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal)
dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu dan bagi orang-orang
dalam perjalanan, dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang
buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalah kepada
Allah yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.6

5. Prinsip Moralitas.

Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan
terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan
spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum

6
Q.S. : 5 : 96
8

makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan


demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-
keinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki
perpaduan nilai-nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia.

‫ف ُع‬Gِ‫نا‬Gَ‫بي ُر َو َم‬G‫م َ ِك‬0ُ‫ث‬Gْ‫ي ِس ِر ُق ْل ِفي ِه َمآِإ‬Gْ‫َع ِن الْ َخ ْم ِر َوالْ َم‬ ‫ن َك‬Gَ‫ئلُو‬G‫َي ْ َس‬
‫ِل ن‬
‫ب ُر ِمن‬Gَ‫ث ُم ُه َمآ أَ ْك‬Gْ‫ّا ِس َوِإ‬
‫ن‬
‫ف ِع ِه َما‬Gّْ

Artinya : Mereka bertanya kepadamu (Nabi) tentang khamar dan judi.


Katakanlah, ”pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya7.........

D. Konsep Permintaan dan Penawaaran Harga

1. Permintaan dan Penawaran

Dalam ekonomi terdapat permintaan dan penawaran yang saling bertemu dan
membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah barang).
Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas
yang saling mempengaruhi satu sama lain. Permintaan adalah sejumlah barang yang
dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Sedangkan pengertian
penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga dan
waktu tertentu. Contoh permintaan adalah di pasar tradisional yang bertindak sebagai
permintaan adalah pembeli sedangkan penjual sebagai penawaran.8 Ketika terjadi
transaksi antara pembeli dan penjual maka keduanya akan sepakat terjadi transaksi
pada harga tertentu yang dihasilkan dari tawar-menawar.

7
Q.S. : 2 : 219
8
Fadli Saldi, Hukum Permintaan dan Penawaran,
http://drfadli.blogdetik.com/files/2010/05/hukum-permintaandanpenawaran.pdf. (Diakses 08
Januari 2017).
9

Adapun teori permintaan menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli


terhadap suatu barang. Sedangkan teori penawaran menerangkan sifat para penjual
dalam menawarkan sesuatu barang yang akan dijualnya. Dengan menggabungkan
permintaan oleh pembeli dan penjual, akan menentukan harga keseimbangan atau
harga pasar dan jumlah barang yang akan diperjual belikan. 9 Didalam hukum
permintaan dijelaskan bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak
permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya makin tinggi suatu harga barang
maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.10 Sedangkan hukum
penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang,
semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual.
Sebaliknya, makin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut
yang ditawarkan.11 Jadi permintaan dan penawaran berkaitan dengan harga, begitu
pula sebaliknya.
a. Teori Permintaan

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah


permintaan dan harganya. Dalam analisis ekonomi dianggap bahwa permintaan akan
suatu barang utamanya dipengaruhi oleh tingkat harganya. Oleh karenanya, analisis
utama dalam teori permintaan adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu
barang dengan harga barang.12 Jika harga barang makin rendah, maka permintaan

9
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, Edisi III (Cet. 25; Jakarta: RajaGrafindo
Pesada, 2010), h. 75.
10
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, h. 76.
11
Sadono Sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, h. 86.
12
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 76.
10

barang akan makin banyak. Sebaliknya jika harga barang tinggi, maka permintaan
barang tersebut makin sedikit.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Selain harga barang itu sendiri ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi
permintaan seseorang atau masyarakat pada suatu barang, diantaranya:
1. Pendapatan Masyarakat

Tingkat pendapatan atau penghasilan masyarakat sangat menentukan tinggi


rendahnya permintaan akan barang dan jasa. Makin tinggi pendapatan seseorang,
maka makin besar daya beli yang konsumen miliki, akibatnya permintaan akan
barang dan jasa pun meningkat. Sebaliknya, orang yang berpenghasilan rendah daya
belinya pun rendah, akibatnya permintaan terhadap barang dan jasa menurun.13 Jenis-
jenis penyaluran pendapatan dalam masyarakat berbeda-beda tergantung dari tingkat
kemampuan atau pendapatannya, ada yang lebih banyak didistribusikan untuk
konsumsi daripada saving, ada juga yang lebih banyak didistibusikan untuk investasi.
Sehingga akan mempengaruhi permintaan.
2. Selera Masyarakat

Tinggi rendahnya selera atau keinginan masyarakat akan suatu barang


berbeda-beda dan berpengaruh terhadap permintaan barang tersebut, walaupun
barang yang ditawarkan harganya tinggi permintaan akan barang tersebut juga tinggi
dikarenakan barang tersebut diminati banyak orang.14 Jika selera masyarakat

13
Tri Kunawangsih Pracoyo dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Mikro (Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006), h. 33.
14
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 82.
11

meningkat, maka permintaanpun meningkat pula, demikian sebaliknya. Selera


masyarakat sering disebut sebagai mode.
3. Kualitas Barang

Pada umumnya orang menghendaki barang yang berkualitas baik, maka


makin tinggi kualitas suatu barang, maka keinginan (permintaan) orang untuk dapat
memiliki barang tersebut makin besar.15 Bahkan sering terjadi bahwa masalah mampu
tidaknya seseorang menjangkau/membeli barang yang berkualitas tidaklah
diperhatikan.
4. Harga Barang Lain yang Berkaitan

Apabila suatu barang tertentu terjadi kenaikan harga maka konsumen akan
beralih kepada barang lain yang memiliki fungsi yang sama dan harga yang lebih
murah. Adakalanya barang tertentu memerlukan barang lain sebagai pelengkap dan
sebagai pengganti (substitusi).16 Misalnya, pada saat terjadi kenaikan harga pada
cabai sebagai bahan pengganti (subtitusi) sambal botol atau kemasan lebih murah.
Maka, orang akan beralih dari cabai ke sambal botol atau kemasan, sehingga
permintaan akan cabai menurun, dan sebaliknya permintaan akan sambal botol atau
kemasan meningkat.
5. Jumlah Penduduk

Meningkatnya jumlah penduduk mengakibatkan permintaan terhadap suatu


barang dan jasa akan meningkat pula.17 Misalnya, keluarga yang semula hanya terdiri

15
Frenky, Pengertian Kualitas Produk dan Faktornya, http://ahlibaca.com/pengertian-
kualitas-produk-dan-faktornya. (10 Oktober 2017).
16
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 80.
17
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 82.
12

dari suami istri kemudian memiliki anak, maka kebutuhan akan bahan panganpun
mengalami peningkatan.
6. Ekspektasi Tentang Masa Depan

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang


akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para kosumen bahwa harga-
harga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka
untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk menghemat pengeluaran pada
masa yang akan datang.18 Misalnya, pada saat pemerintah mengumumkan akan
terjadi kenaikan harga BBM, maka sebelum hari penetapan kenaikan tersebut
masyarakat berbondong-bondong membeli BBM hingga terjadi antrian yang sangat
panjang.
c. Teori Penawaran

Teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara tingkat harga


dengan jumlah barang yang ditawarkan. Analisis perlu dilakukan satu demi satu
setiap faktor yang mempengaruhi penawaran sama halnya yang dilakukan dalam
menganalisis permintaan dengan memisalkan faktor-faktor lain tidak berubah maka
terlebih dahulu diperhatikan perubahan harga terhadap jumlah barang yang
ditawarkan.19 Jadi, semakin tinggi harga, semakin banyak jumlah barang yang
ditawarkan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat harga, semakin sedikit jumlah barang
yang ditawarkan.
d. Faktor Penentu Tingkat Harga

Adapun faktor penentu tingkat harga yaitu sebagai berikut :

18
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 82.
19
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 85.
13

1. Harga Barang itu Sendiri

Kuantitas permintaan akan menurun ketika harganya naik dan sebaliknya


kuantitas permintaan akan meningkat ketika harganya turun, hal ini akan membawa
kita kehukum permintaan.20 Telah dinyatakan bahwa penawaran suatu barang
ditentukan oleh harga barang itu sendiri.
2. Biaya Produksi

Semua biaya yang dikeluarkan oleh produsen untuk pengadaan barang dan
jasa disebut biaya produksi. Besar kecilnya biaya produksi berpengaruh terhadap
banyak sedikitnya barang dan jasa yang ditawarkan. 21 Pada umumnya, produsen akan
mengurangi kegiatan produksi yang menelan biaya besar, sehingga barang yang
dihasilkannya pun terbatas. Akibatnya, jumlah barang/jasa yang ditawarkan
berkurang. Sebaliknya, jika biaya produksinya rendah, produsen akan menghasilkan
barang dalam jumlah besar, sehingga penawaran pun bertambah. Misalnya, untuk
memproduksi sebuah mobil mewah memerlukan biaya yang besar, maka barang yang
dihasilkan terbatas, sehingga penawaran barang mewah tidak sebanyak penawaran
barang lainnya.
3. Tingkat Teknologi

Tingkat teknologi memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan


banyaknya jumlah barang yang dapat ditawarkan. Kenaikan produksi dan
perkembangan ekonomi yang pesat di berbagai negara terutama disebabkan oleh

20
Rita Hanafie, Pengantar Ekonomi Pertanian, Edisi I (Yogyakarta: Andi Offset, 2010),
h. 169.
21
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 88.
14

penggunaan teknologi yang semakin modern. Kemajuan teknoligi telah dapat


mengurangi biaya produksi, mempertinggi produktivitas, mempertinggi mutu barang
dan menciptakan barang-barang yang baru. Dalam hubungannya dengan penawaran
suatu barang, kemajuan teknologi menimbulkan dua efek berikut yaitu : produksi
dapat ditambah dengan lebih cepat, dan biaya produksi semakin murah. Dengan
demikian keuntungan menjadi bertambah tinggi.22 Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa makin tinggi teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi, maka
makin banyak pula penawaran barang/jasa.
4. Harga Barang Lain

Barang-barang ada yang saling bersaingan (barang-barang pengganti) satu


sama lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, barang-barang seperti itu dapat
menimbulkan pengaruh yang penting kepada penawaran sesuatu barang.23 Ketika
minyak tanah dan gas harganya melambung bahkan langka di pasaran, banyak ibu
rumah tangga yang beralih menggunakan arang sebagai bahan bakar alternatif.
Akibatnya, penawaran arang pun meningkat. Arang merupakan barang pengganti
(substitusi) bagi minyak tanah atau pun gas.
5. Tujuan Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda sehingga menimbulkan


efek terhadap penentuan tingkat produksi, dengan demikian penawaran sesuatu
barang akan berbeda sifatnya sekiranya terjadi perubahan dalam tujuan yang ingin
dicapai perusahaan.24 Misalnya, jenis perusahaan milik negara yang bertujuan bukan

22
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 88.
23
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 87.
24
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi Teori Pengantar, h. 88.
15

sekedar mencari keuntungan, melainkan demi melayani kepentingan orang banyak.


Maka, meskipun perusahaan negara mengalami kerugian, tetap tidak akan
mengurangi penawaran. Sebaliknya, perusahaan swasta memiliki tujuan pokok
mencari keuntungan sebesar-besarnya, jika perusahaan tersebut merugi, maka
penawaran swasta pun kian berkurang, bahkan kemungkinan tidak lagi memberikan
penawaran karena mengalami gulung tikar.

Tujuan konsumsi seorangbukanlah mencari utility, melainkan mencari maslahah. Antara

konsep utility.

Menurut Hendri Anto ada empat hal yang membedakan antara utilitydan mas}lahah.

1. Maslahah relatif objektif karena bertolak pada pemenuhan need, karena


need ditentukan berdasarkan pertimbangan rasional normatif dan positif.

Sedangkan dalam utilitas orang mendasarkan pada kriteria yang bersifat

subjektif karenanya dapat berbeda diantara orang satu dengan orang lain.

2. Maslahah individual akan relatif konsisten dengan mas}lahah sosial,

sementara utilitas individu sangat mungkin berbeda dengan utilitas sosial.Hal ini terjadai

karena dasar penentuannya yaang lebih objektif sehingga


lebih mudah dibandingkan, dianalisis dan disesuaikan antara satu orang
dengan orang lain, antara individu dan sosial.

3. Jika mas}lahah dijadikan tujuan dari seluruh pelaku ekonomi yaitu

produsen, konsumen dan distributor, maka arah pembangunan ekonomi


akan menuju pada titik yang sama yaitu peningkatan kesejahteraan hidup

ini akan berbeda dengan utilitas, dimana konsumen akan mengukurnya

dari pemenuhan want-nya, sementara produsen dan distributor yang

mengukur dengan mengedepankan keuntungan yang diperolehnya.

4. Mas}lahah merupakan konsep yang lebih terukur (accountable) dan dapat

diperbandingkan (comparable) sehingga lebih mudah disusun prioritas dan


16

pentahapan dalam pemenuhannya. Hal ini akan mempermudah


perencanaan alokasi anggaran serta pembangunan ekonomi secara

keseluruhan. Sebaliknya, untuk mengukur tingkat utilitas dan

membandingkannya antara satu orang dengan orang lain tidaklah mudah


karena bersifat relatif.4
Sementara itu, Hendrianto menyebutkan dalam bukunya al-Ghazali

berpendapat bahwa mas}lahah dari sesuatu itu harus memenuhi beberapa

kriteria, yaitu:
a. Jelas dan faktual(objektif terukur nyata)
b. Bersifat produktif
c. Tidak menimbulkan konflik keuntungan diantara swasta dan pemerintah
d. Tidak menimbulakn kerugian bagi masyarakat
Rasionalnya konsumen akan memuaskan konsumsinya sesuai
dengan kemampuan barang dan jasa yang dikonsumsi serta kemampuan
konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa tersebut. Dengan demikiankepuasan dan
prilaku konsumen dipengaruhi oleh hal-hak sebagai
berikut:15

a) Nilai guna (utility) barang dan jasa yang dikonsumsi. Kemampuan

barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan


konsumen.
b) Kemampuan konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Daya
beli dari income konsumen dan ketersediaan barang dipasar.
c) Kecenderungan Konsumen dalam menentukan pilihan konsumsi
menyangkut pengalaman masa lalu, budaya, selera, serta nilai-nilai
yang dianut seperti agama dan adat istiadat
Prinsip Dasar Perilaku Konsumen Islami
Ekonomi Islam bukan hanya berbicara tentang pemuasan materi yang
bersifat fisik, tapi juga berbicara cukup luas tentang pemuasan materi yang
bersifat abstrak, pemuasan yang lebih berkaitan dengan posisi manusia sebagai
17

hamba Allah Swt. Prinsip dasar perilaku konsumen Islami diantaranya:

1. prinsip syariah; yaitu menyangkut dasar syariat yang harus terpenuhi

dalam melakukan konsumsi di mana terdiri dari: (a) Prinsip akidah, yaitu
hakikat konsumsi adalah sebagai sarana untuk ketaatan untuk beribadahsebagai perwujudan
keyakinan manusia sebagai makhluk dan khalifah

yang nantinya diminta pertanggungjawaban oleh Pencipta. (b) Prinsip


ilmu, yaitu seseorang ketika akan mengkonsumsi harus mengetahui ilmu

tentang barang yang akan dikonsumsi dan hukum-hukum yang berkaitan


dengannya apakah merupakan sesuatu yang halal atau haram baik ditinjau

dari zat, proses, maupun tujuannya. (c) Prinsip ‘amaliyah, sebagai

konsekuensi aqidah dan ilmu yang telah diketahui tentang konsumsi

Islami tersebut, seseorang dituntut untuk menjalankan apa yang sudah


diketahui, maka dia akan mengkonsumsi hanya yang halal serta menjauhi

yang haram dan syubhat.


2. prinsip kuantitas; yaitu sesuai dengan batas-batas kuantitas yang telah

dijelaskan dalam syariat Islam. Salah satu bentuk prinsip kuantitas ini
adalah kesederhanaan, yaitu mengkonsumsi secara proporsional tanpa

menghamburkan harta, bermewah-mewah, mubadzir, namun tidak juga

pelit. Menyesuaikan antara pemasukan dan pengeluaran juga merupakan


perwujudan prinsip kuantitas dalam konsumsi. Artinya, dalam
mengkonsumsi harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya,
bukan besar pasak daripada tiang. Selain itu, bentuk prinsip kuantitas
lainnya adalah menabung dan investasi, artinya tidak semua kekayaan
digunakan untuk konsumsi tapi juga disimpan untuk kepentingan
pengembangan kekayaan itu sendiri.

3. prinsip prioritas; yaitu memperhatikan urutan kepentingan yang harus

diprioritaskan agar tidak terjadi kemudharatan, yaitu: (1) primer, adalah

konsumsi dasar yang harus terpenuhi agar manusia dapat hidup dan
18

menegakkan kemaslahatan dirinya dunia dan agamanya serta orang


terdekatnya, seperti makanan pokok; (2) sekunder, yaitu konsumsi untuk
menambah/meningkatkan tingkat kualitas hidup yang lebih baik, jika
tidak terpenuhi maka manusia akan mengalami kesusahan; (3) tersier,
yaitu konsumsi pelengkap manusia.

4. prinsip sosial; yaitu memperhatikan lingkungan sosial di sekitarnya

sehingga tercipta keharmonisan hidup dalam masyarakat, di antaranya: (1)


kepentingan umat, yaitu saling menanggung dan menolong sehingga
Islam mewajibkan zakat bagi yang mampu juga menganjurkan shadaqah,
infaq dan wakaf; (2) keteladanan, yaitu memberikan contoh yang baik
dalam berkonsumsi baik dalam keluarga atau masyarakat; dan (3) tidak
membahayakan/merugikan dirinya sendiri dan orang lain dalam
mengkonsumsi sehingga tidak menimbulkan kemudharatan seperti mabukmabukan,
merokok, dan sebagainya.

5. kaidah lingkungan; yaitu dalam mengkonsumsi harus sesuai dengan

kondisi potensi daya dukung sumber daya alam dan keberlanjutannya atau
tidak merusak lingkungan. Seorang muslim dalam penggunaan
penghasilannya memiliki dua sisi, yaitu pertama untuk memenuhikebutuhan diri dan
keluarganya dan sebagiannya lagi untuk dibelanjakan
di jalan Allah.

Para pakar maqasid telah memetakan maqasid syariah menjadi

beberapa bagian, Imam Syatibi membedakan mas}lahah menjadi tiga bagian:


1. Kebutuhan Dharuriyat (Primer)

Kebutuhan Dharuri atau primer ialah kemas}lahatan yang menjadi

dasar tegaknya kehidupan asasi manusia baik yang berkaitan dengan


agama maupun dunia. Jika dia luput dari kehidupan manusia maka
mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan manusia tersebut. Mas}lahat

dharuriyat ini merupakan dasar asasi untuk terjaminnya kelangsungan

hidup manusia. Jika ia rusak maka akan muncul fitnah dan bencana yang
19

besar.

Adapun yang termasuk dalam lingkup mas}lahah dharuriyat ini

ada lima macam, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan


agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Umumnya ulama ushul fiqh
sependapat tentang lima hal tersebut sebagai mas}lahat yang paling asasi. Secara umum,
menghindari setiap perbuatan yang mengakibatkan
tidak terpeliharanya salah satu dari kelima hal pokok (maslahat)

tersebut, tergolong dharury (prinsip). Syariat Islam sangat menekankan

pemeliharaan hal tersebut, sehingga demi mempertahankan nyawa


(kehidupan) dibolehkan makan barang terlarang (haram), bahkan
diwajibkan sepanjang tidak merugikan orang lain. Karena itu bagi orang
dalam keadaan darurat yang khawatir akan mati kelaparan, diwajibkan
memakan bangkai, daging babi dan minum arak.

2. Kebutuhan hajjiyat (Sekunder)

Kebutuhan hajjiyat atau sekunder adalah segala sesuatu yang oleh


hukum syara’ tidak dimaksudkan untuk memelihara lima hal pokok tadi,
akan tetapi dimaksudkan untuk menghilangkan kesulitan, kesusahan,

kesempitan dan ihtiyath (berhati-hati) terhadap lima hal pokok tersebut.

3. Kebutuhan Tahsiniyat (Tersier) atau Kamaliyat (Pelengkap)

Kebutuhan tahsiniya@t (tersier) atau kamaliya@t (pelengkap) ialah

tingkat kebutuhan yang apabila tidak terpenuhi tidak mengancam


eksistensi salah satu dari kelima pokok diatas serta tidak pula

menimbulkan kesulitan. Yang dimaksud dengan mas}lahah jenis ini ialah sifatnya untuk

memelihara kebagusan dan kebaikan budi pekerti serta keindahan saja.


Sekiranya kemaslahatan tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan
tidaklah menimbulkan kesulitan dan kegoncangan serta rusaknya tatanan
kehidupan manusia. Dengan kata lain kemaslahatan ini hanya mengacu
pada keindahan saja. Sungguhpun demikian kemaslahatan seperti ini
dibutuhkan oleh manusia.
20

Konsumsi dharuriyah harus lebih utama dibandingkan konsumsi

hajiyah dan tahsiniyah. Jangan sampai yang tahsiniyah mengancam


terpenuhinya konsumsi dharuriyah

Anda mungkin juga menyukai