Anda di halaman 1dari 9

HADIS PENIMBUNAN

HOARDING HADIST

Oleh : Cindy Prasiskaa,1, Depita Putrib,2, Nursabilac,3, Muhammad Iqbald,4


a
Jurusan Ekonomi syariah, Mahasiswi STAI Al-Ishalahiyah Binjai, Jl.Ir.H.Juanda No. 5, Indonesia, bJurusan
Ekonomi syariah, Mahasiswi STAI Al-Ishalahiyah Binjai, Jl.Ir.H.Juanda No. 5, Indonesia, cJurusan Ekonomi
syariah, Mahasiswi STAI Al-Ishalahiyah Binjai, Jl.Ir.H.Juanda No. 5, Indonesia, dJurusan Ekonomi syariah,
Mahasiswa STAI Al-Ishalahiyah Binjai, Jl.Ir.H.Juanda No. 5, Indonesia.

Chindyprasiska11@gmail.com1, Pdepita03@gmail.com2, sabilahnur27@gmail.com3.

ABSTRAK
Ihtikâr dalam perspektif hukum Islam merupakan taktik perdagangan yang sangat tidak
bermoral dan juga tidak manusiawi, karena praktik perdagangan semacam itu banyak
menimbulkan mudlarat bagi kehidupan manusia. Di antara madlarat yang bisa ditimbulkannya
adalah kesusahan (aldlayyiq) bagi masyarakat di dalam mendapatkan kebutuhan pangan
khususnya dalam hal-hal yang bersifat dlaruri (primer). Dalam hal penimbunan barang-barang
pangan yang bersifat primer dan berakibat kepada kondisi kesusahan (aldlayyiq ), bisa terjadi
karena barang-barang itu secara nominal terbatas dan bisa juga karena harganya sangat tinggi
sehingga tidak diragukan lagi bahwa hukumnya haram. Karena tindakan muhtakir itu
mengakibatkan maslahat orang banyak terabaikan. Mengingat masalah ihtikar tersebut berkaitan
dengan praktik monopoli, maka dengan sendirinya monopoli yang berakibat kesusahan
(aldhayyiq) bagi masyarakat juga haram hukumnya, karena ia merupakan penghantar dari praktik
yang diharamkan hukum Islam. Untuk itu, diperlukan peran pemerintah guna menghindari
praktik praktik tidak terpuji. Bahkan di dalam menanggulangi praktik-praktik itu pemerintah
berhak menentukan hukuman.
Kata Kunci: ihtikâr, ekonomi Islam, Hukum Islam

ABSTRACT

Ihtikar in the perspective of Islamic law is a tactic of very immoral and inhuman trade,
because Such trading practices cause a lot of harm to human life. Among the madlarations it can
inflict are difficulties (aldlayyiq) for the community in getting their needs food, especially in
matters that are dlaruri (primary). In terms of hoarding of food items that are primary and result
in to conditions of distress (aldlayyiq), can occur because of goods it is nominally limited and it
can also be because the price is very high so there is no doubt that the law is haram. Because of
action muhtakir it resulted in the benefit of many people being neglected. Remember the ihtikar
problem is related to monopolistic practices, then with itself is a monopoly which results in
difficulties (aldhayyiq) for the community is also unlawful, because it is a conductor of practices
that forbidden by Islamic law. For this reason, the role of the government is needed to avoid

1
unscrupulous practices. Even in tackling For these practices the government has the right to
determine punishment.
Keywords: ihtikâr, Islamic economics, Islamic law.

1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempertahankan kesejahteraannya manusia diberi kebebasan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya selama tidak bertentangan dengan kepentingan orang lain. Istilah bisnis dan perdagangan sudah
sangat familiar dalam kalangan masyarakat karena kehidupan manusia seolah tidak pernah lepas dari kata
bisnis. Bisnis dan perdagangan merupakan proses tukar menukar yang didasarkan atas kehendak sukarela
dari masing-masing pihak. Perdagangan dalam konsep Islam merupakan wasilat al-hayat sarana manusia
untuk memenuhi kebutuhan jasadiyah dan ruhiyah agar manusia dapat meningkatkan martabat dan citra
dirinya dengan baik sesuai fitrahnya sebagai mahluk Allah yang memiliki potensi ketuhanan, sarana
mendidik dan melatih jiwa manusia sebagai khalifah di muka bumi untuk memproduksi khalifah-khalifah
yang tangguh dan memiliki kejujuran diri.
Berdasarkan Sabda Rasulullah, para ulama sepakat mengatakan bahwa ihtikaar tergolong dalam
perbuatan yang dilarang (haram). Yang dimaksud dengan menimbun disini yaitu membeli kemudian
menyimpan bahan makanan atau bahan-bahan kebutuhan masyarakat lainnya dan menjualnya disaat
masyarakat membutuhkan terhadap barang-barang tersebut dengan tujuan agar harga bertambah mahal.
Penimbunan barang berpengaruh pada kehidupan masyarakat khususnya bagi masyarakat yang
ekonominya menengah kebawah karena ia harus membeli barang dengan harga yang sangat mahal.
Dengan permasalahan yang timbul diatas, maka penulis mengambil judul “Penimbunan Bahan Pokok
Perspektif Masyarakat Bawean (Studi Fiqh Muamalah)”.

B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam paper ini diantaranya yaitu:
1. Apa Pengertian Ihtikar?
2. Apa Saja Dasar Hukum Ihtikar?
3. Apa Saja Jenis Barang yang Haram Ditimbun?
4. Apa Kriteria Ihtikar dalam Islam?
5. Apa Saja Perbedaan dan Persamaan Ihtikar dengan Monopoli?

C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan dari penulisan paper ini yaitu:
1. Agar Dapat Memahami Pengertian Dari Ihtikar.
2. Agar Dapat Mengetahui Dasar-Dasar Hukum Ihtikar.
3. Agar Mengetahui Jenis Barang Apa Saja Yang Haram Untuk Ditimbun.
4. Agar Dapat Memahami Kriteria Dalam Islam
5. Agar Dapat Mengetahui Serta Memahami Apa Saja Persamaan Dan Perbedaan Ihntikar Dengan
Monopoli.

2
2. TINJAUAN PUSTAKA
Bahasan tentang masalah penimbunan telah banyakditemukan dalam buku-buku maupun tulisan-
tulisan lain, baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosiologis hukum, maupun hukum Islam. Untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai posisi penelitian ini di hadapan kajian-kajian yang telah
dilakukan, berikut pengertian tentang penimbunan. Ihtikâr secara etimologi adalah perbuatan menimbun,
pengumpulan (barang barang) atau tempat untuk menimbun. Sedangkan secara terminologis adalah
menahan (menimbun) barang-barang pokok manusia untuk dapat meraih keuntungan dengan menaikkan
harganya serta menunggu melonjaknya harga di pasaran.1Jadi dapat disimpulkan bahwa Ihtikar atau
penimbunan adalah seseorang membeli barang kemudian menimbunnya agar barang itu menjadi langka
dipasaran sehingga harganya meningkat, setelah meningkat barulah barang tersebut dijual.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan studi literatur dengan mencari, mengumpulkan, serta mengolah data - data
yang relevan. Studi kasus yang diperoleh bersumber dari kasus berita yang relevan. Referensi mengenai
teori didapat melalui studi literatur yang digunakan untuk menganalisis studi kasus dan data. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder, di mana sumbernya dari skripsi, jurnal, buku, serta website yang
terkait. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dengan menganalisis dan
membedah data yang didapatkan, serta memberikan penjelasan antara kasus dengan teori.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pengertian Ihtikar
Menurut bahasa Ihtikar adalah perbuatan menimbun, mengumpulkan, atau menahan barang dengan
harapan untuk mendapatkan harga yang mahal. Sedangkan menurut istilah Ihtikar adalah menahan atau
menimbun barang-barang pokok manusia untuk meraih keuntungan dengan menaikkan harganya serta
menunggu melonjaknya harga dipasaran. Beberapa definisi penimbunan barang (ihtikâr) menurut
beberapa pendapat yaitu:
a. Imam al-Ghazali (Mazhab Syafi‟I) mendefinisikan ihtikâr sebagai penyimpanan barang dagangan
oleh penjual makanan untuk menunggu melonjaknya harga dan penjualannya ketika harga melonjak.
b. Ulama Mazhab Maliki mendefinisikan ihtikâr adalah penyimpanan barang oleh produsen baik,
makanan, pakaian, dan segala barang yang merusak pasar.
c. As-Sayyid Sabiq dalam Fiqh as-Sunnah menyatakan al-Ihtikar sebagai membeli suatu barang dan
menyimpannya agar barang tersebut berkurang di masyarakat sehingga harganya meningkat sehingga
manusia akan mendapatkan kesulitan akibat kelangkaan dan mahalnya harga barang tersebut.
d. Adiwarman Karim mengatakan bahwa al-Ihtikar adalah mengambil keuntungan di atas keuntungan
normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi, atau istilah
ekonominya disebut dengan monopoly’s rent.2
Jadi, ihtikar adalah menimbun atau mengumpulkan barang-barang pokok manusia serta menaikkan
harganya ketika melonjak tinggi demi mendapatkan keuntungan besar.

1
http://asyarihasanpas.blogspot.com/2009/02/monopoli-dan-ihtikar-dalam-hukum.html diakses tanggal 21
Juni 2022.
2
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: IIIT Indonesia, 2000),h. 154

3
B. Dasar Hukum Ihtikar
Menurut prinsip hukum Islam, barang apa saja yang dihalalkan oleh Allah SWT untuk memilikinya,
maka halal pula untuk dijadikan sebagai obyek perdagangan. Dasar hukum yang digunakan para ulama
fiqh yang tidak membolehkan adanya ihtikaar adalah kandungan nilai-nilai universal al-Qur’an yang
menyatakan bahwa setiap perbuatan aniaya termasuk didalamnya ihtikaar diharamkan oleh agama islam.
1. Al-Qur’an
QS. Al-Hasyr ayat 7

‫سبِ ْي ۙ ِل ك َْي اَل يَ ُك ْونَ د ُْولَةً ۢ بَيْنَ ااْل َ ْغنِيَ ۤا ِء ِم ْن ُك ۗ ْم‬ ٰ ‫هّٰللا‬
َّ ‫س ْو ِل َولِ ِذى ا ْلقُ ْر ٰبى َوا ْليَ ٰتمٰ ى َوا ْل َم ٰس ِك ْي ِن َوا ْب ِن ال‬ ُ ‫س ْولِ ٖه ِمنْ اَه ِْل ا ْلقُ ٰرى فَلِلّ ِه َولِل َّر‬ ُ ‫َمٓا اَفَ ۤا َء ُ ع َٰلى َر‬
َ َ ‫س ْو ُل فَ ُخ ُذ ْوهُ َو َما نَ ٰهى ُك ْم َع ْنهُ َفا ْنتَ ُه ْو ۚا َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِنَّ هّٰللا‬
ِ ۘ ‫ش ِد ْي ُد ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬ ُ ‫َو َمٓا ٰا ٰتى ُك ُم ال َّر‬

Artinya: Apa saja (harta yang diperoleh tanpa peperangan) yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya
dari penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang miskin,
dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang
kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu
tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.

QS. Al- Maidah ayat 2

ۤ
‫ َوانًا ۗ َواِ َذا‬r‫ض‬
ْ ‫اًل ِّمنْ َّربِّ ِه ْم َو ِر‬r‫ض‬ ْ ‫ْي َواَل ا ْلقَاَل ۤ ِٕى َد َوٓاَل ٰا ِّميْنَ ا ْلبَيْتَ ا ْل َح َرا َم يَ ْبتَ ُغ ْونَ َف‬ َّ ‫ش َع ۤا ِٕى َر هّٰللا ِ َواَل ال‬
َ ‫ش ْه َر ا ْل َح َرا َم َواَل ا ْل َهد‬ َ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا اَل ت ُِحلُّ ْوا‬
‫ا َونُ ْوا َعلَى ااْل ِ ْث ِم‬rr‫و ۖى َواَل تَ َع‬rٰ r‫ ِّر َوالتَّ ْق‬rِ‫ا َونُ ْوا َعلَى ا ْلب‬rr‫د ُْو ۘا َوتَ َع‬rَ‫ َر ِام اَنْ تَ ْعت‬r‫ ِج ِد ا ْل َح‬r‫س‬ ْ ‫د ُّْو ُك ْم َع ِن ا ْل َم‬r‫ص‬
َ ْ‫و ٍم اَن‬r ْ rَ‫شنَ ٰانُ ق‬ َ ‫اصطَاد ُْوا َۗواَل يَ ْج ِر َمنَّ ُك ْم‬ ْ َ‫َحلَ ْلتُ ْم ف‬
ِ ‫ش ِد ْي ُد ا ْل ِعقَا‬
‫ب‬ َ َ ‫ان ۖ َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِنَّ هّٰللا‬
ِ ‫َوا ْل ُعد َْو‬

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar (kesucian) Allah,
jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-hewan kurban)
dan qalā’id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda), dan jangan (pula mengganggu) para pengunjung
Baitulharam sedangkan mereka mencari karunia dan rida Tuhannya! Apabila kamu telah bertahalul
(menyelesaikan ihram), berburulah (jika mau). Janganlah sekali-kali kebencian(-mu) kepada suatu kaum,
karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat melampaui batas
(kepada mereka). Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah
sangat berat siksaan-Nya.

2. Hadist Nabi

a. Hadist yang diriwayatkan Sa’id bin Musayyab

‫ الَ يَ ْحتَ ِك ُر ِإالَّ َخاطٌِئ‬:‫ قَا َل‬.‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ول هَّللا‬
ِ ‫س‬ُ ‫عَنْ َم ْع َم ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ عَنْ َر‬
Artinya: Dari Sa'id bin Musayyab ia meriwayatkan: Bahwa Ma'mar, ia berkata, "Rasulullah saw.
bersabda, “Barang siapa menimbun barang, maka ia berdosa'," (HR Muslim)

3. Pendapat Para Ulama

4
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum ihtikar. Diantara perbedaan hukum ihtikar tersebut
adalah sebagai berikut:3
1. Menurut Ulama‟ Maliki ihtikar hukumnya haram secara mutlak (tidak dikhususkan bahan makanan
saja), hal ini didasari oleh sabda Nabi SAW yang artinya : “Barangsiapa menimbun maka dia telah
berbuat dosa.” (HR. Muslim).
2. Mazhab Hanafi secara umum berpendapat, ihtikar hukumnya makruh tahrim. Makruh tahrim adalah
istilah hukum haram dari kalangan usul fiqh Mazhab Hanafi yang didasarkan pada dalil zhanni
(bersifat relatif).
3. Menurut Ulama‟ Syafi‟i ihtikar hukumnya haram, berdasarkan hadist Nabi dan ayat al-Qur‟an yang
melarangnya melakukan ihtikar.
4. Ulama Mazhab Hanbali juga mengatakan ihtikar diharamkan syariat karena membawa mudharat
yang besar terhadap masyarakat dan negara, karena Nabi SAW telah melarang melakukan ihtikar
terhadap kebutuhan manusia.
5. Boleh ihtikar secara mutlak, Mereka menjadikan hadits-hadits Nabi SAW yang
memerintahkan orang yang membeli bahan makanan untuk membawanya ke
tempat tinggalnya terlebih dahulu sebelum menjualnya kembali sebagai dalil
dibolehkahnya ihtikar, seperti dalam hadits yang artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. beliau berkata: "Aku
melihat orang-orang yang membeli bahan makanan dengan tanpa ditimbang pada zaman Rosulullah
SAW mereka dilarang menjualnya kecuali harus mengangkutnya ke tempat tinggal mereka terlebih
dahulu." (Muslim).

C. Jenis Barang Yang Haram Ditimbun


1. Kelompok yang pertama mendefinisikan ihtikar sebagai penimbunan yang hanya terbatas pada
bahan makanan pokok (primer) saja
2. Kelompok yang kedua mendefinisikan Ikhtikar yaitu menimbun segala barang barang keperluan
manusia baik primer maupun sekunder.

D. Kriteria Ihtikar Dalam Islam


1. Bahwa barang yang ditimbun adalah kelebihan dari kebutuhannya berikut tanggungan untuk
persediaan setahun penuh.
2. Bahwa orang tersebut menunggu saat-saat memuncaknya harga barang agar dapat dijual dengan
harga yang lebih tinggi.
3. Bahwa penimbunan dilakukan dimana manusia sangat membutuhkan barang yang ditimbun. 4

E. Persamaan Antara Ihtikar Dengan Monopoli


Ada beberapa persamaan antara Ihtikar dengan Monopoli yaitu: 5

3
Al-Muslim, Shahih Muslim, Juz II (Beirut: Dar Ihya' Turats al-'Araby), h. 710
4
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru,1996),655
5
Iswardono, Ekonomi Mikro (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1990),104

5
1. Monopoli dan ihtikar sama-sama memiliki unsur kepentingan sepihak dalam mempermainkan
harga.
2. Pelaku monopoli dan al ihtikar sama-sama memiliki hak opsi untuk menawarkan barang-barang
ke pasaran ataupun tidak menawarkannya.
3. Monopoli dan ihtikar dapat mengakibatkan kerugian dan ketidakpuasan kepada masyarakat.

F. Perbedaan Antara ihtikar Dengan Monopoli


Perbedaan antara ihtikar dengan Monopoli yaitu:
1. Praktek monopoli adalah legal dan bahkan dinegara tertentu dilindungi oleh undang-undang
atau aturan suatu negara, sedangkan ihtikar merupakan aktivitas ekonomi yang illegal.
2. Untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum dalam ihtikar kelangkaan dan kenaikan
harga terjadi dalam waktu dan tempo yang sentitif dan dapat mengakibatkan inflasi, sedangkan
monopoli kenaikan harga biasanya cenderung dipengaruhi oleh mahalnya biaya produksi dan
operasional suatu perusahaan walaupun kadang-kadang juga dipengaruhi oleh kelangkaan
barang.
3. Perusahaan monopolis cenderung dalam melakukan aktivitas ekonomi dan penetapan harga
mengikuti peraturan pemerintah, sedangkan ihtikar dimana dan kapan pun bisa dilakukan oleh
siapa saja , sebab penimbunan sangat mudah untuk dilakukan.

G. Hikmah Dari Larangan Melakukan Ikhtikar


Imam Nawawi Menjelaskan hikmah dari larangan melakukan ikhtikar adalah mencegah hal hal yang
menyulitkan manusia secara umum, oleh karena nya para ulama sepakat apabila ada orang memiliki
makanan lebih, sedangkan manusia lain sedang kelaparan dan tidak ada makanan kecuali yang ada pada
orang tadi, maka wajib bagi orang tersebut menjual atau memberikan dengan cuma cuma makanannya
kepada manusia supaya manusia tidak kesulitan.
Penimbunan barang merupakan halangan terbesar dalam pengaturan persaingan dalam pasar Islam. Dalam
tingkat internasional, menimbun barang menjadi penyebab terbesar dari krisis yang dialami oleh manusia
sekarang, yang mana beberapa negara kaya dan maju secara ekonomi memonopoli produksi,
perdagangan, bahan baku kebutuhan pokok. Bahkan, negara negara tersebut memonopoli pembelian
bahan bahan baku dari negara yang kurang maju perekonomian nya dan memonopoli penjualan komoditas
industri yang dibutuhkan oleh negara-negara tadi. Hal iitu menimbulkan bahaya besar terhadap keadilan
distribusi kekayaan dan pendapatan dalam tingkat dunia. Islam mengharamkan orang yang menimbun dan
mencegah harta dari peredaran. Islam mengancam mereka yang menimbunnya dengan siksa yang pedih di
hari kiamat. Allah SWT berfirman dalam surat At Taubah ayat 34-35

Artinya, "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah,
maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.” (34)
“(Ingatlah) pada hari ketika emas dan perak dipanaskan dalam neraka Jahanam, lalu dengan itu disetrika

6
dahi, lambung dan punggung mereka (seraya dikatakan) kepada mereka, “Inilah harta bendamu yang
kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (35) 6

6
QS. At Taubah (9): 34-35

7
5. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, menahan ( menimbun ) barang barang pokok
manusia untuk meraih keuntungan dengan menaikan harganya adalah haram. Menimbun barang
diharamkan menurut para ulama fiqh bila memenuhi tiga kriteria sebagai berikut; barang yang ditimbun
melebihi kebutuhannya dan kebutuhan keluarga untuk masa satu tahun penuh, menimbun untuk dijual,
kemudian pada waktu harganya melambung tinggi dan kebutuhan baru dijual sehingga harganya mahal,
dan barang yang ditimbun ialah kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, sandang, dan lain lain.

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas Hadist Ekonomi pada Prodi Ekonomi Syariah,
STAI AL- ISHLAHIYAH BINJAI. Penulis menyadari dalam penulisan karya tulis ilmiah ini masih
terdapat kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat
menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

REFERENSI

[1] Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT. Ikhtiar Baru, 1996
[2] Hasan, Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
[3] Soemitra, Andri. Hukum Ekonomi Syariah dan Fiqh Muamalah di Lembaga Keuangan dan Bisnis
Kontenporer. Cet. I; Jakarta: Kencana. 2019
[4] Rozalinda. (2014). Ekonomi Islam, Jakarta : CV. PT. Raja Grafindo Persada.

[5] Nasution, Mustafa Edwin. Pengantar Eksklusif Ekonomi Islam. Cet. V; Jakarta: Kencana.2016

[ 6] Nur, Diana Ilfi. Hadis-hadis Ekonomi, Malang: CV. UIN Malang Press.

[7] Al Qilmani, Abu Dzar. (2004). Kunci Mencari Rejeki yang Halal , Jakarta: CV. Mizan.

[8] Havis Aravik, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Kontenporer, (Cet. I; Jakarta, Kencana,2017)

[9] Al-Munajjid ,Syaikh Muhammad Shalih. Dosa-dosa yang Dianggap Biasa, (2003) Jakarta: CV. Darul
Haq.

[10] Wahyuni, Afidah. Ihtikâr Dalam Sorotan Hukum Islam (Jurnal Ahkam, UIN Syarif Hidayatullah:
Jakarta, Vol XI, No1 Januari 2011).

[11] Al-Qardhawi, Yusuf. Halal Haram Dalam Islam. Surabaya: PT Bina Ilmu. 2000. , Yusuf. Fatwa-
Fatwa Kontemporer. Jakarta: Gema Insani Press. Jilid 2.1995.

[12] Margono, Suyud. Hukum Anti Monopoli. jakarta: Sinar Grafika. 2009.
[13] Muhammad, Ali. e-book Hukum Menimbun Barang Dagang. Gresik: Al-Furqon. 2008.

8
[14] Basri, Ikhwan Abidin. Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani Press. 2001
[15] Tim Kajian Dakwah Al Hikmah, Tidak Boleh Menimbun Barang (STID AlHikmah-Sekolah Tinggi
Ilmu Dakwah Dirosat Islamiyah, Jakarta, 2011). Lihat http://alhikmah.ac. id/2011/tidak-boleh-menimbun-
barang/, Minggu, 14/06/2015. Umar,

Anda mungkin juga menyukai