Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS DAMPAK PRAKTIK IHTIKAR GAS LPJ TERHADAP MASYARAKAT


DESA TELUK KEPAYANG

OLEH :

RAUDAH NUR AZIZAH (190102040202)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

BANJARMASIN

2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................................

LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................................... 2

RUMUSAN MASALAH .................................................................................................... 6

TUJUAN PENELITIAN ..................................................................................................... 6

MANFAAT PENELITIAN ................................................................................................ 6

BATASAN ISTILAH ......................................................................................................... 6

KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA ................................................................................

1
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia ekonomi khususnya dalam aktivitas muamalah yang menjadi
subjek atau pelaku di dalamnya yakni penjual dan pembeli. Kegiatan transaksi yang
terjadi antara penjual dan pembeli terdapat dua unsur yang di peroleh oleh masing-
masing yakni keuntungan bagi penjual dan kepuasan bagi pembeli.
Keuntungan merupakan tujuan yang ingin didapatkan oleh sebagian besar
pedagang. Yang melatarbelakangi tujuan tersebut ialah kebutuhan akan biaya hidup
yang semakin tinggi serta prinsip tak mau dan takut menerima kerugian, inilah yang
menjadi penyebab tingginya tingkat optimisme pedagang untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya.
Islam merupakan suatu pedoman hidup yang mengatur segalanya dengan
sempurna. Sebagai suatu pedoman hidup , ajaran islam terdiri atas hukum-hukum
yang mencakup keseluruhan sisi kehidupan manusia. Tidak hanya mengatur
hubungan langsung dengan Allah SWT tetapi juga mengatur hal-hal yang
berhubungan dengan aktivitas muamalah atau jual beli. Hukum Islam yang mengatur
aktivitas muamalah merupakan bagian penting dari hidup dan kehidupan manusia
khususnya dalam ekonomi. Muamalah itu sendiri adalah aturan-aturan Allah SWT
yang menghubungkan manusia dengan manusia serta berkaitan dengan cara
memperoleh dan mengembangkan harta benda sesuai dengan syariat Islam.1
Dalam sistem perekonomian Islam, tidak dibenarkan teori ekonomi kapitalis
dan sosialis yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan yang lebih
banyak seperti monopoli, spekulasi dan penimbunan barang serta praktek-praktek
lainnya. Sebab praktek yang demikian itu membawa kemudharatan yang fatal
terhadap perekonomian masyarakat sehingga timbul kepincangan ekonomi antara
pengusaha yang punya modal besar dengan rakyat sebagai konsumen. Kemudharatan
itu akan semakin parah dan terbuka lebar, jika para pengusaha dan pedagang tersebut
menimbun barang dagangannya dan menjualnya dengan harga yang tinggi untuk
mendapatkan keuntungan tanpa memperhatikan kesulitan konsumen.
Para pedagang hanya mencari keuntungan semata tanpa melihat mana yang
dibolehkan dan mana yang dilarang, para pelaku ekonomi zaman sekarang tidak
mengetahui tentang tata cara bermuamalah menurut Al-qur’an dan Hadits.

1
Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm.3

2
Dalam tingkat Internasional, menimbun barang merupakan penyebab terbesar
dari krisis ekonomi yang dialami oleh manusia sekarang,di mana beberapa negara
kaya dan maju secara ekonomi memonopoli produksi dan perdagangan beberapa
kebutuhan makan dan industri dunia dan lain 2 sebagainya. Para pelaku monopoli
mempermainkan barang yang dibutuhkan oleh umat dan memanfaatkan hartanya
untuk membeli barang kemudian menahannya sambil menunggu naiknya harga
barang itu tanpa memikirkan penderitaan umat karenanya.
Sistem ekonomi Islam sangat mengutamakan persamaan,kesempatan dan
pemerataan distrubsi pendapatan. Untuk mencapai persamaan itu, Islam melarang
adanya praktek penimbunan barang dagangan dalam aktifitas muamalah, sebab hal itu
adalah suatu kezaliman. Penimbunan semacam ini dilarang dan ditegah karena ia
merupakan bukti keburukan moral serta mempersulit manusia.2
Dengan menimbun barang untuk dijual dengan harga yang lebih tinggi, disaat
orang-orang sedang mencari dan tidak mendapatkannya, hal ini dipandang
penganiayaan terhadap orang lain dan berdosa bagi pelakunya, tetapi berbeda dengan
dari sudut pandang kapitalis yang tanpa norma dan etika dimana setiap masyarakat
bebas menumpuk harta kekayaan, mengembangkan sekalipun mendatangkan mudarat
bagi orang lain. Dalam arti kata lain penimbunan barang dibolehkan jika ia adalah
untuk mengekalkan kestabilan harga suatu barang tanpa menghiraukan bahaya yang
menimpa masyarakat.
Prinsip ekonomi kapitalis dalam kegiatan ekonomi adalah modal sedikit
dengan keuntungan sebanyak-banyaknya, segala cara dihalalkan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan sekalipun mengorbankan orang lain. Dalam prinsip ekonomi
Islam di atas berarti semua aktifitas ekonomi yang dilaksanakan baik dalam produksi,
pemasaran, konsumsi, industri dan jasa harus berpedoman kepada asas-asas dan
peraturan Al-qur’an dan Hadits. Meskipun Islam memberi kesempatan bagi setiap
orang untuk menjalankan aktifitas ekonominya, namun sangat menekankan adanya
sikap jujur bagi setiap pengusaha muslim. Islam sangat menentang sikap ketidak
jujuran, kecurangan, penipuan, spekulasi dan penimbunan barang oleh
persekongkolan rahasia para pengusaha yang sangat merugikan para konsumen.
Salah satu dari beberapa jual beli yang sah, tetapi dilarang yaitu menahan atau
menimbun barang (ihtikar) agar dapat dijual dengan harga yang lebih mahal,

2
Al-Ghazali, Benang Tipis Antara Halal dan Haram, (Surabaya: Putra Pelajar, 2002), hlm, 224-225

3
sedangkan masyarakat umum memerlukan barang itu. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat al-Hajj: 25,

‫ب أ ِل ٍيم‬ َ ‫بظلم نُذِقهُ مِ ْن‬


ٍ ‫عدُا‬ ٍ ‫َو َم ْن يُردْ فِي ِه بال َحا ٍد‬

Artinya: “Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim,
niscaya akan kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih”.3

Dan dari Ali ra: “Barang siapa menimbun makanan selama empat puluh hari maka
hatinya keras”. Dari Ali juga bahwasanya ia membakar makanan yang ditimbun dengan api.
Ketahuilah bahwa larangan itu mutlak.4
Berdasarkan dari hadist di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penimbunan
barang adalah dilarang yaitu dengan mengambil kesempatan di atas kesempitan orang
lain yang baginya mendatangkan keuntungan(individu) dan kesusahan pada orang lain
(masyarakat umum) dan hukumnya adalah haram.

Ihtikar seringkali diterjemahkan sebagai monopoli. Padahal sebenarnya ihtikar


tidak identik dengan monopoli. Ihtikar adalah membeli sesuatu untuk ditimbun, dengan
tujuan supaya tidak banyak jumlahnya di pasaran sehingga harganya naik atau istilah
ekonominya monopoly’s rent. Manakala monopoli (monopoly) pula bermaksud satu-
satunya penjual (tunggal). Dalam teori ekonomi konvensional dikenal natural monopoly
yang memerlukan investasi yang sanagt besar. Karena itu, sektor ini perlu dilindungi
dari masuknya pesaing baru. Ini berbeda dalam ekonomi Islam yang tidak mengenal
sikap mendua itu. Siapa pun boleh berbisnis tanpa peduli apakah dia satu-satunya
penjual (monopoli) atau ada penjual lain. Jadi monopoli boleh saja tetapi ihtikar tidak
boleh dilakukan.5

Menurut prinsip hukum Islam, barang apa saja yang dihalalkan oleh Allah SWT
untuk memilikinya, maka halal pula untuk dijadikan sebagai obyek perdagangan.
Demikian pula segala bentuk yang diharamkan untuk memilikinya maka haram pula
untuk memperdagangkannya. Namun terdapat ketentuan hukum Islam yang
menyatakan bahwa pada dasarnya barang tersebut halal menurut ketentuan hukum
islam, akan tetapi karena sikap dan perbuatan para pelaku atau pedagang bertentangan
dengan syara’ maka barang tersebut menjadi haram seperti halnya penimbunan barang

3
Departemen agama RI, Al-quran dan Terjemahannya, (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah), Q.S Al-Hajj : 25
4
Imam Al-Ghazali, Ihya’Ulumiddin, Terjm. Ismail Ykub ( Semarang: CV. Asy Syifa, 2003) jilid 111, hlm. 241
5
Adiwarman A.Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani, 2001) hlm. 30.

4
yang banyak dilakukan oleh para pedagang di pasar yang dapat merugikan orang
banyak. Dasar hukum yang digunakan para ulama fiqh yang tidak membolehkan
adanya ihtikar adalah kandungan nilai-nilai universal Al-qur’an yang menyatakan
bahwa setiap perbuatan aniaya termasuk didalamnya ihtikar diharamkan oleh agama
islam.6

Islam tidak pernah menetapkan jumlah atau presentase tertentu atas keuntungan
dari suatu jual beli yang hanya digariskan oleh Islam adalah tidak ada penzaliman yang
juga berarti tidak ada pihak yang dizalimi. Selain itu, sudah jelas bahwa Allah swt.
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Al-Baqarah: [2]: 275). Di
Indonesia, pemaknaan monopoli identik monopoly’s rent/ ihtikar sehingga dengan
tegas pemerintah mengeluarkan Undang-undang Anti Monopoli No.09 Tahun 1999.7

Desa Teluk Kepayang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Kusan Hulu Kabupaten Tanah Bumbu. Mayoritas masyarakat desa tersebut bermata
pencaharian sebagai petani dan juga sebahagian bermata pencaharian sebagai
pedagang. Salah satu yang menjadi kebutuhan pokok manusia yang diperjual belikan
di Desa Teluk Kepayang yaitu LPG 3 kg, namun terdapat praktek jual beli gas LPG 3
kg di desa tersebut telah melebihi harga eceran tertinggi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Harga eceran tertinggi adalah penetapan harga maksimum yaitu batas
tertinggi harga penjualan yang harus dipatuhi oleh produsen.8

Belakangan ini perekonomian masyarakat sedang tidak stabil, terlebih sekarang


masyarakat dihadapkan dengan kelangkaan barang kebutuhan yaitu gas LPG 3kg hal ini
lah yang dimanfaatkan oleh oknum untuk mencari penghasilan dengan cara menumpuk
barang (ihtikar) sehingga pada waktuwaktu tertentu mereka jual namun dengan harga
yang melonjak mahal dari harga agen, masyarakat terpaksa membeli atas dasar
kebutuhan.9

Peneliti mengambil responden masyarakat di Desa Teluk Kepayang karena


mereka yang sangat merasakan dan sangat mengeluhkan masalah ini, selain itu mereka

6
Umar Bin Khatab, Figh Ekonomi, Terjm, H. Asmuni Solihan Zamakhsyari (Jakarta: Kaufa Pustaka Al-Kautsar
Grup, 2006) cet. Pertama, hlm. 603-604
7
Nikmatul Masruroh, “Larangan Ihtikar Di Indonesia”, Interest, Vol. 13 No. 1, Oktober 2015, hlm. 81
8
Astriani Saputri, Analisis Ekonomi Islam Terhadap Jual Beli Gas Elpiji 3 kg Diatas Harga Eceran Tertinggi di
Desa Bulukamase Kec. Sinjai Selatan, (skripsi: Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai, 2019), hlm. 4
9
Rosidah, Masyarkat desa Teluk Kepayang, Wawancara, 15 Juni, 2022

5
juga memiliki kontak langsung kepada oknum sehingga hasil dari penelitian nantinya
dapat dipertanggung jawabkan dan praktik-praktik ihtikar dapat diminimalisir bahkan
dapat dihilangkan. Berdasarkan permasalahan yang mendasari penelitian ini maka
peneliti menggunakan masyarakat di Desa Teluk Kepayang sebagai obyek penelitian.

Berdasarkan uraian yang telah penulis sebutkan, yang berkaitan dengan


penetapan harga gas LPG 3 kg eceran yang lebih mahal dari harga agen, maka penulis
fokus pada sasaran objek praktik ihtikar gas LPG 3 kg serta dampak praktik tersebut
terhadap masyarakat, karena itu penulis mengambil judul penelitian “ANALISIS
DAMPAK PRAKTIK IHTIKAR GAS LPG TERHADAP MASYARAKAT DESA
TELUK KEPAYANG”.

B. Batasan Masalah
Mengacu pada latar belakang diatas, peneliti mengungkapkan batasan masalah dalam
penelitian ini hanya berfokus pada praktik ihtikar gas LPG 3 kg yang terjadi dan
dampak yang akan ditimbulkan dari praktik ihtikar terhadap masyarakat Desa Teluk
Kepayang
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuangkapkan sebelumnya, maka permusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana praktik ihtikar gas LPG di Desa Teluk Kepayang?
2. Bagaimana dampak praktik ihtikar gas LPG terhadap masyarakat di Desa Teluk
Kepayang?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Praktik ihtikar gas LPJ di Desa Teluk Kepayang.
2. Dampak praktik ihtikar gas LPJ terhadap masyarakat di Desa Teluk Kepayang
E. Kajian Pustaka
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian oleh Moch. Bukhori Muslim (2010), berjudul “Ihtikar Dan Dampaknya
Terhadap Dunia Ekonomi”.
2. Penelitian oleh Lukman Hakim (2016), berjudul “Ihtikar Dan Permasalahannya Dalam
Perspektif Hukum Islam”.

6
3. Penelitian oleh Irmansyah (2017), berjudul “Penimbunan Beras Yang Diperdagangkan
Menurut Imam Al-Ghazali”
4. Penelitian oleh Liana (2018), berjudul “Praktik Monopoli Oleh Pengusaha Hasil Bumi
Dalam Perspektif Hukum Islam”
Ada beberapa penelitian yang terkait dengan permasalahan yang diungkapkan
peneliti sebelumnya. Dan penelitian tersebut dapat peneliti ungkapkan melalui tabel
berikut:
Judul Penelitian Persamaan Perbedaan
Ihtikar Dan Penelitian betujuan Selain dampak perilaku
Dampaknya Terhadap mengetahui dampak ihtikar, penyebab
Dunia Ekonomi perilaku ihtikar, yaitu perilaku ihtikar juga
menimbulkan menjadi sasaran
kemudharatan dan penelitian.
ketidakadilan bagi
masyarakat.
Ihtikar Dan Penelitian betujuan Penerapan kebijakan
Permasalahannya mengetahui dampak pengeloalaan jatah
Dalam Perspektif perilaku ihtikar, yaitu barang komoditi suatu
Hukum Islam menimbulkan barang
kemudharatan dan
ketidakadilan bagi
masyarakat.
Penimbunan Beras Penelitian betujuan Sasaran objek penelitian
Yang Diperdagangkan mengetahui dampak penumpukan suatu
Menurut Imam Al- perilaku ihtikar, yaitu barang komoditi.
Ghazali menimbulkan
kemudharatan dan
ketidakadilan bagi
masyarakat.
Praktik Monopoli Oleh Penelitian betujuan Mengkaji pandangan
Pengusaha Hasil Bumi mengetahui dampak lebih kehukum islam,
Dalam Perspektif perilaku ihtikar, yaitu sedangkan penulis
Hukum Islam menimbulkan

7
kemudharatan dan hanya dari pandangan
ketidakadilan bagi masyarakat.
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai