Anda di halaman 1dari 12

“MEKANISME PASAR DAN PERSOALAN RIBAH

DALAM PANDANGAN ISLAM”

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

AULIA ADRISTI (11000122076)

MUH. FALIH AL AFIF (11000122084)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya berupa iman, islam, dan ilmu serta bimbingan-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MEKANISME PASAR
DAN PERSOALAN RIBAH DALAM PANDANGAN ISLAM”.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Hukum Ekonomi Syariah” dan semoga segala
yang tertuang dalam makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

Gowa, 18 September 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..
1

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………
3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar……………………………………………………………………... 4
B. Mekanisme Pasar dalam Islam……………………………………………………… 4
C. Prinsip-Prinsip Mekanisme Pasar Islam……………………………………………..
5
D. Pasar Menurut Ulama Klasik………………………………………………………...
6
1. Menurut Abu Yusuf (731-798)
2. Menurut Abdul Hamid Al-Ghazali (1058-1111)
3. Menurut Ibnu Tamiyah (1263-1328)

E.RIBA DALAM PANDANGAN ISLAM.......….…..….....


…........................................8

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………… 8

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dan dinamis, hal ini dikarenakan islam
mengatur seluruh aspek kehiduoan baik itu yang bersifat aqidah maupun muamalah
(jual beli)
Pasar merupakan jantung perekonomian bangsa, maju mundurnya
perekonomian sangat bergantung pada kondisi pasar. Pertimbangan pasar sebagai
wajah aktifitas jual beli tidak hanya dilihat dari fungsinya secara fisik, namun aturan,
norma, dan yang terkait dengan masalah pasar.
Peran pasar penting dan juga rentan dengan hal-hal yang dzalim, maka pasar
tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat, yang antara lain terkait dengan
pembentukan harga dan terjadinya transaksi di pasar. Dalam istilah lain dapat
disebut sebagai mekanisme pasar menurut Islam dan intervensi pemerintah dalam
pengendalian harga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pasar?
2. Bagaimana mekanisme pasar dalam Islam?
3. Apa prinsip-prinsip dalam pasar menurut Islam?

3
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk
orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat
pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari
perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual
untuk item pertukara. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar
dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan
setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada
setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan,
skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan
jasa yang diperdagangkan.

B. Mekanisme Pasar Dalam Islam


Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada
dalam keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat, sehingga salah satunya
menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam Islam. Pasar
bebas menentukan cara-cara produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan yang
mengakibatkan rusaknya keseimbangan pasar. Namun dalam kenyataannya sulit
ditemukan pasar yang berjalan sendiri secara adil (fair).
Distorasi pasar tetap sering terjadi, sehingga dapat merugikan para pihak.
Konsep makanisme pasar dalam Islam dapat dirujuk kepada hadits Rasululllah Saw
sebagaimana disampaikan oleh Anas RA, sehubungan dengan adanya kenaikan
hargaharga barang di kota Madinah. Dengan hadits ini terlihat dengan jelas bahwa

4
Islam jauh lebih dahulu (lebih 1160 tahun) mengajarkan konsep mekanisme pasar
dari pada Adam Smith.
“Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu
mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah hendaklah
engkau menetukan harga”. Rasulullah SAW. berkata:”Sesungguhnya Allah-lah yang
menetukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku
harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari
kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.”
Menurut pakar ekonomi Islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi
oleh Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands.
Menurut teori ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan (invisible
hands). Bukankah teori invisible hands itu lebih tepat dikatakan God Hands (tangan-
tangan Allah).
Oleh karena harga sesuai dengan kekuatan penawaran dan permintaan di
pasar, maka harga barang tidak boleh ditetapkan pemerintah, karena ketentuan harga
tergantung pada hukum supply and demand. Namun demikian, ekonomi Islam masih
memberikan peluang pada kondisi tertentu untuk melalukan intervensi harga (price
intervention) bila para pedagang melakukan monopoli dan kecurangan yang
menekan dan merugikan konsumen

C. Prinsip-Prinsip Mekanisme Pasar Islam

Dalam konsep mekanisme pasar islam penentuan harga dilakukan oleh


kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan
penawaran.Adapun prinsip-prinsip mekanisme pasar islam adalah:

1. Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan
antara masing-masing pihak.
2. Berdasarkan persaingan sehat. Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika
terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli dapat diartikan, setiap
barang yang penahanannya akan membahayakan konsumen atau orang banyak.

5
3. Kejujuran, islam melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuaan dalam
bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para
pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
4. Keterbukaan serta keadilan, pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi yang
dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan
keadaan yang sesungguhnya.

Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil, setiap bentuk
yang dapat menimbulkan ketidakadilan itu dilarang yakni seperti:

a. Talaqqi rukban, dilarang karena pedagang yang menyongsong di pinggir kota


mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari kampung akan harga yang
berlaku di kota.
b. Mengurangi timbangan dilarang, karena barang dijual dengan harga yang sama
untuk jumlah yang lebih sedikit.
c. Menyembunyikan barang yang cacat dilarang, karena penjual mendapat harga
yang baik untuk kualitas yang buruk.
d. Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang, karena takaran kurma
basah ketika kering bisa jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditukar.
e. Menukar satu takar kurma kualitas bagus dengan dua takar kurma kualitas
sedang dilarang, karena kualitas kurma mempunyai harga pasarnya.
f. Transaksi najasy dilarang, karena sipenjual menyuruh orang lain memuji
barangnya atau menawar dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.
g. Ikhtikar dilarang, yaitu mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan
menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi.
h. Ghaban faa-hisy (besar) dilarang, yaitu menjual diatas harga pasar.

D. Pasar Menurut Para Ulama Klasik


1. Menurut Abu Yusuf (731-798)

6
Abu Yusuf menyatakan, “Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan
mahal yang dapat dipastikan. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian
juga mahal tidak disebabkan kelangkaan makanan. Murah dan mahal adalah
ketentuan Allah. Kadang-kadang makanan berlimpah, tetapi tetap mahal dan
kadang-kadang makanan sangat sedikit tetapi murah.” (Abu Yusuf, Kitab Al-Kharaj
Beirut: Dar al- Ma’rifah,1979,hlm.48)
Abu Yusuf menegaskan bahwa ada variabel lain yang mempengaruhi, tetapi
dia tidak menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi variabel itu adalah pergeseran dalam
permintaan atau jumlah uang yang beredar disuatu negara, atau penimbunan dan
penahanan barang, atau semua hal tersebut.

2. Menurut Abdul Hamid Al-Ghazali (1058-1111)


Al-Ghazali mengatakan “Dapat saja petani hidup dimana alat-alat
pertanian tidak tersedia. Sebaliknya, pandai besi dan tukang kayu hidup dimana
lahan pertanian tidak ada. Namun secara alami, mereka akan saling memenuhi
kebutuhan masingmasing. Dapat pula terjadi tukang kayu membutuhkan
makanan,tetapi petani tidak memerlukan alat-alat tersebut atau sebaliknya. Keadaan
ini menimbulkan masalah. Oleh, karena itu, secara alami pula orang-orang akan
terdorong untuk menyediakan tempat peyimpanan alat-alat di satu pihak dan tempat
penyimpanan hasil pertanian di pihak lain.Tempat inilah yang kemudian didatangi
pembeli sesuai dengan kebutuhannya masing-masing sehingga terbentuklah pasar.
Petani,tukang kayu, dan pandai besi yang tidak dapat langsung melakukan barter,
juga terdorong pergi kepasar ini. Bila dipasar juga tidak ditemukan orang yang mau
melakukan barter, ia akan menjual pada pedagang dengan harga yang relatif murah
untuk kemudian disimpan sebagai persediaan. Pedagang kemudian menjualnya
dengan suatu tingkat keuntungan.
Hal ini berlaku untuk setiap jenis barang.” (Ihya Ulumuddin, III:227)
3. Menurut Ibnu Taimiyah (1263-1328).
Ketika masyarakat pada masanya beranggapan bahwa peningkatan harga
merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan melanggar hukum dari pihak
penjual atau mungkin sebagai akibat manipulasi pasar, Taimiyah langsung
membantahnya. Dengan tegas, ia mengatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan. Ia menyatakan bahwa naik dan turunnya harga tidak

7
selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat
transaksi. Bisa jadi penyebabnya adalah penawaran yang menurun akibat inefisiensi
produksi, penurunan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan
pasar. Karena itu, jika permintaan terhadap barang meningkat, sedangkan penawaran
menurun, harga barang tersebut akan naik. Begitu pula sebaliknya. Kelangkaan dan
melimpahnya barang mungkin disebabkan dengan tindakan yang adil atau mungkin
juga karena tindakan yang tidak adil (Ibnu Taimiyah, Majmu Fatawa Shaykh al-
Islam, VIII:583).
Menurut Taimiyah, penawaran bisa datang dari produksi domistik dan
impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau
penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat
ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar-kecilnya kenaikan harga bergantung
pada besarnya perubahan penawaran dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi
sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah (Ibnu
Taimiyah, al-hisbah fi al-Islam,

E.RIBA DALAM PANDANGAN ISLAM

Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti tambahan
(azziyadah),
Berkembang (an-numuw), membesar (al-‘uluw) meningkat (al-irtifa’). Menurut
Terminologi ilmu fiqh, riba merupakan tambahan khusus yang dimiliki salah satu
pihak yang
Terlibat tanpa adanya imbalan tertentu. Dikalangan masyarakat sering kita dengar
dengan Istilah rente, rente juga disamakan dengan “bunga” uang. Karena rente dan
bunga sama-sama Mempunyai pengertian dan sama-sama haram hukumnya di
agama Islam.
Dalam prakteknya, rente merupakan keuntungan yang diperoleh pihak bank atas
jasanya
Yang telah meminjamkan uang kepada debitur dengan dalih untuk usaha produktif,
sehingga

8
Dengan uang pinjaman tersebut usahanya menjadi maju dan lancar, dan keuntungan
yang
Diperoleh semakin besar. Tetapi dalam akad kedua belah pihak baik kreditor (bank)
maupun
Debitor (nasabah) sama-sama sepakat atas keuntungan yang akan diperoleh pihak
bank. Abu
Zahrah dalam kitab Buhūsu fi al-Ribā menjelaskan mengenai haramnya riba bahwa
riba Adalah tiap tambahan sebagai imbalan dari masa tertentu, baik pinjaman itu
untuk konsumsi
Atau eksploitasi, artinya baik pinjaman itu untuk mendapatkan sejumlah uang guna
keperluan Pribadinya, tanpa tujuan untuk mempertimbangkannya dengan
mengeksploitasinya atau
Pinjaman itu untuk di kembangkan dengan mengeksploitasikan, karena nash itu
bersifat
Umum.

Abd al-Rahman al-Jaziri mengatakan para ulama’ sependapat bahwa tambahan atas
Sejumlah pinjaman ketika pinjaman itu dibayar dalam tenggang waktu tertentu ‘iwad

(imbalan) adalaha riba. Yang dimaksud dengan tambahan adalah tambahan kuantitas
dalam Penjualan asset yang tidak boleh dilakukan dengan perbedaan kuantitas
(tafadhul).yaitu
Penjualan barang-barang riba fadhal: emas, perak, gandum, serta segala macam komoditi
Yang disetarakan dengan komoditi tersebut. Riba (usury) erat kaitannya dengan dunia
perbankan konvensional, di mana dalam Perbankan konvensional banyak kita temui
transaksi yang memakai konsep bunga, berbeda Dengan perbankan yang berbasis syariah
yang memakai prinsip bagi hasil (mudharabah) Yang belakangan ini lagi marak dengan
diterbitkannya undang-undang perbankan syari’ah di Indonesia nomor 7 tahun 19926
. Prinsip Mudharabah adalah penyerahan modal
Uang pada orang yang berbisnis sehingga ia mendapatkan prosentasi Keuntungan.
Riba juga telah dilarang sebelum Islam berkembang. Istilah riba telah Dikenal dan
digunakan dalam transaksi-transaksi perekonomian oleh masyarakat Arab Sebelum
datangnya Islam. Akan tetapi pada zaman itu riba yang berlaku adalah merupakan

9
Tambahan dalam bentuk uang akibat penundaan pelunasan hutang. Riba tidak hanya
dikenal Dalam Islam saja, tetapi dalam agama lain (non-Islam) riba telah kenal dan juga
pelarangan Atas perbuatan pengambil riba, bahkan pelarangan riba telah ada sejak sebelum
Islam datang Menjadi agama. Sudah jelas diketahui bahwa Islam melarang riba dan
memasukkannya dalam dosa besar. Tetapi Allah SWT dalam mengharamkan riba
menempuh metode secara gredual (step by Step). Metode ini ditempuh agar tidak
mengagetkan mereka yang telah biasa melakukan Perbuatan riba dengan maksud
membimbing manusia secara mudah dan lemah lembut untukMengalihkan kebiasaan
mereka yang telah mengakar, mendarah daging yang melekat dalamKehidupan
perekonomian jahiliyah.

24)
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas yang menjadi titik pentingnya adalah bahwa regulasi pasar
dalam islam adalah dimaksudkan agar terjaganya hak dari semua pihak, baik
pembeli maupun penjual. Untuk itu perlu ditekankan disini bahwa aspek utama
dalam ekonomi islam termasuk dalam system pasar adalah aspek moralitas.
Beberapa aspek itu menyangkut persoalan integritas, akuntabilitas, dan
profesionalitas bila diterapkan dalam pelaksanaan system moder saat ini.
Yang tak kalah penting dari persoalan regulasi adalah komitmen islam dalam
menegakkan aturan-aturan itu dengan memberlakukan institusi hisbah, yang
memiliki tanggungjawab dan wewenang dalam pengawasan pasar, bahkan lembaga
hisbah atau wilayatul hisbah dapat berlaku pada persoalan-persoalan lain yang lebih
universal, seperti kesejahteraan, terpenuhinya fasilitas umum dan terjaganya hukum.
Demikian pemaparan makalah ini semoga dapat menjadi tambahan khazanah
pengetahuan kita dan modal pengembangan ekonomi islam terutama dan masalah
pasar baik yang bersifat tradisional, modern maupun dalam implementasinya di
dalam wilayah pasar modal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Ed. 3, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.

Islabi A. A, Dr. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset. 1997.

Jusmaliani dkk, 2005, Kebijakan Ekonomu Dalam Islam, Kreasi Wacana, Jogyakarta.

Kahf, Monzer, Ph.D. Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1978.

Karim, Adi Warman. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: IIT Indonesia, 2003

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta.

Ekonomi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2008.

Supriyatno. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN Malang Press, 2008

11

Anda mungkin juga menyukai