DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya berupa iman, islam, dan ilmu serta bimbingan-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MEKANISME PASAR
DAN PERSOALAN RIBAH DALAM PANDANGAN ISLAM”.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Hukum Ekonomi Syariah” dan semoga segala
yang tertuang dalam makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..
1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………………….
3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasar……………………………………………………………………... 4
B. Mekanisme Pasar dalam Islam……………………………………………………… 4
C. Prinsip-Prinsip Mekanisme Pasar Islam……………………………………………..
5
D. Pasar Menurut Ulama Klasik………………………………………………………...
6
1. Menurut Abu Yusuf (731-798)
2. Menurut Abdul Hamid Al-Ghazali (1058-1111)
3. Menurut Ibnu Tamiyah (1263-1328)
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna dan dinamis, hal ini dikarenakan islam
mengatur seluruh aspek kehiduoan baik itu yang bersifat aqidah maupun muamalah
(jual beli)
Pasar merupakan jantung perekonomian bangsa, maju mundurnya
perekonomian sangat bergantung pada kondisi pasar. Pertimbangan pasar sebagai
wajah aktifitas jual beli tidak hanya dilihat dari fungsinya secara fisik, namun aturan,
norma, dan yang terkait dengan masalah pasar.
Peran pasar penting dan juga rentan dengan hal-hal yang dzalim, maka pasar
tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat, yang antara lain terkait dengan
pembentukan harga dan terjadinya transaksi di pasar. Dalam istilah lain dapat
disebut sebagai mekanisme pasar menurut Islam dan intervensi pemerintah dalam
pengendalian harga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pasar?
2. Bagaimana mekanisme pasar dalam Islam?
3. Apa prinsip-prinsip dalam pasar menurut Islam?
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pasar
Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk
orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat
pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari
perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual
untuk item pertukara. Persaingan sangat penting dalam pasar, dan memisahkan pasar
dari perdagangan. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan
setidaknya tiga orang untuk memiliki pasar, sehingga ada persaingan pada
setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan,
skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan
jasa yang diperdagangkan.
4
Islam jauh lebih dahulu (lebih 1160 tahun) mengajarkan konsep mekanisme pasar
dari pada Adam Smith.
“Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu
mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah hendaklah
engkau menetukan harga”. Rasulullah SAW. berkata:”Sesungguhnya Allah-lah yang
menetukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku
harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari
kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.”
Menurut pakar ekonomi Islam kontemporer, teori inilah yang diadopsi
oleh Bapak Ekonomi Barat, Adam Smith dengan nama teori invisible hands.
Menurut teori ini, pasar akan diatur oleh tangan-tangan tidak kelihatan (invisible
hands). Bukankah teori invisible hands itu lebih tepat dikatakan God Hands (tangan-
tangan Allah).
Oleh karena harga sesuai dengan kekuatan penawaran dan permintaan di
pasar, maka harga barang tidak boleh ditetapkan pemerintah, karena ketentuan harga
tergantung pada hukum supply and demand. Namun demikian, ekonomi Islam masih
memberikan peluang pada kondisi tertentu untuk melalukan intervensi harga (price
intervention) bila para pedagang melakukan monopoli dan kecurangan yang
menekan dan merugikan konsumen
1. Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan
antara masing-masing pihak.
2. Berdasarkan persaingan sehat. Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika
terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli dapat diartikan, setiap
barang yang penahanannya akan membahayakan konsumen atau orang banyak.
5
3. Kejujuran, islam melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuaan dalam
bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para
pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
4. Keterbukaan serta keadilan, pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi yang
dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan
keadaan yang sesungguhnya.
Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan adil, setiap bentuk
yang dapat menimbulkan ketidakadilan itu dilarang yakni seperti:
6
Abu Yusuf menyatakan, “Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan
mahal yang dapat dipastikan. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian
juga mahal tidak disebabkan kelangkaan makanan. Murah dan mahal adalah
ketentuan Allah. Kadang-kadang makanan berlimpah, tetapi tetap mahal dan
kadang-kadang makanan sangat sedikit tetapi murah.” (Abu Yusuf, Kitab Al-Kharaj
Beirut: Dar al- Ma’rifah,1979,hlm.48)
Abu Yusuf menegaskan bahwa ada variabel lain yang mempengaruhi, tetapi
dia tidak menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi variabel itu adalah pergeseran dalam
permintaan atau jumlah uang yang beredar disuatu negara, atau penimbunan dan
penahanan barang, atau semua hal tersebut.
7
selalu disebabkan oleh tindakan tidak adil dari sebagian orang yang terlibat
transaksi. Bisa jadi penyebabnya adalah penawaran yang menurun akibat inefisiensi
produksi, penurunan jumlah impor barang-barang yang diminta atau juga tekanan
pasar. Karena itu, jika permintaan terhadap barang meningkat, sedangkan penawaran
menurun, harga barang tersebut akan naik. Begitu pula sebaliknya. Kelangkaan dan
melimpahnya barang mungkin disebabkan dengan tindakan yang adil atau mungkin
juga karena tindakan yang tidak adil (Ibnu Taimiyah, Majmu Fatawa Shaykh al-
Islam, VIII:583).
Menurut Taimiyah, penawaran bisa datang dari produksi domistik dan
impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau
penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat
ditentukan oleh selera dan pendapatan. Besar-kecilnya kenaikan harga bergantung
pada besarnya perubahan penawaran dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi
sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah (Ibnu
Taimiyah, al-hisbah fi al-Islam,
Kata riba berasal dari bahasa Arab, secara etimologis berarti tambahan
(azziyadah),
Berkembang (an-numuw), membesar (al-‘uluw) meningkat (al-irtifa’). Menurut
Terminologi ilmu fiqh, riba merupakan tambahan khusus yang dimiliki salah satu
pihak yang
Terlibat tanpa adanya imbalan tertentu. Dikalangan masyarakat sering kita dengar
dengan Istilah rente, rente juga disamakan dengan “bunga” uang. Karena rente dan
bunga sama-sama Mempunyai pengertian dan sama-sama haram hukumnya di
agama Islam.
Dalam prakteknya, rente merupakan keuntungan yang diperoleh pihak bank atas
jasanya
Yang telah meminjamkan uang kepada debitur dengan dalih untuk usaha produktif,
sehingga
8
Dengan uang pinjaman tersebut usahanya menjadi maju dan lancar, dan keuntungan
yang
Diperoleh semakin besar. Tetapi dalam akad kedua belah pihak baik kreditor (bank)
maupun
Debitor (nasabah) sama-sama sepakat atas keuntungan yang akan diperoleh pihak
bank. Abu
Zahrah dalam kitab Buhūsu fi al-Ribā menjelaskan mengenai haramnya riba bahwa
riba Adalah tiap tambahan sebagai imbalan dari masa tertentu, baik pinjaman itu
untuk konsumsi
Atau eksploitasi, artinya baik pinjaman itu untuk mendapatkan sejumlah uang guna
keperluan Pribadinya, tanpa tujuan untuk mempertimbangkannya dengan
mengeksploitasinya atau
Pinjaman itu untuk di kembangkan dengan mengeksploitasikan, karena nash itu
bersifat
Umum.
Abd al-Rahman al-Jaziri mengatakan para ulama’ sependapat bahwa tambahan atas
Sejumlah pinjaman ketika pinjaman itu dibayar dalam tenggang waktu tertentu ‘iwad
(imbalan) adalaha riba. Yang dimaksud dengan tambahan adalah tambahan kuantitas
dalam Penjualan asset yang tidak boleh dilakukan dengan perbedaan kuantitas
(tafadhul).yaitu
Penjualan barang-barang riba fadhal: emas, perak, gandum, serta segala macam komoditi
Yang disetarakan dengan komoditi tersebut. Riba (usury) erat kaitannya dengan dunia
perbankan konvensional, di mana dalam Perbankan konvensional banyak kita temui
transaksi yang memakai konsep bunga, berbeda Dengan perbankan yang berbasis syariah
yang memakai prinsip bagi hasil (mudharabah) Yang belakangan ini lagi marak dengan
diterbitkannya undang-undang perbankan syari’ah di Indonesia nomor 7 tahun 19926
. Prinsip Mudharabah adalah penyerahan modal
Uang pada orang yang berbisnis sehingga ia mendapatkan prosentasi Keuntungan.
Riba juga telah dilarang sebelum Islam berkembang. Istilah riba telah Dikenal dan
digunakan dalam transaksi-transaksi perekonomian oleh masyarakat Arab Sebelum
datangnya Islam. Akan tetapi pada zaman itu riba yang berlaku adalah merupakan
9
Tambahan dalam bentuk uang akibat penundaan pelunasan hutang. Riba tidak hanya
dikenal Dalam Islam saja, tetapi dalam agama lain (non-Islam) riba telah kenal dan juga
pelarangan Atas perbuatan pengambil riba, bahkan pelarangan riba telah ada sejak sebelum
Islam datang Menjadi agama. Sudah jelas diketahui bahwa Islam melarang riba dan
memasukkannya dalam dosa besar. Tetapi Allah SWT dalam mengharamkan riba
menempuh metode secara gredual (step by Step). Metode ini ditempuh agar tidak
mengagetkan mereka yang telah biasa melakukan Perbuatan riba dengan maksud
membimbing manusia secara mudah dan lemah lembut untukMengalihkan kebiasaan
mereka yang telah mengakar, mendarah daging yang melekat dalamKehidupan
perekonomian jahiliyah.
24)
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas yang menjadi titik pentingnya adalah bahwa regulasi pasar
dalam islam adalah dimaksudkan agar terjaganya hak dari semua pihak, baik
pembeli maupun penjual. Untuk itu perlu ditekankan disini bahwa aspek utama
dalam ekonomi islam termasuk dalam system pasar adalah aspek moralitas.
Beberapa aspek itu menyangkut persoalan integritas, akuntabilitas, dan
profesionalitas bila diterapkan dalam pelaksanaan system moder saat ini.
Yang tak kalah penting dari persoalan regulasi adalah komitmen islam dalam
menegakkan aturan-aturan itu dengan memberlakukan institusi hisbah, yang
memiliki tanggungjawab dan wewenang dalam pengawasan pasar, bahkan lembaga
hisbah atau wilayatul hisbah dapat berlaku pada persoalan-persoalan lain yang lebih
universal, seperti kesejahteraan, terpenuhinya fasilitas umum dan terjaganya hukum.
Demikian pemaparan makalah ini semoga dapat menjadi tambahan khazanah
pengetahuan kita dan modal pengembangan ekonomi islam terutama dan masalah
pasar baik yang bersifat tradisional, modern maupun dalam implementasinya di
dalam wilayah pasar modal.
10
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, Ed. 3, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.
Islabi A. A, Dr. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset. 1997.
Jusmaliani dkk, 2005, Kebijakan Ekonomu Dalam Islam, Kreasi Wacana, Jogyakarta.
Karim, Adi Warman. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: IIT Indonesia, 2003
Supriyatno. Ekonomi Mikro Perspektif Islam. Malang: UIN Malang Press, 2008
11