Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran produk baik berupa barang
maupun jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak peradaban awal manusia.
Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam perekonomian.
Praktek ekonomi pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasydin menunjukkan
adanya peranan yang besar dalam pembentukan masyarakat Islam pada masa itu.
Rasulullah SAW sangat menghargai harga yang dibentuk oleh mekanisme pasar
sebagai harga yang adil (price intervencion) seandainya perubahan harga terjadi
karena mekanisme pasar yang wajar yaitu hanya karena pergeseran permintaan
dan penawaran. Namun, pasar di sini mengharuskan adanya moralitas dalam
aktivitas ekonominya, antara lain; persaingan sehat dan adil (fair play), kejujuran
(honesty), keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice). Jika nilai ini
ditegakkan maka tidak ada alasan dalam ekonomi Islam untuk menolak harga
yang terbentuk oleh mekanisme di pasar.
Pandangan tentang pasar dan harga dari beberapa pemikir besar muslim
seperti Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah dan Ibnu Khaldun juga diungkap.
Pemikiran mereka tentang pasar ternyata layak dikaji dan telaah mengingat pasar
merupakan parameter perekonomian umat. Pemikiran mereka tentu saja
merupakan khazanah intelektual yang berharga pada masa kini dan masa yang
akan datang. Pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurasyidin, pasar memegang
peranan penting dalam perekonomian. Bahkan Rasulullah SAW pada masa
awalnya terkenal sebagai pebisnis yang berhasil.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa teori harga dalam Islam?
2. Bagaimana penentuan harga dan mekanisme pasar?
3. Bagaimana pandangan Ibnu Taimiyah dalam penentuan harga?
2

4. Apa pengertian dan fungsi pasar?


5. Bagaimana kekuatan dan keseimbangan pasar?
6. Bagaimana peran pemerintah dalam mengontrol pasar?

1.3.Tujuan Makalah
1. Mengetahui teori harga dalam Islam
2. Mengetahui penentuan harga dan mekanisme pasar
3. Mengetahui pandangan Ibn Taimiyah dalam penentuan harga
4. Mengetahui pengertian dan fungsi pasar
5. Mengetahui kekuatan dan keseimbangan pasar
6. Mengetahui peran pemerintah dalam mengontrol pasar
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Teori Harga dalam Islam

Dalam Islam dikenal dua istilah berbeda mengenai harga suatu barang, yaitu ats-
tsaman (patokan harga suatu barang) dan ats-si’r (harga yang berlaku secara aktual di
pasar). As-saman mencari keuntungan dalam bisnis pada prinsipnya merupakan suatu
perkara yang jaiz (boleh) dan dibenarkan syara’. Dalam Al-Qur’an dan hadits tidak
ditemukan berapa persen keuntungan atau laba (patokan harga satuan barang) yang
diperbolehkan. Tingkat laba atau keuntungan berapa pun besarnya selama tidak
mengandung unsur-unsur keharaman dan kezhaliman dalam praktek pencapaiannya,
maka hal itu dibenarkan syariah sekalipun mencapai margin 100% dari modal bahkan
beberapa kali lipat. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. An-Nisa ayat 29

‫ع ْن ت َ َراض‬ َ ً ‫ارة‬َ ‫اط ِل ِإ ََّل أ َ ْن تَ ُكونَ ِت َج‬ ِ ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ََل تَأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َوا َل ُك ْم َب ْينَ ُك ْم ِب ْال َب‬
‫َّللا َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬ َ ُ‫ِم ْن ُك ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُوا أ َ ْنف‬
َ َّ ‫س ُك ْم ۚ ِإ َّن‬
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
Ulama fiqih membagi Ats-si’r menjadi dua macam; yaitu harga yang berlaku
secara alami, tanpa campur tangan pemerintah, dan harga suatu komoditas yang
ditetapkan pemerintah setelah mempertimbangkan modal dan keuntungan wajar bagi
pedagang ataupun produsen serta melihat keadaan ekonomi riil dan daya beli
masyarakat. Islam menghargai hak penjual dan pembeli untuk menentukan harga
sekaligus melindungi hak keduanya. Dalam rangka melindungi hak penjual dan
pembeli, Islam membolehkan bahkan mewajibkan pemerintah melakukan penetapan
hargabila terjadi penyimpangan dan kesewenang-wenangan kenaikan harga yang
merugikan konsumen seperti adanya praktek monopoli terhadap suatu komuditas.
Sebagian orang berpendapat bahwa negara dalam Islam tidak boleh mencampuri
masalah ekonomi dengan mengharuskan nilai-nilai dan moralitas atau menjatuhkan
4

sanksi kepada orang yang melanggarnya. Mereka mempunyai pandangan seperti ini
berdasarkan pada hadits Nabi saw yang tidak bersedia menetapkan harga-harga
walaupun pada saat itu harga melambung tinggi. Hal ini berdasarkan hadits yang
diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra:

“Diriwayatkan dari Anas RA, pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW, harga-
harga barang naik di kota Madinah, kemudian para sahabat meminta Rasulullah SAW
menetapkanharga. Maka Rasululah bersabda: Sesungguhnya Allah SWT Dzat Yang
Maha Menetapkan harga, yang Yang Maha Memegang, Yang Maha Melepas, dan
Yang Memberikan rezeki. Aku sangat berharap bisa bertemu Allah SWT tanpa
seorang pun dari kalian yang menuntutku dengan tuduhan kedzaliman dalam darah
dan harta.”

Inilah teori mengenai harga dalam ekonomi Islam. Rasulullah SAW dalam hadits
tersebut tidak menentukan harga.Ini menunjukkan bahwa ketentuan harga itu
diserahkan kepada mekanisme pasar yang alamiah. Rasulullah menolak tawaran itu
dan mengatakan bahwa harga di pasar tidak boleh ditetapkan, karena Allah-lah yang
menentukannya dan ni mengandung pengertian bahwa harga pasar itu sesuai dengan
kehendak Allah yang sering disebut sunnatullahatau hukum supplyand demand.Oleh
karena harga sesuaidengan kekuatan penawaran dan permintaan di pasar, maka harga
barang tidak boleh ditetapkan pemerintah, karena ketentuan harga tergantung pada
hukum supply and demand. Inilah yang menjadi poin penting mekanisme pasar
Islami menuju harga yang adil. Namun demikian, ekonomi Islam masih memberikan
peluang pada kondisi tertentu untuk melalukan intervensi harga (price intervention)
bila para pedagang melakukan monopoli dan kecurangan yang menekan dan
merugikan konsumen.

Secara umum harga yang adil adalah harga yang tidak menimbulkan eksploitasi
atau penindasan (kezaliman) sehingga merugikan salah satu pihak dan
menguntungkan pihak yang lain. Penentuan harga dalam Islam ditentukan oleh
kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi secara alami.
5

Harga berarti sesuatu bagi konsumen dan sesuatu yang lain bagi penjual. Bagi
konsumen, ini merupakan biaya atas sesuatu. Bagi penjual, harga adalah pendapatan,
sumber utama dari keuntungan. Harga juga merupakan sejumlah kompensasi (uang
maupun barang, kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi barang atau jasa. Harga merupakansuatu nilai yang harus dikeluarkan oleh
pembeli untuk mendapatkan suatu barang maupun jasa.

2.2.Penentuan Harga dan Mekanisme Pasar


Penentuan Harga
1. Penetapan Harga Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun membagi jenis barang menjadi dua jenis, yaitu barang
kebutuhan pokok dan barang pelengkap. Menurutnya, bila suatu kota berkembang
dan selanjutnya populasinya bertambah banyak (kota besar), maka pengadaan
barang-barang kebutuhan pokok akan mendapat prioritas pengadaan. Akibatnya,
penawaran meningkat dan ini berarti turunnya harga. Ibnu Khaldun juga
menjelaskan tentang mekanisme penawaran dan permintaan dalam menentukan
harga keseimbangan. Secara lebih rinci, ia menjabarkan pengaruh persaingan
diantara konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan.
Bagi Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan
penawaran. Pengecualian satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas dan
perak, yang merupakan standar moneter. Semua barang-barang lain terkena
fluktuasi harga yang tergantung pada pasar. Bila suatu barang langka dan banyak
diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang berlimpah maka harganya akan
rendah.
2. Penetapan Harga Abu Yusuf
Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekhalifahan Harun al-Rasyid. Dalam
kitabnya Al-Kharaj, buku pertama tentang sistem perpajakan dalam Islam. Dan
Abu Yusuf tercatat sebagai sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung
mekanisme pasar.
6

Abu Yusuf menyatakan, ‚tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal
yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada batasan yang mengaturnya. Prinsipnya
tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya makanan, demikian juga
mahal tidak disebabkan kelangkaan makanan.
Abu Yusuf berpendapat harga tidak bergantung pada penawaran saja, tetapi
juga bergantung pada kekuatan permintaan. Karena itu, peningkatan atau
penurunan harga tidak selalu berhubungan dengan penurunan atau peningkatan
produksi. Abu yusuf menegaskan bahwa ada beberapa variable lain yang
mempengaruhi, tetapi dia tidak menjelaskan lebih rinci. Bisa jadi, variable itu
adalah pergeseran dalam permintaan atau jumlah uang yang beredar di suatu
negara, atau penimbunan dan penahanan barang atau semua hal tersebut.
3. Penetapan Harga Al-Ghazali
Al-Ghazali pernah berbicara mengenai, harga yang berlaku‛, seperti yang
ditentukan oleh praktik-praktikpasar, sebuah konsep yang kemudian hari dikenal
sebagai at-tsaman al ‘adil (harga yang adil) dikalangan ilmuwan muslim atau
equilibrium price (harga keseimbangan) di kalangan ilmuwan kontemporer. Al
Ghazali juga memperkenalkan teori permintaan dan penawaran; jika petani tidak
mendapatkan pembeli, ia akan menjualnya pada harga yang lebih murah, dan
harga dapat diturunkan dengan menambah jumlah barang di pasar.
Al-Ghazali juga memperkenalkan elastisitas permintaan, ia mengidentifikasi
permintaan produk makanan adalah inelastic,karena makanan adalah kebutuhan
pokok berkaitan dengan ini, ia menyatakan bahwa laba seharusnya berkisar antara
5 sampai 10 persen dari harga barang.

Mekanisme Pasar
Ekonomi Islam memandang bahwa pasar, negara, dan individu berada dalam
keseimbangan (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat, sehingga salah satunya
menjadi dominan dari yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam sistem Islam.
Pasar bebas menentukan cara-cara produksi, konsumsi, distribusi dan harga selama
tidak ada pelanggaran syariah. Tidak boleh ada gangguan yang mengakibatkan
7

rusaknya keseimbangan pasar. Namun dalam kenyataannya sulit ditemukan pasar


yang berjalan sendiri secara adil (fair). Distorsi pasar tetap sering terjadi, sehingga
dapat merugikan berbagai pihak.17disinilah pentingnya etika pelaku pasar dan peran
pemerintah untuk membangun mekanisme pasar yang sehat, kompetitif dan adil.
Konsep makanisme pasar dalam Islam dapat dirujuk kepada hadis Rasululllah
saw sebagaimana disampaikan oleh Anas ra, sehubungan dengan adanya kenaikan
harga-harga barang di kota Madinah. Dalam hadis tersebut diriwayatkan sebagai
berikut :
“Harga- harga melambung pada zaman Rasulullah saw. Orang-orang ketika itu
mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “ya Rasulullah hendaklah
engkau menetukan harga”. Rasulullah saw. berkata: ”Sesungguhnya Allah-lah yang
menetukan harga, yang menahan dan melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku
harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari
kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.”
Jawaban Rasulullah atas kenaikan harga menunjukkan bahwa seorang penguasa
atau pemerintah tidak boleh melakukan intervensi terhadap masalah harga, yang
menentukan kenaikan atau penurunan harga adalah Allah yaitu terkait dengan
sunnatullah dari Allah misalnya musibah, paceklik, panen raya serta keadaan
ekonomi setiap individu atau masyarakat. Tingkat harga sesuai sunnatullah sesuai
dengan tingkat permintaan (demand) dan penawaran (suplay). Sehingga dalam
mekanisme pasar Islam semua pihak dapat menikmati harga secara adil dan secara
manusiawi atau fitrah tidak terbantahkan setiap manusia.
Prinsip-Prinsip Mekanisme Pasar Dalam Islam
Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Kerelaan (Ar-ridha) yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar
kerelaan antara masing-masing pihak (freedom contract). Hal ini sesuai
dengan Qur’an Surah An- Nisa’ ayat 29: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
8

antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah


adalah Maha Penyayang kepadamu.”
2. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam
Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam
melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun.
Sebab nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang
melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.
3. Keterbukaan (transparancy). Pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi yang
dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan
keadaan yang sesungguhnya baik hati, ucapan maupun perbuatan.
4. Keadilan (justice), menempatkan segala mekanisme pasar sesuai proporsi,
keadaan dan latar belakang.
5. Amanah, yaitu menghindari penentuan harga yang spekulatif sehingga harga
yang terjadi tidak fair.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Dalam Islam
1. Ketersediaan barang (suplay). Ketersedian barang/jasa dalam pasar akan
memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga harga
secara relative senantiasa akan berada dalam keseimbangan. Dan sebaliknya
kelangkaan akan mendorong spekluasi yang bisa berakibat pada kenaikan
harga.
2. Rekayasa demand (ba’i Najasy) adalah produsen menyuruh pihak lain memuji
produknya atau menawar dengan harga tinggi, sehingga calon pembeli yang
lain tertarik untuk membeli barang dagangannya. Najasy dilarang karena
dapat menaikkan harga barang-barang yang dibutuhkan oleh para pembeli.
3. Rekayasa suplay (ba’i ikhtikar), yaitu mengambil keuntungan di atas
keuntungan normal dengan cara menahan barang untuk tidak beredar di pasar
supaya harga-nya naik.
4. Tallaqi Al-rukban, praktek ini dengan cara mencegat orang-orang yang
membawa barang dari desa dan membeli barang tersebut sebelum tiba di
pasar. Rasulullah saw melarang praktek semacam ini dengan tujuan untuk
9

mencegah terjadinya kenaikan harga. Beliau memerintahkan agar barang-


barang langsung dibawa ke pasar, sehingga penyuplai barang dan para
konsumen bisa mengambil manfaat dari harga yang sesuai dan alami.
5. Terjadi keadaan Al-Hasr (pemboikotan), Yaitu distribusi barang hanya
terkonsentrasi pada satu penjual atau pihak tertentu. Perlu penetapan harga di
sini untuk menghindari penjualan barang tersebut dengan harga yang
ditetapkan sepihak dan semena-mena oleh pihak penjual tersebut.
6. Terjadi koalisi dan kolusi antar penjual (kartel) di mana sejumlah pedagang
sepakat untuk melakukan transaksi di antara mereka, dengan harga di atas
ataupun di bawah harga normal.
7. Ta’sir (penetapan harga) merupakan salah satu praktek yang tidak dibolehkan
oleh syariat Islam.
8. Larangan ba’i ba’dh ’ala ba’dh. Yaitu praktek bisnis ini maksudnya adalah
dengan melakukan lonjakan atau penurunan harga oleh seseorang dimana
kedua belah pihak yang terlibat tawar menawar masih melakukan dealing,
atau baru akan menyelesaikan penetapan harga. Rasulullah saw melarang
praktek semacam ini karena hanya akan menimbulkan kenaikan harga yang
tak diinginkan.
9. Larangan Maks (Pengambilan Bea cukai/pungli), yaitu pembebanan bea cukai
sangatlah memberatkan dan hanya akan menimbulkan melambungnya secara
tidak adil, maka Islam tidak setuju dengan cara ini.
10. Tadlîs (Penipuan), yaitu kondisi ideal dalam pasar adalah apabila penjual dan
pembeli mempunyai informasi yang sama tentang barang yang akan
diperjualbelikan. Apabila salah satu pihak tidak mempunyai informasi seperti
yang dimiliki oleh pihak lain (assymetric information), maka salah satu pihak
akan merasa dirugikan dan terjadi kecurangan/penipuan.
10

2.3.Pandangan Ibnu Taimiyah dalam Penentuan Harga


Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa harga yang setara adalah harga yang dibentuk
oleh kekuatan pasar yang menggambarkan atas kekuatan permintaan dan penawaran.
Beliau menggambarkan bahwa: Jika penduduk menjual barang secara normal (al
wajh al ma’ruf) tanpa menggunakan cara-cara yang tidak adil kemudian harga
tersebut meningkat karena pengaruh kelangkaan barang (yakni kelangkaan supply)
atau dikarenakan jumlah penduduk (yakni peningkatan demand), kenaikan harga-
harga tersebut merupakan kehendak Allah swt. Dalam kasus ini, memaksa penjual
untuk menjual barang-barang mereka pada harga tertentu adalah pemaksaan yang
salah (ikrah bi ghairi haq). Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Rasulullah,
karena ia sangat menghargai harga yang adil yaitu harga yang terjadi atas mekanisme
pasar yang bebas. Rasulullah SAW menolak untuk membuat kebijakan penetapan
harga manakala tingkat harga di Indonesia, mulai dari naik turunnya harga kebutuhan
pokok, harga elektornik dan harga BBM yang merupakan akibat dari resesi ekonomi
global dan naik turunnya harga minyak dunia.
Ibnu Taimiyah mengatakan, kompensasi yang setara akan diukur dan ditaksir oleh
hal-hal yang setara, dan itulah esensi keadilan (nafs al-adl). Dimanapun ia
membedakan antara dua jenis harga yang adil dan disukai. Dia mempertimbangkan
harga yang setara sebagai harga yang adil. Dalam Majwu fatawa-nya Ibnu Taimiyah
mendefinisikan equivalen price sebagai harga baku dimana penduduk menjual
barang-barang mereka dan secara umum diterima sebagai sesuatu yang setara dengan
itu dan untuk barang yang sama pada waktu dan tempat yang khusus.
Sementara dalam al-Hisbah, ia menjelaskan bahwa equivalen price ini sesuai
dengan keinginan atau persisnya harga yang ditetapkan oleh kekuatan pasar yang
berjalan secara bebas-kompetitif dan tidak terdistorsi antara penawaran dan
permintaan. Jika permintaan terhadap barang meningkat sementara penawaran
menurut harga akan naik. Begitu sebaliknya, kelangkaan dan melimpahnya barang
mungkin disebabkan oleh tindakan yang adil, atau mungkin tindakan yang tidak adil.
Ia mengatakan, jika penduduk menjual barangnya dengan cara yang normal (al-
wajh al-ma‘ruf) tanpa menggunakan cara-cara yang tidak adil, kemudian harga itu
11

meningkat karena pengaruh kekurangan persediaan barang itu atau meningkatnya


jumlah penduduk (meningkatnya permintaan). Dalam kasus seperti itu, memaksa
penjual untuk menjual barangnya pada harga khusus merupakan paksaan yang salah
(ikrah bighairi haq), karena bisa merugikan salah satu pihak.
Secara umum, harga yang adil ini adalah harga yang tidak menimbulkan
eksploitasi atau penindasan (kezaliman) sehingga merugikan salah satu pihak dan
menguntungkan pihak yang lain. Harga harus mencerminkan manfaat bagi pembeli
dan penjualnya secara adil, yaitu penjual memperoleh keuntungan yang normal dan
pembeli memperoleh manfaat yang setara dengan harga yang dibayarkannya
Ada dua tema yang seringkali ditemukan dalam pembahasan Ibnu Taimiyah
tentang masalah harga, yakni kompensasi yang setara/adil (‘Iwad al-Mitsl ) dan harga
yang setara/adil (Tsaman al-Mitsl). Dia berkata: Kompensasi yang setara akan diukur
dan ditaksir oleh hal-hal yang setara, dan itulah esensi dari keadilan (Nafs al-‘Adl).

2.4.Pengertian dan Fungsi Pasar


Pengertian
Pasar (‫ )السوق‬di definisikan sebagai sarana pertemuan antara penjual dan pembeli,
dimana seorang pembeli datang ke pasar dengan membawa suatu permintaan barang
tertentu untuk bertemu dengan penjual yang membawa penawaran barang yang sama
juga. Dan hasil dari pertemuan tersebut akan menghasilkan kesepakatan antara
penjual dan pembeli tentang tingkat harga dan jumlah barang dalam transaksi. Jika
terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli maka terjadilah ketetapan harga atas
suatu barang dalam transaksi tersebut.
Dalam ilmu ekonomi suatu pasar dapat diistilahkan sebagai tempat transaksi yang
bisa dilakukan dimana saja, yang antara penjual dan pembeli bisa berhubungan secara
langsung atau tidak langsung, contoh penjual dan pembeli yang berjualan secara
langsung adalah pasar yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yaitu seperti
pasar tradisional. Sedangkan pasar yang antara penjual dan pembeli berhubungan
secara tidak langsung adalah pasar yang dalam pemesanannya menggunakan media,
seperti media internet dan lain-lain. Sekarang pasar tidak lagi dibatasi, karena
12

komunikasi modern telah memungkinkan para pembeli dan penjual untuk


mengadakan transaksi tanpa harus saling bertemu satu sama lain. Barang yang
ditransaksikan dalam pasar bisa berupa barang apapun, mulai dari beras, sayur-
mayur, uang, sampai ke jasa angkutan, dan tenaga kerja.
Berdagang adalah aktifitas yang paling umum dilakukan di pasar. Untuk itu Al-
Qur’an memberikan pencerahan terhadap aktifitas dalam pasar dengan sejumlah
rambu dan peraturan permainan, dengan tujuan supaya dapat menegakkan keadilan
untuk kepentingan semua pihak, baik individu ataupun berkelompok.
Al-Qur’an pun menjelaskan bahwa orang yang berdagang tidak akan kehilangan
kemuliaan atau kekharismaannya bila melakukan kegiatan ekonomi dalam pasar.
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Furqaan ayat 20 :

ِ‫س ْلنَا َو َما األ ْس َواق‬


َ ‫ك أ َ ْر‬ َ ‫ام لَيَأْآُلُونَِ إنَّ ُه ِْم إال ْال ُم ْر‬
َِ َ‫سلينَِ منَِ قَ ْبل‬ َّ َِ‫شون‬
َِ ‫الط َع‬ ُ ‫في َويَ ْم‬
“Dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh
memakan makanan dan berjualan di pasar-pasar”

Pada prinsipnya Islam lebih menekankan pada produksi yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan semua orang dan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
segelintir orang yang mempunyai uang, karena apalah manfaat produk yang banyak
jika hanya di distribusikan untuk orang yang memiliki uang saja. Maka untuk
menggerakan kegiatan produksi diperlukan dua garis optimalisasi yaitu : yang
pertama, mengupayakan agar sumber daya insani berfungsi sehingga mencapai
kondisi yang full employment, dimana setiap orang yang bekerja akan menghasilkan
suatu karya. Yang kedua adalah mengoptimalkan dalam memproduksi kebutuhan
primer (dharuriyyat), sekunder (hajiyyat), dan tersier (tahsiniyyat) secara baik.

Fungsi Pasar
Dalam sistem ekonomi, pasar mempunyai fungsi-fungsinya sendiri, yang mana
dalam fungsi tersebut bertujuan untuk memuaskan perekonomian pasar. Dan dalam
13

Islam fungsi pasar bertujuan agar dapat mencapai kejayaan di dunia dan di akhirat.
Pasar mempunyai lima fungsi utama yakni :
1. Fungsi pasar adalah menetapkan nilai-nilai harga dalam pasar, karena harga
merupakan alat ukur suatu nilai dalam pasar. Dan disini fungsi permintaan
konsumen bukanlah segalanya, tetapi uang juga menjadi faktor terpenting
dalam mendukung suatu permintaan. Karena jika seorang konsumen ingin
membeli suatu barang maka tersedianya dana adalah faktor terpenting yang
harus diperhitungkan.
2. Pasar menyimpulkan semua produksi itu melalui faktor biaya. Dan dalam
teori harga diasumsikan bahwa, seorang pengusaha akan memaksimumkan
output dengan input yang semuanya diukur dengan uang. Dan dari fungsi
inilah asal bagaimana cara menghasilkan barang dan jasa.
3. Pasar mendistribusikan suatu produk itu bersangkut-paut dengan masalah
untuk siapa barang dihasilkan. Karena siapa yang menghasilkan paling
banyak produk maka akan menerima pembayaran yang paling banyak pula.
Suatu tenaga dan sumber daya lain akan dibayar sesuai dengan apa yang
dihasilkannya. Jadi tenaga kerja yang paling produktif akan mendapatkan
imbalan yang terbesar.
4. Pasar melakukan pembatasan, yang ini merupakan inti dari penentuan harga,
karena pasar akan membatasi tingkat konsumsi yang berlaku dari produksi
yang tersedia dengan tujuan agar terjadi keseimbangan suatu harga.
5. Pasar juga menyediakan barang dan jasa untuk keperluan di masa akan
datang. Tabungan dan investasi adalah salah satu alat untuk mempertahankan
sistem dan menghasilkan kemajuan ekonomi.
Semua fungsi tersebut haruslah meyakinkan setiap orang bahwa pasar dapat
memecahkan berbagai masalah. Jadi dalam hal ini beberapa ekonom percaya
bahwa ekonomi dalam pasar bekerja dengan efisien dan mereka juga percaya
bahwa pasar dapat melaksanakan fungsinya dengan memuaskan, tetapi terkadang
pasar juga masih membutuhkan adanya campur tangan pemerintah dalam
mekanisme pasar, karena dengan adanya campur tangan pemerintah maka
14

kesejahteraan masyarakat akan terpenuhi. Akan tetapi ada sebagian ekonom yang
berpendapat bahwa peranan negara dalam ekonomi harus diminimalisir, sebab
kalau negara turun campur bermain dalam ekonomi hanya akan mengganggu
equilibrium pasar. Dan jika banyak campur tangan pemerintah, maka pasar akan
mengalami distorsi yang akan membawa perekonomian pada ketidakefisienan
(inefisiency) dan ketidakseimbangan.

2.5.Kekuatan dan Keseimbangan Pasar

Keseimbangan atau ekuilibrium menggambarkan suatu situasi di mana semua


kekuatan yang ada dalam pasar, permintaan dan penawaran, berada dalam keadaan
yang seimbang sehingga setiap variabel yang terbentuk di pasar, harga dan kuantitas,
sudah tidak lagi berubah. Proses terjadinya keseimbangan dalam pasar berawal dari
mana saja, baik dari segi permintaan atau penawaran. Namun, dalam segi perubahan
akan terjadi pada satu sisi saja, sisi penawaran atau permintaan. Untuk proses
pencapaian keseimbangan pasar akan dijelaskan melalui grafik.

Pada grafik tersebut terlihat bahwa pada tingkat harga P1, maka barang yang
diminta akan sebesar QD1 sementara jumlah barang yang pasokan ke pasar akan
sebesar QS1. Bisa dilihat dalam gambar, bahwa jumlah barang yang dipasok melebihi
jumlah barang yang diminta sehingga terjadi kelebihan pasokan. Dalam situasi yang
seperti ini, maka harga cenderung tertekan ke bawah sehingga harga mengalami
penurunan. Ketika harga turun, maka hal ini di satu sisi akan mendorong permintaan
konsumen meningkat, tetapi di lain pihak penurunan harga ini akan menyebabkan
jumlah barang yang dipasok ke pasar menurun.
15

Ketika harga mencapai tingkat harga sebesar P2 jumlah barang yang diminta
adalah sebesar QD2 sementara jumlah barang yang dipasok besar adalah sebesar
QS2. Disini, terlihat masih ada kelebihan pasokan, namun besarnya sudah lebih
rendah dari keadaan sebelumnya. Sebagai akibatnya dari harga akan tertekan ke
bawah, namun demikian kekuatan penekan harga ke bawah semakin melemah.
Kembali di sini produsen akan mengurangi jumlah pasokan barang ke pasar
sementara konsumen akan meningkatkan jumlah barang yang diminta. Proses ini
akan terus berlanjut sampai pada akhirnya jumlah barang yang diminta tepat sama
dengan jumlah barang yang dipasok (QD= Qs) sehingga kekuatan antara permintaan
dan penawaran berada dalam posisi setimbang. Posisi yang setimbang ini dicapai
pada tingkat harga sebesar P4. Pada posisi ini kekuatan yang ada dalam pasar yang
mendorong harga naik (permintaan) sama dengan kekuatan yang menekan harga
turun (pasokan/penawaran). Dalam situasi seperti ini tidak ada lagi gerakan
perubahan harga karena kekuatan yang ada dalam pasar sudah seimbang (P3EI,
2011).
16

2.6.Peran Pemerintah Dalam Mengontrol Pasar

Untuk lebih menjamin berjalannya mekanisme pasar secara sempurna peranan


pemerintah sangat penting. Rasulullah SAW sendiri telah menjalankan fungsi sebagai
market supervisor atau al-hisbah, yang kemudian banyak dijadikan acuan untuk
peran negara terhadap pasar. Sementara dalam bukunya Al-Hisbah fi Al-Islam, Ibnu
Taimiah banyak mengungkap tentang peranan Al-Hisbah pada masa Rasulullah
SAW. Rasulullah SAW sering melakukan inspeksi ke pasar untuk mengecek harga
dan mekanisme pasar. Seringkali dalam inspeksinya beliau menemukan praktek
bisnis yang tidak jujur sehingga beliau menegurnya. Rasulullah juga telah
memberikan banyak pendapat, perintah maupun larangan demi sebuah pasar yang
bermoral. (Ibnu Taimiah, 1999: 5-10).

Al-Hisbah adalah nama lembaga yang berfungsi untuk memerintahkan kebaikan


sehingga menjadi kebiasaan dan melarang hal yang buruk ketika hal itu telah menjadi
kebiasaan umum. Sementara tujuan dari Al-Hisbah adalah untuk memerintahkan
kebaikan dan mencegah keburukan di pasar.

Al-Hisbah tetap banyak didirikan sepanjang bagian terbesar dunia Islam, bahkan
di beberapa negara institusi ini tetap bertahan hingga awal abad ke-20 M. Selama
periode, dinasti Mamluk Al-Hisbah memiliki peranan penting, terbukti dengan
sejumlah kemajuan ekonomi yang dicapai pada masa itu. Di Mesir, Al-Hisbah tetap
bertahan sampai pada masa pemerintahan Muhammad Ali (1805-1849 M). Bahkan di
Maroko hingga awal abad ke-20, institusi ini masih dapat dijumpai. Di Romawi
Timur, yang telah melakukan kontak dengan dunia Islam juga mengadopsi istilah ini
dengan sebutan Mathessep yang berasal dari kata muhtasi.(Ibnu Taimiah, 1999: 25).

Pada pemikiran ekonomi kontemporer, eksistensi Al-Hisbah sering kali dijadikan


acuan bagi fungsi negara terhadap perekonomian, khususnya dalam pasar. Namun,
elaborasi Al-Hisbah dalam kebijakan praktis ternyata terdapat berbagai bentuk.
Beberapa ekonom berpendapat bahwa Al-Hisbah akan diperankan oleh negara secara
umum melalui berbagai institusinya. Sementara itu, sebagian lainnya berpendapat
17

perlunya dibentuk lembaga khusus yang bernama Al-Hisbah. Jadi, Al-Hisbah adalah
sebuah lembaga yang mengatur dan mengawasi lancar dan tidaknya aktivitas
perekonomian. Bahkan lembaga ini merupakan suatu agen independent sehingga
terlepas dari kepentingan kelompok tertentu atau pemerintah itu sendiri. Namun,
dengan melihat fungsi Al-Hisbah yang luas dan strategis ini, tampak bahwa fungsinya
akan melekat pada fungsi pemerintahan secara keseluruhan, di mana dalam teknis
operasionalnya akan dijalankan oleh kementerian, departemen, dinas atau lembaga
lain yang terkait.

Pada dasarnya peranan pemerintah dalam perekonomian yang Islami (Misanam


dkk., 2008), memiliki dasar rasionalitas yang kokoh. Dalam pandangan Islam, peran
pemerintah didasari oleh beberapa argumentasi, yaitu:

1. Derivasi dari konsep kekhalifahan.


2. Konsekuensi adanya kewajiban-kewajiban kolektif (fard alkifayah), serta
3. Adanya kegagalan pasar dalam merealisasikan falah.

Pemerintah adalah pemegang amanah Allah untuk menjalankan tugas-tugas


kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan serta tata kehidupan yang
baik bagi seluruh umat. Jadi, pemerintah adalah agen dari Tuhan, atau khalifatullah,
untuk merealisasikan falah. Sebagai pemegang amanah Tuhan, eksistensi dan peran
pemerintah ini memiliki landasan kokoh dalam Al-Qur’an dan Sunnah, baik secara
eksplisit maupun implisit. Kehidupan Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin
merupakan teladan yang sangat baik bagi eksistensi pemerintah. Dasar dalam
menjalankan amanah tersebut pemerintah akan menjunjung tinggi prinsip
musyawarah (syura) sebagai salah satu mekanisme pengambilan keputusan yang
penting dalam Islam. Dengan demikian, pemerintah pada dasarnya sekaligus
memegang amanah dari masyarakat.

Pemerintah dapat memiliki peranan penting dalam menjalankan fardh al-kifayah


karena kemungkinan masyarakat gagal untuk menjalankannya atau tidak dapat
18

melaksanakannya dengan baik. Kemungkinan kegagalan masyarakat dalam


menjalankan fardh al-kifayah ini disebabkan beberapa hal, yaitu:

1. Asimetri dan kekurangan informasi.

2. Pelanggaran moral.

3. Kekurangan sumber daya atau kesulitan teknis

Kegagalan pasar juga merupakan latar belakang perlunya pemerintah untuk


berperan dalam perekonomian. Pasar gagal dalam menyelesaikan permasalahan
ekonomi karena dua hal yaitu pertama Ketidaksempurnaan mekanisme kerja pasar;
dan tidak berjalannya mekanisme kerja pasar dengan efisien.

Selain itu untuk menghasilkan harga yang adil ini, maka harus terpenuhi syarat
teknis dan syarat moral sekaligus. Pemerintah memiliki tugas penting dalam
mewujudkan tujuan ekonomi Islam secara keseluruhan. Sebagaimana telah diketahui,
tujuan ekonomi Islam adalah mencapai falah yang direalisasikan melalui optimasi
mahslahah. Oleh karena itu, sebagai pengemban amanah dari Allah SWT dan
masyarakat, maka secara umum tujuan peran pemerintah adalah menciptakan ke-
mashlahat-an bagi seluruh masyarakat. Menurut al-Mawardi, tugas dari pemerintah
adalah untuk melanjutkan fungsi-fungsi kenabian dalam menjaga agama Islam dan
mengatur urusan-urusan duniawi. Sementara, menurut Ibnu Khaldun eksistensi
pemerintah adalah untuk memastikan agar setiap orang dapat memenuhi tujuan
syariah baik dalam urusan dunia maupun akhirat.

Pemerintah mempunyai peranan penting dalam mewujudkan pasar yang Islami.


Intervensi pemerintah dalam pasar bukan hanya bersifat temporer dan minor, tetapi ia
akan mengambil peranan yang besar dan penting. Pemerintah bukan hanya sebagai
wasit atas permainan pasar, tetapi ia akan berperan aktif bersama pelaku-pelaku pasar
yang lain. Pemerintah dapat bertindak sebagai perencana, pengawas, pengatur,
produsen sekaligus konsumen bagi kegiatan pasar.
19

Beberapa contoh peran pemerintah yang berkaitan dengan implementasi moralitas


Islam adalah sebagai berikut (Misanam dkk. 2008):

1. Memastikan dan menjaga implementasi nilai dan moral Islam secara


keseluruhan.
2. Memastikan dan menjaga agar pasar hanya memperjualbelikan barang dan
jasa yang halalan thayyiban. Barang yang haram dan makruh beserta mata
rantai produksi, distribusi dan konsumsinya harus dilarang secara tegas.
3. Melembagakan nilai-nilai persaingan yang sehat (fair play), kejujuran,
keterbukaan, dan keadilan. Dalam konteks ini, pemerintah juga harus menjadi
al-muhtasib (seseorang yang bertugas melaksanakan hisbah) yang memiliki
wewenang luas dalam mencegah dan menyelesaikan kasuskasus pelanggaran
nilai-nilai ini. Pada masa Rasulullah SAW beliau terjun sendiri ke pasar untuk
menjalankan fungsi al-muhtasib ini.
4. Menjaga agar pasar hanya menyediakan barang dan jasa sesuai dengan
prioritas kebutuhan sebagaimana diajarkan dalam syariah Islam dan
kepentingan perekonomian nasional. Barang dan jasa untuk kemewahan dan
bersenang-senang akan sangat dibatasi bahkan dilarang seandainya terdapat
kebutuhan mendesak terhadap barang-barang primer. Untuk itu, pemerintah
harus membuat perencanaan pasar yang berbasiskan prioritas kebutuhan dan
mengarahkan para pelaku pasar untuk memenuhi perencanaan ini. Pemerintah
juga dapat bertindak sebagai pelaku pasar aktif (produsen) untuk menyediakan
kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan prioritas syariah dan kepentingan
nasional.

Sedangkan peran pemerintah yang khusus berkaitan dengan mekanisme pasar


adalah sebagai berikut (Misanam dkk., 2008):

1. Secara umum memastikan dan menjaga agar mekanisme pasar dapat bersaing
dengan sempurna. Pemerintah harus menjamin kebebasan masuk dan keluar
pasar, menghilangkan berbagai hambatan dalam persaingan seperti monopoli,
20

menyediakan informasi, membongkar penimbunan, melarang kartel-kartel


yang merugikan dan lain-lain.
2. Membuat berbagai langkah untuk meningkatkan daya saing dan daya beli dari
para pelaku pasar yang lemah, misalnya produsen kecil dan konsumen miskin.
Termasuk dalam hal ini menciptakan berbagai skenario kerja sama di antara
para pelaku pasar, misalnya antara produsen besar dengan kecil, untuk
meningkatkan efisiensi dan pemerataan.
3. Mengambil berbagai kebijakan untuk menciptakan harga yang adil, terutama
seandainya persaingan yang sempurna tidak dimungkinkan terjadi pada pasar.
Monopoli tidak selalu akan berdampak buruk bagi masyarakat seandainya
harga yang dihasilkan tetap merupakan harga yang adil.
21

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran produk baik berupa barang
maupun jasa yang alamiah dan telah berlangsung sejak awal peradaban
manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang penting dalam
perekonomian. Rasulullah SAW sangat menghargai harga yang dibentuk oleh
mekanisme pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu
intervensi harga seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pada
yang wajar yaitu hanya karena pergeseran permintaan dan penawaran.
Pasar telah mendapat perhatian memadai dari ulama klasik seperti Abu
Yusuf, Al-Ghazali, Ibnu Taimiah dan Ibnu Khaldun. Pemikiran tentang
mekanisme pasar tidak saja mampu memberikan analisa yang tajam tentang
apa yang terjadi pada masa itu, tetapi tergolong modern untuk masa sekarang.
Banyak dari pemikiran mereka baru dibahas oleh para ekonom barat ratusan
tahun kemudian.
22

DAFTAR REFERENSI

Bukhori, M. 2017. Penetapan Harga Dalam Islam. Jurnal Ekonomi Islam, Vol.
2, No. 2.

Hakim, M. Arif. 2015. Peran Pemerintah Dalam Mengawasi Mekanisme


Pasar Dalam Perspektif Islam. Iqtishadia, Vol 8, No. 1, Maret 2015.

Jayanti, Offi. 2014. “Tinjauan Hukum Islam Tentang Penentuan Harga


Barang dan Pemberian Kupon Undian Berhadiah”. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Syari’ah. Universitas Islam Negeri Walisongo: Semarang.

Mubarok, E. Saefuddin. 2016. Ekonomi Islam: Pengertian, Prinsip dan Fakta.


In Media: Bogor.

Parakkasi, Idris dan Kamiruddin. 2018. Analisis Harga dan Mekanisme Pasar
Dalam Perspektif Islam. Laa Maysir, Vol 5, No. 1, Juni 2018: 107-120.

Putra, Surya Darma. 2011. “Pemikiran Ibnu Taimiyah Tentang Standar Harga
Dalam Jual Beli”. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Syari’ah dan Ilmu Hukum.
Universtitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim: Riau.

Rahmawati. 2014. Mekanisme Pasar Dalam Perekonomian Islam. Jurnal


Ekonomi Islam, Vol. 3, No. 1.

Rahmi, Ain. 2015. Mekanisme Pasar dalam Islam. Jurnal Ekonomi Bisnis dan
Kewirausahaan 2015, Vol. 4, No. 2, 177-192.

Sukamto. 2012. Memahami Mekanisme Pasar Dalam Ekonomi Islam. Jurnal


Sosial Humaniora, Vol 5 No.1, Juni 2012.

Anda mungkin juga menyukai