Anda di halaman 1dari 14

TEORI PERMINTAAN DAN

PENAWARAN DALAM
EKONOMI
ISLAM
Secara umum tidak banyak perbedaan antara teori permintaan
konvensional dengan
islam sejauh hal itu dikaitkan dengan variable atau factor yang turut
berpengaruh terhadap
posisi penawaran. Bahkan bentuk kurva secara umum pada hakikatnya
sama. Satu aspek
penting yang memberikan suatu perbedaan dalam perspektif ini
kemungkinan besar berasal
dari landasan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai-
nilai islam.
1) Islam memandang manusia secara umum, apakah sebagai
konsumen
atau produsen, sebagai suatu objek yang terkait dengan nilai-nilai.
Nilai-nilai yang paling pokok yang didorong ole islam dalam
kehidupan perekonomian adalah kesederhanaan, tidak silau
dengan gemerlapnya kenikmatan duniawi (zuhud) dan ekonomis
(iqtishad). Inilah nilai-nilai
yang seharusnya menjadi gaya hidup Islamic man.

2) Norma-norma islam yang selalu menemani kehidupan manusia


yaitu halal dan haram. Produk-produk dan transaksi pertukaran
barang dan jasa tunduk kepada norma ini. Hal-hal yang
diharamkan atas manusia itu pada hakikatnya adalah barang-
barang atau transaksi-transaksi yang berbahaya bagi diri mereka
dan kemaslahatannya.
Penawaran berkorelasi positif terhadap harga. Ini berarti bahwa
semakin tinggi suatu harga produk, semakin memberikan insentif kepada produsen untuk
meningkatkan produksinya dan kemudian menawarkannya kepada konsumen yang
membutuhkan.Sebaliknya, semakin rendah suatu harga produk, semakin berkurang
insentif bagi produsen ubntuk memproduksi dan menawarkannya.Hal ini disebabkan
karena makin rendah suatu harga, makin kecil suatu keuntungan atau malah timbul
kerugian.

Sebagai suatu agen ekonomiyang rasional, produsen akan memutuskan produksinya.


Dengan demikian dapatlah digambarkan dalam sebuah diagram dimana sumbu vertical
adalah harga dan sumbu horizontal adalah jumlah produk yang ditawarkan kepada
masyarakat bahwa kurva penawaran sebagai kurva yang naik ke kanan. Kedudukan kurva
ini bias berpindah atau bergeser bergantung kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun perbedaan prinsip antara permintaan
dan penawaran dalam islam dengan
konvensial yaitu menurut ekonomi konvensial
titik beratnya yaitu pada harga, jika harga
tinggi maka permintaan akan turun, begitu pula
sebaliknya, sedangkan dalam ekonomi islam
ini di titik beratkan pada faedah, kemaslahatan
ataupun manfaat suatu barang, sedangkan
harga bukanlah tinjauan dasar dalam ekonomi
islam, tapi sisi religiuslah yang menjadi
patokan utama, dimana kehalalan lebih di
utamakan, bukan rendahnya harga.
Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak
semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal
maupun yang haram. Allah telah
berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87 dan 88 :

MAKNA ????
Makna yang dimaksud dapat diinterpretasikan janganlah kalian
berlebih-lebihan
dalam mempersempit diri kalian dengan mengharamkan hal-hal
yang diperbolehkan bagi
kalian. Demikianlah pendapat dari ulama salaf. Dapat pula
diinterpretasikan sebagaimana
kalian tidak boleh mengharamkan yang halal, maka jangan pula
kalian melampaui batas
dalam memakai dan mengkonsumsi yang halal, melainkan
ambillah darinya sesuai dengan
keperluan dan kecukupan kalian, janganlah kalian melampaui
batas.
Allah mensyariatkan
sikap pertengahan antara yang berlebihan dan yang kikir dalam
bernafkah, yakni tidak boleh
melampaui batas, tidak boleh pula menguranginya. Seperti yang
disebutkan oleh Allah dalam
ayat lain
Oleh karena harga sesuai dengan kekuatan penawaran
dan permintaan di pasar, maka
harga barang tidak boleh ditetapkan pemerintah, karena
ketentuan harga tergantung pada
hukum supply and demand. Namun demikian, ekonomi
Islam masih memberikan peluang
pada kondisi tertentu untuk melalukan intervensi harga
(price intervention) bila para
pedagang melakukan monopoli dan kecurangan yang
menekan dan merugikan konsumen.
Di masa Khulafaur Rasyidin, para khalifah pernah melakukan intrevensi pasar, baik
pada sisi supply maupun demand. Intrevensi pasar yang dilakukan Khulafaur Rasyidin
sisi supply ialah mengatur jumlah barang yang ditawarkan seperti yang dilakukan Umar bin
Khattab ketika mengimpor gandum dari Mesir untuk mengendalikan harga gandum di
Madinah. Sedang intervensi dari sisi demand dilakukan dengan menanamkan sikap sederhana
dan menjauhkan diri dari sifat konsumerisme. 3 Intervensi pasar juga dilakukan dengan
pengawasan pasar (hisbah). Dalam pengawasan pasar ini Rasulullah menunjuk Said bin Said
Ibnul ‘Ash sebagai kepala pusat pasar (muhtasib) di pasar Mekkah.
Pemahaman yang berkembang ketika itu mengatakan bahwa bila tersedia sedikit
barang, maka harga akan mahal dan bila tersedia banyak barang, maka harga akan
murah. Pemahaman pada zaman Abu Yusuf tentang hubungan harga dan kuantitas hanya
memperhatikan kurva permintaan. Abu Yusuf membantah pemahaman seperti ini, karena
pada kenyataannya persediaan barang sedikit tidak selalu dikuti dengan kenaikan harga, dan
sebaliknya persediaan barang melimpah belum tentu membuat harga akan murah. Abu Yusuf
mengatakan,
Adalah benar bahwa tingkat harga tidak hanya bergantung pada penawaran semata,
namun kekuatan permintaan juga penting. Oleh karena itu kenaikan atau penurunan
tingkat harga tidak selalu harus berhubungan dengan kenaikan dan penurunan produksi
saja. Dalam mempertahankan pendapat ini Abu Yusuf mengatakan bahwa ada beberapa
variabel dan alasan lainnya yang bisa mempengaruhi, tetapi ia tidak menjelaskan secara
detail, mungkin karena alasan-alasan penyingkatan. Mungkin variabel itu adalah
pergeseran dalam permintaan atau jumlah uang yang beredar di suatu negara atau
penimbunan dan penahanan barang. Dalam konteks ini Abu Yusuf mengemukakan
bahwa tidak ada batasan tertentu tentang rendah dan mahalnya harga barang. Hal
tersebut ada yang mengaturnya

Murah bukan karena melimpahnya makanan,


demikian juga mahal bukan disebabkan kelangkaan
makanan. Murah dan mahal adalah ketentuan Allah.
Menurut Ibn Taimiyah ada beberapa faktor yg mempengaruhi permintaan suatu barang :

1. Harga barang itu sendiri dan barang substitusi


2. Keinginan penduduk terhadap jenis barang yang berbeda dan berubah-ubah
Jika jumlah konsumen yg minat pada
Barang tsb atau terbatasnya stok barang, maka bila stoknya menipis permintaan penduduk
akan meningkat disbanding jika barang melimpah.
3. Perubahan jg tergantung pada jumlah konsumen.
Jika minat barang naik maka harga juga akan tinggi begitupula sebaliknya.
4. Permintaan dipengaruhi dari menguat atau melemahnya tingkat kebutuhan atas suatu barang.
Jika kebutuhan tinggi maka harga akan tinggi
5. Harga dipengaruhi oleh tujuan dari kontrak jual beli, jika pembayaran dilakukan secara
tunai maka harga akan turun, namun jika jual beli dilakukan dengan pembayaran Tangguh maka harga naik.
6. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.
Keinginan para penjual dalam menawarkan barangnya pada berbagai tingkat harga
Ditentukan oleh beberapa faktor :
1. Harga barang itu sendiri/substitusi
2. Biaya produksi.
Biaya apa saja utk produksi ??

3. Tingkat teknologi yg digunakan


Teknologi digunakan utk mengurangi apa??

4. Jumlah penjual
5. Kondisi alam
6. Ekspektasi (ramalan thdp barang tertentu di masa depan)
TUGAS MINGGU DEPAN :
KERJAKAN SECARA INDIVIDU

1. CARILAH ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN :


PENGERTIAN, JENIS, FAKTOR PENENTU
(BERIKAN DAFTAR PUSTAKA)

2. BUATLAH RANGKUMAN DARI JURNAL ZAKAT

DIKUMPULKAN HARI JUMAT TANGGAL 14 OKTOBER 2022


MAKSIMAL PUKUL 17.00 WIB
MELALUI LINK DRIVE

Anda mungkin juga menyukai