Anda di halaman 1dari 16

TEORI PERMINTAAN ISLAMI

I.     PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Dalam ekonomi islam, setiap keputusan ekonomi seseorang tidak terlepas dari nilai-nilai
moral dan agama karena setiap kegiatan senantiasa dihubungkan kepada syari’at. Al-
Qur’an menyebut ekonomi dengan istilah istishad (penghemat, ekonomi) yang secara
literal berarti ‘pertengahan’ atau ‘moderat’. Seorang muslim diminta untuk mengambil
sikap moderat dalam memperoleh dan menggunakan sumber daya. Juga tidak
boleh isyraf (royal, berlebih-lebihan), tetapi juga dilarang pelit (bakhl).Pandangan
ekonomi islam mengenai permintaan islam relatif sama dengan ekonomi konvensional,
namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk berperilaku ekonomi yang sesuai
dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan moral “islami” yang merupakan
prinsip islam dalam ber-ekonomi, merupakan faktor yang menentukan suatu individu
maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya sehingga teori ekonomi yang
terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi konvensional.
Teori permintaan Islami membahas permintaan barang halal, barang haram, dan
hubungan antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan konvensional, semua komoditi
dinilai sama, bisa dikonsumsi atau digunakan. Dalam motif permintaan Islam
menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen terhadap barang tersebut sedangkan motif
permintaan konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai kepuasan (interest).
Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan nilai yang konsisten dalam
mempengaruhi seluruh aktivitas manusia Permintaan Islam bertujuan mendapatkan
kesejahteraan atau  kemenangan akhirat (falah) sebagai turunan dari keyakinan bahwa
ada kehidupan yang abadi setelah kematian yaitu kehidupan akhirat, sehingga anggaran
yang ada harus disisihkan sebagai bekal untuk kehidupan akhirat.

B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana pengertian permintaan konvensional dan teori permintaan menurut
pandangan ekonomi islam, dan juga apa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan?
2.    Bagaimanakah kurva permintaan, kurva permintaan barang halal, kurva permintaan
barang halal dalam pilihan halal haram?
3.    Bagaimanakah perbedaan teori permintaan konvensional dengan permintaan islami?

II.     PEMBAHASAN
A.      Pengertian Permintaan Konvensional dan Teori Permintaan Menurut Pandangan
Ekonomi Islam
1.    Pengertian Permintaan Konvensional
Pengertian permintaan secara umum adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta
pada suatu harga dan waktu tertentu. Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi terhadap
permintaan secara umum antara lain:[1]
a.    Harga barang itu sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah maka permintaan terhadap barang itu bertambah.
Begitu juga sebaliknnya. Inilah yang disebut Hukum  Permintaan yang menyatakan “Bila
harga suatu barang naik,cateris paribus, maka jumlah permintaan terhadap  barang
tersebut akan berkurang, dan sebaliknya”
b.    Harga barang lain
Permintaan akan dipengaruhi juga oleh harga barang lain. Dengan catatan barang lain itu
merupakan barang substitusi (pengganti) atau pelengkap (komplementer). Apabila barang
substitusi naik, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan meningkat. Sebaliknya,
apabila harga barang substitusi turun, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan
turun.
c.    Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli konsumen. Semakin tinggi
tingkat pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga akhirnya akan mendorong
permintaan terhadap suatu barang.
d.   Selera, kebiasaan, mode
Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi permintaan suatu barang.
Jika selera masyarakat terhadap suatu barang meningkat, permintaan terhadap barang itu
pun akan meningkat.
e.    Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan jumlah penduduk
dengan permintaan suatu barang adalah positif, apabila jumlah penduduk meningkat,
maka konsumen terhadap barangpun meningkat.
f.     Perkiraan harga dimasa datang
Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa mendatang naik, kita lebih baik
membeli barang tersebut sekarang guna menghemat belanja di masa mendatang, maka
permintaan terhadap barang itu sekarang akan meningkat. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa hubungan antara permintaan dan perkiraan harga di masa mendatang
adalah positif.

2.    Permintaan Menurut Ekonomi Islam


Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah hasrat terhadap sesuatu, yang
digambarkan dengan istilah raghbah fil al-syai.[2] Diartikan juga sebagai jumlah barang
yang diminta. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya.
Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thayyib. Aturan
islam melarang seorang muslim memakan barang yang haram, kecuali dalam  keadaan
darurat dimana apabila barang tersebut tidak dimakan, maka akan berpengaruh terhadap
nya muslim tersebut. Di saat darurat seorang muslim dibolehkan mengkonsumsi barang
haram secukupnya.
Selain itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak tidak serta merta
diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam jumlah
berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget constrain) belum cukup dalam
membatasi konsumsi. Batasan lain yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim
tidak berlebihan (israf), dan harus mengutamakan kebaikan (maslahah).
Islam tidak menganjurkan permintaan terhadap suatu barang dengan tujuan kemegahan,
kemewahan dan kemubadziran. Bahkan islam memerintahkan bagi yang sudah mencapai
nisab, untuk menyisihkan dari anggarannya untuk membayar zakat, infak dan shadaqah.
[3]
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menurut Misanam, dkk (2008 : 312-314),
yaitu: [4]
a.    Harga barang yang bersangkutan
Harga barang yang bersangkutan merupakan determinan penting dalam permintaan. Pada
umumnya, hubungan antara tingkat harga dan jumlah permintaan adalah negatif. Semakin
tinggi tingkat harga, maka semakin rendah
b.    Harga barang lain yang terkait
Harga barang lain yang terkait menentukan permintaan suatu barang. Yang dimaksud
harga barang lain yang terkait adalah substitusu dan komplementer dari barang tersebut.
Jika harga barang substitusinya menurun, maka permintaan terhadap barang tersebut juga
turun, sebab konsumen mengalihkan permintaannya pada barang substitusi, dan
sebaliknya. Sementara itu, jika harga barang komplementer naik, maka permintaan
terhadap barang tersebut turun. Sebaliknya jika harga barang komplememter turun, maka
permintaan terhadap barang tersebut naik.
c.    Pendapatan konsumen
Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan permintaan berbagai
jenis barang. Semakin tinggi pendapatan konsumen, maka semakin tinggi daya belinya
sehngga permintaan tehadap barang akan meningkat. Sebaliknya, semakin rendah
pendapatan, maka semakin rendah pula daya belinya dan permintaan terhadap barang pun
rendah.
d.   Ekspektasi (Pengharapan)
Ekspektasi bisa berupa ekspektasi positif maupun negatif. Dalam kasus ekspektasi positif,
konsumen akan lebih terdorong untuk membeli suatu barang, sememtara ekspektasi
negatif akan menimbulkan akibat yang sebaliknya.
e.    Maslahah
Maslahah merupakan tujuan utama dalam mengkonsumsi barang, sebab maksimasi
maslahah meripakan cara untuk mencapai falah. Pengaruh maslahah terhadap permintaan
tidak bisa dijelaskan secara sederhana, sebagaimana pengaruh faktor-faktor lainnya,
sebab ia akan tergantung pada tingkat keimanan. Jika mereka melihat barang dengan
kandungan berkah yang tinggi, cateris paribus, maka mereka akan meninggalkan barang
dengan kandungan berkah yang rendah dan menggantinya dengan barang dengan
kandungan berkahnya lebih tinggi. Dengan demikian, jika maslahah relatif turun, cateris
paribus, maka jumlah barang yang diminta akan turun juga, begitu juga sebaliknya.

B.       Kurva Permintaan
1.    Penurunan Kurva Permintaan
Menurut Misanam, dkk (2008: 173), kurva permintaan menggambarkan hubungan antara
harga dan jumlah yang diminta. Dengan kata lain, perubahan jumlah barang yang diminta
disebabkan oleh perubahan harga. Sementara itu, hukum permintaan diturunkan dari
perilaku konsumen yang berorientasi untuk mencapai tingkat maslahah maksimum, yang
berbunyi sebagai berikut: “Jika harga suatu barang meningkat, ceteris paribus, maka
jumlah barang yang diminta turun; demikian juga sebaliknya.”
Pengertian ceteris paribus adalah dengan menganggap hal-hal lain tetap tidak berubah
atau konstan, baik dalam arti tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat pendapatan,
preferensi, dan sebagainya. Jika satu dari hal-hal yang dimaksudkan berubah, maka
hukum permintaan di atas tidak berlaku lagi.
Hubungan yang digambarkan dalam hukum permintaan di atas juga akan menjadi lebih
jelas, jika digambarkan dalam kurva permintaan sebagai berikut:

Kurva di atas menunjukkan bahwa jika harga barang A adalah sebesar 10, maka jumlah
barang A yang diminta adalah 9 unit, sementara ketika harga barang A naik menjadi 18,
maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen turun menjadi 8.[5]
2.    Kurva Permintaan Barang Halal
Kurva permintaan diturunkan dari titik persinggungan antara kurva indifference curve
dengan garis anggaran. Katakanlah seorang konsumen memiliki pendaptan I = 1 juta per
bulan dan menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y, yang
keduanya adalah barang halal. Misalnya harga barang X Px = Rp.100 ribu dan harga
barang Y  Py = Rp.200 ribu. Titik A, A’, A” menunjukan konsumsi seluruhnya
dialokasikan pada barang X dan titik B menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan
pada barang Y.
Dengan data ini, dapat dibuat garis anggaran dengan menarik garis lurus antara dua titik.
X

a
K X Y t
In
o = t
c
m P P = I a
o
bi x y I/ / n
m
na P P g
e
si x y e
n
c
y
1. 1 2
0 0 0
0 0 0
1
A 0. . . 0 3
0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
1. 1 2
0 0 0
0 0 0
B 0. . . 0 5 3
0 0 0
0 0 0
0 0 0
Bila terjadi penurunan harga X sebesar Rp.50 ribu, maka kaki garis anggaran pada sumbu
X akan bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik
perpotongan dengan sumbu X berubah.
X

a
K X Y t
In
o = t
c
m P P = I a
o
bi x y I/ / n
m
na P P g
e
si x y e
n
c
y
1. 2
5
0 0
0
0 0
. 2
A’ 0. . 0 4
0 0
0 0
0
0 0
0
0 0
1. 2
5
0 0
0
0 0
.
B 0. . 0 5 4
0
0 0
0
0 0
0
0 0
Bila harga X menjadi Px = Rp.25.000 maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan
bertambah panjang. Titik perpotongan sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik
perpotongan sumbu X berubah.
X

a
K X Y t
In
o = t
c
m P P = I a
o
bi x y I/ / n
m
na P P g
e
si x y e
n
c
y
1. 2
2
0 0
5
0 0
A . 4
0. . 0 5
” 0 0
0 0
0
0 0
0
0 0
1. 2
2
0 0
5
0 0
.
B 0. . 0 5 5
0
0 0
0
0 0
0
0 0
Dengan simulasi harga barang X, akan didapatkan kurva yang menggambarkan antara
harga dengan jumlah barang X yang diminta.
Harga Jumlah X (X pada saat tangency/jumlah
X optimal X)
100.00
3
0
50.000 4
25.000 5
Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian
didapatkan kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk barang halal, sebagaimana
lazimnya kurva permintaan yang dipelajari dalam ekonomi konvensional.[6]

Gambar. Penurunan kurva permintaan, barang X dan Y adalah halal

3.    Kurva Permintaan Barang Halal dalam Pilihan Halal-Haram


Dalam hal pilihan yang dihadapi adalah antara barang halal dengan barang haram, maka
solusi optimalnya adalah corner solution. Katakanlah seorang konsumen mempunyai
pendapatan I = Rp 1 juta per bulan dan menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barangn
halal X dan barang haram Y. Katakan pula harga barang X Px = Rp 100 ribu dan harga
barang Y = Rp.200 ribu. Titik A, A’, A”. menunjukkan konsumsi seluruhnya
dialokasikan pada barang X, dan titik B menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan
pada barang Y. Simulasi penurunan harga juga dilakukan dari Rp 100 ribu ke
tingkat Px  = Rp 50 ribu dan Px = 25 ribu:
K In P P X Y X
o c x y =
a
t
t
m h h = I a
o
bi a a I/ / n
m
na l r P P g
e
si a a x y e
l m n
c
y
1. 1 2
0 0 0
0 0 0
1 1
A 0. . . 0
0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
1. 1 2
0 0 0
0 0 0
1
B 0. . . 0 5
0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
Px  = Rp 50 ribu
K In P P X Y X
o c x y =
m o = I a
bi m I/ / t
na e P P t
si x y a
n
g
e
n
c
y
1. 2
5
0 0
0
0 0
. 2 2
A’ 0. . 0
0 0 0
0 0
0
0 0
0
0 0
1. 2
5
0 0
0
0 0
. 2
B 0. . 0 5
0 0
0 0
0
0 0
0
0 0
Px = 25 ribu
K In P P X Y X
o c x y =
m o = I a
bi m I/ / t
na e P P t
si x y a
n
g
e
n
c
y
1. 2
2
0 0
5
0 0
A . 4 4
0. . 0
” 0 0 0
0 0
0
0 0
0
0 0
1. 2
2
0 0
5
0 0
. 4
B 0. . 0 5
0 0
0 0
0
0 0
0
0 0
Dengan simulasi harga barang X, diperoleh kurva yang menggambarkan antara harga
dengan jumlah barang X yang diminta.

Gambar. Penurunan kurva permintaan, barang X halal dan barang Y haram


Pilihan Pilihan
halal X halal X dan
dan haram halal Y
Y
Jumlah X Harga Jumlah X
(X pada X (X pada
Harga corner saat
X solution/at tangency/at
au jumlah au jumlah
optimal X) optimal X)
100.0 100.0
00 00
10 3
50.00 50.00
20 4
0 0
40 5
25.00 25.00
0 0
Semakin tinggi harga, semakin sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian
kita juga mendapatkan kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk barang halal
dalam pilihan halal X dan haram Y. Perbedaannya terletak pada kecuraman kurva atau
dalam istilah ekonominya pada elastisitas harga. Penurunan harga dari Rp.100 ribu ke
Rp.50 ribu meningkatkan permintaan barang X dari 10 ke 20 (bandingkan dengan pilihan
halal X – halal Y yang hanya dari 3 ke 4). Penurunan dari Rp.50 ribu ke Rp.25 ribu
meningkatkan permintaan barang X dari 20 ke 40 (bandingkan dengan pilihan halal X –
halal Y yang hanya naik dari 4 ke 5).[7]

C.      Perbedaan Teori Permintaan Konvensional Dengan Permintaan Islam


Definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan, antara permintaan
konvensional dan islam mempunyai kesamaan. Ini dikarenakan bahwa keduanya
merupakan hasil dari penelitian kenyataan dilapangan (empiris) dari tiap-tiap unit
ekonomi. Namun terdapat perbedaan yang mendasar di antara keduanya, diantaranya: [8]
1.    Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah mengenai sumber
hukum dan adanya batasan syariah dalam teori permintaan islami. Permintaan Islam
berprinsip pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman hidup yang langsung
dibimbing oleh Allah SWT. Permintaan Islam secara jelas mengakui bahwa sumber ilmu
tidak hanya berasal dari pengalaman berupa data-data yang kemudian mengkristal
menjadi teori-teori, tapi juga berasal dari firman-firman Tuhan (revelation), yang
menggambarkan bahwa ekonomi Islam didominasi oleh variabel keyakinan religi dalam
mekanisme sistemnya.
2.    Teori ekonomi yang dikembangkan barat membatasi analisisnya dalam jangka
pendek yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya saja. Tidak ada
analisis yang memasukkn nilai-nilai moral dan sosial. Analisis hanya dibatasi pada
variabel-variabel pasar semata, seperti harga, pendapatan dan sebagainya. Variabel-
variabel lainnya tidak dimasukkan, seperti variabel nilai moral seperti kesederhanaan,
keadilan, sikap mendahulukan orang lain. Dalam ekonomi konvensional filosofi dasarnya
terfokus pada tujuan keuntungan dan materialme. Hal ini wajar saja karena sumber
inspirasi ekonomi konvensional adalah akal manusia yang tergambar pada daya
kreatifitas, daya olah informasi dan imajinasi manusia. Padahal akal manusia merupakan
ciptaan Tuhan, dan memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan.
3.    Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Allah
telah berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah
makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan
bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”
Oleh karenanya dalam teori permintaan Islami membahas permintaan barang halal,
barang haram, dan hubungan antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan
konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi atau digunakan.
4.    Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan konsumen
terhadap barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih didominasi oleh
nilai-nilai kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan nilai
yang konsisten dalam mempengaruhi seluruh aktivitas manusia.
5.    Permintaan Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau  kemenangan akhirat
(falah) sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi setelah kematian
yaitu kehidupan akhirat, sehingga anggaran yang ada harus disisihkan sebagai bekal
untuk kehidupan akhirat.

III.     PENUTUP
A.      Kesimpulan
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu
tertentu. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi
konvensional, namun ada prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu
muslim dalam keinginannya. Misalnya: Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi
barang yang halal dan thayyib. Selain itu, dalam ajaran Islam, orang yang mempunyai
uang banyak tidak serta merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk
membeli apa saja dan dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan lain yang
harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (isyraf), dan harus
mengutamakan kebaikan (maslahah). Selain itu adanya batasan syariah, sudut pandang
barangnya, motif dari permintaan dan tujuannya.

B.       Penutup
Demikian makalah yang dapat kami sajikan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat
kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khasanah pengetahuan,
manfaat untuk kita semua. Amiiinn...

IV.     DAFTAR PUSTAKA
1.        Anita Rahmawati, Ekonomi Mikro Islam, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011
2.        Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, IIIT Indonesia, Jakarta, 2002
3.        http://nonkshe.wordpress.com/2010/12/09/teori-permintaan-dalam-pandangan-
ekonomi-islam-dan-konvensional/
[1] http://nonkshe.wordpress.com/2010/12/09/teori-permintaan-dalam-pandangan-
ekonomi-islam-dan-konvensional/
[2] Anita Rahmawati, Ekonomi Mikro Islam, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hal.
89
[3] http://nonkshe.wordpress.com/2010/12/09/teori-permintaan-dalam-pandangan-
ekonomi-islam-dan-konvensional/
[4] Anita Rahmawati, Op Cit, hal 89- 93
[5] Anita Rahmawati, Loc. Cit, hal 93
[6] Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, IIIT Indonesia, Jakarta, 2002, hlm. 52-53
[7] Adiwarman Karim, Loc. Cit, hlm. 54-56
[8] http://nonkshe.wordpress.com/2010/12/09/teori-permintaan-dalam-pandangan-
ekonomi-islam-dan-konvensional/

Anda mungkin juga menyukai