Anda di halaman 1dari 14

TEORI PERMINTAAN ISLAM

Disusun Oleh :

Annisa Diva Pratiwi (22.03.4262)

Nancy Qonita (22.03.4271)

A. PENDAHULUAN
Dalam ekonomi Islam, teori permintaan mengacu pada analisis permintaan barang
dan jasa berdasarkan nilai moral dan agama. Dalam konteks ini, keputusan ekonomi
individu dikaitkan dengan prinsip – prinsip Islam yang mengatur aktivitas ekonomi.
Dalam perekonomian Islam juga, setiap kegiatan ekonomi harus memperhatikan
nilai – nilai moral dan agama. Prinsip – prinsip Islam seperti keadilan, kejujuran, dan
Kerjasama harus menjadi pertimbangan utama dalam mengelola permintaan barang dan
jasa. Teori permintaan Islam menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek moral
dan etika dalam keputusan ekonomi, sedangkan teori permintaan konvensional lebih
berfokus pada masalah ekonomi saja.
Islam mengharuskan seorang muslim untuk membeli dan menggunakan produk
yang halal dan thayyib, dan meninggalkan produk yang haram. Dalam Islam sudah cukup
jelas yang mana produk halah dan haram, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah
Al – Maidah ayat 87 dan 88, yang mengatakan:

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل ُتَح ِّر ُم و۟ا َطِّيَٰب ِت َم ٓا َأَح َّل ٱُهَّلل َلُك ْم َو اَل َتْعَتُد ٓو ۟ا ۚ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب‬
‫ٱْلُم ْعَتِد يَن‬
Artinya: “Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa -apa yang
telah dihalalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang – orang yang melampaui batas”

‫َو ُك ُلو۟ا ِمَّم ا َر َز َقُك ُم ٱُهَّلل َح َٰل اًل َطِّيًباۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّلل ٱَّلِذ ٓى َأنُتم ِبِهۦ ُم ْؤ ِم ُنوَن‬
Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada – nya”
1
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Apa pengertian dari permintaan Islam?
2) Apa pengertian dari hukum permintaan?
3) Apa saja faktor dari teori permintaan Islam?
4) Apa perbedaan permintaan Islam dan konvensional?
5) Bagaimana kurva permintaan Islam?
6) Bagaimana konsumsi intemporal permintaan Islam?

B. PEMBAHASAN
Pengertian dari Permintaan
Secara umum, permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada
suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu. Permintaan juga merupakan sejumlah
jasa yang ingin dibeli atau dimiliki pada berbagai tingkat harga pada waktu tertentu.
Fungsi permintaan dalam ilmu ekonomi adalah menunjukkan hubungan antara harga
barang dan jumlah barang yang diminta oleh Masyarakat.
Pengertian permintaan menurut Paul A. Samuelson dan Willian D. Nordhaus
dalam bukunya Microeconomic, yang mengatakan “There exist a definite relationship
between the market price of a good and the quantity demanded of that good, other thing
held constant. This relationship between price and quality bought is called the demand
schedule, or the demand curve”. Sedangkan menurut pendapat Muhammad (2004)
permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dan
dalam periode tertentu. Jadi permintaan adalah jumlah barang yang diminta oleh
konsumen dalam suatu pasar yang jumlahnya tergantung dari jumlah pendapatan yang
diperoleh dan terdapat hubungan yang pasti antara harga pasar yang baik dan kuantitas
yang diminta dari yang baik, jika hal – hal lain tetap konstan. Hubungan antara harga dan
kualitas membeli disebut jadwal permintaan, atau kurva permintaan.
Menurut Ibnu Taimiyah, permintaan suatu barang adalah Hasrat terhadap sesuatu
yang digambarkan dengan istilah Raghbah Fil Al – Syai yang diartikan sebagai jumlah
barang yang diminta. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi Islam sama dengan
ekonomi konvensional, namun ada prinsip – prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh

2
individu muslim dalam keinginannya. Islam mengharuskan untuk mengkonsumsi barang
yang halal dan Thoyyib. Berdasarkan hukum Islam, umat Islam melarang seorang muslim
memakan barang yang haram, kecuali dalam keadaan darurat dimana apabila barang
tersebut tidak dimakan, maka akan berpengaruh terhadap seorang muslim tersebut.

Selain itu, dalam ajaran Islam orang yang mempunyai uang banyak tidak serta
merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa saja dan dalam
jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran belum cukup untuk membatas
konsumsi, batasan lain yang perlu diperhatikan adalah seorang muslim tidak berlebihan
(Ishrof) dan harus mengutamakan kebaikan (Maslahah). Islam tidak menganjurkan
permintaan suatu barang dengan tujuan kemegahan, kemewahan, dan kemubadziran.
Bahkan Islam memerintahkan mereka yang telah mencapai Nishab untuk memyisihkan
dari anggarannya untuk membayar Zakat, Infaq, dan Shodaqoh.

Hukum Permintaan
Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan
terbalik antara tingkat harga dengan jumlah suatu barang yang diminta. Jika harga naik
maka jumlah barang yang diminta sedikit dan jika harga rendah maka jumlah barang
yang diminta bertambah, karena pada hakikatnya semakin turun harga suatu barang maka
semakin besar pula permintaan barang tersebut.
Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin rendah pula
permintaan terhadap barang tersebut, dari hipotesa di atas dapat disimpulkan, bahwa;
1. Apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain yang
dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya apabila barang
tersebut turun, konsumen akan menambah pembelian terhadap barang tersebut.
2. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang, sehingga
memaksa konsumen untuk mengurangi pembelian, terutama untuk barang yang
akan naik harga.
Pada hukum permintaan, berlaku asumsi Ceteris Paribus yang merupakan hukum
permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau faktor – faktor selain harga tidak berubah.
Kemudian dalam hukum permintaan terhadap barang halal sama dengan permintaan

3
dalam ekonomi pada umumnya, yaitu berbanding terbalik terhadap harga. Apabila harga
naik, maka permintaan terhadap barang halal tersebut berkurang, dan sebaliknya dengan
asumsi Cateris Paribus. Dalam Islam bukan hanya harga yang dijadikan patokan tapi
kemaslahatan atau mashlahah, artinya konsumen dalam hal ini akan selalu berusaha
mendapatkan mashlahah maksimum dengan cara mengkonsumsi barang atau jasa yang
halal dengan niat untuk beribadah.
Penyebab berlakunya hukum permintaan di atas disebabkan karena terbatasnya
pendapatan konsumen, sehingga “jika harga barang naik, pendapatan konsumen yang
tetap merupakan kendala bagi konsumen untuk melakukan pembelian yang lebih banyak.
Jika harga suatu barang naik, konsumen akan mencari pengganti”. Istilah permintaan
seperti yang disebutkan oleh Ibn Taimiyah bahwa permintaan menunjukkan keinginan.
Keinginan yang muncul pada konsumen sesungguhnya muncul secara kompleks,
dikatakan bahwa berasal dari Allah SWT.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Permintaan


Permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh faktor – faktor lain disamping
harga, antara lain yaitu:
1. Pendapatan, tinggi atau rendahnya pendapatan Masyarakat pasti akan
mempengaruhi kualitas ataupun jumlah permintaan
2. Harga suatu barang, maksudnya naik atau turunnya suatu harga barang atau jasa
akan mempengaruhi kuantitas permintaan suatu barang
3. Distribusi pendapatan, yang dimaksud adalah semakin merata pendapatan, maka
akan mempengaruhi kuantitas permintaan sehingga akan mengalami peningkatan,
berbanding lurus dengan sebaliknya
4. Pertambahan penduduk, dalam hal ini jumlah suatu penduduk itu akan
mempengaruhi jumlaj permintaan konsumen, sehingga diartikan ketika
penduduknya banyak maka permintaan juga akan meningkat
5. Selera, maksudnya ketika terjadi perkembangan dari lingkungan dan juga tingkat
pendidikan yang semakin tinggi maka akan mempengaruhi selera Masyarakat
yang tadinya makan di warteg menjadi di café

4
6. Barang pengganti, maksudnya pada saat barang langka maka harga akan
mengalami kenaikan, apabila ada barang pengganti maka jumlah permintaan juga
akan mempengaruhi.

Perbedaan Konsep Ekonomi Islam dengan Konvesional terhadap Teori Permintaan

Definisi dan faktor – faktor yang mempengaruhi terhadap teori permintaan secara
konvensional dan Islam mempunyai kesamaan, namun meskipun hampir sama tetap
terdapat beberapa perbedaan mendasar di antara keduanya, yaitu:

1. Perbedaan utama antara konvensional dan Islam terletak pada sumber hukum
yang digunakan. Sumber hukum teori permintaan Islami berasal dari firman Allah
SWT (Al-Qur’an) serta Hadist dan Sunnah Rasulullah SAW yang memberikan
batasan-batasan syari’ah dalam membeli suatu komoditas. Sedangkan teori
permintaan konvensional bersumber dari akal manusia yang kadangkala bisa saja
tidak rasional dalam membeli suatu komoditas.
2. Motif permintaan secara konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai kepuasan
dunia, sehingga lebih mementingkan keinginan dalam melakukan aktivitas
pembelian. Sedangkan motif permintaan secara Islami adalah mendapatkan
maslahah atau kepuasan dan keberkahan dunia akhirat. Motif ini muncul karena
sebagai muslim ada keyakinan bahwa akan ada kehidupan yang abadi setelah
kematian sehingga sebagai muslim kita harus menyiapkan bekal untuk kehidupan
akhirat.
Dapat disimpulkan secara singkat bahwa motif permintaan konvensional lebih
didominasi oleh kepuasan dunia sehingga dalam membeli suatu komoditas atau barang
lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan. Sedangkan teori permintaan Islami
lebih terfokus pada bagaimana bisa meraih maslahah sehingga dalam membeli suatu
barang lebih mengutamakan kebutuhan, tidak berlebihan dalam membeli suatu barang
atau jasa, dan mengikuti batasan-batasan syari’ah. Teori permintaan konvensional
menilai semua komoditas dinilai sama, tidak ada perbedaan antara komoditas halal
dengan komoditas haram sehingga semua komoditas dianggap bisa dibeli dan digunakan.

5
Sedangkan pada teori permintaan Islami, menilai suatu komoditas tidak semuanya bisa
dibeli dan digunakan.
Permintaan Islami membedakan antara komoditas halal dan barang haram,
sebagaimana firman Allah SWT dalam QS: Al-Maidah ayat 87

‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل ُتَح ِّر ُم و۟ا َطِّيَٰب ِت َم ٓا َأَح َّل ٱُهَّلل َلُك ْم َو اَل َتْعَتُد ٓو ۟ا ۚ ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب‬
‫ٱْلُم ْعَتِد يَن‬
Artinya: “Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa -apa yang
telah dihalalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang – orang yang melampaui batas”
Oleh karena itu dalam teori permintaan Islami membahas permintaan komoditas
halal, komoditas haram, dan hubungan antara keduanya. Sedangkan dalam permintaan
konvensional, semua komoditas dinilai sama, tidak dibedakan halal dan haram sehingga
semua komoditas dinilai sama tidak dibedakan halal dan haram sehingga semua
komoditas bisa dibeli dan digunakan sesuai keinginan.
Adanya anggapan dalam teori permintaan konvensional bahwa semua komoditas
adalah sama, maka hukum permintaan dapat berlaku untuk semua komoditas. Sedangkan
teori permintaan Islam membedakan antara komoditas halal dengan komoditas haram,
dan sebagai muslim kita diberikan pilihan hanya untuk mengkonsumsi komoditas yang
halal dan thoyyib, sehingga tidak akan ada permintaan atas komoditas haram kecuali
dalam keadaan darurat. Hal ini menunjukkan bahwa adanya permintaan atas komoditas
haram hanya dikarenakan adanya faktor keadaan yang dapat mengancam keselamatan
jiwa bukan karena faktor harga dari komoditas haram tersebut, sehingga dengan demikian
hukum permintaan hanya berlaku pada komoditas halal namun tidak berlaku bagi
komoditas haram.

Kurva Permintaan

Menurut hukum dan teori permintaan terhadap suatu produk yang telah dijelaskan
sebelumnya, setiap orang yang ada di pasar dipengaruhi oleh harga atau yang lainnya,

6
pembelian akan mempengaruhi harga barang tersebut di pasar. Oleh karena itu, kita dapat
mengetahui bahwa besarnya perubahan permintaan diakibatkan oleh perubahan harga
yang tidak proporsional dari suatu tempat ke tempat lain.

Jika jumlah permintaan suatu produk meningkat, harga akan meningkat begitu
juga dengan sebaliknya jika jumlah barang yang diminta berkurang, maka harga juga
akan turun. Perubahan harga sehubungan dengan berubahnya jumlah barang yang
diminta, tingkat pendapatan, dan terkadang bergantung pada persepsi permintaan.

Kuantitas yang diminta (Q) Harga Titik / Periode

200 500 A

250 600 B

325 750 C

400 800 D

450 900 E

525 1000 F

Pada Tabel diatas tampak bahwa bila jumlah barang yang diminta makin banyak
maka harga akan meningkat. Sebaliknya bila jumlah barang yang diminta makin sedikit,
maka harga akan turun. Secara visual, perilaku barang yang diminta pada harga dan
waktu menurut teori permintaan dapat dilihat dalam gambar berikut;

7
Kurva permintaan di atas menunjukkan, bahwa pergerakan kurva permintaan
terjadi dari kiri ke bawah dan kanan ke atas, begitu pula sebaliknya yang menunjukkan
bahwa kemiringan/slope – nya positif. Hal ini terjadi karena hubungan terbalik antara
permintaan dengan harga.

Konsumsi Intertemporal dalam Ekonomi Islam

Konsumsi intertemporal (dua periode) adalah konsumsi yang dilakukan dalam


dua waktu yaitu masa sekarang (periode pertama) dan masa yang akan datang (periode
kedua). Monzer Kahf berusaha mengembangkan pemikiran konsumsi intertemporal
Islami, dengan memulai membuat asumsi sebagai berikut:

1. Islam dilaksanakan oleh masyarakat.


2. Zakat hukumnya wajib
3. Tidak ada riba dalam perekonomian
4. Mudarabah merupakan wujud perekonomian
5. Perilaku ekonomi mempunyai perilaku memaksimalkan

Dalam konsep Islam konsumsi intertemporal dijelaskan oleh hadits Rasulullah


SAW yang maknanya adalah “Yang kamu miliki adalah apa yang telah kamu makan dan
apa yang telah kamu infakkan”. Berikut ini adalah beberapa instrumen yang
mempengaruhi jumlah uang yang dialokasikan untuk konsumsi melalui dua periode,
yaitu:

8
a) Pada pengenaan zakat periode satu (Z 1) akan mengurangi (m1) yang dapat
dialokasikan untuk (C1). Jika tidak ada tabungan atau pinjaman maka final
spending atau pembelanjaan akhir seorang konsumen (m1 = FS = C1 + Z1) akan
sama dengan m1.
b) Pada pengeluaran infaq atau shadaqah, periode satu akan mengurangi m 1 yang
dialokasikan untuk C1.
c) Pendapatan bagi hasil (rp) pada periode satu ada Sebagian m 1 yang di alokasikan
dalam bentuk tabungan, maka final spending pada periode kedua (FS2) saa dengan
m2 akan ditambah dengan jumlah m1 yang ditabung ditambah dengan Rate of
Profit (rp) (FS = m2 + (1 + rp) m1).

Oleh karena itu, persamaan pendapat menjadi:

Y = (C + Infak) + S

Dapat disederhanakan menjadi: Y = FS + S

Dimana: FS = C + Infak

(FS adalah Final Spending dijalan Allah SWT)

Dalam konsumsi satu periode, sumbu X dan Y menunjukkan jumlah barang X


dan Y. sedangkan dalam konsumsi intertemporal (dua periode) akan sumbu X dan
Y menunjukkan jumlah pendapatn, konsumsi, dan tabungan pada periode
pertama. Ini dapat disimbolkan Yt, Ct, St. Dalam konsumsi Islam yang digunakan
adalah FSt. Pada sumbu Y menunjukkan jumlah tabungan pada periode pertama
St yang digunakan untuk konsumsi periode kedua (C t+1) atau dengan St = Ct+1.
Dalam konsep Islam simbol yang digunakan FSt+1 persamaannya menjadi St =
FSt+1.

1. Hubungan terbalik riba dengan sedekah


Ada suatu keadaan dimana, orang tidak mau bekerja atau tidak
mempunyai pendapatan, adanya praktek riba yang sudah mentradisi di
Masyarakat, dan wajibnya mengeluarkan zakat. Dalam keadaan ini sumber
pendapatan Masyarakat hanyalah dari riba dan tidak ada sumber

9
pendapatan yang lain. Dari keadaan ini akan digambarkan tiga kombinasi
Unitily Function (dalam hal ini) disebut Indifference Curve atau IC dengan
budged line.

Kasus 1
Buged line menunjukkan keadaan dimana:
a) Orang yang tidak memakan riba berarti tambahan pendapatannya nihil.
Dapat ditulis: Yt = Yt+1riba dimana riba = 0, sehingga Yt+1 = Yt
b) Orang yang tidak mengeluarkan zakat. Bila telah menerima pendapatan
dan mengeluarkan zakat, maka tidak mengeluarkan zakat kembali pada
periode pertama. Yt adalah pendapatan setelah zakat.

Titik optimal yang terjadi pada persinggungan budgeg line dan indifference
curve yaitu pada titik R, dan tingkat konsumsi dan infaknya adalah FS.

Kasus 2
Budged line menunjukkan keadaan dimana:
a) Orang memekan riba berarti tambahan pendapatannya positif. Dapat
ditulis dengan Yt = Yt + riba, dimana riba>0, sehingga Yt+1>Yt
b) Orang tidak mengeluarkan zakat, dalam hal ini kenaikan zakat hartanya
akibat riba.

10
Titik optimal terjadi pada persinggungan budget line dengan indifference
curve pada titik R’, dimana tingkat kosumsi dan infaknya adalah FS’.

2. Hubungan Terbalik Saving Ratio dengan Final Spending


Hubungan antara saving ratio dan final spending dapat dilihat dalam dua
periode, yaitu periode pertama dan kedua.

Dari persamaan ini, terlihat ‘zs’ bertanda negatif, yang menunjukkan


adanya hubungan terbalik antara saving ratio dan final spending.
Sedangkan zakat ‘z’ besarnya tetap. Semakin besar ‘-s’ semakin kecil FS,
begitupun sebaliknya semakin kecil ‘-s’ semakin besar FS. Secara grafis
dapat digambarkan kurva Ys1, Ys2, dan Ys3. Kemiringan atau slope yaitu
pada –{(1-z)/1}.
Final Spending tahun kedua

3. Investasikan Tabungan
Dalam islam tidak memberikan intensif terhadap saving yang tidak
diinvestasikan, namun dalam islam memberikan intensif untuk melakukan

11
investasi. Dalam islam dilarang adanya penimbunan harta dengan adanya
investasi dapat muncul peluang untuk untung atau rugi.

C. KESIMPULAN

Permintaan adalah jumlah barang yang diminta oleh konsumen dalam suatu pasar
yang jumlahnya tergantung dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan terdapat
hubungan yang pasti antara harga pasar yang baik dan kuantitas yang diminta dari yang
baik, jika hal – hal lain tetap konstan. Hubungan antara harga dan kualitas membeli
disebut jadwal permintaan, atau kurva permintaan.

Menurut Ibnu Taimiyah, permintaan suatu barang adalah Hasrat terhadap sesuatu
yang digambarkan dengan istilah Raghbah Fil Al – Syai yang diartikan sebagai jumlah
barang yang diminta. Secara garis besar, permintaan dalam ekonomi islam sama dengan
ekonomi konvensional, namun ada prinsip – prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh
individu muslim dalam keinginannya. Islam mengharuskan untuk mengkonsumsi barang
yang halal dan Thoyyib.

12
DAFTAR PUSTAKA

Elvira, R. (n.d.). Teori Permintaan. Komparasi Dalam Perspektif Ekonomi


Konvensional Dengan Ekonomi Islam.

Farid, M. (n.d.). Teori Permintaan Dalam Pandangan Islam.

Fattach, A. (n.d.). Teori Permintaan dan Penawaran Dalam Ekonomi Islam.

Haryanti, N. (n.d.). Teori Permintaan Dalam Perspektif Ekonomi Islam.

NETBOOK, T. (2017). bab 4, Teori Permintaan Islami.

Raihan, F. (n.d.). Teori Permintaan Islam.

Rosyda. (t.thn.). Gramedia Blog. Diambil kembali dari gramedia.com:


https://www.gramedia.com/literasi/hukum-permintaan/#google_vignette

13
STUDI KASUS
Kajian terkait teori permintaan dalam konteks Islam merupakan bidang kajian
yang berkaitan dengan ekonomi Islam. Teori permintaan dalam ekonomi Islam mencakup
prinsip-prinsip ekonomi yang berdasarkan pada ajaran agama Islam, seperti prinsip
pemerataan, keberlanjutan, dan keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat. Sejumlah penelitian telah dilakukan dalam konteks ini termasuk analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dalam ekonomi Islam, seperti faktor sosial,
budaya dan agama yang mempengaruhi perilaku konsumen Muslim.
Kajian ini juga mencakup analisis bagaimana prinsip-prinsip Islam, seperti
pelarangan RIBA (bunga), mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa tertentu.
Selain itu, penelitian juga telah dilakukan untuk memahami bagaimana prinsip-prinsip
Islam, seperti keadilan dan keberlanjutan, dapat mempengaruhi pola permintaan dalam
konteks ekonomi Islam.
Misalnya, penelitian mungkin melibatkan analisis bagaimana prinsip-prinsip
keadilan Islam mempengaruhi distribusi pendapatan dan kekayaan, dan bagaimana hal ini
dapat mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa.

14

Anda mungkin juga menyukai