Anda di halaman 1dari 18

EKONOMI ISLAM DALAM MEKANISME PASAR

ABSTRAK
Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah
berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang
terpenting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin
menunjukan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang
dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolak adanya suatu price intervention
seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Mekanisme pasar
sebagai sebuah sunnatullah yang harus dihormati. Pandangan tentang pasar dan harga dari
beberapa pemikir besar muslim, seperti: Abu Yusuf, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Taimiyah
juga diungkap. Pemikiran-pemikiran mereka tentang pasar sangat canggih dan tegolong futuristic
jika dipandang pada masanya. Pemikiran-pemikiran mereka tentu saja merupakan kekayaan
khasanah intelektual yang sangat berguna pada masa kini dan masa depan. Selajutnya dipaparkan
bagaimana mekanisme kerja pasar serta faktor- faktor yang mempengaruhinya. Beberapa bentuk
transaksi bisnis yang dianggap tidak islami, yang umum dipraktikkan masyarakat Arab pada
waktu itu.

Kata sandi: Mekanisme Pasar, Praktik Ekonomi, Pemikiran Tokoh, Ekonomi Islam

1. PENDAHULUAN
Catatan yang paling awal yang dapat dtemukan mengenai penambahan dan pengurangan
produksi akibat perubahan harga dalah oleh Abu Yusuf (wafat 798). Namun, dari pada berusaha
untuk membuat penjelasan mengenai permintaan dan penawaran dan akibatnya terhadap tingkat
harga Abu Yusuf mengatakan “tidak ada Batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat
dipastikan. Hal tersebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak bisia diketahui. Murah bukan
karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal tidak disebabkan oleh kelangkaan
makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah. Terkadang makanan berlimpah tetapi
tetap mahal, dan terkadang makanan sangat sedikit tetapi murah”

Dari tulisan tesebut diatas, tampak Abu Yusuf membantah kesan umum dari hubungan
negative antara penawaran dan tingkat harga. Adalah dalam kenyataan benar bahwa tingkat
harga tidak hanya bergantung pada penawaran semata, dimana hal itu juga sangat penting adalah
kekuatan permintaan. Oleh karena itu, kenaikan atau penurunan tingkat harga tidak harus selalu
berhubungan dengan kenaikan dan penurunan produksi saja. Bersikeras dengan hal itu, Abu
Yusuf mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang lainnya, tetapi ia tidak menyatakannya
secara jelas karena alasan-alasan penyingkatan. Apakah alasan-alasan yang lain tersebut?
Apakah yang ada dipikiran Abu Yusuf? Kemungkinan adalah pergeseran permintaan, atau
penawaran uang negara, atau penumpukan dan penyembunyian barang-barang, atau
kesemuanya? Harus diselidiki lebih lanjut apakah Abu Yusuf atau salah satu dari ilmuan
seangkatannya pernah membahas permasalahan ini. Ibn Taimiyah melakukan pembahasan
mengenai permasalahan tersebut secara menyeluruh dan melakukan analisis terhadap hal tersebut
secara menyeluruh dan melakukan analisis terhadap hal tersebut dari sudut pandang ekonomi,
menjelaskan kekuatam-kekuatan yang menentukan tingkat harga-harga sebuah pemikiran dalam
ilmu ekonomi yang baru matang pada abad XVIII.

Mengenai masalah pengaturan tingkat harga juga dibahas secara rinci oleh Ibn Taimiyah.
Kita telah membuat suatu studi perbandingan tentang pendapatan-pendapatan yang berbeda dari
berbagai ulama tentang isu ini. Cukup bermanfaat apabila mengingat bahwa penjelasan Ibn
Taimiyah mengenai pengaturan tingkat harga adalah lebih menyeluruh dibandingkan yang
lainnya Ibn Taimiyah mendukung penetapan harga dalam kasus dimana komoditas kebutuhan
pokok yang harganya telah naik akibat dimanipulasi. Lebih lanjut, Ibn Taimiyah menyarankan
adanya suatu penyediaan industri-industri tertentu oleh pemerintah / negara, serta juga
memperbaiki tingkat pengupahan jika hal tersebut tidak terjadi secara memuaskan (persaingan
bebas) oleh kekuatan- kekuatan pasar.

Alasannya adalah karena Ibn Taimiyah, seperti juga Al-Ghazali (yang ia rujuk dalam hal
ini) menganggap industry-industri dan jasa-jasa yang berbeda adalah kewajiban kolektif (fardu
kifayah) bagi semua Muslim, dengan implikasi jika ketersediaan industry-industri dan jasa-jasa
tersebut tidak mencukupi, maka adalah kewajiban bagi negara (sebagai representative dari
semua) untuk mengurusnya. Menggambarkan bahwa industry dari perdangan adalah kewajiban
Bersama religious, Al-Ghazali menyatakan “Apabila industry-industri dan perdagangan-
perdagangan tersebut ditinggalkan begitu saja, perekonomian akan runtuh dan manusia akan
lenyap”.
2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli dan melakukan transaksi
barang atau jasa. Pasar merupakan sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah
dan telah berlangsung sejak awal peradaban manusia. Dalam Islam pasar sangatlah penting
dalam perekonomian. Pasar telah terjadi pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin dan
menjadi sunatullah yang telah di jalani selama berabad-abad.

Al-Ghazali dalam kitab ihya’ menjelaskan tentang sebab timbulnya pasar, “Dapat saja
petani hidup di mana alat-alat pertanian tidak tersedia. Sebaliknya, pandai besi dan tukang kayu
hidup di mana lahan pertanian tidak ada. Namun, secara alami mereka akan saling memenuhi
kebutuhan masing-masing. Dapat saja terjadi tukang kayu membutuhkan makanan, tetapi petani
tidak membutuhkan alat-alat tersebut. Keadaan ini menimbulkan masalah. Oleh karena itu,
secara alami pula orang akan terdorong untuk menyediakan tempat penyimpanan alat-alat di satu
pihak, dan penyimpanan hasil pertanian di pihak lain. Tempat inilah yang kemudian di datangi
pembeli sesuai kebutuhannya masing-masing sehingga terbentuklah pasar”.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa pasar adalah tempat yang menampung hasil produksi
dan menjualnya kepada mereka yang membutuhkan. Pernyataan tersebut juga menyebutkan
bahwa pasar timbul dari adanya double coincidence yang sulit bertemu. Maka, untuk
memudahkan adanya tukar-menukar dalam memenuhi kebutuhan diciptakanlah pasar.

2.2 Perspektif Islam


Pasar yang selama ini berkembang khususnya di Indonesia hanya tertuju pada upaya
pemaksimalan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya semata dan cenderung terfokus pada
kepentingan sepihak. Sistem tersebut nampaknya kurang tepat dengan sistem ekonomi syariah
yang menekankan konsep manfaat yang lebih luas pada kegiatan ekonomi termasuk didalamnya
mekanisme pasar dan pada setiap kegiatan ekonomi itu mengacu kepada konsep maslahat dan
menjunjung tinggi asas-asas keadilan. Selain itu pula, menekankan bahwa pelakunya selalu
menjunjung tinggi etika dan norma hukum dalam kegiatan ekonomi. Realisasi dari konsep
syariah itu memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu prinsip keadilan, menghindari kegiatan yang
dilarang dan memperhatikan aspek kemanfaatan. Ketiga prinsip tersebut berorientasi pada
terciptanya sistem ekonomi yang seimbang yaitu keseimbangan antara memaksimalkan
keuntungan dan pemenuhan prinsip syariah yang menjadi hal mendasar dalam kegiatan pasar
(Ali, 2008).

Dalam hal mekanisme pasar dalam konsep Islam akan tercermin prinsip syariah dalam
bentuk nilai-nilai yang secara umum dapat dibagi dalam dua perspektif yaitu makro dan mikro.
Nilai syariah dalam prespektif mikro menekankan aspek kompetensi/ profesionalisme dan sikap
amanah, sedangkan dalam prespektif makro nilai-nilai syariah menekankan aspek distribusi,
pelarangan riba dan kegiatan ekonomi yang tidak memberikan manfaat secara nyata kepada
sistem perekonomian. Oleh karena itu, dapat dilihat secara jelas manfaat sistem perekonomian
Islam dalam pasar yang ditujukan tidak hanya kepada warga masyarakat Islam, melainkan
kepada seluruh umat manusia (rahmatan lil’Ālamin) (Ali, 2008).

2.3 Mekanisme Pasar Dalam Islam


Dalam konsep ekonomi islam penentuan harga dilakukan oleh kekuatan-kekuatan pasar,
yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran. Dalam konsep islam, pertemuan permintaan
dengan penawaran tersebut haruslah terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa
terpaksa untuk melakukan transaksi pada tingkat harga tersebut. Keadaan rela sama rela
erupakan kebalikan dari keadaan aniaya, yaitu keadaan dimna salah satu pihak senang diatas
kesedihan pihak lain. Dalam konsep islam, monopoly, duopoly, oligopoly dalam artian hanya
ada satu penjual, dua penjual, atau beberapa penjual tidak dilarang keberadaannya, selama
mereka tidak mengambil keuntungan diatas keuntungan normal. Ini merupakan konsekuensi dari
konsep the price of the equivalent. Islam mengatur agar persaingan di pasar dilakukan dengan
adil. Setiap bentuk yang dapat menimbulkan ketidakadilan dilarang, yaitu:

 Talaqqi rukbon dilarang karena perdagangan yang menyongsong dipinggir kota


mendapat keuntungan dari ketidak tahuan penjual dari kampung akan harga yang
berlaku dikota.
 Mengurangi timbangan dilarang karena barang dijual dengan harga yang sama untuk
jumlah yang lebih sedikit.
 Menyembunyikan barang cacat dilarang karena penjual mendapatkan harga yang baik
untuk kualitas yang buruk.
 Menukar kurma kering dengan kurma basah dilarang, karena takaran kurma basah
ketika kering bias jadi tidak sama dengan kurma kering yang ditukar.
 Menukar satu takar kurma kualitas bagus dengan dua takar kurna kualitas sedang
dilarang karena setiap kualitas kurma mempunyai harga pasarnya.
 Transaksi najasy dilarang karena si penjual menyuruh orang lain memuji barangnya
atau menewarkan dengan harga tinggi agar orang lain tertarik.
 Ikhtikar dilarang, yaiu mengambil keuntungan diatas keuntungan normal dengan
menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi. Ghaban faa-hisy (besar)
dilarang yaitu menjual diatas harga pasar.

Intervensi Pasar

Bila penyebabnya harga pasar adalah perubahan pada genuine demand dan genuine supplay,
maka mekanisme pengendalian dilakukan melalui market intervention. Sedangkan bila
penyebabnya adalah distorsi terhadap genuine demand dan genuine supply, maka mekanisme
pengendalian dilakukan melalui penghilangan distorsi termasuk penentuan price intervention
untuk mengembalikan harga pada keadaan sebelum distorsi. Kaum muslim pernah menjadi
korban distorsi harga ketika kaum quraisy menetapkan blokade ekonomi terhadap umat islam.
Kaum muslim juga pernah mengalami harga-harga naik di Madinah yang disebabkan oleh factor
genuine. Untuk mengatasi hal ini maka Khalifah Umar Ibn Khattab r.a melakukan market
intervention. Market intervention menjadi sangat penting dalam menjamin pengadaan barang
kebutuhan pokok. Dalam keadaan kekurangan barang kebutuhan pokok, pemerintah dapat
memaksa pedagang yang menahan barangnya untuk menjual barangnya kepasar.

A. Intervensi Harga
Dengan pemeritah menetapkan suku bunga kredit program sebesar 12% pertahun,
sedangkan suku bunga pasar sebesar 20%, tentunya pengusaha berusaha mendapatkan kredit
program yang bunganya jauh lebih rendah. Banyaknya permintaan untuk kredit program ini akan
mendorong pasar gelap. Biasanya si pengusaha berusaha menyuap banker,atau disebut dengan
menyuap dan disuap. Selisih suku bunga pasar dengan bunga kredit program, yaitu 8% ini lah
yang besarnya wilayah tawar-menawar jumlah uang suap. Akibat selanjutnya adalah kredit
program tidak akan mencapai sasarannya, timbul penyalah gunaan kredit. Ini lah indahnya islam,
bukan hanya korupsi dan kolusi yang dilarang dalam islam, namun juga jalan kearah korupsi dan
kolusi juga dilarang.

Dengan adanya ceiling price, konsumen mendapat tambahan consumer surplus, namun
kedua pihak baik konsumen dan produsen akan kehilangan sejumlah surplus yang tidak dapat
dinikmati oleh keduanya.

B. Intervensi Harga Islami


Dalam ekonomi konvensional, praktik monopoli biasanya dikecam sebagai bentuk
persaingan yang tidak sehat. Dalam ekonomi islam tidak dikenal sikap mendua, siapapun boleh
berbisnis tanpa peduli apakah satu-satunya penjual (monopoli) ada prnjual lain. Jadi, monopoli
sah-sah saja. Namun, siapapun tidak boleh melakukan ikhtikar, yaitu mengambil keuntungan di
atas keuntungan normal dengan cara menjual lebih sedikit barang untuk harga yang lebih tinggi
atau istilah ekonominya monopolistic ren. Ini indahnya islam, monopoli boleh, tetapi
monopolistic rent yang tidak boleh.

Dalam rangka melindungi hak pembeli dan penjual, islam membolehkan bahkan mewajibkan
pemerintah melakukan price intervention. Bila kenaikan harga disebabkan oleh adanya distorsi
pasar terhadap genuine demand dan genuine supply.

Kebolehan price intervention antara lain karena:

 Price intervention menyangkut kepentingan masyarakat, yaitu melindungi penjual


dalam, hal profit margin sekalikus melindungi pembeli dalam hal purchasing power.
 Bila tidak dilakukan price intervention maka penjual dapat menaikka harga dengan
cara ikhtikar atau ghaban faa-hisy. Dalam hal ini si penjual menzalimi si pembeli.

Pembeli biasanya mewakili masyarakat yang lebih luas, sedangkan penjual mewakili kelompok
masyarakat yang lebih kecil. Sehingga price intervention berarti pula melindungi kepentingan
masyarakat yang lebih luas.

C. Ibn Taimiyah’s Price


Bagi Ibn Taimiyah price intervention dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
 Price intervention yang zalim
Suatu intervensi harga daoat diangap zalim bila harga atas (ceiling price)
ditetapkan dibawah harga ekuilibrium yang terjadi melalui mekanisme pasar,
yaitu atas dasar rela sama rela.
 Price intervention yang adil
Suatu intervensi harga dianggap adil bila tidak menimbulkan aniaya terhadap
penjual maupun pembeli.

Inilah indahnya islam. Entry barriers dilarang sehingga setiap bisnis yang mempunyai positive
economic profit akan mengundang masuknya pemain baru sehingga economic profit turun
menjadi nihil, dan sekedar mendapat normal profit saja. Secara grafis, Ibn Taimiyah’s price
ditetapkan pada saat supply bertemu demand, sehingga sebenarnya market intervention ini malah
mengembalikan harga pada harga keseimbangannya semula. Oleh karena itu, Islamic market
intervention ini tidak akan menimbulkan excess supply atau excess demand sebagaimana yang
terjadi pasa market intervention konvensional. Lebih lanjut lagi, Islamic market intervention
tidak akan menimbulkan dead weight loss sebagaimana yang terjadi pada market intervention
yang konvensional .

2.4 Mekanisme Kerja Pasar


Pasar adalah sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah
berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang
terpenting dalam perekonomian. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin
menunjukan adanya peranan pasar yang besar.

Pasar Pada Masa Rasulullah

Pasar memegang peranan penting dalam perekonomian masyarakat muslim pada masa
Rasulullah Saw. dan Khulafaurrasyidin. Bahkan, Muhammad Saw. sendiri pada awalnya adalah
seorang pembisnis, demikian pula Khulafaurrasyidin dan kebanyakan sahabat. Pada usia 7 tahun,
Muhammad diajak oleh pamannya Abu Thalib berdagang kenegeri syam. Kemudian sejalan
dengan dengan usianya yang semakin dewasa, Muhammad semakin giat berdagang, baik dengan
modal sendiri ataupun bermitra dengan yang lain. Kemitraan, baik dengan system mudharabah
atau musyarakah, dapat dianggap cukup popular pada masyarakat Arab pada waktu itu. Salah
satu mitra bisnisnya adalah Khadijah seseorang wanita pengusaha yang cukup disegani di
Mekkah, yang akhirnya menjadi istri beliau.

Pada saat itu mekanisme pasar sangat dihargai, beliau menolak untuk membuat kebijakan
penetapan harga manakala tingkat harga di Madinah pada saat itu tiba-tiba naik. Sepanjang
kenaikan terjadi karena kekuatan permintaan dan penawaran yang murni, yang tidak dibarengi
dengan dorongan-dorongan monopolistic, maka tidak ada alasan untuk tidak menghormati harga
pasar. Penghargaan islam terhadap mekanisme pasar berdasarkan pada ketentuan Allah bahwa
perniagaan harus dilakukan secara baik dengan rasa suka sama suka (antaradin minkum/mutual
goodwill).

Pasar dalam Pandangan Sarjana Muslim

Pasar telah mendapatkan perhatian memadai dari para ulama klasik seperti Abu Yusuf, Al-
Ghazali, Ibn Khaldun, dan Ibn Taimiyah. Pemikiran-pemikiran mereka tetntang pasar tidak saja
mampu memberikan analisis yang tajam tentang apa yang terjadi pasa masa itu, tetapi tergolong
‘futuristik’.

 Mekanisme Pasar Menurut Abu Yusuf (731-798 M)

Pemikiran Abu Yusuf tentang pasar dapat dijumpai dalam bukunya Al-Kharaj.
Masarakat luas pada masa itu memahami bahwa harga suatu barang hanya ditentukan
oleh jumlah penawarannya saja.

 Evolusi Pasar Menurut Al-Ghazali (1058-1111 M )

Konsep yang sekarang kita sebut elastisitas kita sebut elastisitas permintaan
ternyata telah dipahami oleh Al-Ghazali. Hai ini tampak jelas dari perkataan bahwa
mengurangi margin keuntungan dengan menjual harga yang lebih murah akan
meningkatkan volume penjualan, dan ini pada gilirannya akan meningkatkan
keuntungan. Al-Ghazali telah menyadari hal ini sehingga ia menyarankan agar
penjualan barang pokok tidak dibebani keuntungan yang besar agar tidak terlalu
membebani masyarakat.
 Pemikiran Ibn Taimiyah

Pemikiran Ibn Taimiyah mengenai mekanisme pasar banyak ducurahkan melalui


bukunya yang sangat terkenal, yaitu Al-Hisbah fi’l Al-Islam dan Majmu’ Fatawa.
Pandangan Ibn Taimiyah mengenai hal ini sebenarnya berfokus pada masalah
pergerakan harga yang terjadi pada waktu itu, tetapi ia letakakan dalam kerangka
mekanisme pasar. Secara umum, beliau telah menunjukkan the beauty of market,
disambing segala kemahalannya.

Ibn Taimiyah secara umum sangat menghargai arti penting harga yang terjadi
karena mekanisme pasar yang bebas. Untuk itu, secara umum ia menolak segala
campur tangan untuk menekan atau menetap harga sehingga menggangu mekanisme
bebas pasar. Sepanjang kenaikan atau penurunan permintaan dan penawaran
disebabkan oleh factor-faktor alamiah, maka dilarang dilakukan intervensi harga.
Intervensi hanya dibenarkan pada kasus-kasus spesifik dan dengan persyarakatn yang
spesifik pula, misalnya adanya ikhtikar.

 Mekanisme Pasar Menurut Ibn Khaldun (1332-1383 M)

Pemikiran Ibn Khaldun tentang pasar termuat dalam buku yang monumental, Al-
Muqadimah, terutama dalam “harga-harga diKota”. Dalam bukunya, Ibn Khaldun
juga mendeskripsikan pengaruh kenaikan dan penurunan penawaran terhadap tingkat
harga. Ia menyatakan, “ketika barang-barang yang tersedia sedikit, maka harga-harga
kan naik. Namun bila jarak antar kota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan,
maka akan banyak barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang-barang akan
melimpah dan harga-harga akan menurun”.

Ibn Khaldun sangat menghargai harga yang terjadi dalam pasar bebas, namun ia
tidak mengajukan saran-saran kebijakan pemerintah untuk mengelola harga. Ia lebih
banyak memfokuskan kepada factor-faktor yang mempengaruhi harga, hal ini tentu
saja berbeda dengan Ibn Taimiyah yang dengan tegas menentang intervensi
pemerintah sepanjang pasar berjalan dengan bebas dan normal.

2.5 Pengertian Kekuatan Pasar Menurut Ekonomi Islam


Berikut mekanisme pasar sebagai mana konsep para pemikiran islam klasik dengan
mengggunakan alat visual grafis.

1. Permintaan

Permintaan merupakan salah satu elemen yang menggerakkan pasar. Keinginan yang
muncul pada konsumen sesungguhnya merupakan sesuatu yang kompleks, dikatakan berasal
dari Allah. Namun, pada dasarnya factor-faktor yang memengaruhi permintaan dapat
diuraikan sebagai berikut.

Factor-faktor penentu permintaan

a. Penentuan Penetapan Harga

Tas’ir (penetapan harga) merupakan salah satu praktek yang tidak dibolehkan oleh syariat
Islam. Pemerintah ataupun yang memiliki otoritas ekonomi tidak memiliki hak dan wewenang
untuk menentukan harga tetap untuk sebuah komoditas, kecuali pemerintah telah menyediakan
pada para pedagang jumlah yang cukup untuk dijual dengan menggunakan harga yang
ditentukan, atau melihat dan mendapatkan kezaliman-kezaliman di dalam sebuah pasar yang
mengakibatkan rusaknya mekanisme pasar yang sehat. Tabi’at (tetap) ini dapat kita lihat dari
bagaimana sikap Rasulullah SAW terhadap masalah ini. Tatkala rasulullah SAW didatangi oleh
seorang sahabatnya untuk meminta penetapan harga yang tetap. Rasulullah SAW menyatakan
penolakannya. Beliau bersabda: “Fluktuasi harga (turun-naik) itu adalah perbuatan Allah,
sesungguhnya saya ingin berjumpa dengan-Nya, dan saya tidak melakukan kezaliman pada
seorang yang bisa dituntut dari saya” (HR. Abu Dawud)

Dari sini jelas bahwasanya tidak dibenarkan adanya intervensi atau kontrol manusia dalam
penentuan harga itu, sehingga akan menghambat hukum alami yang dikenal dengan istilah
supply and demand. Yang serupa dengan tas’ir (penetapan harga) dan sama terkutuknya adalah
praktek bisnis yang disebut dengan proteksionisme. Ini adalah bentuk perdagangan dimana
negara melakukan pengambilan tax (pajak) baik langsung maupun tidak langsung kepada para
konsumen secara umum. Dengan kata lain, ini adalah sebuah proses dimana negara memaksa
rakyat untuk membayar harga yang sangat tinggi pada produksi lokal dengan melakukan proteksi
pada para pelaku bisnis agar terhindar dari kompetisis internasional.

Proteksionisme tidak dihalalkan karena akan memberikan keuntungan untuk satu pihak dan
akan merugikan dan menghisap pihak lain yang dalam ini adalah masyarakat umum. Lebih dari
itu, proteksi juga merupakan sebab utama terjadinya inflasi dan akan mengarah pada munculnya
kejahatan bisnis yang berbentuk penyelundupan pasar gelap (black market), pemalsuan dan
pengambilan untung yang berlebihan. Ibnu Qayyim mengatakan, bahwa proteksi merupakan
bentuk tindakan ketidakadilan, yang terjelek/terburuk. Dia menyatakan bahwa proteksi sangat
berbahaya bagi kedua belah pihak baik protektor maupun orang yang diproteksi, dengan alasan
bahwa ini adalah tindakan peningkatan hak kemerdekaan berdagang yang Allah SWT berikan.

b. Riba

Salah satu ajaran Islam yang penting untuk menegakkan keadilan dan menghapuskan
ekploitasi dalam transaksi bisnis adalah dengan melarang Riba. Al-quran sangat mengecam keras
pemakan Riba dan menyebutnya sebagai penghuni neraka yang kekal selamanya di dalamnya
(QS.2:275). Riba termasuk transaski yang bathil, bahkan hampir semua ulama menafsirkan
firman Allah “memakan harta dengan bathil” itu dengan Riba dalam firman Allah Al-Baqarah:
188. “Dan janganlah sebagian kamu memakan sebagian harta yang lain di antara kamu dengan
jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui”. (QS. Al-Baqarah:188).

Riba secara etimologis berarti pertambahan. Secara terminoligi syar’i Riba ialah,
penambahan tanpa adanya ’iwadh. Secara teknis, maknanya mengacu kepada premi yang harus
dibayar si peminjam kepada pemberi pinjaman bersama dengan pinjaman pokok yang
disyaratkan sejak awal. Penambahan dari pokok itu disyaratkan karena adanya nasi’ah
(penangguhan).

c. Tadlis
Tadlis ialah Transaksi yang mengandung suatu hal yang tidak diketahui oleh salah satu
pihak unknown to one party. Setiap transaksi dalam Islam harus didasarkan pada prinsip kerelaan
antara kedua belah pihak (sama-sama ridha). Mereka harus mempunyai informasi yang sama
(complete information) sehingga tidak ada pihak yang merasa dicurangi/ditipu karena ada
sesuatu yang unknown to one party (keadaan di mana salah satu pihak tidak mengetahui
informasi yang diketahui pihak lain ini merupakan asymetric information. Unknown to one
party dalam bahasa fikihnya disebut tadlis (penipuan), dan dapat terjadi dalam 4 (empat) hal,
yakni dalam Kuantitas, Kualitas, Harga dan Waktu Penyerahan.

d. Tindakan Melambungkan Harga

Islam sangat tidak mentolerir semua tindakan yang akan melambungkan hargaharga dengan
zalim. Beberapa praktek bisnis yang akan bisa menimbulkan melambungnya harga-harga
tersebut adalah sebagai berikut:

a) Larangan maks (pengambilan bea cukai/pungli). Pembebanan bea cukai sangatlah


memberatkan dan hanya akan menimbulkan melambungnya secara tidak adil, maka
Islam tidak setuju dengan cara ini. Rasulullah Saw dalam hal ini bersabda, “Tidak
akan masuk syurga orang yang mengambil beacukai”, karena pembebanan beacukai
sangat memberatkan dan hanya akan menimbulkan melambungnya harga secara
tidak adil, maka Islam tidak setuju dengan cara ini. Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul Aziz,
telah menghapuskan bea cukai. Dia menafsirkan bahwa maks serupa dengan bakhs
(pengurangan hak milik seseorang), yang secara keras ditentang oleh Alquran. (QS.
Hudd: 85).
b) Larangan najsy. Najsy adalah sebuah praktek dagang dimana seseorang pura-pura
menawar barang yang didagangkan degan maksud hanya untuk menaikkan harga,
agar orang lain bersedia membeli dengan harga itu, Ibnu ‘Umar r.a. berkata:
“Rasulullah SAW melarang keras praktek jual beli najsy”. Di dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu sekalian
melakukan penawaran barang tanpa maksud untuk membeli”. (HR.Tirmidzi).
Transaksi najsy diharamkan dalam perdagangan karena si penjual menyuruh orang
lain memuji barangnya atau menawar dengan harga yang lebih tinggi, agar orang lain
tertarik pula untuk membelinya. Si Penawar sendiri tidak bermaksud untuk benar-
benar membeli barang tersebut. Ia hanya ingin menipu orang lain yang benar-benar
ingin membeli yang sebelumnya orang ini telah melakukan kesepakatan dengan
penjual. Akibatnya terjadi permintaan palsu (false demand). Tingkat permintaan
yang terjadi tidak dihasilkan secara alamiyah. Penjelasan grafis bai najasy
diperlihatkan pada gambar berikut.
c) Larangan ba’i ba’dh ’ala ba’dh. Praktek bisnis ini maksudnya adalah dengan
melakukan lonjakan atau penurunan harga oleh seseorang dimana kedua belah pihak
yang terlibat tawar menawar masih melakukan dealing, atau baru akan
menyelesaikan penetapan harga. Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya melarang
praktek semacam ini karena hanya akan menimbulkan kenaikan harga yang tak
diinginkan. Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah sebagian dari kamu menjual atau
penjualan sebagian yang lain” (HR. Tirmidzi)
d) Larangan tallaqi al-rukban. Praktek ini adalah sebuah perbuatan seseorang dimana
dia mencegat orang-orang yang membawa barang dari desa dan membeli barang itu
sebelum tiba di pasar. Rasulullah SAW melarang praktek semacam ini dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya kenaikan harga. Rasulullah memerintahkan suplai
barangbarang hendaknya dibawa langsung ke pasar hingga para penyuplai barang
dan para konsumen bisa mengambil manfaat dari adanya harga yang sesuai dan
alami.
e) Larangan ba’al hadir lil bad. Praktek perdagangan seperti ini sangat potensial untuk
melambungkan harga dan sangat dilarang oleh Rasulullah SAW. Praktek ini mirip
dengan tallaqi al-rukban, yaitu dimana seseorang menjadi penghubung atau makelar
dari orang-orang yang datang dari Gurun Saraha atau perkampungan dengan
konsumen yang hidup di kota. Makelar itu kemudian menjual barang-barang yang
dibawa oleh orangorang desa itu pada orang kota dimana dia tinggal dan mengambil
keuntungan yang demikian besar, dan keuntungan yang diperoleh dari harga yang
naik dia ambil untuk dirinya sendiri, Rasulullah SAW sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. bersabda: “Janganlah kalian memenuhi para
khalifah di jalan (untuk membeli barangbarang mereka dengan niat membiarkan
mereka tidak tahu harga yang berlaku di pasar), seorang penduduk kota tidak
diperbolehkan menjual barang-barang milik penghuni padang pasir. Dikatakan
kepada Ibnu Abbas: “apa yang dimaksud menjual barang-barang seorang penghuni
padang pasir oleh seorang penduduk kota?” Ia menjawab “Tidak menjadi makelar
mereka”. (HR. Muslim).
2. Penawaran

Dalam khasanah pemikiran ekonomi islam klasik, pasokan(penawaran) telah dikenali


sebagai kekuatan penting dalam pasar.

a. Mashlahah
Pengaruh pada mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan
tergantung pada tingkat keimanan dari produsen.
b. Keuntungan
Keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat
mengakumulasi modal yang pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai
aktivitas lainnya. Factor yang mempengaruhi keuntungan adalah sebagai berikut:
i. Harga barang
ii. Biaya produksi
c. Kurva pasokan (penawaran)
Tujuan dari ini adalah untuk mengekspresikan pemikiran ekonomi islam
ke dalam suatu sistematika yang mudah dipahami masyarakat.
2.6 Analisis Bauran Pemasaran dalam Konsep Perspektif Ekonomi Islam Dari hasil
penelitian
Dapat dilihat bahwa dari variabel bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, promosi
dan tempat yang di ajukan dalam penelitian ini hanya ada dua variabel yang berpengaruh
terhadap kepuasan pelanggan kartu pascabayar Halo di kota Amuntai. Hal ini menunjukkan
bahwa memilih untuk menggunakan kartu Halo para konsumen atau pelanggan memandang
bahwa variabel bauran pemasaran yang meliputi produk dan promosi merupakan hal yang sangat
penting sehingga mempengaruhi kepuasan pelanggan dalam memutuskan untuk menggunakan
kartu Halo tersebut. Kemudian jika dilihat dari masing-masing variabel bauran pemasaran
tersebut, maka diperoleh gambaran bauran pemasaran kartu pascabayar Halo di kota Amuntai
sebagai berikut: Variabel produk dari hasil analisis menunjukkan bahwa produk memiliki
pengaruh terhadap kepuasan pelanggan kartu pascabayar Halo di kota Amuntai sebesar 0,158
atau 15,8%.
Dalam konsep bauran pemasaran dalam Islam produk yang memuaskan konsumen atau
pelanggannya apabila perusahaan dalam menjual produknya tidak menutupi kekurangan dan
kelebihan suatu produk. Dari hasil analisis Gerai halo telkomsel Amuntai sudah menjalankan
bagaimana konsep produk tersebut dijual kepada konsumen. Produk kartu pascabayar Halo yang
memberikan manfaat dan berkah yang terkait dengan life-style karena telpon seluler saat ini
sudah menjadi alat yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan berkah yang terkandung
pelanggan kartu pascabayar Halo merupakan lingkup orang tua atau dewasa yang insya allah
bisa menggunakan kejalan yang baik yang diridhai Allah swt. Hasil analisis juga menunjukkan
Pelanggan yang mementingkan kenyamanan dan kualitas suatu produk menunjukkan perilaku
yang sesuai dengan konsep islam yang menganjurkan untuk Semua yang ada dimuka bumi ini
diciftakan untuk kepentingan manusia. Namun manusia diperintahkan untuk mengkonsumsi
barang atau jasa yang halal dan baik secara wajar tidak berlebihan.

Pemenuhan kebutuhan atau keinginan tetap diperbolehkan selama hal itu mampu
menambah mashlahah dan tidak mendatangkan mudharat. Variabel promosi yang menunjukkan
tingkat pengaruh terhadap kepuasan pelanggan kartu pascabayar Halo di kota Amuntai sebesar
0.236 atau 2,36%. pelanggan yang mementingkan promosi ini menggambarkan perilaku
konsumsi yang efektif dalam menggunakan sumber daya dan cenderung ingin mengetahui
kebenaran dari suatu barang atau jasa. Promosi merupakan salah satu sarana pemasaran
perusahaan yang bertujuan agar produk yang dipasarkan dapat dikenal secara luas ileh pihak
konsumen, dengan jangkauan yang luas tersebut sehingga diharapkan volume penjualan dapat
lebih ditingkatkan. Dari hasil analisis promosi yang dilakukan Gerai halo Telkomsel Amuntai
tidak keluar dari konsep bauran pemasaran dalam Islam yang mempromosikan kartu Halo secara
berlebihlebihan dan menggunakan sumpah untuk membuat konsumen tertarik dan hanya semata
mencari keuntungan.
3. KESIMPULAN
Pasar adalah sebutah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang alamiah dan telah
berlangsung sejak peradaban awal manusia. Islam menempatkan pasar pada kedudukan yang
penting dalam perekonomian. Praktek ekonomi pasa masa Rasulullah dan Khulafaurrasyidin
menunjukan adanya peranan pasar yang besar. Rasulullah sangat menghargai harga yang
dibentuk oleh pasar sebagai harga yang adil. Beliau menolah adanya suatu Price Intervention
seandainya perubahan harga terjadi karena mekanisme pasar yang wajar. Tetapi, pasar disini
mengharuskan adanya moralitas, antara lain: persaingan yang sehat (fair play), kejujuran
(honesty), keterbukaan (transparancy), dan keadilan (justice). Jika nilai-nilai ini telah
ditegakkan, maka tidak ada alasan untuk menolak harga pasar.

Pasar telah mendapat perhatian yang memadai dari para ulama klasik seperti Abu Yusuf,
Al-Ghazali, Ibn Khaldun, Ibn Taimiyah. Pemikiran-pemikiran mereka tentang pasar tidak jasa
mampu memberikan analisis yang tajam tentang apa yang tejadi pada masa itu, tetapi tergolong
‘futuristik’. Banyak dari pemikiran mereka baru dibahas oleh ilmuwan-ilmuwan Barat beratus-
ratus tahun kemudian.

Harga pasar dibentuk oleh berbagai factor yang kemudian membentuk permintaan dan
penawaran barang atau jasa. Permintaan konsumen dipengaruhui oleh banyak factor, misalkan
harga, pendapatan konsumen, selera ekspektasi, dan tingkat mashlahah. Hubungan antara tingkat
harga dan jumlah yang diminta konsumen disebut kurva permintaan. Sementara itu, penawaran
produsen juga dipengaruhi oleh banyak factor, misalnya mashlahah, keuntungan, dan harga.
Hubungan antara tingkat harga dan jumlah yang ditawarkan disebut kurva penawaran.
Interaksi permintaan dan penawaran akan membentuk titik keseimbangan, dimana titik
keseimbangan ini dapat berubah dari sisi permintaan dan penawaran. Pasar sering kali bekerja
tidak sempurna, baik karena adanya penyimpangan terstruktur maupun penyimpangan tidak
terstruktur.

Pasar yang bersaing sempurna dapat menghasilkan harga yang adil bagi penjual maupun
pembeli. Karenanya, jika mekanisme pasar terganggu, maka harga yang adil tidak akan tercapai.
Demikian pula sebaliknya, harga yang adil akan mendorong para pelaku pasar untuk bersaing
dengan sempurna. Jika harga tidak adil, maka para pelaku pasar akan enggan untuk bertransaksi
atau terpaksa tetap bertransaksi dengan menderita kerugian. Oleh karena itu, Islam sangat
memperhatikan konsep harga yang adil dan mekanisme pasar yang sempurna. Untuk solusi
terhadap ketidak sempurnaan pasar, makai slam melarang ikhtikar, mendorong akses terbuka
terhadap informasi, dan regulasi harga.

Untuk lebih menjamin berjalannya mekanisme pasar secara sempurna, peranan


pemerintah sangat penting. Rasulullah Saw. sendiri telah menjalankan fungsi market survisor
atau Al-Hisbah yang kemudian banyak dijadikan acuan untukperan negara terhadap pasar.
DAFTAR PUSTAKA

Faridah, Rohana, dan Noor Rismawati. “ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN


TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN KARTU PASCABAYAR HALO DI KOTA
AMUNTAI.” At-Taradhi 4, no. 1 (28 Oktober 2013). https://doi.org/10.18592/taradhi.v4i1.89.
Karim, Adiwarman A. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO, 2007.
P3EI. Ekonomi Islam. PT.RAJAGRAFINDO PERSADA, 2008.
———. Ekonomi Islam. Jakarta, 2011.
Rahmi, Ain. “Mekanisme Pasar dalam Islam.” Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan 4, no.
2 (23 Agustus 2015): 177. https://doi.org/10.26418/jebik.v4i2.12481.

Anda mungkin juga menyukai