OLEH:
Zaenul Fanani
NIM. 170501221
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah TEORI
EKONOMI MIKRO. Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih.
Makalah ini juga masih jauh dari kata sempurna karena memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi dan sistematika maupun dalam teknik penulisannya.Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
a. Kesimpulan ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna. Hal ini dikarenakan didalamnya dibahas
nilai-nilai, etika, dan pedoman hidup secara komperhensif. Islam pula merupakan agama
baik persoalan aqidah maupun muamalah. Dalam hal muamalah, Islam mengatur
kaitannya dengan relasi manusia dengan sesama dalam rangka memenuhi kebutuhan
pasar sejatinya harus ditampilkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma dan nilai yang
dibenarkan. Dua paham ekonomi yang selama ini menjadi acuan dan barometer dunia,
yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis ternyata tidak dapat mengatur mekanisme
kegiatan pasar saat ini yang serba tidak menentu dan tidak jelas, malah semakin
memperparah keadaan.1
Pasar yang selama ini berkembang khususnya di Indonesia hanya tertuju pada
terfokus pada kepentingan sepihak. Sistem tersebut nampaknya kurang tepat dengan
sistem ekonomi syariah yang menekankan konsep manfaat yang lebih luas pada kegiatan
ekonomi termasuk didalamnya mekanisme pasar dan pada setiap kegiatan ekonomi itu
mengacu kepada konsep maslahat dan menjunjung tinggi asas-asas keadilan. Selain itu
1
Wiharto, S., Mekanisme Pasar menurut Ekonomi Islam. (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 48-52.
pula, menekankan bahwa pelakunya selalu menjunjung tinggi etika dan norma hokum
Dalam hal mekanisme pasar dalam konsep Islam akan tercermin prinsip syariah
dalam bentuk nilai-nilai yang secara umum dapat dibagi dalam dua perspektif yaitu
makro dan mikro. Nilai syariah dalam prespektif mikro menekankan aspek
nilai syariah menekankan aspek distribusi, pelarangan riba dan kegiatan ekonomi yang
B. Rumusan Masalah
BAB II
2
Adi Warman, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta : IIT Indonesia, 2003)
PEMBAHASAN
Terkait dengan Abu Yusuf, kajian sosial ekonomi menjadi urgen dipaparkan,
dalam upaya pemetaan dan memposisikan pemikiran Abu Yusuf ditengah gejolak
perekonomian masyarakat Abbasiyah, yang beliau sendiri ikut berperan dalam menyulut
dinamika perekonomiannya. Selain itu sebagai upaya untuk melihat dalam posisi apa dan
kondisi bagaimana kitab al-Kharāj yang menjadi referensi sebagian besar perekonomian
kerajaan ditulis.
Upaya menciptakan sistem ekonomi yang otonom terlihat pada pandangan Abu
Yusuf dalam penolakannya atas intervensi pemerintah dalam pengendalian dan penetapan
harga. Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa jumlah banyak dan sedikitnya barang
tidak dapat dijadikan tolak ukur utama bagi naik dan turunnya harga, tetapi ada variabel
”Diriwayatkan dari Abdu al-Rahman bin Abi Laila, dari Hikam Bin ’Utaibah
bagian dari keterkaitan dengan keberadaan Allah dan kita tidak dapat
mencampuri terlalu jauh bagian dari ketetapan tersebut.” (QS Yusuf, 1302: 87)
Teori harga Abu Yusuf tersebut memposisikan terbalik dari teori ekonomi
konvensional yang menyatakan bahwa, naik dan turunnya harga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran komoditi (Teori Supply and Demand). Meskipun Abu Yusuf
tidak secara tegas menolak keterkaitan supply dan demand, namun secara eksplisit
memuat pemahaman bahwa tingkat naik dan turunnya produksi tidak akan berpengaruh
terhadap harga.
Dari pemikiran Abu Yusuf yang termuat dalam kitab al-Kharāj dapat
raja yang dapat berbuat secara diktator. Ia adalah seorang khalifah yang mewakili
Tuhan di bumi ini untuk melaksanakan perintah-Nya. Oleh karena itu penguasa harus
bertindak atas nama Allah s.w.t. Dalam hubungan hak dan tanggung jawab
pemerintah terhadap rakyat, ia menyusun sebuah kaidah fikih yang sangat populer
yaitu setiap tindakan pemerintah yang berkaitan dengan rakyat senantiasa terkait
dengan kemaslahatan
2. Keuangan, Ia menyatakan bahwa uang negara bukan milik khalifah dan sultan, tetapi
amanat Allah s.w.t. dan rakyatnya yang harus dijaga dengan penuh tanggung jawab.
Hubungan penguasa dengan kas negara sama seperti hubungan seorang wali dengan
3. Pertanahan, Ia meminta kepada pemerintah agar hak milik tanah rakyat dihormati,
tidak boleh diambil dari seseorang lalu diberikan kepada orang lain. Tanah yang
diperoleh dari pemberian dapat ditarik kembali jika tidak digarap selama tiga tahun
4. Perpajakan, Ia berpendapat bahwa pajak hanya ditetapkan pada harta yang melebihi
5. Peradilan, Ia mengatakan bahwa jiwa dari suatu peradilan adalah keadilan yang
murni. Penghukuman terhadap orang yang tidak bersalah dan pemberian maaf
terhadap orang yang bersalah adalah suatu penghinaan, terhadap lembaga peradilan.
Menetapkan hukum tidak dibenarkan berdasarkan hal yang syubhat. Kesalahan dalam
mengampuni lebih baik daripada kesalahan dalam menghukum. Orang yang ingin
kedudukan seseorang atau jabatannya tidak boleh menjadi bahan pertimbangan dalam
persoalan keadilan.3
Dilihat dari segi penggunaan bahasa (evolusi pasar), dimana al-Ghazali tidak
menggunakan istilah tersebut dalam membahas tentang hal ihwal dalam transaksi jual beli
di pasar. Istilah evolusi pasar merupakan suatu istilah yang ditemukan dan digunakan
dalam dunia ekonomi moderen. Namun, pelaksanaan dari evolusi pasar itu sendiri ditulis
secara rinci oleh al-Ghazali di dalam karyanya. Dari berbagai literatur dan merujuk dari
apa yang ditulis oleh al- Ghazali tentang evolusi pasar sehingga, evolusi pasar menurut al-
Ghazali adalah sebuah pemicu manusia untuk berbuat perilaku yang mulia yang dapat
membantu sesama dan saling memberi. Jadi syarat untuk mendapatkan sebuah
kesejahteraan adalah sebuah ketenangan, kekayaan, dan saling berkasih sayang, Saling
menghargai hak-hak orang lain juga bisa menumbuhkan sifat yang mengarah kepada
evolusi pasar.
perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai kekuatan permintaan
dan penawaran. Menurutnya, pasar merupakan bagian dari "keteraturan alami". Dengan
ihwal yang berkaitan dengan hukum-hukum perdagangan, minimal secara global. Karena,
dengan tidak mengetahuinya halhal yang seputar perdagangan, maka ia akan menduga
3
Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam. jilid 1-3. (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997)
benar dan mubah dari apa yang telah dilakukannya di pasar. Akan tetapi, bila ia
memahami dan mengetahui, hal ini dapat membedakan apa saja yang dibolehkan dari apa
yang dilarang, dan tempat kesulitan dari tempat yang jelas. Dalam kaitan dengan
pendapat alGhazali di atas, senada dengan yang pernah dilakukan oleh Khalifah Umar
Bin Khattab Radhiallahu „anhu tentang evolusi pasar yang dilakukannya pada saat itu,
cambuk seraya berkata: “Janganlah berjualan di pasar kami kecuali orang yang pandai
(mengetahui) dan jika tidak, maka ia memakan riba, mau atau enggan”
terciptanya evolusi pasar, yaitu "Dapat saja petani hidup di mana alat-alat pertanian tidak
tersedia. Sebaliknya, pandai besi dan tukang kayu hidup dimana lahan pertanian tidak
ada. Namun secara alami mereka akan saling memenuhi kebutuhan masing-masing.
Dapat pula terjadi tukang kayu membutuhkan makanan, tetapi petani tidak membutuhkan
alat-alat tersebut atau sebaliknya. Keadaan ini menimbulkan masalah. Oleh karena itu,
secara alami pula orang akan terdorong untuk menyediakan tempat penyimpanan alat-alat
di satu pihak dan tempat penyimpanan hasil pertanian di lain pihak. Tempat inilah yang
terbentuklah pasar. Petani, tukang kayu, dan pandai besi yang tidak dapat langsung
melakukan barter, juga terdorong pergi ke pasar. Bila di pasar juga tidak ditemukan orang
yang mau melakukan barter, ia akan menjual pada pedagang dengan harga yang relatif
dengan suatu tingkat keuntungan. Hal ini berlaku untuk setiap jenis barang".
tidak seluruh makanan dibutuhkan. Keadaan inilah yang pada giliran menimbulkan
Motifnya tentu saja mencari keuntungan. Para pedagang ini bekerja keras memenuhi
kebutuhan orang lain dan mendapat keuntungan dan makan oleh orang lain juga. Imam
Ghazali menyadari tentang kesulitan dari sistem barter yang terjadi. Sehingga diperlukan
adanya sistem mata uang yang dapat digunakan sebagai alat transaksi antara pembeli dan
penjual.
menurut regional dan sumber daya yang ada di suatu setempat. Ia juga menyadari bahwa
pada waktu dan tempat di mana dibutuhkan. Ghazali tidak menolak kenyataan bahwa
keuntunganlah yang menjadi motif perdagangan. Dari apa yang telah dikemukakan al-
Ghazali berkaitan dengan nilai dan menetapkan nilai dari suatu perbuatan (qimatu al-
A‟maal) yang dilakukannya, di antaranya dalam bidang ekonomi maka nilai yang harus
ditetapkan dan diraih adalah nilai materi (qimatu al-Madiyah), dengan motif mengejar
barang dagangan bukan untuk dijual dan baru dijual ketika harganya mahal. Perilaku
2. Praktek jual beli uang palsu di tengah masyarakat. Menurut al-Ghazali, praktek jual
beli uang palsu di pasar juga merupakan salah satu bentuk penzhaliman. Karena,
praktek tersebut dapat memudharatkan orang yang bermuamalah, jika ia tidak
mengetahuinya. Namun, jika ia mengetahui tentang uang palsu tersebut, maka ia akan
Maka demikian pula terjadi pada orang ketiga dan keempat, sehingga beredarlah
uang palsu di masyarakat (pasar). Dengan demikian, meratalah kemudharatan itu serta
kerusakan yang meluas. Selanjutnya, al-Ghazali menjelaskan bahwa terdapat lima hal
a. Hendaklah khawater menggunakan uang palsu dalam transaksi yang lain di pasar.
b. Perlunya pedagang mempelajari dan memahami tentang uang palsu. Hal ini
d. Seorang pedagang yang dalam transaksi jual beli di pasar mendapatkan adanya uang
palsu diperoleh dari transaksi tersebut, dan ia tidak menyebarluaskan kepada orang
lain dalam transaksi lain, maka ia akan memperoleh keberkahan dari Allah SWT.
Dijelaskan oleh al-Ghazali tentang uang palsu adalah uang yang tidak dilapisi
oleh cairan emas maupun perak. Karena dalam prinsipnya mata uang emas dan perak
merupakan mata uang yang sah dan dikenal dalam sistem Islam sepanjang sejarah.
Dalam fakta sekarang, mata yang palsu dapat dipahami adalah mata uang yang tidak
dikeluarkan secara sah atau resmi oleh pihak yang berwenang (Pemerintah), seperti
3. Tidak memuji barang dagangan dengan sesuatu yang tidak sebenarnya. Dalam masalah
larangan memuji barang dagangan di pasar, secara global menurut alGhazali ada empat
hal yang harus diperhatikan, yaitu: (a) Tidak memuji barang dagangan dengan sesuatu
yang tidak ada padanya, (b) Tidak menyembunyikan sama sekali tentang cacatnya dan
timbangan dan takaran yang dilakukan, dan (d) Tidak menyembunyikan harga.
Beberapa ketentuan secara global yang harus diperhatikan pedagang dalam melakukan
jual beli di pasar adalah dalam rangka menghindari terjadinya praktek penipuan yang
dilakukan dalam transaksi jual beli antara pembeli dan penjual di pasar maupun
4. Menghindari tipu daya. Perilaku tipu daya yang harus dihindari dalam oleh pedagang
dalam jual beli adalah tipu daya dalam masalah harga barang yang diperjual belikan. Di
sisi lain, dalam transaksi ekonomi dilakukan dalam rangka meraih keuntungan (laba).
Dengan demikian, menurut al-Ghazali dibenarkan melakukan tipu daya jika pembeli
memberikan kelebihan atas untung yang biasa, adakalanya sangat senang dan butuhnya
dalam keadaan itu,maka untuk mencegah dari menerimanya, hal ini termasuk suatu
kebaikan.
5. Di samping itu, menurut al-Ghazali ada beberapa hal yang merupakan pesan moral yang
a. Pedagang harus senantiasa selalu mengawali niat baik dan berdasarkan kepada aqidah
b. Perdagangan dilakukan merupakan salah satu bentuk fardhu kifayah yang dilakukan.
c. Pasar dunia tidak mengahalangi pedagang untuk menuju pasar akhirat. Seorang
pedagang harus selalu mengutamakan kehidupan akhirat dan juga tidak melupakan
duniawi. Atau mengutamakan dunia dan melupakan akhirat. Karena kehidupan dunia
pedagang ketika ia telah memasuki pasar harus senantiasa selalu mengingat dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan senantiasa selalu berzikir sebagaimana
e. Seorang pedagang tidak loba tehadap pasar. Mereka menguasai pasar dan melupakan
f. Mengupayakan diri untuk menghindari segala hal yang diharamkan Allah SWT.
Seorang pedagang harus selalu mengikatkan diri dengan hukum Islam dan
Menurut al-Ghazali, ketika tujuh hal di atas dipahami dan dilaksanakan, maka
akan terwujud evolusi pasar yang sempurna. Sehingga, berbagai bentuk kemudharatan
yang dihindari dan diperangi yang mengantarkan kepada terjadinya penzhaliman tidak
ditemukan di pasar. Hal ini akan sesuai dengan uangkapannya bahwa “pedagang yang
jujur lebih utama di sisi Allah SWT dari pada ahli ibadah”. Dengan demikian, di pasar
akan banyak ditemukan para pedagang yang amanah dan jujur serta selalu menjalin
Akhirnya ia juga memberikan definisi yang jelas tentang etika bisnis. Walaupun Ghazali
paragraf dari tulisannya jelas menunjukan bentuk kurva penawaran dan permintaan. Untuk
kurva penawaran yang "naik dari kiri bawah ke kanan atas" dinyatakan oleh dia sebagai
"jika petani tidak mendapatkan pembeli dan barangnya, maka ia akan menjualnya pada
Sesungguhnya para pedagang pada hari kiamat nanti akan dibangkitkan seperti para
pelaku dosa besar, kecuali yang bertaqwa pada Allah,berbuat kebajikan dan jujur.
Penimbunan barang merupakan tindakan kriminal terhadap moral dan sosial. Hal tersebut
merupakan jalan pintas untuk memakan harta orang lain, dengan cara bathil. Kejahatan
paling membahayakan yang dilakukan para pelaku bisnis pada zaman modern ini adalah
membakar sebagian hasil pertanian sehingga harganya di pasar tidak menurun, justru
seperti yang ditentukan oleh praktek-praktek pasar”, sebuah konsep yang dikemudian hari
dikenal sebagai al-tsaman al- adil (harga yang adil) dikalangan ilmuan Muslim atau
equilibrium price (harga keseimbangan) dari kalangan ilmuan Eropa kontemporer. 5 Bagi
kurva permintaan dan penawaran. Untuk kurva penawaran yang “naik dari kiri bawah ke
kanan atas” dinyatakan oleh dia sebagai “jika petani tidak mendapatkan pembeli dan
barangnya, ia akan menjualnya pada harga yang lebih murah”. Sementara itu untuk kurva
permintaan yang “turun dari kiri atas ke kanan Bawah” dijelaskan oleh beliau sebagai
4
Syaikh, M. Al-Ghazali, Al-Ghazali Menjawab 100 Soal Keislaman, (Jakarta:Lentera Hati. 2011), hal.
498-501
5
Adiwarman A, Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta : IIT Indonesia, 2003) hal, 325.
6
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, Hal. 21-22.
keuntungan dengan menjual pada harga yang lebih murah akan meningkatkan volume
penjualan dan ini pada gilirannya akan meningkatkan keuntungan”. Al-Ghazali juga
bahwa laba normal berkisar antara 5 sampai 10 persen dari harga barang. Lebih jauh ia
menekankan bahwa penjual seharusnya didorong oleh laba yang akan diperoleh dari pasar
Pasar dalam pengertian ilmu ekonomi adalah pertemuan antara permintaan dan
penawaran. Dalam pengertian ini, pasar bersifat interaktif, bukan fisik. Adapun
mekanisme pasar adalah proser penentuan tingkat harga berdasarkan kekuatan permintaan
Ibn Taimiyah juga memiliki pandangan tentang pasar bebas, di dalam kitab
“Naik turunnya harga tidak selalu disebabkan pada kezhaliman sebagian orang.
permintaan menurun, harga akan turun. Sedikit dan banyaknya barang tidak mesti
diakibatkan oleh perbuatan seseorang. Bisa saja berkaitan dengan sebab yang
ketidakadilan. Maha besar Allah, yang menciptakan kemauan pada hati manusia”
.
7
Adiwarman A, Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam…..hal. 327.
Dari unngkapan di atas dapat dipahami bahwa jika kebutuhan terhadap jumlah
sendirinya akan naik. Di sisi lain, jika kemampuan penyediaan barang meningkat dan
permintaan menurun, secara otomatis harga akan turun. Itulah hukum alam tentang pasar,
suatu harga dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi
secara alami. Tetapi, Ibn Taimiyah juga tidak menampik adanya kelangkaan barang atau
hidup lima abad sebelum kelahiran Adam Smith, bapak teori ekonomi klasik yang
menulis buku termasyhur itu. Namun, ketika masyarakat pada masanya beranggapan
bahwa peningkatan harga merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan melanggar
hukum dari pihak penjual atau mungkin sebagai akibat manipulasi pasar, Ibn Taimiyah
Dari pernyatan di atas terdapat indikasi kenaikan harga yang terjadi disebabkan
oleh perbuatan ketidakadilan atau zulm para penjual. Perbuatan ini disebut manipulasi
yang mendorong terjadinya ketidak sempurnaan pasar. Tetapi pernyataan ini tidak bisa
disamakan dalam segala kondisi, karena bisa saja alasan naik dan turunnya harga
disebabkan oleh kekuatan pasar.14 Tampaknya ada kebiasaan yang terjadi di zaman Ibn
Taimiyah, kenaikan harga terjadi akibat ketidakadilan atau malpraktek dari para penjual,
sehingga istilah yang dipakai adalah zulm, yang berarti pelanggaran hukum atau
ketidakadilan.
terpisah. Penurunan barang dengan kata lain adalah jatuhya penawaran. Sedangkan
atau naiknya permintaan, dalam kasus itu dikarakteristikkan karena Allah SWT,
impersonal.
Ibn Taimiyah memberikan penjelasan yang rinci tentang beberapa faktor yang
barang. Faktor ini tergantung pada jumlah barang yang tersedia (almatlub). Suatu
barang akan semakin disukai jika jumlahnya relatif kecil (scarce) daripada yang banyak
jumlahnya.
tullab). Semakin banyak jumlah peminatnya, semakin tinggi nilai suatu barang.
3. Harga juga dipengaruhi oleh kuat lemahnya kebutuhan terhadap suatu barang, selain
juga besar dan kecilnya permintaan. Jika kebutuhan terhadap suatu barang kuat dan
berjumlah besar, maka harga akan naik lebih tinggi jika dibandingkan dengan jika
4. Harga juga akan bervariasi menurut kualitas pembeli barang tersebut (al-mu’awid). Jika
kewajibannya, maka kemungkinan ia akan memperoleh tingkat harga yang lebih rendah
dibandingkan dengan orang yang tidak kredibel (suka menunda kewajiban atau
mengingkarinya).
5. Tingkat harga juga dipengaruhi oleh jenis uang yang digunakan sebagai alat
pembayaran. Jika menggunakan jenis mata uang yang umum dipakai, maka
kemungkinan harga relatif lebih rendah jika dibandingakan dengan menggunakan mata
penjual dan pembeli. Jika pembeli memiliki kemampuan untuk membayar dan dapat
memenuhi semua janjinya, maka transaksi akan lebih mudah atau lancar dibandingkan
dengan jika pembeli tidak memiliki kemampuan membayar dan mengingkari janjinya.
Tingkat kemampuan dan kredibilitas pembeli berbedabeda. Hal ini berlaku bagi
pembeli maupun penjualnya, penyewa dan yang menyewakan, dan siapa pun juga.
Obyek dari suatu transaksi terkadang (secara fisik) nyata atau juga tidak nyata. Tingkat
harga barang yang lebih nyata (secara fisik) akan lebih rendah dibandingkan dengan
yang tidak nyata. Hal yang sama dapat diterapkan untuk pembeli yang kadang-kadang
dapat membayar karena memiliki uang, tetapi kadang-kadang mereka tidak memiliki
uang cash dan ingin meminjam. Harga pada kasus yang pertama kemungkinan lebih
7. Kasus yang sama dapat diterapkan pada orang yang menyewakan suatu barang.
penyewa tidak dapat memperoleh manfaat ini jika tanpa tambahan biaya, seperti yang
terjadi di desa yang dikuasai penindas atau oleh perampok, atau di suatu tempat
diganggu oleh binatang-binatang pemangsa. Sebenarnya, harga sewa tanah seperti itu
tidaklah sama dengan harga tanah yang tidak membutuhkan biaya-biaya tambahan ini.
dengan lugas mengatakan bahwa Ibn Taimiyah tidak pernah menggunakan istilah
kompetisi (konsep yang muncul pada akhir evolusi pemikiran ekonomi) ataupun
menjelaskan kondisi dari kompetisi sempurna dalam istilah kontemporer. Karena itu,
menurut Adiwarman, Ibn Taimiyah kemudian menulis bahwa untuk memaksa orang agar
menjual berbagai benda yang tidak diharuskan untuk menjualnya atau melarang mereka
menjual benda-benda yang diperbolehkan untuk dijual, adalah tidak adil dan karenanya
melanggar hukum.
Dalam istilah kontemporer, hal ini secara jelas merujuk pada kebebasan penuh
untuk masuk atau keluar pasar. Kebebasan transaksi dan adanya persaingan yang
sempurna di pasar Islam tidak akan terwujud selama halangan- halangan tidak
dihilangkan dari orang-orang yang melakukan transaksi di pasar. Maka mereka masuk
pasar dan ke luar dengan bebas, juga diberikan kebebasan mengangkut barang dari satu
kegiatan ekonomi sesuai fluktuasi persediaan dan permintaan barang. Pasar tetap terbuka
Kebebasan untuk keluar masuk pasar tersebut juga sudah tergambar pada masa
Umar, dia tidak membolehkan orang untuk membatasi setiap tempat di pasar, atau
menguasai tempat tanpa memberi yang lain, tetapi membiarkan orang memilih tempatnya
di pasar semala ia masih berjual beli. Apabila dia selesai, maka tempat tersebut untuk
siapa yang dulu datang. Umar pernah berkata, “Pasar itu menganut ketentuan masjid,
barangsiapa datang dahulu di satu tempat duduk, maka tempat itu untuknya sampai dia
berdiri dari situ dan pulang ke rumahnya atau selesai jual belinya.” Namun Umar sendiri
memberikan pengecualian dalam beberapa cara dan strategi ketika kelihatan hal tersebut
oleh kekuatan tarik menarik antara hukum permintaan dan penawaran di pasar. Dan Ibn
kebutuhan manusia (kebutuhan primer dan skunder), kedua, perbedaan jumlah penduduk.
Ketiga, perbedaan kondisi pasar. Ketiga faktor tersebut adalah faktor penting dalam
disimpulkan bahwa, Ibn Khaldun dan teori ekonomi kontemporer pada pasar ini sama-
sama menjelaskan bahwa terbentuknya harga adalah proses alamiah mekanisme pasar
yang dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran barang di pasar. Apabila dala
suatu kondisi terjadi permintaan yang tinggi, maka penawaran akan menurun. Namun,
jika permintaan barang menurun, maka akan terjadi kelebihan penawaran yang
mempengaruhi produksi di pasar, yaitu alam (sumber daya alam), pekerjaan dan modal.
Ketiga elemen ini sangat penting untuk menentukan hasil produksi sebuah barang di
pasar. Ibn khaldun juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi, yaitu
gaji tenaga kerja, laba dan pajak. Gaji tenaga kerja untuk meningkatkan hasil produksi
dan kreativitas para buruh, laba adalah keuntungan diperoleh oleh pedagang, jika laba
8
Al-Khudhairi. Zainal. Filsafat Sejarah Ibn Khaldun. Penj. Ahmadie Rofi Utsmani. (Bandung: Pustaka
Firdaus. 1987). Hlm. 132
barang kebutuhan pelengkap diprioritaskan kepada orang-orang yang mempunyai gaya
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peranan ekonomi Islam dalam mekanisme pasar menyumbangkan andil yang amat
sejatinya harus ditampilkan nilai-nilai yang sesuai dengan norma dan nilai yang
dibenarkan. Dua paham ekonomi yang selama ini menjadi acuan dan barometer dunia,
yaitu ekonomi kapitalis dan ekonomi sosialis ternyata tidak dapat mengatur mekanisme
kegiatan pasar saat ini yang serba tidak menentu dan tidak jelas, malah semakin
memperparah keadaan.
Taimiyah dan Ibnu Khaldun dapat dipahami bahwa jika kebutuhan terhadap jumlah
sendirinya akan naik. Di sisi lain, jika kemampuan penyediaan barang meningkat dan
permintaan menurun, secara otomatis harga akan turun. Itulah hukum alam tentang pasar,
suatu harga dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi
secara alami. Tetapi, Ibn Taimiyah juga tidak menampik adanya kelangkaan barang atau
Wiharto, S., Mekanisme Pasar menurut Ekonomi Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 2008
Dahlan Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam. jilid 1-3. Jakarta: PT.
Adiwarman A, Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : IIT Indonesia, 2003.
Al-Khudhairi. Zainal. Filsafat Sejarah Ibn Khaldun. Penj. Ahmadie Rofi Utsmani. Bandung:
Pustaka Firdaus. 1987.