BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah mendorong kemajuan di
semua bidang kehidupan termasuk kemajuan dalam bidang teknologi informasi, telah membuka
kesempatan bagi umat manusia untuk akses terhadap informasi global yang mengakibatkan
terjadinya gejala dunia tanpa batas (borderless world). Peristiwa yang terjadi di suatu belahan
dunia dapat dengan mudah dan cepat diketahui oleh masyarakat di belahan dunia lainnya,
pergerakan dan perkembangan ide di suatu tempat dapat dengan mudah diketahui bahkan diikuti
oleh masyarakat di bagian dunia lainnya. Demikian juga dengan masalah kesenjangan gender,
hal ini sudah menjadi isu kebijakan yang universal dan telah menjadi suatu gerakan hampir di
semua penjuru dunia, di mana dalam merumuskan kebijaksanaan di berbagai negara harus
mempertimbangkan aspek kesetaraan gender.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka secara umum yang akan menjadi pembahasan
dalam makalah ini adalah kesenjangan gender dalam dunia pendidikan,dengan sub masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kesenjangan?
2. Apa yang dimaksud dengan gender?
3. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
4. Apa yang menyebabkan terjadinya kesenjangan gender?
5. Apa yang dimaksud dengan kesenjangan gender di bidang pendidikan?
6. Apa yang dimaksud isu gender dalam pendidikan nasional?
7. Apa saja tujuan pembangunan pendidikan yang digenderkan?
8. Mengapa pendidikan penting bagi wanita Indonesia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan tentang kesenjangan.
2. Untuk menjelaskan tentang gender.
3. Untuk menjelaskan tentang pendidikan.
4. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kesenjangan gender.
5. Untuk menjelaskan tentang kesenjangan gender di bidang pendidikan.
6. Untuk menjelaskan tentang isu gender dalam pendidikan nasional.
7. Untuk mengetahui tujuan pembangunan pendidikan yang digenderkan.
8. Untuk mengetahui peran pendidikan bagi wanita Indonesia.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang ingin diperoleh dari makalah ini dapat dilihat dari dua manfaat yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa program
studi pendidikan sosiologi mengenai materi “Kesenjangan Gender dalam Dunia Pendidikan”
dalam mata kuliah Sosiologi Gender.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dari Pembuatan Makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa pendidikan sosiologi dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai pendidik di
masa dan menjadi bekal apabila menjadi guru sosiologi dikemudian hari.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan dari Pembuatan makalah ini dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat
dan kaum awam mengenai berbagai macam kesenjangan gender yang terjadi di tengah-tengah
masyarakat, khususnya dalam dunia pendidikan, sehingga dapat menyiapkan cara untuk
mengantisipasi jika permasalahan tersebut terjadi.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Kesenjangan Sosial
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada dalam
masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. (Alvin Christian, 2011:
http://alvinchristian7.blogspot.com)
Kesenjangan sosial sering kali kita jumpai di lingkungan sekitar kita. Kesenjangan itu
sendiri memiliki pengertian suatu keadaan dimana terlihat perbedaan yang sangat mencolok.
Contohnya, kehidupan si miskin dan si kaya. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini
dikarenakan adanya kesenjangan yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”.
Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah, apalagi jika ia miskin dan
juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihat pun mereka enggan.
B. Konsep Gender
Menurut Yanti Muhtar (dalam Ace Suryadi dan Ecep Idris, 2010: 33), gender dapat
diartikan sebagai jenis kelamin sosial atau konotasi masyarakat untuk menentukan peran sosial
berdasarkan jenis kelamin.
C. Konsep Pendidikan
Pengertian pendidikan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Pendidikan menurut
pandangan orang Yunani adalah pedagogik, yaitu ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat
pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi
anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Sedangkan orang Jerman melihat pendidikan
sebagai Erzeihung yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam M. Syukri dan Marwati, 2010: 24),
pendidikan berasal dari kata didik (mendidik), yaitu: memelihara dan memberi latihan (ajaran,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai
pengertian: proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara, mendidik.
Ahmed (dalam Nanang Martono, 2011: 195) mendefinisikan pendidikan sebagai suatu
usaha yang dilakukan individu dan masyarakat untuk mentransmisikan nilai-nilai, kebiasaan-
kebiasaan dan bentuk-bentuk ideal kehidupan mereka kepada generasi muda untuk membantu
mereka dalam meneruskan aktivitas kehidupan secara efektif dan berhasil.
Ki Hajar Dewantara (dalam M. Syukri dan Marwati, 2010: 24) mengartikan pendidikan
sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam
dan masyarakat.
Sedangkan Mulyana (dalam Sofyan Sauri, 2010: 27-28) berpendapat bahwa:
“Pendidikan sebagai wahana untuk memanusiakan manusia terikat oleh dua misi penting,
yakni hominisasi dan humanisasi. Sebagai proses hominisasi, pendidikan berkepentingan untuk
memposisikan manusia sebagai makhluk yang memiliki keserasian dengan habitat ekologinya.
Manusia diarahkan untuk mampu memenuhi kebutuhan biologis seperti makan, minum, sandang,
tempat tinggal, perkerjaan, berkeluarga, dan kebutuhan biologis lainnya dengan cara-cara yang
baik dan benar. Dalam proses hominisasi seperti itu, pendidikan dituntut mampu mengarahkan
manusia pada cara-cara pemilihan dan pemilahan nilai sesuai dengan kodrat biologis manusia.
Pendidikan sebagai proses humanisasi mengarahkan manusia untuk hidup sesuai dengan kaidah
moral karena hakikatnya manusia adalah makhluk yang bermoral.”
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kesenjangan Gender dalam Dunia Pendidikan
Gambaran kesenjangan gender dikelompokkan ke dalam tiga permasalahan dasar
pendidikan, yaitu pemerataan, kesempatan belajar pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan, kurikulum dan proses pendidikan, serta penjurusan dan program studi dalam
pendidikan nasional.
Dalam hal pemerataan kesempatan belajar, beberapa kesenjangan dalam pendidikan
menurut gender dapat diamati sebagai berikut:
a. Kesenjangan dalam perolehan kesempatan pendidikan menurut gender pada setiap jenjang
pendidikan tahun 1998 sedikit berubah polanya dibandingkan dengan 30 tahun lalu. Jika pada
tahun 1969, keadaan menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar
perbedaannya menurut gender, maka pada tahun 1998 keadaan menjadi semakin berbeda.
kesenjangan dalam angka partisipasi yang terbesar justru terjadi di SD dan PT, sementara itu
kesenjangan dalam angka partisipasi relatif lebih kecil pada SLTP dan SM.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan sosial yang ada dalam
masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Pengertian gender, secara
umum mengacu kepada pemilahan peran sosial atau konstruksi sosial yang membedakan peran
antara laki-laki dan perempuan oleh etika budaya setempat yang dikaitkan dengan pandangan
kepantasan peran sosial menurut jenis kelamin secara biologis. Sedangkan pendidikan
mempunyai pengertian: proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan,
cara, mendidik.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan gender dikategorikan ke dalam
empat aspek, yaitu akses, partisipasi, kontrol dan manfaat.
Akibat kesenjangan pendidikan menurut gender, perempuan yang terdiri atas setengah
penduduk dunia masih merupakan segmen masyarakat yang belum diberdayakan sehingga
kurang produktif.
B. Saran
Kesenjangan gender di bidang pendidikan dianggap merupakan pelanggaran terhadap
hak-hak asasi manusia yang perlu dieliminasi melalui upaya-upaya yang sistematis dan
terprogram, oleh karena itu, setiap negara termasuk Indonesia, harus mencanangkan
komitmennya untuk mengurangi kesenjangan gender di bidang pendidikan. Komitmen tersebut
harus dipertegas di dalam kesepakatan Dakkar dalam bentuk sasaran-sasaran kuantitatif yang
harus dicapai dalam kurun waktu tertentu oleh setiap negara agar mencapai kesetaraan gender
dalam semua jenis jenjang pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Diposting oleh Unknown di 20.04
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Arsip Blog
▼ 2014 (1)
o ▼ November (1)
tugas makalah sosiologi gender
Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger.