Anda di halaman 1dari 11

DEBAT AGAMA

1)Dewan ini setuju media sosial  memiliki peran yang besarterhadappembentukan karakter


pemuda dalam kehidupan sehari-hari
 
media sosial menjadi salah satu elemen penting  yang tak terpisahkan dalam kehidupan  sosial masyarakat. Yang
pastinya juga berhubungan atau berdampak kepada karakter
peranan media sosial dalam membentuk karakter generasi muda Indonesia sangat terbuka. Ada berbagai macam
dampak yang akan terjadi dan secara tidak langsung turut membentuk karakter daripada generasi muda itu
sendiri, mulai dari dampak positif sampai dampak yang negatif. Hal semacam inilah yang menyebabkan
terjadinya perubahan karakter bagi generasi muda. dari hasil survei melaporkan bahwa 256.2 juta orang di
Indonesia menggunakan internet dari setengahnya yaitu 132.7 juta jiwa, sedangkan untuk usia remaja 23,8 juta
jiwa. 

18% persen dari penduduk Indonesia, ini membuktikan bahwa media sosial turut mengambil peran dalam
membentuk karakter generasi muda, di tambah dengan dampak yang begitu signifikan di lihat dari sisi positif
maupun negatifnya. Dampak positif yang bisa kita lihat dari menggunakan internet atau media sosial bagi
generasi muda yaitu, mereka dapat belajar meningkatkan dan mengembangkan keterampilan teknis dan social
yang memang sangat di butuhkan dalam zaman digital sekarang ini. 
Namun ketika kita lihat dari sisi negatif dari menggunakan media sosial yang cukup transparan dan terbuka ini
membuat para remaja Dengan leluasa mengakses konten-konten Yang berbau pornografi, selain itu juga media
sosial akan membuat anak dan remaja lebih mementingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akang
lingkungan virtual, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet, hal semacam ini dapat mengakibatkan
anak kurang berempati dengan lingkungan di dunia nyata.

Sadar maupun tidak sadar media sosial turut mengambil peran dalam membentuk karakter daripada generasi
muda itu sendiri, dengan  dampak yang di timbulkan Secara tidak langsung memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap tingkah laku orang yang menggunakannya, untuk itu dalam mengunakan media sosial kita
haruslah cerdas, cerdas dalam artian mengerti apa yang seharusnya kita lakukan dalam menggunakannya, agar
tercipta generasi yang cerdas dan berkompeten dalam mengelola media informasi sebagai basis data dalam
mendapatkan ilmu pengetahuan. Dan seharusnya media sosial hadir sebagai spot education dalam hal ini
menjadi wadah ataupun tempat belajar mengelola arus modernisasi berupa teknologi, informasi dan komunikasi,
agar generasi muda Indonesia tampil sebagai generasi yang cerdas dalam segala bidang, dan lebih kepada cerdas
dalam mengunakan media sosial.

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI GERAKAN SOSIAL DI MEDIA SOSIAL


Pengaruh Media sosial dalam komunikasi antar budaya juga membentuk karakter remaja karena dapat
menerima keberagaman dan membuka wawasan luas terkait keberahaman budaya dan komunikaai lainnya

2)Dewan ini setuju demokrasi melunturkan nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan masyarakat.


Dalam rangka mengawasi pemilu supaya pemilu berlangsung demokratis secara normatif, maka
semua tahapan  pemilu harus dilaksanakan sesuai perundang-undangan.

“Di Indonesia semua mengaku beragama, biasanya orang yang beragama itu pasti jujur, akan
tetapi pada saat berpemilu sebagian besar tingkat kejujurannya merosot di bawah rata-rata,’’
ungkap Nelson
Nelson menambahkan, Bawaslu bertekad melakukan pemilu yang demokratis sejak reformasi.
Kondisi kepemiluan di Indonesia merosot terutama pada tingkat kejujuran. Pelanggaran yang
terjadi di pemilu sebetulnya diinisiasi oleh peserta pemilu, misalkan ketidakjujuran saat
berkampanye dan mempengaruhi penyelenggara pemilu. Hampir semua peserta pemilu
membeli suara dari rakyat selaku pemilih, dan yang paling parah berusaha mengubah hasil
pemilu.

Salah satu tugas Bawaslu melakukan proses pengawasan dalam hal pencegahan, dengan cara
mengajak masyarakat melalui sosialisasi agar tidak melakukan pelanggaran dan mendorong
masyarakat untuk jujur dalam demokrasi dan Pemilu.

“Walaupun sebetulnya tidak mudah menemukan segelintir masyarakat yang seperti


itu,’’pungkasnya.

Bawaslu juga berharap partisipasi dari para tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Tetapi setelah melihat proses-proses pengambilan keputusan dalam struktural keagamaan,
tidak sedikit dari mereka juga ikut-ikutan bermain politik uang. Jadi apa yang akan diharapkan
dari para tokoh ini, padahal peran mereka sangat diperlukan?

“Saya sempat tidak percaya diri dalam melakukan pengawasan dengan melihat kondisi seperti
sekarang ini, tapi saya yakin masih banyak masyarakat yang mempunyai niat kejujuran dalam
berpemilu,’’katanya

Selain itu salah satu pendiri JEMARI Sabar Mangado mengatakan, secara formal ada hirarki
sistem aturan dan peraturan  yang dijalankan negara. Tapi fakta di lapangan aturan dan
peraturan yang sifatnya baku tidak mampu dihayati oleh masyarakat dengan benar sehingga
menjadi celah bagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dan memanfaatkan itu secara
pragmatis.

3)Dewan ini setuju penerapan kultur keberagaman sulit dilaksanakan dalam lembaga pendidikan


Multikultural di Indonesia: sebuah Tantangan Pendidikan
Indonesia merupakan bangsa dengan aneka suku, agama, golongan, ras, kelas sosial, dan sebagainya.
Singkatnya, multikultural sebagaimana Amerika, Australia, Inggris, dan negara maju lainnya. Walaupun
tersusun atas berbagai keragaman, masing-masing bangsa mempunyai latar belakang (alasan historis) dalam
mengembangkan pendidikan multikultural (Isnarmi Moeis, 2014: 7). Latar belakang ini pun memberikan warna
bagaimana pendidikan multikultural dilaksanakan.
Pendidikan multikultural Amerika Serikat bermula dari gerakan multikulturalisme yang dimulai tahun 1950-an
dalam bentuk gerakan civil rights. Persoalannya adalah persamaan kaum kulit hitam dan kaum kulit putih. Jadi,
tuntutan rasial (diskriminasi) menjadi faktor pemicu pendidikan multikultural. Sementara itu, Inggris
mengembangkan pendidikan multikultural karena migrasi penduduk Karibia dan Asia, serta Negara-Negara
Persemakmuran. Tuntutannya adalah kesetaraan hak sosial, kesetaraan perlakukan di ruang publik dan
pendidikan. Selanjutnya, pendidikan multikultural di Australia berlatar belakang diskriminasi suku Aborigin.
Lain halnya latar belakang pendidikan multikultural di Kanada. Pendidikan multikultural hadir bersamaan
dengan perkembangan sosial dimana memang sejak awal terdiri dari budaya yang berasal dari imigran. Dari
beberapa negara tersebut, terlihat bahwa pendidikan multikultural bisa mempunyai polanya sendiri-sendiri
sesuai dengan kesadaran dan proses pengolahannya (Isnarmi Moeis, 2014: 8-10).
Bagaimana dengan Indonesia? 
Dalam upaya membangun Indonesia, gagasan multikulturalisme menjadi isu strategis yang merupakan tuntutan
yang tidak bisa ditawar lagi. Alasannya adalah bahwa Indonesia merupakan bangsa yang lahir dengan
multikultur dimana kebudayaan tidak bisa dilihat hanya sebagai kekayaan (yang diagungkan) tetapi harus
ditempatkan berkenaan dengan kelangsungan hidup sebagai bangsa. Dalam konteks Indonesia, pendidikan
multikultural merupakan keharusan, bukan pilihan lagi. Di dalamnya, pengelolaan keanekaragaman dan segala
potensi positif dan negatif dilakukan sehingga keberbedaan bukanlah ancaman atau masalah, melainkan menjadi
sumber atau daya dorong positif bagi perkembangan dan kebaikan bersama sebagai bangsa (Scholaria, Vol. 2,
No. 1, Januari 2012: 116).
Upaya pengembangan kurikulum berbasis lokal (yang memasukkan muatan-muatan lokal) menjadi contoh
upaya pengembangan pendidikan multikultural. Hanya saja, pendidikan multikultural di sini hanya
mempersiapkan anak didik dengan kesadaran budaya etnik mereka sendiri, padahal “tujuan pendidikan
multikultur adalah untuk mempersiapkan anak didik dengan sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diperlukan dalam lingkungan budaya etnik mereka, budaya nasional, dan antar budaya etnik lainnya”.
Pendidikan sebagai pengembangan kesadaran budaya seperti ini masih berada dalam taraf soft multikulturalisme
(kesadaran multikultural yang hanya di permukaan saja) (Isnarmi Moeis 2014: 10-11).
Kenyataan bahwa Indonesia mempunyai keanekaragaman, tidak bisa dipungkiri. Harapan bahwa
keanekaragaman menjadi kekayaan yang memajukan dan mengembangkan bangsa, juga selalu diimpikan.
Tetapi, jurang antara kenyataan dan harapan memang mimpi yang belum tahu kapan akan terwujud. Situasi
tersebut bisa kita lihat dalam dua sisi. a) Dari sisi negatif, pendidikan multikultural penting tetapi terabaikan. b)
Di sisi positif, masih terbentang luas pembentukan suatu model pendidikan multikultural Indonesia (bukan
adopsi model Barat) yang mampu mengolah kenyataan bangsa yang multikultural ini sedemikian rupa sehingga
bukan hanya potensi kekayaan melainkan menjadi kekayaan yang dirasakan seluruh anggota masyarakat. Lalu
bagaimana? Sebagai kail gagasan, ada dua hal yang patut dicermati. Pertama, nilai inti pendidikan multikultural.
Pendidikan multikultural mengusung minimal tiga nilai penting, yaitu: a) apresiasi terhadap adanya kenyataan
pluralitas budaya, b) pengakuan terhadap harkat dan hak asasi manusia, c) pengembangan tanggung jawab
masyarakat dunia, dan pengembangan tanggung jawab manusia terhadap planet bumi. Kedua, tujuan pendidikan
multikultural. Dalam prosesnya, pendidikan multikultural bisa menyasar beberapa gapaian penting, yaitu: a)
mengembangkan kesadaran diri dari kelompok-kelompok masyarakat, b) menumbuhkan kesadaran budaya
masyarakat, c) memperkokoh kompetensi interkultural budaya-budaya dalam masyarakat, d) menghilangkan
rasisme dan berbagai prasangka buruk (prejudice), e) mengembangkan rasa memiliki terhadap bumi, dan
terakhir, f) mengembangkan kesediaan dan kemampuan dalam pengembangan sosial (Scholaria, Vol. 2, No. 1,
Januari 2012: 125-126).
Akhirnya, demi pengembangan pluralitas bangsa, pendidikan multikultural di Indonesia sekiranya
memperhatikan beberapa hal: pertama, pendidikan multikultural menghadirkan atau menyediakan tempat yang
luas bagi pengolahan keberbedaan atau keragaman bangsa. Kedua, pendidikan multikultural mendasarkan diri
pada Pancasila sebagai pilihan terbaik dalam kemajemukan bangsa Indonesia. Ketiga, pendidikan multikultural
mendasarkan diri pada sosio-politik, ekonomi, dan budaya Indonesia. Keempat, pendidikan multikultural
membutuhkan metode pembelajaran secara tepat sehingga internalisasi nilai dapat terwujud dengan baik 
Pendidikan multikultural bertujuan untuk menjelaskan pentingnya menjaga nilai-nilai keberagaman yang
ada di Indonesia serta menegakkan sikap toleransi. Pendidikan multikultural diajarkan disemua jenjang
sekolah SD/SMP/SMA. Penerapan pendidikan multikulturalisme di sekolah antara lain:

1. menyamaratakan hak dan kewajiban seluruh siswa di sekolah tanpa memandang


perbedaan masing-masing siswa
2. menanamkan sikap saling peduli dan toleransi antar siswa di sekolah.   

3. maka dapat disimpulkan sebagai berikut:


4. 1. Implementasi pendidikan multikultural berbasis nilai karakter toleransi dan
demokratis
5. di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta dapat diamati dan
diteliti melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Berikut
adalah deskripsi dari tiga tahap tersebut :
6. a. Perencanaan pendidikan multikultural berbasis nilai karakter toleransi dan
7. demokratis di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta tersebut
terdiri dari analisis terhadap kondisi lapangan di sekolah; menyusun program-
program dan dokumen perencanaan berupa visi, misi, dan tujuan serta tata tertib
sekolah yang memuat rencana-rencana kegiatan sekolah; sosialisasi kebijakan
baik kepada guru, karyawan, peserta didik, maupun orangtua wali dalam
melaksanakan pendidikan multikultural berbasis nilai karakter toleransi dan
demokratis; serta perencanaan pengkondisian dilaksanakan terkait dengan
penyediaan fasilitas sarana prasarana sekolah; dan memberikan keteladanan dari
kepala sekolah dan guru.
8. b. Pelaksanaan pendidikan multikultural berbasis nilai karakter toleransi dan
demokratis di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta, terdiri dari
pengintegrasian dalam mata pelajaran PPKn, IPS, Ketamansiswaan, dan SBdP.
Kemudian melalui program pengembangan diri berupa kegiatan rutin yang
dilakukan agar peserta didik terbiasa berinteraksi dengan warga sekolah yang
bersifat heterogen. Sekolah juga melakukan kegiatan spontan berupa teguran,
ucapan maaf, serta terimakasih. Dalam kegiatan rutin dan spontan tersebut,
kepala sekolah dan guru sangat mendukung dengan memberikan keteladanan
terhadap peserta didik dengan melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan
selalu memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menjalankan ibadah,
melakukan musyawarah dalam pengambilan keputusan tanpa memaksakan
kehendaknya sendiri. Kegiatan tersebut didukung dengan suatu pengkondisian
berupa tersedianya tempat-tempat ibadah, lift untuk peserta didik yang tidak
mampumenggunakan tangga, dan tersedianya poster terkait pendidikan
multikultural. Kemudian dilakukan melalui proses pengembangan muatan lokal
berupa SDA, SDM, Letak geografis, dan budaya yang dimiliki sekolah. Dalam
kegiatan tersebut ditumbuhkan nilai toleransi dan nilai demokratis. Nilai toleransi
sangat ditumbuhkan karena adanya perbedaan di sekolah sehingga warga sekolah
mampu untuk saling menerima dan menghargai. Nilai demokratis ditumbuhkan
untuk memberikan kepada seluruh peserta didik untuk mengemukakan
pendapatnya tanpa melihat perbedaan, dan menumbuhkan keadilan terhadap
seluruh peserta didik.
9. c. Evaluasi pendidikan multikultural berbasis nilai karakter toleransi dan
demokratis di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta dilakukan
dengan mengkontrol dan memonitoring langsung program dan kegiatan yang
dilakukan di sekolah; melakukan pencatatan tentang program dan kegiatan yang
sudah terlaksana; kepala sekolah melakukan wawancara tidak terjadwal dengan
guru, peserta didik, dan juga orangtua peserta didik terkait perkembangan
pendidikan multikultural berbasis nilai karakter toleransi dan demokratis di
sekolah; kepala sekolah ikut berpartisipasi dalam segala kegiatan yang dilakukan
di sekolah dilanjut dengan musyawarah terkait pendidikan multikultural berbasis
nilai karakter toleransi dan demokratis di sekolah.

2. Faktor pendukung pelaksanaan pendidikan multikultural berbasis nilai karakter


toleransi dan demokratis yaitu iklim sekolah, sarana prasarana, peran guru, program
dan kegiatan sekolah, dan interaksi antarkomponen di sekolah. Sedangkan faktor
penghambat pelaksanaan pendidikan multikultural berbasis nilai karakter toleransi
dan demokratis yaitu media keberagaman yang digunakan dalam proses
pembelajaran, sosialisasi tentang pendidikan multikultural yang mampu memberikan
pengarahan tentang pentingnya pendidikan multikultural, dan sikap individu.

4)Dewan ini setuju media sosial berdampak buruk bagi penerapan nilai-nilai ukhuwah islamiyah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara

1) Maraknya pembulian yang terjadi di media sosial Membuat konflik antara individu maupun kelompok
sehingga terciptanya kerusuhan dan ketidak harmonisan antara individu maupun kelompok sehingga be
rdampak buruk bagi penerapan nilai Ukuwah Islamiah
2) Terlalu lalai dalam menggunakan media sosial sehingga mengurangi interaksi Antar sesama di lingkun
gan masyarakat sehingga mengakibatkan berkurangnya Silaturahmi Antar kelompok maupun individu
3) Dampak positif dari media sosial adalah memudahkan kita untuk berinteraksi dengan
banyak orang, memperluas pergaulan, jarak dan waktu bukan lagi masalah, lebih mudah
dalam mengekspresikan diri, penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat,
biaya lebih murah.
4) Sedangkan dampak negatif dari media sosial adalah menjauhkan orang-orang yang
sudah dekat dan sebaliknya, interaksi secara tatap muka cenderung menurun, membuat
orang-orang menjadi kecanduan terhadap internet, menimbulkan konflik, masalah
privasi, rentan terhadap pengaruh buruk orang lain.
5) Dengan adanya media sosial sebagai media komunikasi dapat menambah pengalaman relasi teman yan
g berasal dari belahan dunia lain
6)

5)Dewan ini setuju masyarakat modern semakin hilang rasa kepedulian terhadap sesama


1. Contohnya pada saat seseorang mengalami kecelakaan sering kita lihat bahwa masyarakat sekitar bukannya
menolong tapi malah Mengabadikan momen tersebut ke dalam media sosialnya sehingga mengakibatkan Oknu
m yang mengalami kecelakaan tersebut tidak secepatnya ditangani
2. Contohnya murid yang asyik bermain handphone pada saat guru sedang menjelaskan materi sehingga hal ters
ebut mengakibatkan murid tidak fokus dengan apa yang dijelaskan oleh guru dan hal tersebut berakibat buruk ke
pada karakter Kepedulian antara siswa terhadap guru
3.

6)Dewan ini setuju tidak pidana terhadap pelaku penyebaran berita hoax melalui media sosial

Hukum positif yang dimaksud adalah hukum yang berlaku. Maka, penebar hoax akan dikenakan
KUHP, Undang-Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),
Undang-Undang No.40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, serta
tindakan ketika ujaran kebencian telah menyebabkan terjadinya konflik sosial.
Rikwanto mengungkapkan, penebar hoax di dunia maya juga bisa dikenakan ujaran kebencian
yang telah diatur dalam KUHP dan UU lain di luar KUHP.
Ujaran kebencian ini meliputi penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak
menenangkan, memprovokasi, menghasut, dan penyebaran berita bohong.
"Jadi, hoax ini harus ada yang dirugikan, baik itu seseorang atau korporasi yang merasa
dirugikan. Kalau enggak ada, ya cenderung gosip di dunia maya. Perlu ada obyek dan subyek
dari hoax ini," ujar Rikwanto di Dewan Pers, Jakarta, Kamis 12 Januari 2017.
Rikwanto menjelaskan, ujaran kebencian ini biasanya bertujuan untuk menghasut dan menyulut
kebencian terhadap individu dan/atau kelompok masyarakat, antara lain suku, agama, aliran
keagamaan, keyakinan/kepercayaan, ras, antargolongan, warna kulit, etnis, gender, kaum
difabel, hingga orientasi seksual.

SETUJU
Agar mendapatkan efek jera atas hal yang sebelumnya dilakukan yang tidak berdasar tersebut, karena penyebar
hoax dapat mencemarkan nama baik orang lain sehingga merugikan orang tersebut

TIDAK SETUJU
Kembali kepada masing masing bahwa mungkin orang tersebut tidak berniat untuk menyebarkan hoax namun h
anya meneruskan informasi tersebut dari orang lain ke orang lain lagi yang dimaksudkan untuk hanya sebagai m
emberikan informasi
Yang di mana di sini iya posisinya hanya sebagai penerus pesan namun bukan sebagai pembuat pesan hoax
tersebut
:Semua itu kembali lagi kepada masing masing orang Yang secara bijak menggunakan sosial media sebagai
sarana menerima informasi dari orang lain
Contohnya pada saat Pandemi banyak sekali informasi yang beredar tentang hal hal yang terkait seputar Pandem
i Contohnya adalah vaksin yang di ray rumorkan bahwa vaksin tersebut tidak efektif dan tidak baik apabila vaks
in tersebut digunakan kepada manusia hal tersebut bagi sebagian orang yang awam merasa bahwa hal tersebut
adalah hal yang falid dan dapat di akui kebenarannya sehingga orang tersebut merasa bahwa informasi seperti
ini harus di sebarkan kepada orang lain yang niatnya untuk membantu dan menginformasikan terkait hal
tersebut

7)Dewan ini setuju etika pergaulan islami menjadi norma hukum dalam masyarakat.


SETUJU
-Karena etika Pergaulan Islami tersebut mengajarkan kita untuk menghindari Pergaulan bebas dan hal hal yang
menyimpang sehingga lebih mengarahkan kita kepada hal hal yang lebih positif lagi dan menjaga diri kita dari
hal hal yang menyimpang yang tidak dinginkan
-Dapat meningkatkan moral seseorang seseorang menjadi ciri khas seseorang yang berlandaskan etika dan mora
l yang baik dalam Pergaulan sehingga orang” memberikan kesan Yang baik dan membuat orang orang pandan
gan orang orang Terhadap individu tersebut dibesarkan oleh nilai dan moral yang Terpuji

TIDAK SETUJU
Seperti yang kita lihat pada zaman sekarang, kenyataannya Banyak sekali orang orang yang dalam bergaul men
gikuti etika Pergaulan layaknya orang Barat karena terkesan lebih ekspresif dan lebih leluasa dalam bergaul dan
mengekspresikan diri
Contohnya saja misalnya di sekolah pada saat adik adik kelas yang memanggil kakak kelasnya dengan sebutan
lama langsung apapun ataupun lebih ekspresif dalam bergaul dengan kakak kelasnya, dan lebih santai, Sehingga
memberikan kesan kepada orang tersebut lebih santai lebih santai ekspresif dan lebih gampang mengembangkan
diri dalam bergaul
-Atau contoh lain Dapat membatasi interaksi antara laki laki dan perempuan dalam bergaul sehingga menimbulk
an keterbatasan dalam interaksi sosial

8)Dewan ini menolak pembatasan terhadap penggunaan seragam dengan ciri agama di sekolah.
SETUJU
Mencerminkan karakter siswa yang sopan dan juga berpenampilan rapi dan sesuai dengan norma agama, serta
menampilkan kesan bahwa siswa tersebut termasuk siswa yang agamis di mana kesan tersebut juga memberikan
hal hal yang berkesan baik

TIDAK SETUJU
-SEKOLAH UMUM: biasanya di sekolah umum terdapat siswa siswa yang menganut kepercayaan berbeda
beda tidak hanya yang berlandaskan Islam sehingga untuk penggunaan seragam dengan ciri agama pastinya
berbeda tiap pemakaian pakaiannya
-

9) Dewan ini setuju pajak rokok sebagai salah satu sumber devisa Negara

SETUJU
pendapatan tak kurang dari Rp150 triliun pada tahun 2015 membuat cukai rokok menjadi pendapatan terbesar
Indonesia. Pendapatan negara dari rokok disebut lebih besar ketimbang uang resmi yang diterima pemerintah
dari perusahaan tambang Freeport yang menggali alam Papua. Soal penyakit akibat rokok, pengusaha dan
industri rokok enggan disalahkan sepenuhnya.
Menurut mereka, tak adil jika segala jenis penyakit dikaitkan dengan rokok.

Pengusaha bahkan berani menjamin jika pendapatan dari rokok jauh lebih besar ketimbang biaya pengobatan
akibat dampak buruk rokok.

“Harus fair dong, jangan sedikit-sedikit menyalahkan industri rokok. Belum ada penelitian yang menyimpulkan
semua data penyakit itu benar-benar akibat rokok,” kata Ketua Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia
(AMTI) Budidoyo kepada CNNIndonesia.com, Rabu (25/5).

Wakil AMTI lainnya, Hananto, mengatakan sampai saat ini cukai rokok masih menjadi tumpuan pendapatan
negara. Setidaknya Rp150 triliun masuk tiap tahun ke rekening negara. Menurutnya, pendapatan itu adalah yang
terbesar dari semua jenis bisnis.

Cukai rokok di Indonesia bahkan menggunakan sistem ijon, yakni perusahaan rokok harus membayarkan
cukainya terlebih dahulu sebelum rokok terjual.

Data yang dikeluarkan International Trade Centre, The Tobacco Atlas, serta American Cancer Society and
World Lung Foundation pada 2013 dan diterbitkan The Washington Post 29 Oktober 2013 menunjukkan jika
Indonesia mencatatkan diri di urutan pertama sebagai negara dengan pendapatan ekspor terbesar di dunia dari
produksi tembakau pada tahun 2012.

Setidaknya US$624,6 juta didapat Indonesia dari 180,5 miliar batang rokok, disusul Republik Dominika yang
mengantongi US$435,6 juta dari dua miliar batang rokok, Kuba US$260,5 juta dari 14,4 miliar batang rokok,
Ukraina US$256,63 dari 101,8 miliar batang rokok, dan Honduras US$103,3 juta dari 6,8 miliar batang rokok.

Penjualan rokok di Indonesia yang mengesankan membuat negeri ini jadi ladang potensial pengerukan uang di
industri tembakau, dan menjadi langkah tepat dari segi bisnis oleh, salah satunya, Philip Morris dengan
mengakuisisi HM Sampoerna.

TIDAK SETUJU
Indonesia adalah negara peringkat ketiga perokok terbanyak di dunia setelah China dan India. Di
Indonesia, saat ini ada sekitar 70 juta perokok aktif dan 60-70 persennya adalah pria dewasa.
Besarnya penghamburan dana dan kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh rokok yang mencapai Rp
225 triliun per tahun.  Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menyatakan, cukai rokok setahun sekitar Rp
55 triliun, tetapi konsumsi rokok, biaya kesehatan, dan kehilangan nilai ekonomi tenaga kerja produktif
akibat rokok dalam setahun mencapai empat kali lipatnya.

Pemerintah, dunia bisnis, dan masyarakat kerap silau dengan pembangunan fisik di Jakarta yang
mengejar pertumbuhan ekonomi makro dengan mengorbankan hutan konservasi, rawa, dan situ.
Mereka baru terkaget-kaget dengan amuk banjir dahsyat.

Analogi ini berlaku juga untuk rokok di Indonesia yang telah membuat para pemilik industri rokok
besar menjadi orang-orang terkaya di Indonesia. Karena menyumbang cukai puluhan triliun rupiah
setiap tahun, membuat banyak pihak terlena dan menganggap industri rokok lebih banyak manfaat
ketimbang mudaratnya.

Padahal rokok telah menyebabkan kematian sekitar 400.000 orang (25.000 orang di antaranya
perokok pasif) setiap tahun dan jutaan orang sakit serta menjadi tidak produktif. Ini mengingatkan
kita pada Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet, yang pernah menyatakan, ”Kematian satu dua orang
boleh jadi adalah sebuah tragedi, tetapi kematian ribuan apalagi jutaan orang telah menjadi statistik.”

10) Dewan ini menolak adanya penerapan religious culturedi sekolah.


SETUJU
- penerapan religious culture di sekolah bisa berdampak pada kecemburuan seosial. Pasalnya ada beberapa
nonmuslim yang kerap kali kurang suka saat mendengar suara orang yang sedang mengaji dan berpendapat
adzan tidak perlu dikumandangkan dengan suara yang keras karena mengganggu konsentrasi saat melakukan
pekerjaan
- kemudian dengan adanya penerapan religious culture, maka bukan tidak mungkin ada siswa yang
melaksanakannya dengan keterpaksaan.
- di dalam sistem pendidikan kurikulum 2013 , kegiatan pembelajaran agama dilakukan selama 3 jam mata
pelajaran, dan dengan waktu tersebut rasanya sudah cukup. Jika siswa terus menerus diberikan asupan
pembelajaran, maka dapat berakibat dimana siswa merasa jenuh. Jika sudah seperti itu, maka pembelajaran yang
diberikan pun tidak dapat diterima siswa dengan baik.
- jika suatu sekolah menerapkan religious culture, maka seharusya bukan hanya siswa yang melaksanakannya,
akan tetapi seluruh warga sekolah, termasuk guru. Namun faktanya, masih banyak guru yang bahkan tidak ikut
melaksanakan shalat berjamaah di mushola sekolah.

*TIDAK SETUJU*
1) Selama ini dalam sistem pendidikan nasional Indonesia, pendidikan agama hanya dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran dengan alokasi waktu selama 2 jam pada kurikulum 2006 dan 3 jam pada kurikulum 2013. Inilah
yang kemudian dianggap tidak efektif jika hanya dengan cara tersebut, perlu upaya lain yang dilakukan secara
rutin agar siswa menjadi manusia yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia, salah satunya dengan
diterapkannya kultur keberagamaan atau budaya religius di sekolah.

2) Budaya religius sekolah adalah cara berfikir dan cara bertindak warga sekolah yang didasarkan atas nilai-nilai
religius (keberagamaan). Religius menurut Islam adalah menjalankan ajaran agama secara menyeluruh (kaffah).

3) Dalam tataran nilai, budaya religius berupa: semangat berkorban (jihad), semangat persaudaraan (ukhuwah),
semangat saling menolong (ta’awun) dan tradisi mulia lainnya. Sedangkan dalam tataran perilaku, budaya
religius berupa: berupa tradisi solat berjamaah, gemar bersodaqoh, rajin belajar dan perilaku yang mulia
lainnya.

4) Religious culture dalam konteks ini berarti pembudayaan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupan di sekolah
dan di masyarakat, yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam yang diperoleh siswa dari hasil
pembelajaran di sekolah, agar menjadi bagian yang menyatu dalam perilaku siswa sehari-hari dalam lingkungan
sekolah atau masyarakat. Bentuk kegiatan pengamalan budaya agama Islam di sekolah, di antaranya adalah;
membiasakan salam, membiasakan berdoa, membaca al- Qur’an sebelum pelajaran dimulai, membiasakan
kultum, membiasakan shalat dhuha, shalat dhuhur berjamaah, dzikir setelah shalat.

5) Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga
sekolah mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran
agama.

6) Oleh karena itu, untuk membudayakan nilai-nilai keberagamaan (religius) dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain melalui: kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan
ektrakurikuler di luar kelas serta tradisi dan perilaku warga sekolah secara kontinyu dan konsisten, sehingga
tercipta religious culture tersebut dalam lingkungan sekolah.

7) Lalu bagaimana jika suatu sekolah terdapat siswa nonmuslim? Jika pendidikan agama Islam selama ini
masih konvensional dengan lebih menekankan pada proses how to know, how to do dan how to be, maka
pendidikan agama Islam berwawasan multikultural menambahkan proses how to live and work together with
other.

8) Lalu apa tujuan dengan adanya kultur keberagamaan? Tujuannya yaitu menumbuhkembangkan akidah
melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang
keimanannya dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
9) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang
berpengetahuan, rajin ibadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga
keharmonisan, secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

10) Dengan kata lain, yang diutamakan oleh pendidikan agama (Islam) bukan knowing
(mengetahui tentang ajaran dan nilai-nilai agama) ataupun doing
(bisa mempraktekkan apa yang diketahui) setelah diajarkan di sekolah, tetapi justru mengutamakan being-nya
(beragama atau menjalani hidup atas dasar ajaran dan nilai-nilai agama). Hal ini sejalan dengan esensi Islam
adalah sebagai agama amal atau kerja (praksis).

11) Dan dengan adanya religious culture pula lah siswa diajarkan untuk mempunyai sikap toleransi untuk
mempererat ukhuwah, bukan hanya sesame muslim tapi kepada semua, sesama makhluk ciptaan Allah SWT.

12) Jadi, meskipun budaya Islami yang diterapkan di sekolah, maka bukan berarti mengucilkan atau
mendiskriminasi yang nonmuslim.

11) Dewan ini setuju pelajaran Pendidikan Agama Islam diajarkan oleh guru non-muslim di sekolah
Tidak setuju
Nomor 11 an aku ga setuju
Alasannya
Menurut kami guru untuk mapel PAI wajib islam karena didalam pelajaran tersebut juga mempelajari aqidah
akhlak,al-qur’an hadis dan materi2 nya tidak jauh2 dari ayat2 Al-Qur’an.
Salah satu adab utk membaca alquran ialah suci (suci menurut agama islam)
Dan salah satu cara bersuci menurut islam yaitu dengan berwudhu.

Dan untuk sekolah sekolah yang khusus Islam misalkan seperti madrasah Ibtidaiyah untuk guru agama
kualifikasinya itu harus memang menguasai benar benar agama Islam dan tidak boleh berasal dari yang non
Islam dikarenakan akan ada perbedaan yang kontras apabila pelajaran agama Islam itu diajarkan oleh guru yang
memang beragama Islam dengan guru yang memang bukan beragama Islam serta untuk guru yang beragama
non Islam tersebut akan sulit mengajari tentang agama Islam dikarenakan tidak adanya Pemahaman pastinya
yang benar benar mendasar jika ada memang Pemahaman yang benar benar mendasar dan mendalami pemateri
dan pengetahuan yang diajarkan pastinya guru tersebut akan tanya untuk masuk ke dalam agama islam, jadi
Untuk guru yang non Islam dijadikan sebagai guru agama Islam hal tersebut sangat tidak benar apabila hal
tersebut dilakukan semestinya

Setuju
Ini guru agama Islam itu berasal dari agama yang main Islam analoginya itu layak nya guru bahasa Indonesia
berasal dari warga negara asing dia tidak perlu menjadi warga negara Indonesia dulu untuk bisa mengajari
bahasa Indonesia dulu kan yang penting adalah Pemahamannya terkait bahasa Indonesia itu baru dan apabila dia
itu memenuhi kualifikasi sebagai guru yang memang kompeten di bidang bahasa Indonesia maka guru tersebut
dapat dijadikan guru bahasa Indonesia dan tidak perlu harus menjadi warga Indonesia dulu untuk dapat
mengajari bahasa Indonesia begitu juga pada saat kita mengajari bahasa Inggris misalkan kita tidak perlu
menjadi warga Inggris dulu untuk dapat menjadi guru yang mengajari bahasa Inggris di negara yang memang
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari jadi yang penting adalah Pemahaman guru tersebut
terkait hal yg akan diajarkan
Di sini kan kita belajar bukan untuk beribadah jadi jika kita belajar tidak perlu ada syarat untuk Suci terlebih
dahulu di sini guru yang non Islam tersebut memberikan kita pengetahuan ilmu pengetahuan jadi yang kita
perlukan dari guru tersebut lah ilmu pengetahuan bukan permasalahan Suci atau tidaknya guru tersebut di sini
tidak membahas tentang beribadah jadi jika memang guru tersebut ingin mengajarkan materi materi tentang
agama Islam meskipun beliau bukan Islam hal tersebut tidak ada sangkut-pautnya dengan sifat yang harus Suci
karena di sini hanya memberikan materi yang berguna untuk Wawasan keislaman siswanya saja

di sini yang diperlukan adalah pengetahuan terkait suatu materi yang akan disampaikan bisa jadi mungkin guru
yang Nonis tersebut Pemahaman agama Islam itu lebih luas dibandingkan dengan guru mata pelajaran yang lain
yang memang beragama Islam jadi di sini yang diperlukan itu adalah Pemahaman guru terkait suatu hal yang
ingin diajarkan kepada siswa siswa nya jika memang kualifikasi dari guru non muslim ini memang baik dalam
Pengajaran agama maka untuk sekolah menggunakan guru tersebut sebagai guru agama Islam meskipun beliau
bukan dari kalangan Islam dapat dijadikan sebagai salah satu bantuan bagi sekolah tersebut untuk mencari guru
lain yang memang akan mengajari agama Islam untuk menggantikan guru non muslim tersebut di sini dapat kita
bahas bahwa guru yang Nonmuslim ini tidak Dapat kita jadikan sebagai guru tetap yang mengajar pendidikan
agama Islam dikarenakan B ground dari si guru tersebut bukan berasal dari muslim Namun yang perlu
diperhatikan dalam penyampaian materi dan pengetahuan guru terkait suatu hal adalah Pemahaman dari buruh
tersebut dalam menyampaikan sesuatu dan apabila Pemahaman guru tersebut memang benar benar baik maka
hal tersebut dapat dilakukan

12) Dewan ini menolak adanya moderasi beragama di sekolah


*12*
*SETUJU*

*TIDAK SETUJU*
Keragaman, di bidang apapun, memang pasti menimbulkan adanya perbedaan, apalagi yang terkait dengan
agama. Dan, harus diakui bahwa perbedaan itu, apalagi yang tajam dan ekstrem, di mana pun selalu
memunculkan potensi konflik. Kalau tidak dikelola dengan baik, potensi konflik seperti ini bisa melahirkan
sikap ekstrem dalam membela tafsir klaim kebenaran versi masing-masing kelompok yang berbeda.

Pertanyaannya, memangnya moderasi beragama penting untuk sekolah di Indonesia?

Ya sangat penting, karena Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat religius dan sekaligus majemuk.
Meskipun bukan negara berdasar agama tertentu, masyarakat kita sangat lekat dengan kehidupan beragama.
Nyaris tidak ada satu pun urusan sehari-hari yang tidak berkaitan dengan agama. Itu mengapa, kemerdekaan
beragama juga dijamin oleh konstitusi kita. Nah, tugas kita adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara
kebebasan beragama itu dengan komitmen kebangsaan untuk menumbuhkan cinta tanah air.
Itulah mengapa moderasi beragama penting hadir di sekolah. Ia bisa menjadi solusi untuk menciptakan
kerukunan, harmoni sosial, sekaligus menjaga kebebasan dalam menjalankan kehidupan beragama di sekolah,
yakni menghargai keragaman tafsir dan perbedaan pandangan, serta tidak terjebak pada ekstremisme,
intoleransi, dan kekerasan atas nama agama.

Anda mungkin juga menyukai