Anda di halaman 1dari 4

Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Sekitar Candi Prambanan,

Yogyakarta.
Setiap kehidupan masyarakat maunusia senantiasa mengalami suatu perubahan.
Perubahan pada kehidupan masyarakat merupakan fenomena social yang wajar, karna setiap
manusia mempunyai kepentingan tidak terbatas. Perubahan-perubahan ini akan Nampak
setelah tantanan social dan kehidupan masyarakat lama dapat dibandingkan dengan tatanan
pada kehidupan masyrakat yang baru. seperti halnya perubahan yang terjadi pada masyrakat
sekitar Candi Prambanan.

Perubahan-perubahan yang terjadi bisa merupakan suatu kemajuan ataupun suatu


kemunduran adapun unsur-unsur kemasyrakatan yang mengalami perubahan biasanya
mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial pola-pola prilaku, organisasi sosial, lembaga-
lembaga permasyrakatan, dan sertifikasi sosial, serta yang lainnya.Perubahan-
perubahan sosial dan kebudayaan selalu berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi,
baik pada masyarakat maju maupun masyarakat berkembang. Sebgaimana yang diungkapkan
oleh Gillin dan Gillin bahwa perubahan-perubahan sosial merupakan suatu variasi dari cara-
cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Juga menurut Mac. Iver, bahwa perubahan-
perubahan sosial dikatakannya sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau
sebagai perubahan terhadap keseimbangan hubungan sosial.
Menurut selo soemarjan dan soelaiman soemardi, bahwa perubahan-perubahan di luar
bidang ekonomi tidak dapat dihindarkan karena setiap perubahan dalam suatu lembaga
kemasyarakatan akan mengakibatkan perubahan-perubahan di dalam lembaga
kemasyarakatan lainnya. Perubahan-perubahan dewasa ini nampak sangat cepat, sehingga
sulit untuk mengetahui bidang-bidang manakah yang akan berubah terlebih dahulu dalam
kehidupan masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa perubahan sosial itu adalah perubahan fungsi
kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan yang
lain. Menurut selo soemarjan dan seolaiman soemardi berpendapat bahwa perubahan-
perubahan sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemsyarakatan
di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya termasuk di dalam nilai-
nilai,sikap-sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Sedangkan perubahan budaya adalah suatu keadaan di dalam masyarakat yang terjadi karena
ketidak sesuaian di antara unsure-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercipta
suatu keadaan yang tidak serasi fungsinya. Unsur-unsur kebudayaan tersebut antara lain yaitu
religi, pendidikan, teknologi, kesenian, bahasa, mata pencaharian, organisasi sosial. Hal ini
terjadi karena ada salah satu unsure kebudayaan yang tidak berfungsi lagi.
Pada dewasa ini proses perubahan sosial budaya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Kontak Dengan Kebudayaan Lain.
Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusi, diffusi merupakan proses
penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari satu
masyarakat ke masyarakat lain.
2. Sistem Pendidikan Formal yang Maju.
Pendidikan mengajarkan manusia untuk dapat berfikir secara objektif, yang akan
memberikan kemampuan untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya akan dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan zaman atau tidak.
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju, apabila
sikap tersebut melembaga pada masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-
usaha penemuan baru.
4. Toleransi terhadap perbuata-perbuatan yang menyimpang (deviation) yang bukan
merupakan delik.
5. Sistem Terbuka Lapisan Masyarakat (Open Stratification)
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi
kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar kemampuan sendiri.
6. Penduduk yang Heterogen
Pada masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang
kebudayaan rasidiologi yang berbeda mudah terjadi pertentangan-pertentangan yang
mengundang keguncangan-keguncangan. Keadaan – keadaan demikian menjadi pendorong
terjadinya perubahan dalam masyarakat.
7. Ketidakpuasan Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Kehidupan Tertentu
Ketidakpuasan yang berlangsung lama dalam sebuah masayrakat yang kemungkinan besar
akan mendatangkan revolusi.
8. Orientasi Ke Masa Depan.
9. Nilai Bahwa Manusia Harus Senantiasa Berikhtiar Untuk Memperbaiki Hidupnya.
Dari uraian di atas kita akan mengkaji bagaimana terjadinya suatu perubahan sosial
budaya masyarakat di sekitar Candi Prambanan yang dijadikan objek wisata domestik dan
internasional pada saat sekarang ini.
Dahulu sebelum candi prambanan dijadikan sebagai kawasan pariwisata oleh pemerintah
Klaten, banyak masyarakat yang bermukim tidak jauh dari candi prambanan berada. Namun
setelah Pemerintah Klaten melakukan pemugaran candi prambanan untuk dijadikan sebagai
tempat pariwisata pada tahun 1983-1984 maka lima desa masyarakat sekitar itu pun
dipindahkan ke pemukiman Pemukti Baru yang dibangun pemerintah tidak jauh dari candi
prambanan, atau biasa kita sebut dengan istilah bedol deso. Masyarakat mau menerima
tawaran pemugaran tersebut dikarenakan biaya ganti rugi tanah masyarakat oleh
pemerintah dianggap lebih dari cukup dan menguntungkan. Dari relokasi tempat tinggal
tersebut maka mucullah beberapa perubahan-perubahan sosial masyarakat sekitar candi
prambanan, antara lain yaitu mata pencaharian masyarakat yang tadinya mayoritas petani
lugu (petani biasa) sekarang berubah menjadi pedagang, baik itu pedagang cinderamata
berupa baju batik, aksesoris ataupun hasil kesenian lain dari masyarakat sekitar candi
prambanan, guru, pegawai yang mengelola wisata candi pramban an, semisal pegawai
dipembayaran loket masuk, petugas parkir, petugas kebersihan dll, atupun pegawai di hotel-
hotel sekitar candi prambanan yang didirikan oleh masyarakat luar daerah pemukiman
pemukti baru, dan sebagainya. Adapun perubahan budaya yang dialami masyarakat karena
adanya pemugaran tersebut tidak lah terlalu basar dampaknya. Budaya yang sudah ada seperti
kesenian ; karawitan, wayangan, dan kuda lumping, religi/keagamaan ; pengajian masih tetap
terjaga dengan baik. Pengajian di pemukiman pemukti baru biasanya diadakan tiga kali
dalam sepekan. Hari rabu pengajian untuk bapak-bapak, kamis untuk ibu-ibu, dan sabtu
untuk pemuda-pemudanya. Sedangkan pada malam minggu pada 35 hari kliwon di
pemukiman pemukti baru biasanya diadakan wayangan. Dan meskipun mayoritas masyarakat
sekitar candi prambanan beragama islam, namun candi prambanan tersebut masih digunakan
untuk beribadah masyarakat luar.
Menanggapi permasalahan rusaknya budaya asli karena pengaruh dari budaya luar yang
masuk, bapak Suprapto (Ketua RW 07 Desa Telogo lor, Kec.Prambanan, Kabupaten Klaten)
menyatakan, meskipun hidup di samping lokasi pariwisata yang pengunjungnya tak hanya
dari dalam negeri melainkan juga dari manca Negara, namun dampak atau pengaruh budaya
yang dirasakan masyarakat Desa Tlogo tidak lah telalu besar dan vital. Hal ini disebabkan
semua warganya masih kuat dan masih memiliki rasa cinta dan peduli terhadap kebudayaan
sendiri, tidak langsung menerima masuknya budaya-budaya yang sekiranya tak pantas untuk
diterima sehingga dengan cara tersebut kebudayaan asli tidak tercemar dan rusak akibat
adanya budaya luar yang masuk. Namun bagaimanapun juga semua masyarakat tetap
memilki rasa untuk saling mengahargai terhadap semua kebudayaan yang datang dan dirasa
baru/belum dikenal.
Dari beberapa pediskripsian dengan observasi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak selamanya sebuah masyarakat yang hidup dan berada di sekitar lokasi pariwisata
itu mengalami sebuah perubahan-perubahan social budaya yang negative yang bisa saja
disebabkan masuknya pengaruh–pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya asli. Namun, perubahan-perubahan sosial budaya yang berdampak yaitu bisa saja
sebuah perubahan yang positif dan progresif. Adapun guna mengantisipasi adanya perubahan
sosial budaya yang bersifat negatif maka perlu dilakukan tindakan preventif dengan cara
memberikan sosialisasi terhadap komponen ataupun sub-sub dalam masyarakat agar memiliki
kesadaran dan semangat yang kuat untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaan yang
dianggap pantang untuk ditinggalkan.
DaftarPustaka
Soekanto,Soerjono.2006.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
2010. Kompleks Percandian Prambanan (Loro Jonggrang) dan Candi-candi
sekitarnya.Yogyakarta:PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko.

Anda mungkin juga menyukai