Anda di halaman 1dari 3

BAB ISTIHADHOH

Istihadhoh secara bahasa artinya mengalir, sedangkan menurut syara’ yaitu darah yang
keluar dari farji wanita selain di waktu haid dan nifas. Seseorang yang mengeluarkan darah
istihadhoh disebut mustahadhoh.
Jenis-jenis mustahadhoh, antara lain :
1. Mubtadiah mumayyizah : wanita yang pertama kali mengeluarkan darah dan bisa
membedakan jenis darah (darah kuat dan darah lemah).
2. Mubtadiah ghoiru mumayyizah : wanita yang pertama kali mengeluarkan darah dan tidak
bisa membedakan jenis darah.
3. Mu’tadah mumayyizah : wanita yang sudah pernah haid dan bisa membedakan jenis darah.
4. Mu’tadah ghoiru mumayyizah dzakiroh li ‘adatiha qodron wa waqtan : wanita yang sudah
pernah haid dan tidak bisa membedakan jenis darah tetapi mengingat kebiasaan haidnya
(awal waktu dan lamanya keluar darah).
5. Mu’tadah ghoiru mumayyizah nasiyah li ‘adatiha qodron wa waqtan : wanita yang sudah
pernah haid, tidak bisa membedakan jenis darah dan tidak mengingat kebiasaan haidnya
(awal waktu dan lamanya keluar darah).
6. Mu’tadah ghoiru mumayyizah dzakiroh lil qodri dunal waqti : wanita yang sudah pernah
haid, tidak bisa membedakan jenis darah dan mengingat kebiasaan lamanya keluar darah,
akan tetapi tidak mengingat awal waktu keluar darah.
7. Mu’tadah ghoiru mumayyizah dzakiroh lil waqti dunal qodri : wanita yang sudah pernah
haid, tidak bisa membedakan jenis darah dan mengingat awal waktu keluar akan darah tetapi
tidak mengingat kebiasaan lamanya keluar darah.
Setiap jenis mustahadhoh diatas memiliki hukum masing-masing yang sangat perlu diperhatikan.
Penjelasan dan contoh untuk setiap mustahadhoh :
1) Mubtadiah mumayyizah.
Apabila seorang mubtadiah mumayyizah mengeluarkan darah lemah maka dihukumi
istihadhoh. Sebaliknya, jika mengeluarkan darah kuat maka dihukumi darah haid. Hukum
tersebut berlaku untuk darah kuat yang keluar di awal, akhir maupun pertengahan waktu
haid selagi tidak selang seling.
Syarat seorang wanita bisa dihukumi mubtadiah mumayyizah ada 4, yaitu :
a. Darah kuat keluar tidak kurang dari 24 jam.
b. Darah kuat keluar tidak lebih dari 15 hari 15 malam.
c. Darah lemah keluar tidak kurang dari 15 hari 15 malam (jika darah lemah keluar
diantara darah kuat)
d. Darah kuat dan lemah tidak boleh selang seling.
Jika keempat syarat tersebut tidak terpenuhi, maka mustahadhoh tersebut termasuk
mubtadiah ghoiru mumayyizah.
Pada istihadhoh periode (putaran) pertama, hukum mandi besar seorang mubtadiah
mumayyizah yaitu menunggu genap 15 hari 15 malam dan mustahadhoh tersebut memiliki
kewajiban untuk mengqodo’ sholat yang ditinggalkan setelah keluarnya darah lemah.
Sedangkan pada periode kedua dan bulan-bulan selanjutnya mustahadhoh tersebut dapat
mandi besar pada setiap bergantinya darah menjadi darah lemah, sehingga pada bulan-bulan
tersebut mustahadhoh tidak memiliki hutang mengqodlo’ sholat.
Contoh-contoh mubtadiah mumayyizah :
a. Mengeluarkan darah kuat 3 hari, lalu darah lemah 27 hari  maka 3 hari pertama
dihukumi darah haid dan 27 hari akhir dihukumi istihadhoh.
b. Mengeluarkan darah kuat 7 hari, lalu darah lemah 9 hari  maka 7 hari pertama
dihukumi haid dan 9 hari akhir dihukumi istihadhoh
c. Mengeluarkan darah lemah 11 hari, lalu darah kuat 12 hari  Maka 11 hari pertama
dihukumi istihadhoh dan 12 hari akhir dihukumi haid.
d. Mengeluarkan darah lemah 5 hari, lalu darah kuat 6 hari, dan darah lemah lagi 19
hari  maka 5 hari pertama dihukumi istihadhoh, 6 hari tengah dihukumi haid dan
19 hari akhir dihukumi istihadhoh lagi.
e. Mengeluarkan darah kuat 7 hari, lalu darah lemah 15 hari, dan darah kuat lagi 3 hari
 maka 7 hari pertama dan 3 hari akhir dihukumi haid sedangkan 15 hari tengah
dihukumi istihadhoh

2) Mubtadiah ghoiru mumayyizah


Seorang wanita dapat dihukumi mubtadiah ghoiru mumayyizah apabila tidak mampu
membedakan jenis darah (menganggap darah kuat dan darah lemah sama) atau wanita
tersebut mampu membedakan jenis darah akan tetapi tidak memenuhi 4 syarat sebagai
mubtadiah mumayyizah.
Apabila seorang mubtadiah ghoiru mumayyizah mengingat awal waktu keluar darah,
maka yang dihukumi darah haid yaitu hanya 1 hari 1 malam pertama dengan masa sucinya
29 hari 29 malam dan berlaku untuk bulan-bulan selanjutnya. Namun jika mustahadhoh
tersebut tidak mengingat awal waktu keluar darah maka mustahadhoh tersebut tergolong
mustahadhoh mutahayyiroh (mustahadhoh yang kebingungan) dan untuk hukum
mustahadhoh mutahayyiroh akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya.
Pada istihadhoh periode (putaran) pertama, hukum mandi besar seorang mubtadiah
ghoiru mumayyizah yaitu menunggu genap 15 hari 15 malam dan mustahadhoh tersebut
memiliki kewajiban untuk mengqodo’ sholat yang ditinggalkan yaitu selama 14 hari 14
malam (pada hari ke-2 hingga hari ke-15). Sedangkan pada periode kedua dan bulan-bulan
selanjutnya mustahadhoh tersebut tidak perlu menunggu 15 hari 15 malam untuk mandi
besar, akan tetapi dapat dilakukan setelah darah genap keluar selama 1 hari 1 malam,
sehingga pada bulan-bulan tersebut mustahadhoh tidak memiliki hutang mengqodlo’ sholat
Contoh-contoh mubtadiah ghoiru mumayyizah :
a. Mengeluarkan darah 1 bulan (30 hari) dengan semua sifat yang sama (kuat atau
lemah),  maka yang dihukumi haid hanya 1 hari 1 malam pertama, sedangkan 29
hari selanjutnya dihukumi istihadhoh
b. Mengeluarkan darah 4 bulan dengan semua sifat yang sama  maka yang dihukumi
haid hanya 4 hari 4 malam yaitu pada malam ke-1, malam ke-31 malam ke-61 dan
malam ke-91. Sedangkan selain 4 hari 4 malam tersebut dihukumi istihadhoh
c. Mengeluarkan darah 16 hari dengan semua sifat yang sama  maka yang dihukumi
haid hanya 1 hari 1 malam pertama, sedsngkan hari-hari selanjutnya dihukumi
istihadhoh
d. Mengeluarkan darah 25 hari (23 jam darah kuat dan selanjutnya darah lemah) 
maka yang dihukumi haid hanya 1 hari 1 malam pertama, sedangkan hari-hari
selanjutnya dihukumi istihadhoh
e. Mengeluarkan darah 25 hari (16 hari darah kuat dan hari-hari selanjutnya darah
lemah)  maka yang dihukumi haid hanya 1 hari 1 malam pertama, sedangkan hari-
hari selanjutnya dihukumi istihadhoh
f. Mengeluarkan darah 25 hari (6 hari darah kuat, 14 hari selanjutnya darah lemah, 5
hari darah kuat lagi)  maka yang dihukumi haid hanya 1 hari 1 malam pertama,
sedangkan hari-hari selanjutnya dihukumi istihadhoh
g. Mengeluarkan darah 30 hari (1 hari darah kuat, 1 hari darah lemah dan seterusnya
seperti itu hingga 30 hari)  maka yang dihukumi haid hanya 1 hari 1 malam
pertama, sedangkan hari-hari selanjutnya dihukumi istihadhoh
h. Mengeluarkan darah 29 hari ( 3 hari darah kuat, 14 hari darah lemah, 1 hari darah
kuat lagi, 6 hari darah lemah lagi dan 5 hari darah kuat lagi)  maka yang dihukumi
haid hanya 1 hari 1 malam pertama sedangkan hari-hari selanjutnya dihukumi
istihadhoh.

3) Mu’tadah mumayyizah
Seorang wanita dapat dihukumi mu’tadah mumayyizah apabila sudah pernah mengalami
haid dan dapat membedakan jenis darah (kuat dan lemah) serta memenuhi 4 syarat
mubtadiah mumayyizah.
Hukum seorang mu’tadah mumayyizah sama dengan mubtadiah mumayyizah dengan
syarat antara kebiasaan lamanya darah haid dengan berbedanya darah yang keluar lagi
(darah kuat dan lemah) memiliki jarak 15 hari 15 malam (waktu yang cukup untuk bersuci).
Contohnya yaitu apabila kebiasaan haid 3 hari, selanjutnya dalam 1 bulan wanita tersebut
mengeluarkan darah 21 hari (19 hari darah lemah, 2 hari terakhir darah kuat) maka yang
dihukumi haid 5 hari yaitu 3 hari pertama karena disamakan dengan kebiasaan dia haid, dan
2 hari terakhir karena adanya perbedaan darah. Sedangkan 16 hari yang tengah dihukumi
istihadhoh.

Anda mungkin juga menyukai