Disusun oleh :
Miftahu Jami Nakdan 201120008
Meli Agustin 201120022
Muhamad Jeri Tri Subakti 201120011
Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW,
kepada keluarganya, para sahabat, dan kepada kita sebagai ummatnya. Aamiin.
Pada pembahasan kali ini penyusun akan menjelaskan tentang “bertawakal”. Penyusun
mencoba mengulas sedikit tentang “bertawakal” menurut pandangan penyusun dan bebrapa
referensi baik dari buku, maupun internet.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1. Latar belakang..................................................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah.............................................................................................................................1
1.3. Tujuan masalah.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 Pengertian tajhizul mayit...................................................................................................................2
2.2Mengurus jenazah orang Muslim........................................................................................................2
2.2. Bagaimana cara memandikan jenazah..............................................................................................3
2.3. Siapa yang berhak memandikan jenazah..........................................................................................4
2.4. Tatacara Mengkafani Jenazah........................................................................................................5
2.5 Tata Cara Mengkafani Jenazah Perempuan.......................................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................7
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Tawakal menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (2013) adalah merupakan keadaan
yang terangkai dari berbagai perkara, yang hakikatnya tidak sempurna kecuali dengan
seluruh rangkaiannya (mengetahui Allah, menetapkan sebab akibat, memantapkan hati
pada pijakan tauhid, menyandarkan hati kepada Allah, berbaik sangka terhadap Allah,
ketundukkan dan kepasrahan hati terhadap Allah, dan pasrah). At-Tuwaijiri (2014)
menyatakan bahwa tawakal adalah melakukan usaha terhadap segala sesuatu yang ingin
dicapai, kemudian menyerahkannya kepada Allah.Dalam prosesnya pun, individu harus
mampu menjaga jiwa agar tidak membantah Allah atas segala sesuatu yang telah
diberikan dan menyandarkannya hanya kepada Allah dan melakukannya hanya karena
Allah.
Dalam konsep psikologis barat, tawakal biasa disebut dengan surrender to god.
Clements dan Ermakova (2012) menjelaskan surrender to god merupakan komitmen
individu dalam mengikuti keinginan Tuhan, oleh karena itu individu akan semakin taat
dalam beragama yang berhubungan dengan praktek dalam beribadah atau berusaha, dan
hasilnya dalam kehidupan adalah akan mengalami lebih sedikit tekanan. Sebagai seorang
penuntut ilmu kita diharuskan untuk bertawakkal kepada Allah SWT.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian tawakkal?
1. Memandikan.
2. Mengkafani.
3. Menshalati.
4. Memakamkan.
2.2.2. Muslimyang syahid dunia atau syahid dunia-akhirat,mayatnya haram dimandikan dan
dishalati, sehingga kewajiban merawatnya hanya meliputi:
a; Menyempurnakan kafannya jika pakaian yang dipakainya tidak cukup untuk menutup
seluruh tubuhnya
b. Memakamkan.
c. Belum berbentuk manusia sempurna. Bayi yang demikian, tidak ada kewajiban
apapun dalam perawatannya, akan tetapi disunahkan membungkus dan memakamkannya.
2.2.4 Mengurus jenazah orang Kafir
Hukum menshalati mayit kafir adalah haram, adapun hal yang harus dilakukan
pada mayat kafir dzimmi adalah mengkafani dan memakamkan.
Pada dasarnya tidak ada kewajiban apapun atas perawatan keduanya, hanya saja
diperbolehkan untuk mengkafani dan memakamkannya
Memandikan jenazah termasuk dalam rangkain dan hal penting sebelum disalatkan, serta dimakamkan ke
liang lahat.memandikan jenazah menjadi tidak wajib dilakukan bila yang meninggal dalam jumlah terlalu
banyak, seperti korban peperangan layaknya kisah Nabi terdahulu dan bencana alam.
Sebagai umat muslim, tentunya wajib mengetahui runtutan mengurusi jenazah yang benar. Berikut
mengenai tata cara memandikan jenazah sesuai syariat Islam dari berbagai sumber,
2.Ada tubuhnya.
3.Kematian bukan karena mati syahid, seperti peperangan membela Islam di zaman Nabi.
1. Beragama Islam
2. Berakal.
3. Sudah baligh.
Artinya: " Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah
(wanita) ini karena Allah Ta'ala."
Hal ini berdasarkan hadits Aisyah radhiallahu anha, ia berkata, “Suatu ketika
Rasulullah pernah menemuiku sepulang dari mengurus jenazah di tanah Baqi’. Saat itu
aku merasa pusing, lalu aku berkata, ‘Wa ra’saah!!’ (ungkapan untuk rasa sakit kepala).
Maka Rasulullah bersabda,
‘Apa yang kamu keluhkan. Jika engkau meninggal dunia sebelumku, niscaya aku
akan memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkanmu’.” (HR. Ahmad
6/288, Ibnu Majah no. 1465, Ad Darimi 1/37 dan yang lainnya)
Dalam riwayat lainnya, Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu juga memandikan
jenazah istrinya Fathimah radhiallahu anha. (HR. Al Baihaqi 3/396, Ad Daruquthni 2/79
dan Asy Sayfi’i 1/361)
Jika tidak ada seorang wanita yang bisa mengurus jenazah atau karena orang
yang memiliki pengalaman dan ilmu dalam mengurus jenazah sangat jarang, maka tidak
ada halangan bagi seorang bapak memandikan anak perempuannya, karena ia merupakan
mahram bagi anak perempuannya. Telah diriwayatkan bahwa sebagai para ulama jaman
dahulu, mereka melakukan hal yang demikian. Dari Abu Hasyim rahimahullah ia berkata,
‘Abu Qilabah telah memandikan anak perempuannya.’ Demikian pula pendapat yang
sama dikemukakan oleh Imam Al Auza’i, Imam Malik dan Imam Asy-Syafi’i.
Dalam Islam jika ada orang yang mengalami peristiwa kematian atau meninggal, satu dari
empat kewajiban orang yang masih hidup terhadap seorang yang telah meninggal adalah
mengafani. Hukum mengkafani jenazah atau mayat adalah fardlu kifayah. Mengkafani mayat
berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang biasanya berwarna putih,
setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur..
2.4.1 Tata Cara Mengafani Jenazah Laki-Laki.
Bentangkan tiga lembar kain kafan yang telah dipotong sesuai ukuran jenazah, lalu
susun dengan meletakkan kain yang paling lebar di bagian paling bawah. Tetapi jika kain
memiliki lebar yang sama, maka geser kain yang di tengah ke kanan sedikit dan yang
paling atas ke kiri sedikit, atau bisa juga sebaliknya.
Berikan wewangian seperti sunah Nabi sebanyak tiga kali ke kain kafan.
Siapkan 3-5 utas tali, kemudian letakkan tepat di bawah kain yang paling bawah.
Persiapkan kafan yang sudah diberi wewangian untuk diletakkan di bagian
anggota tertentu nanti, antara lain sebagai berikut:
2.4.2 Bagian Manfad (lubang terus), antara lain:
Kedua mata
Hidung
Kedua telinga
Kemaluan
Dahi
Ketiak
2.5.3 Sediakan 3-5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan.
2.5.4 Sediakan kapas yang telah diberikan wewangian, yang nanti diletakkan pada
anggota badan tertentu.
2.5.5 Angkat dan baringkan jenazah di atas kain kafan secara hati-hati.
2.5.6 Letakkan kain kapas yang sudah diberi wewangian ke tempat anggota tubuh
manfad atau lubang terus seperti pada jenazah laki-laki.
2.5.7 Selimutkan kain sarung pada tubuh jenazah, antara pusar dan kedua lutut.
Pasangkan baju kurung sekaligus kerudung atau penutup kepala. Bagi yang berambut
panjang bisa dikepang menjadi 2/3 dan diletakkan di atas baju kurung tadi, tepatnya di
bagian dada.
2.5.8 Selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari yang atas sampai
paling bawah, lalu ikat dengan beberapa utas tali yang telah disediakan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
3.1.1 Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah
Memandikan
Mengkafani
Menshalatkan
Menguburkan
3.1.2 Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
(http://yulizaartikel.blogspot.com/2016/11/tajhizul-jenazah-merawat-mayit-yuliza)
(https://m.merdeka.com/trending/tata-cara-memandikan-jenazah-lengkap-sesuai-syariat-islam-kln)
(https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com/khazanah/amp/pr-20648338/syarat-dan-tata-cara-
memandikan-jenazah-yang-baik-dan-benar-sahabat-wajib-tahu)
(https://umma.id/article/share/id/6/191978)