Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH PRAKTIKUM IBADAH 1


TAJIZUL MAYIT
Dosen Pengampu :
DR. HJ. OOM MUKARROMAH, M.Hum

Disusun oleh :
Miftahu Jami Nakdan 201120008
Meli Agustin 201120022
Muhamad Jeri Tri Subakti 201120011

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN


BANTEN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada allah swt, atas limpahan karunia dan nikmat yang telah
diberikan oleh-NYA sehingga kita dapat baraktifitas dalam keadaaan sehata walafiat. Aamiin.

Sholawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Rasulullah SAW,
kepada keluarganya, para sahabat, dan kepada kita sebagai ummatnya. Aamiin.

Pada pembahasan kali ini penyusun akan menjelaskan tentang “bertawakal”. Penyusun
mencoba mengulas sedikit tentang “bertawakal” menurut pandangan penyusun dan bebrapa
referensi baik dari buku, maupun internet.

Sebelum kapada pembahasan mengenai “bertawakal”, penyusun memohon maaf apabila


pada pembahasan ini terdapat kekeliruan, alangkah lebih senangnya jika anda sebagai pembaca
dapat memberikan masukan terkait pembahasan ini.

Serang , 10 oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1.1. Latar belakang..................................................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah.............................................................................................................................1
1.3. Tujuan masalah.................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
2.1 Pengertian tajhizul mayit...................................................................................................................2
2.2Mengurus jenazah orang Muslim........................................................................................................2
2.2. Bagaimana cara memandikan jenazah..............................................................................................3
2.3. Siapa yang berhak memandikan jenazah..........................................................................................4
2.4. Tatacara Mengkafani Jenazah........................................................................................................5
2.5 Tata Cara Mengkafani Jenazah Perempuan.......................................................................................6
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................7
Daftar Pustaka.............................................................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Tawakal menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (2013) adalah merupakan keadaan
yang terangkai dari berbagai perkara, yang hakikatnya tidak sempurna kecuali dengan
seluruh rangkaiannya (mengetahui Allah, menetapkan sebab akibat, memantapkan hati
pada pijakan tauhid, menyandarkan hati kepada Allah, berbaik sangka terhadap Allah,
ketundukkan dan kepasrahan hati terhadap Allah, dan pasrah). At-Tuwaijiri (2014)
menyatakan bahwa tawakal adalah melakukan usaha terhadap segala sesuatu yang ingin
dicapai, kemudian menyerahkannya kepada Allah.Dalam prosesnya pun, individu harus
mampu menjaga jiwa agar tidak membantah Allah atas segala sesuatu yang telah
diberikan dan menyandarkannya hanya kepada Allah dan melakukannya hanya karena
Allah.
Dalam konsep psikologis barat, tawakal biasa disebut dengan surrender to god.
Clements dan Ermakova (2012) menjelaskan surrender to god merupakan komitmen
individu dalam mengikuti keinginan Tuhan, oleh karena itu individu akan semakin taat
dalam beragama yang berhubungan dengan praktek dalam beribadah atau berusaha, dan
hasilnya dalam kehidupan adalah akan mengalami lebih sedikit tekanan. Sebagai seorang
penuntut ilmu kita diharuskan untuk bertawakkal kepada Allah SWT.
1.2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian tawakkal?

2. Bagaimana cara untuk selalu bertawakkal?

3. Siapa yang berhak memandikan jenazah?

4. Bagaimana tatacara mengkafani jenazah?

1.3. Tujuan masalah


1. Untuk mengetahui pengertian tahzizul mayit

2. Untuk mengetahui tatacara memandikan jenazah

3. Untuk mengetahui tatacara mengkafani jenazah


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian tajhizul mayit
Tawakal artinya “mewakilkan”, sedangkan secara lebih luas, tawakal artinya
menyerahkan segala permasalahan kepada Allah swt. Dengan sepenuh hati dan
berpegang teguh kepada-Nya serta tetap berusaha semaksimal mungkin sehingga tidak
merasa sedih dan kecewa terhadap apa pun keputusan yang diberikan-Nya. Rasulullah
menganjurkan untuk senantiasa bertawakal kepada Allah. Dengan bertawakal kepada
Allah setiap perbuatan akan diridai-Nya. Bahkan, Allah akan memberikan rezeki kepada
orang yang bertawakal. Perilaku tawakal yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kepada
para sahabatnya benar-benar menjadi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Keberhasilan
beliau menerapkan perilaku tawakal ini karena ia sendiri melakukan hal sama. Dalam
kehidupannya, Rasulullah SAW. Selalu berserah diri kepada Allah, ia tidak pernah
gelisah dan resah dalam menghadapi berbagai persoalan
2.2Mengurus jenazah orang Muslim
2.2.1 Muslim yang bukan syahid yang harus dilakukan adalah:

1. Memandikan.

2. Mengkafani.

3. Menshalati.

4. Memakamkan.

2.2.2. Muslimyang syahid dunia atau syahid dunia-akhirat,mayatnya haram dimandikan dan
dishalati, sehingga kewajiban merawatnya hanya meliputi:

a; Menyempurnakan kafannya jika pakaian yang dipakainya tidak cukup untuk menutup
seluruh tubuhnya

b. Memakamkan.

2.2.3 Bayi yang terlahir sebelum usia 6 bulan (Siqtu)

Dalam kitab-kitab salafy dikenal tiga macam kondisi bayi, yakni:

a. Lahir dalam keadaan hidup. Perawatannya sama dengan perawatan jenazah


muslim dewasa.

b. Berbentuk manusia sempurna, tapi tidak tampak tanda-tanda kehidupan. Hal-


hal yang harus dilakukan sama dengan kewajiban terhadap jenazah muslim dewasa,
selain menshalati.

c. Belum berbentuk manusia sempurna. Bayi yang demikian, tidak ada kewajiban
apapun dalam perawatannya, akan tetapi disunahkan membungkus dan memakamkannya.
2.2.4 Mengurus jenazah orang Kafir

Dalam hal ini orang kafir dibedakan menjadi dua:

a. Kafir dzimmi (termasuk kafir muaman dan mu’ahad)

Hukum menshalati mayit kafir adalah haram, adapun hal yang harus dilakukan
pada mayat kafir dzimmi adalah mengkafani dan memakamkan.

b. Kafir harbi dan Orang murtad

Pada dasarnya tidak ada kewajiban apapun atas perawatan keduanya, hanya saja
diperbolehkan untuk mengkafani dan memakamkannya

2.2. Bagaimana cara memandikan jenazah


Memandikan jenazah termasuk dalam syarat mengurusi jenazah umat Islam. Sesuai dengan
hukumnya, yakni fardhu kifayah, yakni wajib dikerjakan.

Memandikan jenazah termasuk dalam rangkain dan hal penting sebelum disalatkan, serta dimakamkan ke
liang lahat.memandikan jenazah menjadi tidak wajib dilakukan bila yang meninggal dalam jumlah terlalu
banyak, seperti korban peperangan layaknya kisah Nabi terdahulu dan bencana alam.

Sebagai umat muslim, tentunya wajib mengetahui runtutan mengurusi jenazah yang benar. Berikut
mengenai tata cara memandikan jenazah sesuai syariat Islam dari berbagai sumber,

2.2.1 Jenazah Yang Wajib Dimandikan

1.Seorang muslim atau muslimah.

2.Ada tubuhnya.

3.Kematian bukan karena mati syahid, seperti peperangan membela Islam di zaman Nabi.

4.Bayi, selama bukan bayi yang meninggal karena keguguran.

2.2.2 Syarat Orang yang Memandikan Jenazah

1. Beragama Islam

2. Berakal.

3. Sudah baligh.

4. Berniat memandikan jenazah.

5. Mengetahui hokum dan cara memandikan jenazah.

6. Terpercaya, amanah, dan mampu menutupi aib dari jenazah.

2.2.3 Untuk jenazah laki-laki.

- Laki-laki yang masih memiliki hubungan keluarga, seperti kakak, adik,


orang tua, anak laki-laki atau kakek
- Istri
- Laki-laki lain yang tidak ada hubungan kekerabatan
- Perempuan yang masih mahram
2.2.4 Untuk Jenazah Perempuan.

- Suami. Seorang suami adalah yang paling berhak memandikan istrinya


karena suami diperbolehkan melihat seluruh anggota tubuh istrinya tanpa
terkecuali
- Perempuan yang masih ada hubungan kekerabatan, seperti kakak, adik,
orang tua, anak perempuan atau nenek
- Perempuan yang tidak memiliki hubungan keluarga
- Laki-laki yang masih mahram
2.2.5 Untuk Cara Memandikan Jenazah Perempuan Bagian Niat

“NAWAITUL GHUSLA ADAA 'AN HADZIHIL MAYYITATI LILLAHI TA'AALAA”

Artinya: " Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah
(wanita) ini karena Allah Ta'ala."

2.2.6 Untuk cara memandikan jenazah laki-laki bagian niat:

" NAWAITUL GHUSLA ADAA 'AN HADZAL MAYYITI LILLAHI TA'AALAA."

Artinya:" Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah


(pria) ini karena Allah Ta'ala."

2.3. Siapa yang berhak memandikan jenazah


Berikut penjelasan mengenai siapa saja orang yang berhak memandikan jenazah.

2.3.1. Suami Memandikan Istrinya

Hal ini berdasarkan hadits Aisyah radhiallahu anha, ia berkata, “Suatu ketika
Rasulullah pernah menemuiku sepulang dari mengurus jenazah di tanah Baqi’. Saat itu
aku merasa pusing, lalu aku berkata, ‘Wa ra’saah!!’ (ungkapan untuk rasa sakit kepala).
Maka Rasulullah bersabda,

‘Apa yang kamu keluhkan. Jika engkau meninggal dunia sebelumku, niscaya aku
akan memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkanmu’.” (HR. Ahmad
6/288, Ibnu Majah no. 1465, Ad Darimi 1/37 dan yang lainnya)

Dalam riwayat lainnya, Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu juga memandikan
jenazah istrinya Fathimah radhiallahu anha. (HR. Al Baihaqi 3/396, Ad Daruquthni 2/79
dan Asy Sayfi’i 1/361)

2.3.2. Istri Memandikan Suaminya

Sebagaimana seorang suami diperbolehkan memandikan jenazah istrinya, maka


demikian halnya dengan seorang istri diperbolehkan untuk memandikan jenazah
suaminya. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiallahu anha, ia berkata, “Seandainya
aku tahu apa yang terjadi kemudian , maka tidak akan memandikan Rasulullah kecuali
istri-istrinya.” (HR. Abu Dawud no. 3141, Al Baihaqi 3/398)

Imam Al Baihaqi, sebagai seseorang yang meriwayatkan hadits tersebut


mengatakan, “Aisyah merasa sedih atas hal itu, dan tidaklah ia bersedih kecuali karena
hal itu diperbolehkan.”

2.3.3. Bapak Memandikan Anaknya

Jika tidak ada seorang wanita yang bisa mengurus jenazah atau karena orang
yang memiliki pengalaman dan ilmu dalam mengurus jenazah sangat jarang, maka tidak
ada halangan bagi seorang bapak memandikan anak perempuannya, karena ia merupakan
mahram bagi anak perempuannya. Telah diriwayatkan bahwa sebagai para ulama jaman
dahulu, mereka melakukan hal yang demikian. Dari Abu Hasyim rahimahullah ia berkata,
‘Abu Qilabah telah memandikan anak perempuannya.’ Demikian pula pendapat yang
sama dikemukakan oleh Imam Al Auza’i, Imam Malik dan Imam Asy-Syafi’i.

2.3.4. Perempuan Asing Diperbolehkan Memandikan Jenazah Anak Kecil Laki-laki

Telah diriwayatkan bahwa Hasan radhiallahu anhu berkata, “Tidak apa-apa


wanita memandika anak kecil jika ia masih disapih dan dengan dilapisi sesuatu.” (HR.
Ibnu Abi Syaibah 3/251). Para ulama telah bersepakat mengenai diperbolehkannya hal
tersebut, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Mundzir rahimahullahu, ‘Para ulama
telah sepakat memperbolehkan wanita memandikan anak kecil laki-laki.’ Demikian juga
dengan pendapat Ibnu Sirin dan Imam An Nawawi rahimahumullahu. Selain itu, pihak
kerabatpun berhak untuk memandikan jenazah atau dengan mewakilkannya kepada selain
kerabat, terutama jika orang itu lebih tahu dalam hal mengurus jenazah

2.4. Tatacara Mengkafani Jenazah

Dalam Islam jika ada orang yang mengalami peristiwa kematian atau meninggal, satu dari
empat kewajiban orang yang masih hidup terhadap seorang yang telah meninggal adalah
mengafani. Hukum mengkafani jenazah atau mayat adalah fardlu kifayah. Mengkafani mayat
berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang biasanya berwarna putih,
setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur..
2.4.1 Tata Cara Mengafani Jenazah Laki-Laki.

Bentangkan tiga lembar kain kafan yang telah dipotong sesuai ukuran jenazah, lalu
susun dengan meletakkan kain yang paling lebar di bagian paling bawah. Tetapi jika kain
memiliki lebar yang sama, maka geser kain yang di tengah ke kanan sedikit dan yang
paling atas ke kiri sedikit, atau bisa juga sebaliknya.
 Berikan wewangian seperti sunah Nabi sebanyak tiga kali ke kain kafan.
 Siapkan 3-5 utas tali, kemudian letakkan tepat di bawah kain yang paling bawah.
 Persiapkan kafan yang sudah diberi wewangian untuk diletakkan di bagian
anggota tertentu nanti, antara lain sebagai berikut:
2.4.2 Bagian Manfad (lubang terus), antara lain:

 Kedua mata

 Hidung

 Kedua telinga

 Kemaluan

2.4.3 Bagian anggota sujud, antara lain:

 Dahi

 Kedua telapak tangan


 Kedua lutut
 Jari-jari kedua kaki

2.4.4 Anggota yang tersembunyi dan persendian, antara lain:

 Ketiak

 Belakang kedua lutut

 Belakang kedua teling


2.5 Tata Cara Mengkafani Jenazah Perempuan.
2.5.1 Bentangkan dua lembar kain kafan yang telah dipotong sesuai ukuran sang mayit,
lalu letakkan kain sarung tepat pada badan antara pusar dan kedua lututnya.

2.5.2 Persiapkan baju kurung dan kerudung.

2.5.3 Sediakan 3-5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan.

2.5.4 Sediakan kapas yang telah diberikan wewangian, yang nanti diletakkan pada
anggota badan tertentu.

2.5.5 Angkat dan baringkan jenazah di atas kain kafan secara hati-hati.

2.5.6 Letakkan kain kapas yang sudah diberi wewangian ke tempat anggota tubuh
manfad atau lubang terus seperti pada jenazah laki-laki.

2.5.7 Selimutkan kain sarung pada tubuh jenazah, antara pusar dan kedua lutut.
Pasangkan baju kurung sekaligus kerudung atau penutup kepala. Bagi yang berambut
panjang bisa dikepang menjadi 2/3 dan diletakkan di atas baju kurung tadi, tepatnya di
bagian dada.

2.5.8 Selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari yang atas sampai
paling bawah, lalu ikat dengan beberapa utas tali yang telah disediakan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
3.1.1 Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah

 Memandikan

 Mengkafani

 Menshalatkan

 Menguburkan
3.1.2 Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:

 Memperoleh pahala yang besar.

 Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.

 Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan


belasungkawa atas musibah yang dideritanya.

 Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan


mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup
setelah mati.

 Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,


sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus
dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
Daftar Pustaka

(http://yulizaartikel.blogspot.com/2016/11/tajhizul-jenazah-merawat-mayit-yuliza)

(https://m.merdeka.com/trending/tata-cara-memandikan-jenazah-lengkap-sesuai-syariat-islam-kln)

(https://mantrasukabumi.pikiran-rakyat.com/khazanah/amp/pr-20648338/syarat-dan-tata-cara-
memandikan-jenazah-yang-baik-dan-benar-sahabat-wajib-tahu)

(https://umma.id/article/share/id/6/191978)

Anda mungkin juga menyukai