DISUSUN OLEH:
Desen Pengampuh
Iswatuna,S.Th.i.,M.Pd
Disusun Oleh
Wisnayanti
NIM : 12.21.012
Nur Atika P
NIM :12.21.015
ALMAWADDAH WARRAHMAH
KOLAKA
2022
KATA PENGANTAR
Segal puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kesempatan serta
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami ini sesuai dengan
waktu yang di tentukan sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas kami pada mata kuliah qawaid tafsir.
Kami selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini
nantinya bisa menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan
pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen qawaid tafsir yakni
Iswatuna,S.Thi.,M.Pd yang telah membimbing kami.
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 5
BAB III ........................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 6
A. Pengertian Kaidah-Kaidah Tafsir Al-Qur'an ............................................................ 6
B. Pengertian As Sual Wal Jawab ................................................................................ 7
C. Kaidah As su’al Wal Jawab Serta Makna Yang Terkandung di Dalamnya ............... 8
D. Pola As Sual Wal Jawab dalam al-Qur’an ............................................................... 9
BAB III ......................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka............................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada sebuah pandangan teologis dalam Islam bahwa al-Qur'an shalihun
li kulli zaman wa makan.Pada sebagian umat Islam memandang keyakinan
tersebut sebagai doktrin kebenaran yang bersifat pasti. Akibatnya muncul
respon reaktif terhadap setiap perkembangan situasi yang terjadi dalam
perjalanan sejarah peradaban manusia. Misalnya dengan pernyataan bahwa
semua ilmu pengetahuan yang ada sekarang ini dan pada masa yang akan
datang sudah ada semuanya dalam Al-Qur'an. Seperti yang disampaikan oleh
imam al-Ghazali dalam karyanya yaitu Jawahir Al-Qur'an.
Respon ini tentunya tidak produktif. Sebab jika ada penemuan baru
berdasarkan metodologi ilmu pengetahuan kontemporer yang kontradiktif
dengan al-Qur'an muncul respon defensif yang seringkali menempatkan
informasi-informasi dalam teks al-Qur’an pada dataran mistik. Ada semacam
pemaksaan teologis dalam rangka menyelamatkan keshahihan al-Qur'an
tersebut. Padahal upaya ini justru akan memposisikan al-Qur’an secara sempit.
Pemahaman al-Qur’an hanya terbatas pada ruang dan waktu ketika al-Qur’an
itu turun, atau paling tidak sampai pada waktu ulama-ulama klasik saja.
Karenanya diperlukan upaya yang lebih produktif dalam rangka
mempertahankan pandangan teologis di atas. Salah satunya adalah
pengembangkan tafsir kontemporer dengan menggunakan metodologi baru
yang sesuai dengan perkembangan situasi sosial, budaya, ilmu pengetahuan
dan perkembangan peradaban manusia. Persoalannya adalah bagaimana
merumuskan sebuah metode tafsir yang mampu menjadi alat untuk
menafsirkan al-Qur’an secara baik, dialektis, reformatif, komunikatif serta
mampu menjawab perubahan dan perkembangan problem kontemporer yang
dihadapi umat manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya penelusuran sejarah
tentang berbagai upaya ulama dalam mengembangkan kaidah-kaidah
penafsiran. Tujuannya adalah untuk mengetahui prosedur kerja para ulama
tafsir dalam menafsirkan al-Qur'an sehingga penafsiran tersebut dapat
digunakan secara fungsional oleh masyarakat Islam dalam menghadapi
berbagai persoalan kehidupan. Kaidah-kaidah ini kemudian dapat digunakan
sebagai referensi bagi pemikir Islam kontemporer untuk mengembangkan
kaidah penafsiran yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun kaidah-kaidah penafsiran di sini tidak berperan sebagai alat
justifikasi benar-salah terhadap suatu penafsiran al-Qur'an. Kaidah-kaidah ini
lebih berfungsi sebagai pengawal metodologis agar tafsir yang dihasilkan
bersifat obyektif dan ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan. Sebab produk
tafsir pada dasarnya adalah produk pemikiran manusia yang dibatasi oleh ruang
dan waktu.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas yang telah kami utarakan.Kami mengambil
beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang pengertian kaidah-kaidah penafsiran?
2. Apa pengertian As Sual Wal Jawab?
3. Bagaimanakah kaidah As Sual Wal Jawab dan makna yang terkandung di
dalamnya?
4. Bagaimana pola As Sual Wal jawab dalam al quran?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kaidah-kaidaah penafsiran.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud As Sual Wal Jawab.
3. Untuk mengetahui kaidah As Sual Wal Jawab dan makna yang terkandung
di dalamnya.
4. Untuk mengetahui pola As Sual Wal Jawab dalam al quran.
BAB II
PEMBAHASAN
1
http://kumpulan-makalah-islami.blogspot.com/2010/01/kaida-kaidah-tafsir.html, dikutip pada
tanggal 9 Mei 2015
B. Pengertian As Sual Wal Jawab
Sebelum mengetahui apa yang di maksud dengan As Sual Wal Jawab
perlu kita ketahui bahwasanya setiap pertanyaan pasti membutuhkan jawaban,
dan setiap jawaban harus sesuai dengan jawaban pertanyaan tersebut. Hal ini
didasarkan atas kaidah yang sudah umum dalam berkomunikasi. Akan tetapi
kaidah umum tersebut tidak berlaku lagi bila dikaitkan dengan al-
Qur'an.Karena dalam al-Qur’an jawaban tidak harus sesuai dengan apa yang
menjadi fokus pertanya’an karena di dalamnya terdapat suatu hal yang lebih
penting dari apa yang menjadi fokus pertanyaan tersebut.
Oleh karena itu pengertian dari al-Su’al itu sendiri Nor Ihwan dalam
bukunya yang dikutip dari Khalid Abd al-Rahman al-Akk, menegaskan
bahwasanya yang disebut dengan As Sual (pertanyaan) ialah sebagai suatu
perkataan yang dijadikan permulaan. Sedangkan al-Jawab (jawaban) ialah
perkataan yang dikembalikan kepada si penanya. 2 Jadi dilihat dari definisi
tersebut disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan al-Su’al itu tidak harus
berupa pertanyaan, boleh jadi As Sual tersebut tidak berupa pertanyaan akan
tetapi berbentuk permintaan sebagaimana yang ditunjukkan dalam QS. Yunus
10:15
ْٓ ت ِبقُ ْر ٰان َغي ِْر ٰهذَآ ا َ ْو َبد ِْلهُ ۗ قُ ْل َما َيكُ ْو ُن ل
ِي ِ َْواِذَا تُتْ ٰلى َعلَ ْي ِه ْم ٰا َياتُنَا َب ِي ٰن ٍۙت قَا َل الَّ ِذيْنَ ََل َي ْر ُج ْونَ ِلقَ ۤا َء َنا ائ
عظِ يْمَ اب يَۗ ْوم َ ي
َ َ عذ ْ صيْتُ َر ِب َ ع َ َاف ِا ْن
ُ ي ۚ ِان ِْٓي اَخ ِ ا َ ْن اُبَ ِد َلهٗ م ِْن ت ِْل َق ۤا
َّ ئ نَ ْف ِس ْي ۚا ِْن اَت َّ ِب ُع ا ََِّل َما ي ُْو ٰ ٓحى ِا َل
١٥
Terjemahan:
“Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami secara jelas, orang-orang
yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) berkata,
“Datangkanlah kitab selain Al-Qur’an ini atau gantilah!” Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya atas kemauanku sendiri.
Aku tidak mengikuti, kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya
aku takut akan azab hari yang dahsyat jika mendurhakai Tuhanku.”
Yang dimaksudkan oleh penulis dari pengertian As Sual yang
mempunyai arti permintaan (bukan pertanyaan) di atas terdapat pada kalimat
a’ti biqur’anin ghoiri hazda.
2
Nor Ihwan, Memahami Bahasa Al-Quran, (yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002), hal.74.lihat
juga Abd al-Rahm
Akan tetapi kebanyakan dari kaidah As Sual ini banyak menggunakan sighat-
sighat pertanyaan yang uraiannya akan kami jelaskan pada pembahasan
selanjutnya.
C. Kaidah As su’al Wal Jawab Serta Makna Yang Terkandung di Dalamnya
Dengan uraian di atas bahwa al-Quran berbeda dengan kaidah umum. Al-
Quran dalam memberikan jawaban kadang kita lihat tidak sesuai dengan apa
yang seharusnya menjadi fokus dari pertanyaan tersebut. Hal itu dikarenkan
ada sesuatu yang dianggap lebih penting dari apa yang dimaksudkan dari
pertanyaan tersebut. Perhatikan QS.al-Baqarah 2:189
ْس ْال ِب ُّر ِبا َ ْن ت َأْتُوا ْالبُي ُْوتَ م ِْن ظُ ُه ْو ِرهَا
َ ج َولَي ِ اس َو ْال َح ِ َِّي َم َواقِيْتُ لِلن َ اَل ِهلَّ ِة قُ ْل ه
َ ْ ع ِن َ َ۞ َيسْـَٔلُ ْونَك
١٨٩ ََو ٰلك َِّن ْالبِ َّر َم ِن ات َّ ٰق ۚى َوأْتُوا ْالبُي ُْوتَ م ِْن ا َ ْب َوابِ َها ۖ َواتَّقُوا ّٰللاَ لَعَلَّكُ ْم ت ُ ْف ِل ُح ْون
3
Qamaruddin Saleh Dkk, Asbabun Nuzul, (Bandung, Diponegoo, 1997) cet xix, hal.59
4
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Quran, (T.tp Mansyurat al-Asar al-Hadis), t.th
hal. 205
5
Nor Ihwan, Memahami Bahasa Al-Quran, (yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2002), hal. 74
6
Abd al-Rahman al-Akk, Ushulul al-Tafsir wa Qawaiduhu, (Beirut:Dar al-Nafa’is, 2003) cet
ke4, hal. 318. Lihat juga Nor Ihwan, Memahami Bahasa Al-Quran, (yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2002), hal. 79.
7
Qamaruddin Saleh Dkk, Asbabun Nuzul, (Bandung, Diponegoo, 1997) cet xix, hal.70.
َ ق َو َج َع ْلنَا بَ ْع
ضكُ ْم ِلبَ ْعض َ ْ ام َويَ ْمش ُْونَ فِى
ِ اَلس َْوا َّ َِل اِنَّ ُه ْم لَيَأْكُلُ ْونَ ال
َ َطع َ س ْلنَا قَ ْبلَكَ مِنَ ْال ُم ْر
ٓ َّ س ِليْنَ ا َ َو َما ٓ ا َ ْر
٢٠ صي ًْرا ࣖ ۔ ۚ
ِ َصبِ ُر ْونَ َو َكانَ َربُّكَ ب ْ َ فِتْنَةً اَت
Terjemahan:
“Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu (Nabi Muhammad), melainkan
mereka pasti menyantap makanan dan berjalan di pasar. Kami menjadikan
sebagian kamu sebagai cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu
bersabar? Tuhanmu Maha Melihat.”
Ketiga dijawab dengan dua jawaban yang terdapat dalam masing-
masing surah yang berbeda juga. Bentuk seperti ini dicontohkan dalam
QS.Zuhruf/43:31-32:
٣١ َوقَالُ ْوا لَ ْو ََل نُ ِز َل ٰهذَا ْالقُ ْر ٰا ُن َع ٰلى َر ُجل مِنَ ْالقَ ْريَتَي ِْن َعظِ ْيم
Terjemahan:
“Mereka (juga) berkata, “Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada
(salah satu) pembesar dari dua negeri ini (Makkah dan Taif)?”
Pertanyaan di atas dijawab oleh al-Quran dengan dua jawaban. yang
pertama dalam surah yang sama yaitu pada ayat 32:
َ شت َ ُه ْم فِى ْال َح ٰيوةِ الدُّ ْنيَ ٍۙا َو َرفَ ْعنَا بَ ْع
ض ُه ْم فَ ْوقَ بَ ْعض َ َاَهُ ْم يَ ْق ِس ُم ْونَ َر ْح َمتَ َربِكَ نَحْ نُ ق
َ س ْمنَا بَ ْينَ ُه ْم َّم ِع ْي
٣٢ َض ُه ْم َب ْعضًا ُس ْخ ِريًّا َو َرحْ َمتُ َر ِبكَ َخي ٌْر ِم َّما َي ْج َمعُ ْون ُ دَ َرجٰ ت ِل َيتَّخِ ذَ َب ْع
Terjemahan:
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang
menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
Jawaban kedua dari pertanyaan tersebut ialah QS. Al-Qashash/28:68:
٦٨ َع َّما يُ ْش ِركُ ْون َ ّللا َوتَع ٰٰلى
ِ ٰ َس ْبحٰ ن ُ ُ َار َما َكانَ لَ ُه ُم ْالخِ َي َرة ُ َو َربُّكَ َي ْخلُ ُق َما َيش َۤا ُء َو َي ْخت
Terjemahan:
“Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Sekali-kali tidak
ada pilihan bagi mereka. Mahasuci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang
mereka persekutukan.”
8
Abd al-Rahman al-Akk, Ushulul al-Tafsir wa Qawaiduhu, opcit. hal.319.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah kami utarakan di atas kami mengambil
kesimpulan bahwasanya Kaidah tafsir dapat diartikan sebagai pedoman dasar
yang digunakan secara umum guna mendapatkan pemahaman atas petunjuk-
petunjuk al-Qur’an. Oleh karena penafsiran merupakan suatu aktivitas yang
senantiasa berkembang, sesuai dengan perkembangan sosial, ilmu pengetahuan
dan bahasa, kaidah-kaidah penafsiran akan lebih tepat jika dilihat sebagai suatu
prosedur kerja. Dengan pengertian ini, kaidah tersebut tidak mengikat kepada
mufasir lain agar menggunakan prosedur kerja yang sama. Setiap mufasir
berhak menggunakan prosedur yang berbeda asalkan memiliki kerangka
metodologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Pada era kontemporer kaidah tafsir semakin berkembang seiring
dengan perkembangan intelektualitas para pemikir muslim dan juga sesuai
dengan perkembangan intelektualitas global. Para pemikir muslim
mengembangkan kaidah dan metode penafsiran sesuai dengan situasi sosio-
historis yang dihadapinya masing-masing.
B. Saran
Demikian penulis menyusun makalah tentang kaidah as sual wal jawab, sedikit
banyak semoga dapat memberikan manfaat. Amin.
Daftar Pustaka
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Quran, T.tp Mansyurat al-Asar al-
Hadis, t.th
Nor Ihwan, Memahami Bahasa Al-Quran, , 2002, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Qamaruddin Saleh Dkk, Asbabun Nuzul, 1997, Bandung, Diponegoo, cet xix
Abd al-Rahman al-Akk, Ushulul al-Tafsir wa Qawaiduhu, 2003, Beirut:Dar al-
Nafa’is, cet ke4
http://kumpulan-makalah-islami.blogspot.com/2010/01/kaida-kaidah-tafsir.html
.