berkumpul di Aula Bajakah Itah ini dalam keadaan Alhamdulillah sehat wal ‘afiyat,
dan tidak lupa juga sholawat serta salam kita hanturkan kepada nabi Muhammad
SAW, serta para sahabat dan pengikutnya hingga yaumul akhir.
Kepada yang kami hormati, Dewan Juri, yang kami hormati Panitia serta Guru
Pendamping dan juga kami hormati para hadirin yang berada disini.
Izinkan kami untuk menyampaikan mosi kami terkait “DEWAN INI MENOLAK
UCAPAN SELAMAT PADA PERAYAAN HARI BESAR AGAMA LAIN”
Perkenalkan saya Zaria Syifa Aulia sebagai pembicara pertama, disamping saya
ini ada Muhammad Afriza Febrianur sebagai pembicara kedua dan disamping saya
paling kiri ada Nur Habibah sebagai pembicara ketiga pada mosi yang akan kami
bawakan kali ini.
Kita tahu bahwa memberikan ucapan selamat atas perayaan hari besar
agama lain menimbulkan berbagai presepsi yang berbeda dan masalah ini erat
kaitannya dengan akidah agama islam.
Ketika ada suatu paham yang mengatakan untuk menjaga toleransi, hal itu
tidaklah benar karena akidah tidak dapat dipatahkan hanya dengan alasan
“toleransi”. Toleransi yang dapat kita lakukan tanpa bertentangan dengan
akidah adalah menjaga kedamaian atau kerukunan saat umat agama lain
merayakan hari besarnya. Kita tidak harus ikut merayakan ataupun
memberikan ucapakan karena sejatinya itu adalah urusan mereka dengan
kepercayaanya, kita juga harus melihat dari sejarah bahwa tidak ada contoh dari
Nabi Muhammad yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad pernah memberi
ucapan selamat hari raya kepada umat di luar agama selain Islam.
Kalau memang orang yang mengucapkan mungkin dia bisa selamat dari
kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Selain itu
memberikan selamat pada perayaan hari besar agama lain dapat
membesarkan syiar orang kafir. Hari raya adalah simbol bagi sebuah agama,
dengan mengucapkan selamat hari raya justru dapat menambah syiar-syiar yang
telah mereka sebarkan. Syiar itupun berpengaruh pada eksistensi sebuah agama.
Maka, hal ini membuat seorang Muslim ketika mengucapkan ucapan selamat
pada perayaan hari besar agama lain berarti dia telah menyerupai, mengikuti
bahkan bisa juga mengakui adanya keberadaan agama tersebut, padahal sudah
jelas Allah SWT hanya meridhai agama kita yaitu agama Islam.
]
BAGIAN PRO
JUDUL : DEWAN INI MENOLAK UCAPAN SELAMAT PADA
PERAYAAN HARI
BESAR AGAMA LAIN
1. Kita hidup ini dalam kehidupan yang berbeda-beda suku, ras, golongan
bahkan keyakinan, setiap agama pasti memiliki sikap toleransi. Jadi,
mengapa Islam tidak diperkenankan untuk mengucapkan selamat pada
perayaan hari besar agama lain meskipun dengan tujuan toleransi?
Jawaban : Kita tahu bahwa memberikan ucapan selamat atas perayaan
hari besar agama lain menimbulkan berbagai presepsi yang berbeda dan
masalah ini erat kaitannya dengan akidah agama islam, sedangkan
agama yang diridhai Allah hanya agama islam. Hal ini berarti kita
sebaiknya tidak mengucapkan selamat hari besar kepada agama selain
Islam.
Ketika kita mengucapkan selamat atas hari raya umat agama lain,
berarti secara tidak langsung telah mengakui agama tersebut. Bukankan
ini merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT, yang mana dahulu
Nabi Muhammad berdakwah kepada umat lain agar memeluk agama
islam, tetapi sekarang malah sebaliknya umat muslim mengakui
kepercayaan kaum agama lain.
Ketika ada suatu paham yang mengatakan untuk menjaga toleransi, hal
itu tidaklah benar karena akidah tidak dapat dipatahkan hanya dengan
alasan “toleransi”. Toleransi yang dapat kita lakukan tanpa bertentangan
dengan akidah adalah menjaga kedamaian atau kerukunan saat umat
agama lain merayakan hari besarnya. Kita tidak harus ikut merayakan
ataupun memberikan ucapakan karena sejatinya itu adalah urusan
mereka dengan kepercayaanya, kita juga harus melihat dari sejarah bahwa
tidak ada contoh dari Nabi Muhammad yang menerangkan bahwa Nabi
Muhammad pernah memberi ucapan selamat hari raya kepada umat di
luar Islam.
Masalah ini juga telah dikaji lebih dalam dan telah terdapat ij’ma ulama.
Berdasarkan pendapat ulama Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan para
pengikutnya seperti Syeikh Ibnu Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin mengucapkan
selamat dalam hari raya mereka (dalam agama) yang lainnya pada umat
agama selain islam adalah sesuatu yang diharamkan.
Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari
kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Selain
itu memberikan selamat pada perayaan hari besar agama lain dapat
membesarkan syiar orang kafir. Hari raya adalah simbol bagi sebuah
agama, dengan mengucapkan selamat hari raya justru dapat menambah
syiar-syiar yang telah mereka sebarkan. Syiar itu berpengaruh pada
eksistensi sebuah agama.
4. Bagaimana apabila kita juga ikut andil dalam merayakan hari besar agama
lain dalam bentuk saling menghargai?
Jawaban : Apabila ada seseorang yang berbeda keyakinan atau agama
dengan kita namun orang tersebut ikut merayakan hari besar dalam agama
kita, kita harus menghormati dan menghargai atas simpatinya. Karena
Allah SWT telah berfirman dalam surah Al-Mumthahanah ayat ke 8 yang
artinya “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama
dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
7. Bagaimana sikap kita dalam menyikapi perayaan hari besar agama lain?
Jawaban : Sikap yang sebaiknya dilakukan ialah tidak mengganggu atau
merusak ibadah dan ritual agama mereka, karena sikap saling
menghargai dan berbuat baik serta menjaga kerukunan.
8. Bolehkah kita mengucapkan selamat pada perayaan hari besar agama lain
walaupun terpaksa?
Jawaban : Kalau kita mengucapkan, kita harus menyampaikannya secara
terang-terangan. Misalnya, saya mempelajari para pendapat ulama dan
fatwa lainnya bahwa dalam masalah agama terkait pengucapan selamat
perayaan hari besar agama lain itu tidak diperkenankan karena secara
tidak langsung telah mengakui keberadaan agama tersebut yang tidak
diridhai Allah SWT.
Hal ini juga tidak membuat tali silaturahmi menjadi terputus, sama
seperti perilaku Rasulullah SAW yang dimana beliau selalu bersilaturahmi
dan menjaga tali persaudaraan kepada orang-orang yang muslim dan non-
muslim. Allah SWT juga telah memerintahkan kepada kita untuk menjaga
tali silaturahmi atau persaudaraan kepada umat Muslim bahkan umat yang
bukan Muslim.
9. Bagaimana apabila umat Muslim ikut merayakan hari besar agama lain?
Jawaban : Menurut Syekh Husein Yee, apabila seorang Muslim ikut
merayakan hari besar agama lain dapat dilakukan ketika hari besar
tersebut telah selesai agar kita dan mereka memiliki tujuan dan niat yang
berbeda, ketika menghadiri perayaan tersebut, kita tidak boleh
mengganggu atau merusak ibadah dan ritual agama mereka karena Islam
mengajarkan kepada kita untuk selalu berbuat baik dan kedamaian antar
sesama umat.