Anda di halaman 1dari 5

Meneladani Sosok Aisyah binti Abu Bakar Ra.

(Oleh: Fazliyah Nurhafshah Gultom, A.Md)

“Aisyah adalah sepasang mata...”

“Aisyah adalah sepasang telinga...”

Aisyah binti Abu Bakar bin Utsman, yang memiliki sebutan Ummu Abdillah, dikenal
dan digelari Ash-Shiddiqah yang memiliki arti “wanita yang membenarkan”. Ia adalah
perempuan yang lahir empat tahun setelah Muhammad diangkat sebagai seorang nabi.
Aisyah dijuluki Ummul Mukminin (ibunda kaum mukmin) sebab kehebatannya dalam
keilmuan Islam. Juga Al-Humaira’, panggilan yang sering diberikan pada anak-anak
perempuan yang pipinya terlihat kemerah-merahan. Humaira adalah sebuah kata yang
bersumber dari kata “hamra” yang berarti putih, merah muda, merah, kemerah-merahan.
Warna-warna yang menghiasi kehidupan Aisyah.

Aisyah kecil merupakan Aisyah yang mengenal baik ayahnya, Abu Bakar. Ayah yang
selalu terlihat baru baginya. Aisyah kecil adalah seseorang yang mampu membaca setiap
kekhawatiran ibunya, Ummu Rumanbinti Amir bin Uwaimir, yang berharap agar sang Suami
segera pulang dengan selamat. Aisyah kecil adalah seseorang yang mampu membaca simpul-
simpul kebahagiaan kakak perempuannya, Asma, saat menunggu ayahnya pulang sebagai
hadiah.

Aisyah memang berbeda dari kawan-kawannya. Ia jadikan setiap detik kesabaran


menunggu kepulangan ayahnya kembali ke rumah sebagai puisi, dongeng, atau bintang di
hati kecilnya. “Ayah adalah penyelamat kami. Bertemu dengan ayah dalam keadaan sehat
adalah harapan kami,” adalah puisi yang selalu dikutip Aisyah untuk menjawab setiap tanya
kabar dari sang Ayah ketika sampai di rumah. Keinginan Aisyah yang besar terhadap puisi
adalah sebuah warisan dari keluarga. Keluarganya menjadi tempat pertama yang
membantunya tumbuh menjadi perempuan istimewa.
Tak hanya laki-laki yang tahu bagaimana membaca dan menulis serta menghitung dan
pengetahuan sejarah, para perempuan di keluarganya juga dididik untuk belajar membaca,
menghafal, dan mengetahui adab berbicara sopan-santun seperti yang diajarkan kepada laki-
laki. Tak heran jika Aisyah tumbuh menjadi seseorang yang penuh rasa ingin tahu. Asma,
kakak perempuannya, selalu menganggap Aisyah sebagai pertanyaan yang tak akan pernah
selesai akan sejumlah rintangan yang tak mudah dilewati para perempuan.

Aisyah hidup pada suatu masa ketika hak berkata dan berpendapat hanya ada pada
orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sama halnya dengan kebebasan dan
harga diri. Namun, Aisyah tak pernah merasakan kesusahan dalam menyampaikan tanya dan
pendapatnya. Ia percaya bahwa selamanya ia adalah putri kata-kata. Ia jadikan sebagian besar
kekuatannya dalam berkata sebagai tanda syukurnya kepada Allah dan sekuat tenaga
memohon pertolongan kepada-Nya. Ia cerdas dan mencerdaskan. Ia baik dan menyebarkan
banyak kebaikan. Banyak keutamaan yang ada pada diri Aisyah, sampai-sampai Rasululullah
SAW mengatakan dalam sabdanya:

“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan wanita
hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua
wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.”

(HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431))

Beberapa di antara banyaknya keutamaan yang dimiliki oleh Aisyah:

1. Aisyah adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari kalangan wanita.

Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?”
Beliau menjawab, “Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau
menjawab, “Bapaknya.” (HR. Bukhari (3662) dan Muslim (2384))
2. Aisyah adalah wanita yang paling alim daripada wanita lainnya.

Berkata az-Zuhri, “Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh


para wanita lain, maka ilmu Aisyah lebih utama.” (Lihat Al-Mustadrak Imam Hakim
(4/11))

Berkata Atha’, “Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan pendapat-
pendapatnya adalah pendapat yang paling membawa kemaslahatan untuk umum.”
(Lihat al-Mustadrok Imam Hakim (4/11)).

Berkata Ibnu Abdil Barr, “Aisyah adalah satu-satunya wanita di zamannya


yang memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu fiqih, ilmu kesehetan, dan ilmu
syair.”

Aisyah menjadi seorang Ummul Mukminin, ibunda kaum mukmin, sebab


keutamaannya dalam ilmu. Aisyah sejak kecil selalu ingin tahu dan seiring
berjalannya waktu ia pun menjadi perempuan pembelajar. Hidup bersama Rasulullah
menjadi pemantik semangat Aisyah dalam mencari dan menyiarkan ilmu. Aisyah
selalu merasa bahwa ia tahu ia merupakan seorang yang memiliki utang untuk
memberikan semua yang ia pelajari dari Rasulullah kepada generasi setelahnya—
seiring perjalanan ilmu dan kesaksian mengenai Rasulullah. Ia menyadari bahwa
seluruh jawaban Rasulullah atas pertanyaan dunia darinya merupakan penjelasan jalan
menuju Illah, tafsir ketakwaan.

3. Aisyah adalah wanita yang dibela kesuciannya dari langit ke tujuh.

Bagaimana masa kesedihan Aisyah sebab fitnah yang datang kepadanya


menjadikan ia mulia di hadapan manusia. Fitnah yang datang demi menjatuhkan
Rasulullah dan menyakiti Rasulullah dengan mempertanyakan kesucian istrinya.
Aisyah menghabiskan malam-malam bersama ayah dan ibunya dengan menangis dan
jatuh sakit. Meratap dan berdoa. Aisyah segera sadar tidak ada tempat untuk
bersandar selain kepada Allah.
Terbesit dalam pikirannya Ibunda Maryam yang berlindung pada kesucian.
Bagaimana ia mengingat sosok Maryam sebagai contoh utama bagi semua
kehormatan, kesucian, dan ketaatan kepada Allah pun tak luput dari fitnah. Ketika
penduduk bumi di seluruh bagian dunia ini pun ragu pada dirinya. Aisyah pun
menyadari bahwa ujian paling berat di dunia ini bagi seorang wanita adalah fitnah
mengenai kesucian dan kehormatannya.

Barirah, kerabat Aisyah, yang ketika ditanya Rasulullah tentang kabar yang
menimpa Aisyah ia menjawab, “Aku bersumpah kepada Allah yang mengutusmu dan
agama kebenaran ini, ya Rasulullah! Aku tak menemukan hal buruk pada diri Aisyah.
Jika ada keburukan pada dirinya, di antaranya ialah kadang dia tertidur ketika bekerja
karena kelelahan. Ketika dia tertidur, kambing masuk, memakan tepung, kemudian
pergi melarikan diri. Sungguh, aku tak memiliki apa-apa selain berkata mengenai
kebaikan dirinya. Hal-hal yang aku tahu mengenai dirinya tak lain ialah mengenai
emas-emas kebaikan seorang pemilik emas.”

Aisyah telah menjadi jawaban sebaik-baiknya teladan bagi perempuan. Ibunda


yang cerdas dan penuh kesabaran. Seseorang yang memilih tinggal bersama
Rasulullah meninggalkan harta dunia sebagai upaya meyakinkan diri untuk bertahan.
Perempuan yang juga tak pernah dijanjikan kemudahan, menjadi perempuan istimewa
sebab ceritanya disucikan dalam Al-Qur’an. Cemburu Aisyah adalah cemburu pada
kebaikan. Keingintahuan Aisyah adalah investasinya untuk peradaban di masa yang
akan datang.
Referensi:

Eraslan, S. (2015). Aisyah (ra): Wanita yang Hadir dalam Mimpi Rasulullah. Jakarta: Kaysa
Media.

Muslimah Or Id. (2012). Kemuliaan dan Keutamaan Aisyah. Diakses dari


https://muslimah.or.id/2833-kemuliaan-dan-keutamaan-aisyah.html

Anda mungkin juga menyukai