Anda di halaman 1dari 3

Raissa Rahma Khairani

Klas V Yunus

“Kisah Aisyah Binti Abu Bakar”


“Aisyah adalah sepasang mata…”

“Aisyah adalah sepasang telinga…”

Aisyah binti Abu Bakar bin Utsman, yang memiliki sebutan Ummu Abdillah, dikenal dan
digelari Ash-Shiddiqah yang memiliki arti “wanita yang membenarkan”. Ia adalah
perempuan yang lahir empat tahun setelah Muhammad diangkat sebagai seorang nabi.
Aisyah dijuluki Ummul Mukminin (ibunda kaum mukmin) sebab kehebatannya dalam
keilmuan Islam. Juga Al-Humaira’, panggilan yang sering diberikan pada anak-anak
perempuan yang pipinya terlihat kemerah-merahan. Humaira adalah sebuah kata yang
bersumber dari kata “hamra” yang berarti putih, merah muda, merah, kemerah-merahan.
Warna-warna yang menghiasi kehidupan Aisyah.

Aisyah kecil merupakan Aisyah yang mengenal baik ayahnya, Abu Bakar. Ayah yang
selalu terlihat baru baginya. Aisyah kecil adalah seseorang yang mampu membaca setiap
kekhawatiran ibunya, Ummu Rumanbinti Amir bin Uwaimir, yang berharap agar sang
Suami segera pulang dengan selamat. Aisyah kecil adalah seseorang yang mampu
membaca simpulsimpul kebahagiaan kakak perempuannya, Asma, saat menunggu
ayahnya pulang sebagai hadiah.

Aisyah memang berbeda dari kawan-kawannya. Ia jadikan setiap detik kesabaran


menunggu kepulangan ayahnya kembali ke rumah sebagai puisi, dongeng, atau bintang
di hati kecilnya. “Ayah adalah penyelamat kami. Bertemu dengan ayah dalam keadaan
sehat adalah harapan kami,” adalah puisi yang selalu dikutip Aisyah untuk menjawab
setiap tanya kabar dari sang Ayah ketika sampai di rumah. Keinginan Aisyah yang besar
terhadap puisi adalah sebuah warisan dari keluarga. Keluarganya menjadi tempat pertama
yang membantunya tumbuh menjadi perempuan istimewa.

Tak hanya laki-laki yang tahu bagaimana membaca dan menulis serta menghitung dan
pengetahuan sejarah, para perempuan di keluarganya juga dididik untuk belajar
membaca, menghafal, dan mengetahui adab berbicara sopan-santun seperti yang
diajarkan kepada lakilaki. Tak heran jika Aisyah tumbuh menjadi seseorang yang penuh
rasa ingin tahu. Asma, kakak perempuannya, selalu menganggap Aisyah sebagai
pertanyaan yang tak akan pernah selesai akan sejumlah rintangan yang tak mudah
dilewati para perempuan.

Aisyah hidup pada suatu masa ketika hak berkata dan berpendapat hanya ada pada
orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sama halnya dengan kebebasan
dan harga diri. Namun, Aisyah tak pernah merasakan kesusahan dalam menyampaikan
tanya dan pendapatnya. Ia percaya bahwa selamanya ia adalah putri kata-kata. Ia jadikan
sebagian besar kekuatannya dalam berkata sebagai tanda syukurnya kepada Allah dan
sekuat tenaga memohon pertolongan kepada-Nya. Ia cerdas dan mencerdaskan. Ia baik
dan menyebarkan banyak kebaikan.
Banyak keutamaan yang ada pada diri Aisyah, sampai-sampai Rasululullah SAW
mengatakan dalam sabdanya:

“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan wanita
hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua
wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.”(HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim
(2431))

Beberapa di antara banyaknya keutamaan yang dimiliki oleh Aisyah:

1. Aisyah adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dari kalangan wanita.

Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab,
“Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau menjawab, “Bapaknya.” (HR.
Bukhari (3662) dan Muslim (2384))

2. Aisyah adalah wanita yang paling alim daripada wanita lainnya.

Berkata az-Zuhri, “Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh para wanita lain,
maka ilmu Aisyah lebih utama.” (Lihat Al-Mustadrak Imam Hakim (4/11))

Berkata Atha’, “Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan pendapatpendapatnya adalah
pendapat yang paling membawa kemaslahatan untuk umum.” (Lihat al-Mustadrok Imam
Hakim (4/11)).

Berkata Ibnu Abdil Barr, “Aisyah adalah satu-satunya wanita di zamannya yang memiliki
kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu fiqih, ilmu kesehetan, dan ilmu syair.”. Aisyah
menjadi seorang Ummul Mukminin, ibunda kaum mukmin, sebab keutamaannya dalam
ilmu. Aisyah sejak kecil selalu ingin tahu dan seiring berjalannya waktu ia punmenjadi
perempuan pembelajar. Hidup bersama Rasulullah menjadi pemantik semangat Aisyah
dalam mencari dan menyiarkan ilmu. Aisyah selalu merasa bahwa ia tahu ia merupakan
seorang yang memiliki utang untuk memberikan semua yang ia pelajari dari Rasulullah
kepada generasi setelahnya— seiring perjalanan ilmu dan kesaksian mengenai
Rasulullah. Ia menyadari bahwa seluruh jawaban Rasulullah atas pertanyaan dunia
darinya merupakan penjelasan jalan menuju Illah, tafsir ketakwaan.

3. Aisyah adalah wanita yang dibela kesuciannya dari langit ke tujuh.

Bagaimana masa kesedihan Aisyah sebab fitnah yang datang kepadanya menjadikan ia
mulia di hadapan manusia. Fitnah yang datang demi menjatuhkan Rasulullah dan
menyakiti Rasulullah dengan mempertanyakan kesucian istrinya. Aisyah menghabiskan
malam-malam bersama ayah dan ibunya dengan menangis dan jatuh sakit. Meratap dan
berdoa. Aisyah segera sadar tidak ada tempat untuk bersandar selain kepada
Allah.Terbesit dalam pikirannya Ibunda Maryam yang berlindung pada kesucian.
Bagaimana ia mengingat sosok Maryam sebagai contoh utama bagi semua kehormatan,
kesucian, dan ketaatan kepada Allah pun tak luput dari fitnah. Ketika penduduk bumi di
seluruh bagian dunia ini pun ragu pada dirinya. Aisyah pun menyadari bahwa ujian paling
berat di dunia ini bagi seorang wanita adalah fitnah mengenai kesucian dan
kehormatannya.

Barirah, kerabat Aisyah, yang ketika ditanya Rasulullah tentang kabar yang menimpa
Aisyah ia menjawab, “Aku bersumpah kepada Allah yang mengutusmu dan agama
kebenaran ini, ya Rasulullah! Aku tak menemukan hal buruk pada diri Aisyah. Jika ada
keburukan pada dirinya, di antaranya ialah kadang dia tertidur ketika bekerja karena
kelelahan. Ketika dia tertidur, kambing masuk, memakan tepung, kemudian pergi
melarikan diri. Sungguh, aku tak memiliki apa-apa selain berkata mengenai kebaikan
dirinya. Hal-hal yang aku tahu mengenai dirinya tak lain ialah mengenai emas-emas
kebaikan seorang pemilik emas.”

Aisyah telah menjadi jawaban sebaik-baiknya teladan bagi perempuan. Ibunda yang
cerdas dan penuh kesabaran. Seseorang yang memilih tinggal bersama Rasulullah
meninggalkan harta dunia sebagai upaya meyakinkan diri untuk bertahan. Perempuan
yang juga tak pernah dijanjikan kemudahan, menjadi perempuan istimewa sebab
ceritanya disucikan dalam Al-Qur’an. Cemburu Aisyah adalah cemburu pada kebaikan.
Keingintahuan Aisyah adalah investasinya untuk peradaban di masa yang akan datang.

Referensi:
Eraslan, S. (2015). Aisyah (ra): Wanita yang Hadir dalam Mimpi Rasulullah. Jakarta: Kaysa
Media.Muslimah Or Id. (2012). Kemuliaan dan Keutamaan Aisyah. Diakses dari
https://muslimah.or.id/2833-kemuliaan-dan-keutamaan-aisyah.html

Anda mungkin juga menyukai