Anda di halaman 1dari 3

Taujih: Aisyah radhiyallahu anha

“Aisyah adalah sepasang mata…”

“Aisyah adalah sepasang telinga…”

Atau lebih spesifiknya, Aisyah binti Abu Bakar bin Utsman, yang memiliki sebutan Ummu
Abdillah, dikenal dan digelari Ash-Shiddiqah yang memiliki arti “wanita yang membenarkan”.
Ia adalah perempuan yang lahir empat tahun setelah Muhammad diangkat sebagai seorang nabi.
Aisyah dijuluki Ummul Mukminin (ibunda kaum mukmin) sebab kehebatannya dalam keilmuan
Islam. Juga Al-Humaira’, panggilan yang sering diberikan pada anak-anak perempuan yang
pipinya terlihat kemerah-merahan. Humaira adalah sebuah kata yang bersumber dari kata
“hamra” yang berarti putih, merah muda, merah, kemerah-merahan. Warna-warna yang
menghiasi kehidupan Aisyah.

Aisyah hidup pada suatu masa ketika hak berkata dan berpendapat hanya ada pada orang-orang
yang memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sama halnya dengan kebebasan dan harga diri. Namun,
Aisyah tak pernah merasakan kesusahan dalam menyampaikan tanya dan pendapatnya. Ia
percaya bahwa selamanya ia adalah putri kata-kata. Ia jadikan sebagian besar kekuatannya dalam
berkata sebagai tanda syukurnya kepada Allah dan sekuat tenaga memohon pertolongan kepada-
Nya. Ia cerdas dan mencerdaskan. Ia baik dan menyebarkan banyak kebaikan.

Banyak keutamaan yang ada pada diri Aisyah, sampai-sampai Rasululullah SAW mengatakan
dalam sabdanya:
“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari kalangan wanita
hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua wanita
seperti keutamaan tharid atas segala makanan.”(HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431))

Tharid: Makanan kesukaan Rasulullah, dan kelezatan makanan tharid ini melampaui atas segala
makanan.
Beberapa di antara banyaknya keutamaan yang dimiliki oleh Aisyah:
1. Aisyah adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
kalangan wanita.
Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab,
“Aisyah.” “Dari kalangan laki-laki?” tanya Amr. Beliau menjawab, “Bapaknya.” (HR.
Bukhari (3662) dan Muslim (2384))

2. Aisyah adalah wanita yang paling alim daripada wanita lainnya.


Berkata az-Zuhri, “Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh para wanita lain,
maka ilmu Aisyah lebih utama.” (Lihat Al-Mustadrak Imam Hakim (4/11))

Berkata Atha’, “Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan pendapat pendapatnya adalah
pendapat yang paling membawa kemaslahatan untuk umum.” (Lihat al-Mustadrok Imam
Hakim (4/11)).

Berkata Ibnu Abdil Barr, “Aisyah adalah satu-satunya wanita di zamannya yang memiliki
kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu fiqih, ilmu kesehetan, dan ilmu syair.”. Aisyah
menjadi seorang Ummul Mukminin, ibunda kaum mukmin, sebab keutamaannya dalam ilmu.
Aisyah sejak kecil selalu ingin tahu dan seiring berjalannya waktu ia punmenjadi perempuan
pembelajar. Hidup bersama Rasulullah menjadi pemantik semangat Aisyah dalam mencari
dan menyiarkan ilmu. Aisyah selalu merasa bahwa ia tahu ia merupakan seorang yang
memiliki utang untuk memberikan semua yang ia pelajari dari Rasulullah kepada generasi
setelahnya— seiring perjalanan ilmu dan kesaksian mengenai Rasulullah. Ia menyadari
bahwa seluruh jawaban Rasulullah atas pertanyaan dunia darinya merupakan penjelasan jalan
menuju Illah, tafsir ketakwaan.

3. Aisyah adalah wanita yang dibela kesuciannya dari langit ke tujuh.


Bagaimana masa kesedihan Aisyah sebab fitnah yang datang kepadanya menjadikan ia mulia
di hadapan manusia. Fitnah yang datang demi menjatuhkan Rasulullah dan menyakiti
Rasulullah dengan mempertanyakan kesucian istrinya. Aisyah menghabiskan malam-malam
bersama ayah dan ibunya dengan menangis dan jatuh sakit. Meratap dan berdoa. Aisyah
segera sadar tidak ada tempat untuk bersandar selain kepada Allah.Terbesit dalam pikirannya
Ibunda Maryam yang berlindung pada kesucian. Bagaimana ia mengingat sosok Maryam
sebagai contoh utama bagi semua kehormatan, kesucian, dan ketaatan kepada Allah pun tak
luput dari fitnah. Ketika penduduk bumi di seluruh bagian dunia ini pun ragu pada dirinya.
Aisyah pun menyadari bahwa ujian paling berat di dunia ini bagi seorang wanita adalah
fitnah mengenai kesucian dan kehormatannya.

Barirah, kerabat Aisyah, yang ketika ditanya Rasulullah tentang kabar yang menimpa Aisyah
ia menjawab, “Aku bersumpah kepada Allah yang mengutusmu dan agama kebenaran ini, ya
Rasulullah! Aku tak menemukan hal buruk pada diri Aisyah. Jika ada keburukan pada
dirinya, di antaranya ialah kadang dia tertidur ketika bekerja karena kelelahan. Ketika dia
tertidur, kambing masuk, memakan tepung, kemudian pergi melarikan diri. Sungguh, aku tak
memiliki apa-apa selain berkata mengenai kebaikan dirinya. Hal-hal yang aku tahu mengenai
dirinya tak lain ialah mengenai emas-emas kebaikan seorang pemilik emas.”

Aisyah telah menjadi jawaban sebaik-baiknya teladan bagi perempuan. Ibunda yang cerdas
dan penuh kesabaran. Seseorang yang memilih tinggal bersama Rasulullah meninggalkan
harta dunia sebagai upaya meyakinkan diri untuk bertahan. Perempuan yang juga tak pernah
dijanjikan kemudahan, menjadi perempuan istimewa sebab ceritanya disucikan dalam Al-
Qur’an. Cemburu Aisyah adalah cemburu pada kebaikan. Keingintahuan Aisyah adalah
investasinya untuk peradaban di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai