Anda di halaman 1dari 16

ABSTRAK

Dalam menyelesaikan persamaan diferensial parsial dapat digunakan metode Lax dan
Lax Wendroff pada praktikum kali ini. Di mana setelah didapatkan hasil plot grafik dan mesh
yang dapat disimpulkan bahwa bahwasanya dari keduanya memiliki perbedaan yang juga
diberikan time-step yang berbeda. Dapat dilihat dari grafik plotnya bahwa metode Lax
Wendroff lebih baik dibandingkan dengan metode Lax karena diketauhui pada metode Lax
Wendroff ini merupakan perbaikan dari metode Lax. Dimana metode Lax merupakan
perbaikan dari metode FTCS yang menggunakan beda maju dan beda tengah.
Adapun tujuan praktikum ini dilakukan yaitu untuk membandingkan hasil yang diperoleh
dari metode Lax terhadap Lax Wendroff dengan menggunakan time-step yang sama yaitu
0.02. Serta untuk mengetahui nilai kestabilan dari metode Lax dan Lax Wendroff.
Berdasarkan tujuan dari paraktikum Lax dan Lax Wendroff dapat disimpulkan bahwa
pada praktikum didapatkan hasil plot grafik dan mesh yang dapat disimpulkan bahwa
bahwasanya dari keduanya memiliki perbedaan yang diberikan time-step yang berbeda. Dapat
dilihat dari grafik plotnya bahwa metode Lax Wendroff lebih baik dibandingkan dengan
metode Lax. Ini dikarena saat diberikan nilai time-step lebih maupun kurang dari 0.02,
metode Lax hanya menampilkan garis lurus. Sedangkan pada metode Lax Wendroff dapat
diberikan nilai time-step lebih maupun kurang dari 0.02.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui metode dengan kestabilan yang lebih baik
adalah metode Lax Wendroff. Ini dapat dibuktikan dengan diberikannya nilai time-step yang
lebih kecil yaitu 0.005. Ini terjadi karena metode Lax Wendroff menggunakan dua kali
turunan terhadap waktu dan ruang. Sedangkan metode Lax menggunakan satu kali turunan
terhadap waktu.

Kata kunci: Diferensial Parsiil, Lax, Lax Wendroff


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari seperti sekarang ini, kita tidak lepas dari dunia terknologi
seperti halnya yang berbasis komputasi. Dalam hal ini, Fisika Komputasi adalah studi
implementasi numerik algoritma untuk memecahkan masalah di bidang fisika di mana teori
kuantitatif sudah ada. Dalam sejarah, fisika komputasi adalah aplikasi ilmu komputer modern
pertama di bidang sains, dan sekarang menjadi subbagian dari sains komputasi. Salah satu
contoh bagaimana Fisika Komputasi dapat memecahkan suatu permasalahan fisis yang
mendekati kenyataan yang diambil adalah kasus gerak parabola, yang makna kasusnya adalah
senjata perang dunia kedua yang bernama Gustav Gun ditembakan dengan kecepatan awal
820 m/s dengan sudut sebesar 45 derajat terhadap bidang horizontal.
Dalam hal ini dibutuhkan penyelesaian secara numerik dengan persamaan diferensial
parsial (PDP). Dimana fungsi yang tidak diketahui adalah fungsi dari banyak variabel bebas,
dan persamaan tersebut juga melibatkan turunan parsial. Orde persamaan didefinisikan seperti
pada persamaan diferensial biasa, namun klasifikasi lebih jauh ke dalam persamaan eliptik,
hiperbolik, dan parabolik yang memiliki banyak kegunaan untuk menyelesaikan differensial
parsial. Dalam hal ini, digunakan metode Lax dan Lax Wendroff yang diketahui dapat
memperbaiki metode sebelumnya, yaitu metode FTCS. Dengan menemukan solusi yang lebih
stabil dibandingkan dengan metode FTCS. Oleh karena itu digunakanlah metode Lax dan Lax
Wendroff yang dapat dilihat dari sisi perbaikan terhadap nilai stabilitasnya dan syarat
kestabilan dari metode Lax dan Lax Wendroff.
Pada praktikum kali ini yang digunakan untuk memahami metode FTCS dengan time-
step yang lebih besar dan menemukan solusi yang lebih stabil. Untuk itu, digunakan metode
Lax dan Lax wendroff. Dimana metode Lax merupakan sebuah metode yang dimaksudkan
untuk memodifikasi metode FTCS dari sisi perbaikan stabilitasnya. Sedangkan, metode Lax-
Wendroff merupakan perbaikan dari metode Lax terutama untuk nilai time-step yang kecil
dari nilai maksimum. Metode Lax ini memiliki karakteristik yang menarik, yaitu apabila
digunakan time-step lebih dari maksimum maka tetap saja menjadi tidak stabil, tetapi juga
apabila dipilih nilai time-step yang jauh lebih kecil dari maksimum ternyata hasilnya juga
salah.
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari
metode Lax terhadap Lax Wendroff dengan menggunakan time-step yang sama yaitu 0.02.
Serta untuk mengetahui nilai kestabilan dari metode Lax dan Lax Wendroff.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Membandingkan hasil yang diperoleh dari metode Lax terhadap Lax Wendroff dengan
menggunakan time-step yang berbeda yaitu 0.02 dan 0.005.
2. Mengetahui nilai kestabilan dari metode Lax dan Lax Wendroff.

1.3 Manfaat Praktikum


1. Dapat membandingkan hasil yang diperoleh dari metode Lax terhadap Lax Wendroff
dengan menggunakan time-step yang berbeda yaitu 0.02 dan 0.005.
2. Dapat mengetahui nilai kestabilan dari metode Lax dan Lax Wendroff.
BAB II
DASAR TEORI

Metode Lax merupakan sebuah metode yang dimaksudkan untuk memodifikasi metode
FTCS dari sisi perbaikan terhadap stabilitasnya. Bentuk iterasinya adalah:
1 n a Δt n
ψ n+1
i = [ ψ i−1 +ψ ni+ 1 ]− [ψ i−1 +ψ ni+1 ] (2.1)
2 2Δ x
Syarat kestabilan dari metode Lax adalah:
a Δt
≤1 (2.2)
2Δx
Dengan demikian nilai time-step maksimumnya adalah:
∆x
∆ t max = (2.3)
a
Kriteria ini dinamakan kondisi Courant-Friendrichs-Lewy (CFL) yang sering dijumpai pada
analisis kestabilan persamaan differensial parsial hiperbolik. Perhatikan bahwa apabila
digunakan Δ x kecil maka otomatis time-step juga harus kecil. Namun demikian metode Lax
memiliki karakteristik yang menarik, yaitu apabila digunakan time-step lebih dari yang
maksimum maka tetap saja menjadi tidak stabil, tetapi juga apabila dipilih nilai time-step
yang jauh lebih kecil dari maksimum ternyata hasilnya juga salah (Kokasih, 2006).
Metode Lax-Wendroff merupakan perbaikan dari metode Lax terutama nilai time-step
yang kecil dari nilai maksimum. Metode ini berdasarkan pada nilai ekspansi Taylor dimana
orde-2 dipertahankan sehingga errornya O(t3). Metode ini juga merupakan metode numerik
untuk penyelesaian persamaan diferensial parsial hiperbolik berdasarkan beda hingga dengan
akurasi orde dua bergantung ruang dan waktu. Yang mendasari metode ini adalah
mengekspansikan u(x , t) ke dalam deret Taylor untuk x tetap dan tberada pada orde dua
menggunakan PDP untuk menggantikan turunanwaktu dengan turunan ruang, dan
menggunakan beda tengah untuk mengaproksimasikan turunan ruang pada orde dua.
n+1 n a Δt n n a 2 Δt 2 n n n
ψ i =ψ i −
2Δx
[ ψ i−1 +ψ i +1 ]+ 2
[ψ i−1 +ψ i+1−2 ψ i ] (2.4)
2Δx
(Kokasih, 2006).
Lax-Wendroff diambil dari nama Peter Lax dan Burton Wendroff. Metode ini juga
merupakan metode numerik untuk penyelesaian persamaan diferensial parsial hiperbolik
berdasarkan beda hingga dengan akurasi orde dua bergantung ruang dan waktu. Berbeda
dengan metode FTCS, metode ini memiliki dua langkah penyelesaian. Pada langkah pertama,
nilai fx ,t dihitung pada setengah time-step t n+ ½ dan setengah grid poin, x i. Yang mendasari
metode ini adalah mengekspansikan ux,t ke dalam deret Taylor untuk x tetap dan t berada
pada orde dua menggunakan PDP untuk menggantikan turunan waktu dengan turunan ruang,
dan menggunakan beda tengah untuk mengaproksimasikan turunan ruang pada orde dua.
Persamaan beda hingga kemudian menghasilkan akurasi orde dua. Skema Lax-Wendroff
merupakan kombinasi dari skema Lax-Friederichs dan Leapfrog loncat katak +½ (Kokasih,
2006).
Banyak permasalahan dalam bidang ilmu terapan, fisika, dan teknik dimodelkan secara
matematis dengan menggunakan persamaan deferensial parsial. Persamaan deferensial parsial
memiliki bentuk umum:
A ∅ xx + B ∅ xy +C ∅ yy (2.5)
Dimana A , B, dan C adalah konstan yang disebut dengan quasilinear (Munir, 2003).
Terdapat tiga tipe dari persamaan quasilinear yaitu:
Jika, B2−4 AC <0 , persamaan ini disebut dengan persamaan elips.
Jika, B2−4 AC =0 , persamaan ini disebut dengan persamaan parabolic.
Jika, B2−4 AC >0 , persamaan ini disebut dengan persamaan hyperbolic
(Triatmodjo, 2002).
Salah satu cara untuk menyelesaikan persamaan differensial adalah dengan menggunakan
metode beda hingga atau yang lebih dikenal dengan finite difference method. Metode ini
menggunakan pendekatan ekspansi Taylor di titik acuannya ( x) . Ada tiga jenis beda
(difference) yang bisa kita gunakan untuk mencari nilai f (x+ ∆ x) (Durmin, 2016).
Persamaan parabola biasanya merupakan persamaan yang tergantung pada waktu (tidak
permanen). Penyelesaian persamaan tersebut memerlukan kondisi awal dan batas. Persamaan
ellips biasanya berhubungan dengan masalah keseimbangan atau kondisi permanen (tidak
tergantung waktu), dan penyelesaiannya memerlukan kondisi batas di sekeliling daerah
tinjauan. Persamaan hiperbola biasanya berhubungan dengan getaran, atau permasalahan di
mana terjadi tidak continue dalam kecepatan, tekanan dan rapat massa. Penyelesaian dari
persamaan hiperbola mirip dengan penyelesaian persamaan parabola. Permasalahan yang
mengandung waktu sebagai variabel bebas (Triatmodjo. 2002).
Penyelesaian persamaan tipe parabola dengan menggunakan metode beda hingga dapat
dibedakan menjadi dua metode (skema) dasar, yaitu skema eksplisit dan skema implisit. Pada
skema eksplisit, variabel (temperature) pada suatu titik dihitung secara langsung dari variabel
di beberapa titik disekitarnya pada waktu sebelumnya, yang sudah diketahui nilainya. Dengan
metode ini, penurunan persamaan diferensial parsiil ke dalam bentuk beda hingga adalah
mudah. Namun kendala utamanya adalah kemungkinan terjadinya ketidakstabilan hitungan,
apabila digunakan langkah waktu yang besar. Dalam skema implisit, untuk menghitung
variabel di suatu titik perlu dibuat suatu sistem persamaan yang mengandung variabel di titik
tersebut dan titik-titik di sekitarnya pada waktu yang sama (Triatmodjo, 2002).
Metode beda hingga skema eksplisit banyak digunakan dalam penyelesaian persamaan
diferensial parsiil. Skema ini sangat sederhana dan mudah untuk memahaminya. Penggunaan
skema tersebut untuk menurunkan persamaan diferensial parsiil menjadi persamaan beda
hingga juga mudah. Namun, skema ini mempunya kelemahan, yaitu langkah waktu ∆ t harus
cukup kecil. Langkah waktu ∆ t dibatasi berdasar bilangan courant. Penggunaan langkah
waktu ∆ t yang kecil tersebut menyebabkan prosedur dan waktu hitungan menjadi sangat
panjang dan lama (Triatmodjo, 2002).
Salah satu metode numerik yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan
diferensial adalah metode beda hingga (finite difference). Salah satu metode beda hingga
yang dimaksud adalahmetodeimplisit FTCS (Forward Time Center Space) yang mengubah
setiap turunan dari persamaan diferensial parsial menjadi bentuk beda maju untuk turunan
waktu dan beda pusat untuk turunan ruang dengan menggunakan ekspansi deret Taylor.
Metode implisit FTCS digunakan untuk menentukan solusi dari persamaan diferensial dan
secara khusus diterapkan untuk menyelesaikan model yang menggunakan persamaan
diferensial parsial, apabila diketahui nilai batasnya (Triatmodjo, 2002).
Persamaan hiperbola yang paling sederhana adalah persamaan gelombang yang
mempunyai bentuk berikut:
∂2 y 2
2∂ y
=C (2.6)
∂ t2 ∂ x2
Dengan y adalah perpindahan vertikal (fluktuasi) pada jarakx dari ujung tali yang bergetar
yang mempunyai panjang L sesudah waktu t. Oleh karena nilai y pada ujung-ujung tali
biasanya diketahui untuk semua waktu (kondisi batas) dan bentuk serta kecepatan tali
diketahui pada waktu nol (kondisi awal), maka penyelesaian persamaan adalah serupa dengan
penyelesaian pada persamaan parabola; yaitu menghitung pada x dant tertentu (Triatmodjo,
2002).
Dalam memahami fenomena gelombang, PDP merupakan salah satu cara atau alat yang
dapat digunakan. Hal utama yang hendak diketahui dari fenomena gelombang pada umumnya
adalah seberapa besar gelombang yang terjadi pada suatu posisi x saat t atau U ( x , t). Untuk
mengetahui hal ini, langkah awal yang dilakukan adalah memodelkan gelombang tersebut
kedalam suatu model matematika PDP, kemudian setelahnya dapat dicari solusi penyelesaian
dari model PDP tersebut (Utomo, 2016).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Kasus
Diketahui penyelesaian numerik adveksi gelombang, dimana N=50; L=1; c=1; dengan
lebar dari pulsa Gaussian yaitu 0.1. Dengan diberikan time-step sebesar 0.02, selesaikanlah
kasus tersebut dengan metode Lax dan Lax-Wendroff. Serta tampilkan plot grafik dan mesh
dari kedua metode tersebut!

3.2 Algoritma
3.2.1 Metode Lax
1. Dimulai program.
2. Dimasukkan kondisi awal, dan kondisi batas.
3. Dicari nilai syarat kestabilan dari metode Lax dengan rumus:
a Δt
Koeff =¿ (3.1)
2Δx
4. Dicari nilai iterasi metode Lax dengan rumus:
1 n a Δt n
ψ n+1
i = [ ψ i−1 +ψ ni+ 1 ]− [ψ i−1 +ψ ni+1 ] (3.2)
2 2Δ x
5. Ditampilkan hasilnya.
6. Diakhiri program.
3.2.2 Metode Lax
1. Dimulai program.
2. Dimasukkan kondisi awal, dan kondisi batas.
3. Dicari nilai syarat kestabilan turunan pertama dari metode Lax-Wendroff dengan
rumus:
a Δt
Koeff =¿
2Δx
(3.3)
4. Dicari nilai syarat kestabilan turunan kedua dari metode Lax-Wendroff dengan
rumus:
a2 Δt 2
Koeff =¿
2 Δ x2
(3.4)
7. Dicari nilai iterasi metode Lax-Wendroff dengan rumus:
n+1 na Δt n n a 2 Δt 2 n n n
ψ i =ψ −i
2Δx
[ ψ i−1 +ψ i +1 ]+ 2
[ψ i−1 +ψ i+1−2 ψ i ] (3.5)
2Δx
8. Ditampilkan hasilnya.
9. Diakhiri program.

3.3 Flowchart
3.3.1 Metode Lax

Mulai

Dimasukkan nilai kondisi awal


dan syarat batas

Dicari nilai syarat kestabilan

Koeff =¿
a Δt
2Δx
Dilakukan perulangan untuk mencari
nilai iterasi dari Metode Lax

1 n a Δt n
ψ n+1
i = [ ψ i−1 +ψ ni+ 1 ]− [ψ +ψ n ]
2 2 Δ x i−1 i+1

Ditampilkan hasilnya

Selesai

3.3.2 Metode Lax-Wendroff

Mulai

Dimasukkan nilai kondisi awal


dan syarat batas
4

Dicari nilai syarat kestabilan


Koeff =¿
a Δt
2Δx
1

Dicari nilai syarat kestabilan turunan kedua

Koeff =¿
a2 Δt 2
2 Δ x2
Dilakukan perulangan untuk mencari
nilai iterasi dari Metode Lax-Wendroff

n+1 n a Δt n n a 2 Δt 2 n n n
ψ i =ψ i −
5 2Δx
[ ψ i−1 +ψ i +1 ]+ 2
[ψ i−1 +ψ i+1−2 ψ i ]
2Δx

Ditampilkan hasilnya

Selesai

3.4 Script
3.4.1 Metode Lax
program lax
implicit none
real,dimension(3000)::x
real,dimension(3000,3000)::a
integer::i,n,m,j
real::sigma,koeff,k,jstep,pi,h,c,tt,L
open(1,file='xx.txt',status='unknown')
open(2,file='yy.txt',status='unknown')
tt=0.02
l=1
n=50
c=1
pi=3.14
sigma=0.1
h=l/n
koeff=-c*tt/(2.*h)
k=pi/sigma
do i=1,n
x(i)=(i-1./2)*h-l/2
a(1,i)=cos(k*x(i))*exp(-(x(i)**2)/(2*sigma**2))
end do
jstep=floor(l/(c*tt))+1
m=jstep
do i=1,m
a(i+1,1)=0.5*(a(i,2)+a(i,n))+koeff*(a(i,2)-a(i,n))
a(i+1,n)=0.5*(a(i,1)+a(i,n-1))+koeff*(a(i,1)-a(i,n-1))
do j=2,n-1
a(i+1,j)=0.5*(a(i,j+1)+a(i,j-1))+koeff*(a(i,j+1)-a(i,j-1))
end do
end do
do i=1,n
write(1,*)x(i)
write(2,*)(a(j,i),j=1,m)
end do
end program

3.4.2 Metode Lax-Wendroff


program lax
implicit none
real,dimension(3000)::x
real,dimension(3000,3000)::a
integer::i,n,m,j
real::sigma,koeff,koefflw,k,jstep,pi,h,c,tt,L
open(1,file='laxw1.txt',status='unknown')
open(2,file='laxw2.txt',status='unknown')
tt=0.02
l=1
n=50
c=1
pi=3.14
sigma=0.1
h=l/n
koeff=-c*tt/(2.*h)
koefflw=2*(koeff**2)
k=pi/sigma
do i=1,n
x(i)=(i-1./2)*h-l/2
a(1,i)=cos(k*x(i))*exp(-(x(i)**2)/(2*sigma**2))
end do
jstep=floor(l/(c*tt))+1
m=jstep
do i=1,m
a(i+1,1)=a(i,1)+koeff*(a(i,2)-a(i,n))+koefflw*(a(i,2)+a(i,n)-(2*a(i,1)))
a(i+1,n)=a(i,n)+koeff*(a(i,1)-a(i,n-1))+koefflw*(a(i,1)+a(i,n-1)-(2*a(i,n)))
do j=2,n-1
a(i+1,j)=a(i,j)+koeff*(a(i,j+1)-a(i,j-1))+koefflw*(a(i,j+1)+a(i,j-1)-(2*a(i,j)))
end do
end do
do i=1,n
write(1,*)x(i)
write(2,*)(a(j,i),j=1,m)
end do
end program
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Gambar 4.1 Grafik Metode Lax dengan time-step 0.02

Gambar 4.2 Grafik Metode Lax-Wendroff dengan time-step 0.005


4.2 Pembahasan
Pada praktikum metode Lax dan Lax-Wendroff, kita tahu bahwa dua hal tersebut
merupakan metode FTCS dengan time-step yang lebih besar untuk menemukan solusi yang
lebih stabil. Dimana, metode Lax merupakan sebuah metode yang dimaksudkan untuk
memodifikasi metode FTCS dari sisi perbaikan terhadap stabilitasnya. Sedangkan, metode
Lax-Wendroff merupakan perbaikan dari metode Lax terutama nilai time-step yang kecil dari
nilai maksimum. Metode ini berdasarkan pada nilai ekspansi Taylor dimana orde-2
dipertahankan sehingga errornya O(t3).
Dari praktikum metode Lax dan Lax-Wendroff, penyelesaian numerik dari kedua metode
tersebut yaitu dengan mengekspansikan a ( x , t) ke dalam deret Taylor untuk x tetap dan t
berada pada orde dua menggunakan persamaan differensial parsial untuk menggantikan
turunan waktu dengan turunan ruang, dan menggunakan beda tengah untuk
mengaproksimasikan turunan ruang pada orde dua. Di mana setelah didapatkan hasil plot
grafik dan mesh yang dapat disimpulkan bahwa bahwasanya dari keduanya memiliki
perbedaan yang diberikan time-step yang berbeda. Dapat dilihat dari grafik plotnya bahwa
metode Lax Wendroff lebih baik dibandingkan dengan metode Lax karena diketauhui pada
metode Lax Wendroff ini merupakan perbaikan dari metode Lax. Dimana metode Lax
merupakan perbaikan dari metode FTCS yang menggunakan beda maju dan beda tengah.
Dapat dibandingkan dari kedua grafik tersebut, dimana metode Lax Wendroff lebih baik
dibandingkan dengan metode Lax. Ini dikarenakan pada metode Lax diberikan time-step yaitu
sebesar 0.02 dan pada metode Lax Wendroff diberikan time-step sebesar 0.005. Setelah diuji
coba dengan diberikan time-step 0.005 pada metode Lax didapatkan hasil pada grafik yang
hanya berupa garis lurus. Garis lurus ini menunjukkan bahwa nilai kestabilan dari metode Lax
tidak bisa kurang ataupun lebih dari time-step 0.02 karena pada metode Lax hanya
menggunakan satu kali turunan terhadap waktu. Berbeda dengan Metode Lax Wendroof yang
nilai time-step nya bias diberikan lebih maupun kurang dari 0.02, ini telah dibuktikan dengan
diberikannya nilai time-step yang lebih kecil yaitu 0.005. Ini terjadi karena metode Lax
Wendroff menggunakan dua kali turunan terhadap waktu dan ruang.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada praktikum didapatkan hasil plot grafik dan mesh yang dapat disimpulkan bahwa
bahwasanya dari keduanya memiliki perbedaan yang diberikan time-step yang berbeda.
Dapat dilihat dari grafik plotnya bahwa metode Lax Wendroff lebih baik dibandingkan
dengan metode Lax. Ini dikarena saat diberikan nilai time-step lebih maupun kurang dari
0.02, metode Lax hanya menampilkan garis lurus. Sedangkan pada metode Lax
Wendroff dapat diberikan nilai time-step lebih maupun kurang dari 0.02.
2. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui metode dengan kestabilan yang lebih baik
adalah metode Lax Wendroff. Ini dapat dibuktikan dengan diberikannya nilai time-step
yang lebih kecil yaitu 0.005. Ini terjadi karena metode Lax Wendroff menggunakan dua
kali turunan terhadap waktu dan ruang. Sedangkan metode Lax menggunakan satu kali
turunan terhadap waktu.

5.2 Saran
Untuk Praktikum Metode Lax dan Lax-Wendroff selanjutnya disarankan menggunakan
nilai time-step yang lebih kecil lagi seperti 0.0002 agar dapat diketahui dan dibandingkan nilai
kestabilannya.

DAFTAR PUSTAKA

Durmin. 2016. Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunakan Metode Beda Hingga
dan Crank-Nicholson. Surabaya: ITS
Kokasih, 2006. Metode Numerik. Jakarta: Erlangga
Munir, R.2003. Metode Numerik. Bandung: Informatika
Triatmodjo, Bambang. 2002. Metode Numerik. Yogyakarta: Beta Offset
Utomo, Rukmono Budi. 2016. Persamaan Differensial Parsial Gelombang Homogen. Jurnal
Sains Matematika dan Statistika Vol.2 No. 2. Tanggerang: Universitas
Muhammadiyah Tanggerang

Anda mungkin juga menyukai