Anda di halaman 1dari 20

TUGAS FISIKA KOMPUTASI

KOMPUTASI METODE EULER

O
L
E
H

IRFANSYAH
NIM:8226141002

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA

UNIMED
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan kepada Allah SWT yeng telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sholawat dan salam juga kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW
sehingga dalam penyusunan Makalah Tugas Akhir Metode Euler ini dapat kami selesaikan.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Fisika Komputasi di
Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Medan. Akan tetapi, tanpa adanya
bantuan, dorongan dan motivasi dari beberapa pihak, makalah ini tidak dapat terselesaikan
dengan baik. Sehingga pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Medan, Mei 2023


Penyusun

IRFANSYAH
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………….
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………..
1.3. Tujuan Masalah…………………………………………………………….….…
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….……..
2.1. Metode Numerik…………….……..……………………………………….….…
2.2. Metode Euler……………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………..
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………
3.2. Saran……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Persamaan diferensial berperang penting di alam, sebab kebanyakan fenomena alam
dirumuskan dalam bentuk diferensial. Persamaan diferensial sering digunakan sebagai model
matematika dalam bidang sains maupun dalam bidang rekayasa.
Persamaan diferensial biasa adalah persamaan diferensial di mana fungsi yang tidak
diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas tunggal. Dalam bentuk paling
sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah fungsi riil atau fungsi kompleks, namun
secara umum bisa juga berupa fungsi vektor maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan
diferensial biasa digolongkan berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat
yang muncul dalam persamaan tersebut.
Penyelesaian persamaan diferensial biasa (ODE) mempunyai bentuk umum yaitu:

dy
dx  f  x, y 
Penyelesaian PDB secara numerik berarti menghitung nilai fungsi di x r+1 = xr + h,
dengan h adalah ukuran langkah (step )setiap lelaran. Pada metode analitik, nilai awal
berfungsi untuk memperoleh solusi yang unik, sedangkan pada metode numeric nilai awal
(initial value ) pada ersamaan di atas berfungsi untuk memulai lelaran .

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana metode Euler dapat menyelesaikan permasalahan dalam Fisika ?
2. Apakah ada perbedaan antara hasil analisis dengan MATLAB ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui bahwa metode Euler dapat menyelesaikan permasalahan dalam
Fisika.
2. Untuk mengetahui ada perbedaan antara hasil analisis dengan MATLAB.
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Pendekatan dalam Metode Numerik


Bab ini dikhususkan untuk memecahkan persamaan diferensial biasa dari bentuknya :
𝑑𝑦
= (𝑓(𝑡, 𝑦) … (20.3)
𝑑𝑡

Kami mengembangkan metode numerik untuk memecahkan persamaan semacam itu


untuk kecepatan jumper bungee yang jatuh bebas. Ingat bahwa metode itu dari bentuk
umum :
Nilai baru = nilai lama + kemiringan x ukuran langkah
Atau, dalam istilah matematika,
yi+1 = yi + фh … (20.4)
Dimana kemiringannya ф disebut fungsi kenaikan. Menurut persamaan ini, perkiraan
kemiringan ф digunakan untuk mengekstrapolasi dari nilai lama yi
ke nilai baru yi+1 dengan jarak h. Perumusan ini dapat diterapkan selangkah demi
selangkah untuk menelusuri lintasan dari solusi ke dalam masa depan. Pendekatan
semacam itu disebut metode satu-langkah karena nilai fungsi kenaikannya didasarkan
pada informasi pada satu titik i. Mereka juga disahkan sebagai metode Runge Kutta
setelah dua matematikawan terapan yang pertama kalinya membahas di awal 1900-an.
Kelas lain dari rnetode yang disebut metode multistep menggunakan informasi dari
beberapa poin sebelumnya sebagai dasar untuk ekstrapolasi ke nilai baru.
Pendekatan sederhana adalah untuk menggunakan persamaan diferensial untuk
memperkirakan kemiringan pada bentuk turunan pertama pada ti.
Dengan kata lain, kemiringan pada awal interval diambil sebagai perkiraan dari
Kemiringan rata-rata selama keseluruhan interval. Pendekatan ini, yang disebut
metode Euler, dibahas berikutnya.
(Steven C. Chapra, hal :481)
2.2 Metode Euler
Turunan pertama memberikan perkiraan langsung pada kemiringan ti (Gambar 20.1) :
ф = f (ti,yi)
dimana f (ti,yi) adalah persamaan diferensial dievaluasi pada ti dan yi. perkiraan ini
dapat diganti ke dalam persamaan (20.1) :
yi+1 = yi + f (ti,yi)h … (20.5)
perumusan ini disebut sebagai metode Euler (atau Euler-Cauchy atau Metode titik-
lereng). Sebuah nilai baru dari y adalah prediksi yang menggunakan kemiringan (setara
dengan turunan pertama pada nilai asli t) untuk mengekstrapolasi secara linear melebihi
langkah ukuran h (Gambar 20.1).

Gambar 20.1
Metode Euler
Contoh 20.1 Metode Euler
Pernyataan Masalah. Menggunakan metode Euler untuk mengintegrasikan y’ = 4e0.8t
– 0.5y dari t = 0 sampai 4 dengan mengukur sebuah langkah 1. Kondisi awal pada t = 0
adalah y = 2. Catatan bahwa solusi tepat dapat ditentukan secara analitis sebagai
4
𝑦= 0.8𝑡
− 𝑒−0.5𝑡) + 2𝑒−0.5𝑡
1.3 (𝑒

Penyelesaian. Persamaan (20.5) dapat digunakan untuk menerapkan metode Euler :

y (1) = y (0) +f (0,2) (1)

dimana y(0) = 2 dan perkiraan kemiringan pada t = 0 adalah

f (0,2) = 4e0 – 0.5 (2) = 3

Oleh karena itu,

y (1) = 2 + 3 (1) = 5

penyelesaian yang benar pada t =1 adalah

4
𝑦= 0.8(1)
1. (𝑒 − 𝑒−0.5(1)) + 2𝑒−0.5(1) = 6.19463
3
Demikian, persen kesalahan relatif adalah
6.19463 − 5
𝑦=| | 𝑥100% = 19.28%
6.19463
Untuk langkah kedua :
y (2) = y (1) + f (1.5) (1)
= 5 + [4e0.8(1) - 0.5 (5)] (1) = 11.40216

Tabel 20.1 Perbandingan yang benar dan nilai numerik dari integral y’ = 4e 0.8t – 0.5y, dengan
kondisi awal bahwa y = 2 pada t = 0. Nilai numerik dihitung menggunakan metode Euler
dengan sebuah ukuran langkah 1.

t 𝑦𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟 𝑦𝐸𝑢𝑙𝑒𝑟 |𝜀𝑡|(%)


0 2.00000 2.00000
1 6.19463 5.00000 19.28
2 14.84392 11.40216 23.19
3 33.67717 25.51321 24.24
4 75.33896 56.84931 24.54

Gambar 20.2
Perbandingan penyelesaian dengan penyelesaian numeric menggunakan metode Euler untuk
integral dari y’ = 4e0.8t – 0.5y dari t = 0 sampai 4 dengan sebuah ukuran langkah 1.0. kondisi
awal pada t = 0 adalah y = 2.
Penyelesaian yang benar saat t = 2.0 adalah 14.84392 dan, oleh karena itu, persen kesalahan
relatif sebenarnya adalah 23.19%.

(Steven C. Chapra, hal :481-483)


20.2.1 Menganalisis Kesalahan Metode Euler

Penyelesaian numerik dari ODEs melibatkan dua jenis kesalahan (disebut kembali pada bab
4) :

1. Pemotongan, atau diskritisasi, kesalahan yang disebabkan oleh sifat teknik yang
digunakan untuk perkiraan nilai y.
2. Melepaskan kesalahan disebabkan oleh terbatasnya jumlah digit signifikan yang dapat
dipertahankan oleh komputer.

Wawasan ke besarnya dan sifat kesalahan pemotongan dapat diperoleh dengan menurunkan
metode Euler secara langsung dari rangkaian deret Taylor. Untuk melakukan hal ini,
Menyadari bahwa persamaan diferensial yang diintegrasikan akan berbentuk umum dari
persamaan (20.3), dimana dy/dt = y’ , dan t dan y adalah variabel Independen dan dependen,
masing-masing.

𝑦′′ (𝑛)
Yi+1 = yi + yi’h +𝑦𝑖+1 = 𝑦 ′ + 𝑖 ℎ2 + … +𝑦 𝑖 ℎ′′ + 𝑅𝑛 … (20.6)
𝑖+𝑦𝑖ℎ 2! 𝑛!

Dimana h = ti+1-ti dan Rn = sisa istilah, didefinisikan sebagai

𝑅 … (20.7)
𝑛= 𝑦(𝑛+1)
(𝜉) ℎ𝑛+1
(𝑛+1)!

Dimana ξ terletak dimana pun pada interval ti sampai ti+1. Sebagai bentuk alternatif dapat
dikembangkan dengan mengganti persamaan 20.3 ke dalam persamaan 20.6 dan 20.7
sehingga menghasilkan :

𝑦 = 𝑓′(𝑡𝑖,𝑦𝑖) 𝑓𝑛−1(𝑡𝑖,𝑦𝑖)
𝑦 + 𝑓(𝑡 , 𝑦 )ℎ + ℎ2 + ⋯ + ℎ𝑛 + 𝑂(ℎ𝑛+1) … (20.8)
𝑖+1 1 𝑖 𝑖 𝑛!
2!

Dimana O(hn+1) menentukan bahwa kesalahan pemotongan lokal sebanding dengan ukuran
langkah diangkat ke (n+1) yang kuat.

Dengan membandingkan Pers. (20,5) dan (20,8), dapat dilihat bahwa kerucut roket Euler
Ke deret Taylor sampai dan termasuk istilahnya f (t i , yi)h. Selain itu, perbandingannya
Menunjukkan bahwa pemotongan terjadi karena kita menemukan solusi sebenarnya dengan
menggunakan jumlah terbatas dari deret Taylor. Dengan demikian kita memotong, atau
meninggalkan, bagian dari yang benar larutan. Sebagai contoh, kesalahan pemotongan dalam
metode Euler disebabkan oleh persyaratan yang tersisa dalam ekspansi deret Taylor yang
tidak termasuk dalam Pers. (20.5). Mengurangkan Pers. (20.5) dari Pers. (20.8) hasil

𝐸𝑡 𝑓′(𝑡𝑖,𝑦𝑖)
= ℎ2 + ⋯ + 𝑂(ℎ𝑛+1) … (20.9)
2!

Dimana Et = Kesalahan pemotongan lokal. Untuk yang sebenarnya cukup kecil h ,


persyaratan tingkat tinggi Di Pers. (20.9) biasanya diabaikan, dan hasilnya sering
digambarkan sebagai

𝐸𝑎 𝑓′(𝑡𝑖,𝑦𝑖)
= ℎ2 … (20.10)
2!

Atau

Ea = O(h2) … (20.11)

Dimana Ea = Perkiraan kesalahan pemotongan lokal. Menurut Persamaan (20. ll), kita
melihat bahwa kesalahan lokal adalah proporsional ukuran langkah dan turunan pertama
persamaan diferensial. Itu dapat juga ditunjukkan bahwa kesalahan pemotongan umum
adalah O(h)-artinya itu proposional untuk ukuran langkah (Carnahan, et al., 1969). Observasi
ini menyebabkan beberapa kesimpulan yang berguna :

1. Kesalahan global dapat dikurangi dengan mengurangi ukuran langkah.


2. Metode ini akan memberikan prediksi bebas dari kesalahan jika fungsi dasarnya
(yaitu, Solusi dari persamaan diferensial) bersifat linier, karena untuk garis lurus yang
kedua Turunannya akan menjadi nol.

Kesimpulan terakhir ini masuk akal intuitif karena metode Euler menggunakan segmen
garis lurus mendekati solusi. Oleh karena itu, metode Euler disebut sebagai suatu metode
orde pertama.

Perlu juga dicatat bahwa pola umum ini berlaku untuk metode langkah orde satu yang
lebih tinggi yang dijelaskan di halaman berikut. Artinya, metode orde ke-n akan
menghasilkan hasil yang sempurna jika solusi yang mendasarinya adalah polinom orde
ke-n. Selanjutnya, kesalahan pemotongan lokal akan menjadi O (hn+1) dan kesalahan
global O (hn).

(Steven C. Chapra, hal :483-485)


Misalnya diberikan PDB orde satu,

𝑦, = dy/dx = f(x,y) dan nilai awal y(x0) = x0


Misalka
n
yr = y(xr)
adalah hampiran nilai di xr yang dihitung dengan metode euler. Dalam hal ini
xr = x0 + rh, r = 1, 2, 3,…n
metode euler diturunkan dengan cara menguraikan y(xr+1) di sekitar xr ke dalam deret
taylor :
x x  x x 
2

y(xr+1)=y(xr)+ r1 r
y’(xr)+ r 1 r
y”(xr)+… (1)
1! 2!
bila persamaan di atas dipotong samapai suku orde tiga, peroleh

x x  x x 
2

y(xr+1) = y(xr) r1 r


y’(xr) + r 1 r
y”(t), xr<t<xr+1 (2)
+ 1! 2!

berdasarkan persamanan bentuk baku PDB orde orde satu maka


y’(xr ) = f(xr, yr)
dan
xr+1 – xr = h
maka persamaan 2 dapat ditulis menjadi
2
y(xr+1) ≈y(xr)+hf(xr,yr)+ h
2 y”(t) (3)

dua suku pertama persamaan di atas yaitu


:

y(xr+1) = y(xr) + hf(xr, yr) ; r = 0, 1, 2,…,n (4)


atau dapat ditulis

yr+1 = yr + hfr

yang merupakan metode Euler.

1. Tafsiran geometri Metode PDB


f(x,y) dalam persamaan diferensial menyatakan gradiaen garis siggng kurva di titik
(x,y). kita mulai menarik garis singgung dari titik (x0,y0) dengan gradien f(x0,y0) dan berenti
di titik (x1,y1), dengan y1 di hitung dari persamaan 4. Selanjutnya di titik (x1,y1) ditarik lagi
garis dengan gradien f(x1,y1) dan berhenti dititik (x2,y2) dengan y2 dihitung dari persamaan 4.
Proses ini kita ulang beberapa kali, misalnya sampai lelaran ke-n, sehingga hasilnya adalah
garis patah-patah seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:
y y=f(x)

gradient f(xn-1,yn-1)

x0 x1 x2 x3 … xn-1 xn x

(Tafsiran geometri untuk penurunan metode PDB)

y(x)

yr+1 sejati

yr+1

yr

xr xr+1 x

tafsiran geometri untuk penurunan metode euler

Pada gambar kedua gradien (m) garis singgung di xr adalah

y  BC xAB
m  y' (0x )  f (x , y ) y  yr
 r r  r 1h

 yr 1  yr  hf (xr , yr )

Yang tidak lain adalah persamaan Euler.


2. Analisis Galat Metode Euler

Meskipun metode Euler sederhana, tetapi ia mengandung dua macam galat, yaitu
galat pemotong (truncation error) dan galat longgokan (cumulative error). Galat pemotong
dapat langsung ditentukan dari persamaan berikut:

1
E  h2 y"(t)  0(h2 )
p (p.5)
2

Galat pemotongan ini sebanding dengan kuadrat ukuran langkah h sehingga di sebut
juga galat per langkah (error per step) atau galat local. Semakin kecil nilai h (yang berarti
semakin banyak langkah perhitungan). Nilai pada setiap langkah (yr) dipakai lagi pada
langkah berikutnya. Galat solusi pada langkah ke-r adalah tumpukan galat dari langkah-
langkah sebelumnya. Galat yang terkumpul pada akhir langkah ke-r ini di sebit galat
longgokan (cumulative error). Jika langkah dimulai dari x0 = a dan berakhir di xn = b maka
total galat yang terkumpul pada solusi akhir (yn) adalah
2
n
2 " h
"
(b  a) "

Etotal  1/ 2 h y (t)  n y (t) y (t)h (p.6)


r 1 2 2

Galat longgokan total ini sebenarnya adalah

Etotal  y(b)sejati  y(xn )Euler

ALGORITMA UNTUK METODE EULER

Merghitung hampiran penyelesaian masalah nilai awal y’ =


f(t,y)
dengan
y(t0) = y0
pada [t0,
b]
INPUT : n, t0, b, y0, dan fungsi f
OUTPUT : (tk, yk), r = 1, 2, 3, …, n
LANGKAH-LANGKAH:
1. Hitung h = (b –
t0)/n 2. FOR r = 1, 2, 3, …,
Perhitungan Analitik:

Contoh :

Diketahui PDB

Dy/dx = x + y dan y(0)=1

Gunakan metode Euler untuk menghitung y(0, 10) dengan ukuran langkah h = 0,05
dan h = 0,02. Jumlah angka bena = 5.diketahui solusi sejati PDB tresebut adalah

y(x) = ex – x – 1.

Penyelesaian:

(i) Diketahui
a = x0 = 0
b = 0.10
h = 0.05
dalam hal ini f(x,y) = x + y, dan penerapan metode Euler pada PDB tersebut menjadi
yr 1  yr  0.02(xr  yr )
Langkah-langkah:
x0  0  y0  0

x1  0.05  y1  y0  0.05(x0  y0 )  1 (0.05)(0 1)  1.0050

x2  0.10  y2  y1  0.05(x1  y1 )  1.0050  (0.05 1.0050)  1.05775

Jadi,
y(0.10)  1.05775
(bandingkan dengan solusi sejatinya,
y(0.10)  e0.10  0.11  0.0052
Sehingga galatnya adalah
Galat = 0.0052 – 1.05775 = -1.1030

(ii) Diketahui
a  x0  0
b  0.10
h  0.02
Dalam hal ini , f (x, y)  x  y , dan penerapan metode Euler pada PDB tersebut
menjadi

𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + 0.05(𝑥𝑟 + 𝑦𝑟)


Langkah-langkah:
x0  0  y0  1

𝑥1 = 0,05 → 𝑦1 = 𝑦0 + 0,05 (𝑥0 + 𝑦0) = 1 + (0,05)(0 + 1) = 1,0500


𝑥2 = 0,10 → 𝑦2 = 𝑦1 + 0,05 (𝑥1 + 𝑦1) = 1,0500 + (0,05)(0,05 + 1,0500) = 1,1050

Jadi y (0,10) = 1,1050


(bandingkan dengan solusi sejatinya,
y(0,10) = 0,0052
sehingga galatnya adalah
Galat = 0,0052 – 1,1050 = -1.0998
MENGGUNAKAN APLIKASI MATLAB

Masukkan program matlabnya Untuk ukuran h = 0.05 :

clc;
clear;
disp('====================================================')
disp('============Menganalisis Metode Euler==================')
disp('=======================================================')
disp(' FISIKA ')
disp('---------CERIA SITORUS (8226141003)---------------')
x=0;
y=1;
b=0.10;
n=5;
h=(b-x)/n
hasil=[0 1];
for r=1:n
y=y+h*(x+y);
x=x+h;
hasil=[hasil; x y];
end
f=exp(b)-b-
1; galat=f-y;
hasil
eror=[f galat]

Sehingga muncul tampilan seperti dibawah ini.


\
Lalu pilih opsi “Debug” kemudian klik “Save and Run”

Maka akan keluar hasil Outputnya :


Masukkan program matlabnya Untuk ukuran h = 0.02 :

clc;
clear;
disp('====================================================')
disp('============Menganalisis Metode Euler==================')
disp('=======================================================')
disp(' FISIKA ')
disp('---------CERIA SITORUS (8226141003)---------------')
x=0;
y=1;
b=0.10;
n=2;
h=(b-x)/n
hasil=[0 1];
for r=1:n
y=y+h*(x+y);
x=x+h;
hasil=[hasil; x y];
end
f=exp(b)-b-
1; galat=f-y;
hasil
eror=[f galat]

Sehingga muncul ssperti dibawah ini. Kemudian pilih opsi “Debug → Run “

Hasil outputnya :
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Metode Euler adalah salah satu dari metode satu langkah yang paling
sederhana.Metode euler atau disebut juga metode orde pertama karena persamaannya kita
hanya mengambil sampai suku orde pertama saja.
Misalnya diberikan PDB orde satu,
𝑦, = dy/dx = f(x,y) dan nilai awal y(x0) = x0
Persamaan metode Euler yaitu :
yr = yr-1 + h * f(xr-1, yr-1)
3.2 Saran
Adapun saran kami bagi pembaca makalah ini, kiranya setelah makalah ini selesai
maka kami berharap akan ada diskusi selanjutnya terkait masalah-masalah yang belum jelas,
sehingga dengan demikian proses pembuatan makalah selanjutnay bisa disempurnakan dan
lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai