Anda di halaman 1dari 22

I.

TUJUAN
1.1. Tujuan praktikum
1. Memahami integrasi numerik dengan Metode Trapesium dan metode Simpson
2. Dapat Membuat program integrasi numerik dari Metode trapesium dan Metode Simpson
3. Mengetahui dan membahas perbedaan diantara kedua metode tersebut
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode Trapesium Satu Pias
Metode trapesium satu pias merupakan metode Newton Cotes order pertama. Metode
trapesium ini mengganti kurva lengkung dari fungsi f dengan garis lurus. Luas bidang yang dibatasi
kurva f(x), sumbu x antara x = a s.d x = b, didekati oleh luasan bidang trapesium dibawah garis
lurus yang menghubungkan (a, f(a)) ke (b, f(b)). Menurut rumus geometri, luas trapesium adalah
lebar kali tinggi rata-rata, sehingga
( ) ( )
∫ ( ) I ( )

Gambar 1. Metode trapesium Satu Pias


Penggunaan garis lurus untuk mendekati garis lengkung (kurva f(x)) menyebabkan terjadinya
kesalahan sebesar luasan yang tidak diarsir (Triatmodjo, 2002).

2.2 Metode Trapesium Banyak Pias


Dari contoh soal diatas terlihat bahwa pendekatan dengan menggunakan satu pias (trapesium)
menimbulkan kesalahan sangat besar. Untuk mengurangi kesalahan yang terjadi maka kurve
lengkung didekati oleh sejumlah garis lurus, sehingga terbentuk banyak pias (Gambar 7.4). Luas
bidang adalah jumlah dari luas beberapa pias tersebut. Semakin kecil pias yang digunakan, hasil
yang didapat menjadi semakin teliti (Press, 2007).
Panjang tiap pias adalah sama yaitu x. Apabila terdapat n pias, berarti panjang masing-
masing pias adalah:
ba
x 
n
Batas-batas pias diberi notasi:
xo = a, x1, x2, …, xn = b
Integral total dapat ditulis dalam bentuk:
x1 x2 xn
I   f ( x) dx   f ( x) dx     f ( x) dx (3)
x0 x1 xn 1
Gambar 2. Metode trapesium dengan banyak pias
Substitusi persamaan (1) ke dalam persamaan (3) akan didapat:
f ( x1 )  f ( x0 ) f ( x2 )  f ( x1 ) f ( xn )  f ( xn  1 )
I  Δx  Δx  ...  Δx
2 2 2
atau
Δx  n 1

I  f ( x0 )  2  f ( xi )  f ( xn ) (4)
2  i 1 
atau
Δx  n 1

I  f ( a )  f (b )  2  f ( xi ) (5)
2  i 1 
Besarnya kesalahan yang terjadi pada penggunaan banyak pias adalah:
Δ x2
t   (b  a) f ' ' ( xi ) (6)
12
yang merupakan kesalahan order dua. Apabila kesalahan tersebut diperhitungkan dalam
hitungan integral, maka akan didapat hasil yang lebih teliti.
Bentuk persamaan trapesium dengan memperhitungkan koreksi adalah:
Δx  n 1
 Δx
2
I  f ( a )  f (b )  2  f ( x )
i   (b  a) f ' ' ( )  O (Δx 4 ) (7)
2  i 1  12
Untuk kebanyakan fungsi, bentuk f ''( ) dapat didekati oleh:
f ' (b)  f ' (a)
f ' ' ( )  (8)
ba
Substitusi persamaan (8) ke dalam persamaan (7) didapat:
Δx  n 1
 Δx
2
I f ( a )  f (b)  2  f ( x )   f ' (b)  f ' (a) (9)
2 
i 
i 1  12
Bentuk persamaan (9) disebut dengan persamaan trapesium dengan koreksi ujung, karena
memperhitungkan koreksi pada ujung interval a dan b.
Metode trapesium dapat digunakan untuk integral suatu fungsi yang diberikan dalam bentuk
numerik pada interval diskret. Koreksi pada ujung-ujungnya dapat didekati dengan mengganti
diferensial f '(a) dan f '(b) dengan diferensial beda hingga (Press, 2007).
Contoh soal:
Gunakan metode trapesium empat pias dengan lebar pias adalah x = 1 untuk menghitung:
4
I   e x dx
0

Penyelesaian:
Metode trapesium dengan 4 pias, sehingga panjang pias adalah:
ba 40
Δx    1.
n 4
Luas bidang dihitung dengan persamaan (5):
Δx  n 1

I  f ( a )  f (b )  2  f ( xi )
2  i 1 


2

1 0 4

e  e  2(e1  e2  e3 )  57,991950 .

Kesalahan relatif terhadap nilai eksak:


53,598150  57,991950
t  100 %   8,2 %.
53,598150
Apabila digunakan metode trapesium dengan koreksi ujung, maka integral dihitung dengan
persamaan (9). Dalam persamaan tersebut koreksi ujung mengandung turunan pertama dari fungsi.
Apabila f (x) = ex, turunan pertamanya adalah f ' = ex; sehingga:
Δx  n 1
 Δx
2
I f (a)  f (b)  2  f ( xi )   f ' (b)  f ' (a)
2  i 1  12


1 0
2

e  e 4  2 ( e1  e 2  e 3 ) 
1
12

( e4  e0 )

 57,991950  4,466513  53,525437 .


Kesalahan relatif terhadap nilai eksak:
53,598150  53,525437
t  100 %  0,14 %.
53,598150

Contoh soal:
Diberikan tabel data berikut:
x 0 1 2 3 4
f 1 3 9 19 33
(x)

Hitung luasan di bawah fungsi f (x) dan di antara x = 0 dan x = 4, dengan menggunakan
metode trapesium dan trapesium dengan koreksi ujung.
Penyelesaian:
Integral numerik dihitung dengan persamaan (5):
Δx  n 1
 1
I  f ( a )  f (b )  2  f ( xi )  1  33  2(3  9  19) 48.
2  i 1  2
Apabila digunakan metode trapesium dengan koreksi ujung, integral dihitung dengan
persamaan (9):
Δx  n 1
 Δx
2
I f ( a )  f (b )  2  f ( x )   f ' (b)  f ' (a)
2 
i 
i 1  12
Turunan pertama pada ujung-ujung dihitung dengan diferensial beda hingga:
f ( x2 )  f ( x1 ) f (1)  f (0) 3  1
f ' ( x1  a  0)     2.
x2  x1 1 0 1
f ( xn )  f ( xn 1 ) f (4)  f (3) 33  19
f ' ( xn  b  4)     14.
xn  xn 1 43 1

I
1
1  33  2(3  9  19) 1 (14  2)  48 1  47.
2 12

2.3 Metode Simpson 1/3 Satu Pias


Di dalam aturan Simpson 1/3 digunakan polinomial order dua (persamaan parabola) yang
melalui titik f (xi – 1), f (xi) dan f (xi + 1) untuk mendekati fungsi. Rumus Simpson dapat diturunkan
berdasarkan deret Taylor. Untuk itu, dipandang bentuk integral berikut ini (Josef and Roland,
1980).
x
I ( x)   f ( x) dx
a

Apabila bentuk tersebut didiferensialkan terhadap x, akan menjadi:


dI ( x)
I ' ( x)   f ( x)
dx
Dengan memperhatikan Gambar dan persamaan diatas, maka persamaan deret Taylor adalah:
Δx2 Δ x3
I ( xi  1 )  I ( xi  Δ x)  I ( xi )  Δ x f ( xi )  f ' ( xi )  f ' ' ( xi )
2! 3!

Δx4
 f ' ' ' ( xi )  O ( Δ x 5 )
4!

Δx2 Δ x3
I ( xi  1 )  I ( xi  Δ x)  I ( xi )  Δ x f ( xi )  f ' ( xi )  f ' ' ( xi )
2! 3!

Δx 4
 f ' ' ' ( xi )  O ( Δ x 5 )
4!
Milai I (xi + 1) adalah luasan dibawah fungsi f (x) antara batas a dan xi + 1. Sedangkan nilai I (xi
 1) adalah luasan antara batas a dan I (xi  1). Dengan demikian luasan di bawah fungsi antara batas
xi  1 dan xi + 1 yaitu (Ai), adalah luasan I (xi + 1) dikurangi I (xi  1) (Josef and Roland, 1980).
Ai = I (xi + 1) – I (xi  1)
atau
Δx3
Ai  2 Δx f ( xi )  f ' ' ( xi )  O (Δx 5 )
3

Penurunan metode Simpson


Nilai f ''(xi) ditulis dalam bentuk diferensial terpusat:
f ( xi  1 )  2 f ( xi )  f ( xi  1 )
f ' ' ( xi )   O ( Δx 2 )
Δx 2

Untuk memudahkan penulisan, selanjutnya notasi f (xi) ditulis dalam bentuk fi, sehingga:
Δx Δ x3
Ai  2Δx f i  ( fi  1  2 f i  fi  1 )  O (Δx 2 )  O(Δx 5 )
3 3
atau
Δx
Ai  ( f i  1  4 f i  f i  1 )  O (Δx5 )
3
Persamaan diatas dikenal dengan metode Simpson 1/3. Diberi tambahan nama 1/3 karena x

dibagi dengan 3. Pada pemakaian satu pias, x  b  a , sehingga persamaan (7.16) dapat ditulis
2
dalam bentuk (Josef and Roland, 1980):
ba
Ai   f (a)  4 f (c)  f ( b)
6
dengan titik c adalah titik tengah antara a dan b.
Kesalahan pemotongan yang terjadi dari metode Simpson 1/3 untuk satu pias adalah:
1
t   Δ x 5 f ' ' ' ' ( )
90
Oleh karena x  b  a , maka:
2

(b  a) 5
t   f ' ' ' ' ( )
2880

2.4 Metode Simpson 1/3 Banyak Pias


Seperti dalam metode trapesium, metode Simpson dapat diperbaiki dengan membagi luasan
dalam sejumlah pias dengan panjang interval yang sama (Josef and Roland, 1980):
ba
x 
n

dengan n adalah jumlah pias.


Metode Simpson dengan banyak pias

Luas total diperoleh dengan menjumlahkan semua pias, seperti pada Gambar.
b

 f ( x) dx  A1  A3  ...  An  1
a

Dalam metode Simpson ini jumlah interval adalah genap. Apabila persamaan (7.16)
disubstitusikan ke dalam persamaan (7.18) akan diperoleh:
b
Δx Δx Δx
 f ( x) dx  ( f 0  4 f1  f 2 )  ( f1  4 f 2  f 3 )  ...  ( fn  2  4 fn 1  fn )
a 3 3 3
atau
b
Δx  n 1 n2

 f ( x) dx   f ( a )  f (b )  4  f ( xi )  2  f ( xi )
a 3  i 1 i2 
Dalam penggunaan metode Simpson dengan banyak pias ini jumlah interval adalah genap.
Perkiraan kesalahan yang terjadi pada aturan Simpson untuk banyak pias adalah:
(b  a ) 5
 a  f ''''
180 n 4

dengan f ' ' ' ' adalah rerata dari turunan keempat untuk setiap interval.

2.5 Metode Simpson 3/8


Metode Simpson 3/8 diturunkan dengan menggunakan persamaan polinomial order tiga yang
melalui empat titik (Josef and Roland, 1980).
b b
I   f ( x) dx   f 3 ( x) dx
a a

Dengan cara yang sama pada penurunan aturan Simpson 1/3, akhirnya diperoleh:
3Δx
I  f ( x0 )  3 f ( x1 )  3 f ( x2 )  f ( x3 )
8
dengan:
ba
x 
3
Persamaan diatas disebut dengan metode Simpson 3/8 karena x dikalikan dengan 3/8.
Metode Simpson 3/8 dapat juga ditulis dalam bentuk (Josef and Roland, 1980):

I  (b  a)
 f ( x0 )  3 f ( x1 )  3 f ( x2 )  f ( x3 ) 
8
Metode Simpson 3/8 mempunyai kesalahan pemotongan sebesar:
3
t  Δ x 3 f ' ' ' ' ( )
80
ba
Mengingat x  , maka:
3
(b  a) 5
t  f ' ' ' ' ( )
6480
Metode Simpson 1/3 biasanya lebih disukai karena mencapai ketelitian order tiga dan hanya
memerlukan tiga titik, dibandingkan metode Simpson 3/8 yang membutuhkan empat titik. Dalam
pemakaian banyak pias, metode Simpson 1/3 hanya berlaku untuk jumlah pias genap. Apabila
dikehendaki jumlah pias ganjil, maka dapat digunakan metode trapesium. Tetapi metode ini tidak
begitu baik karena adanya kesalahan yang cukup besar. Untuk itu kedua metode dapat digabung,
yaitu sejumlah genap pias digunakan metode Simpson 1/3 sedang 3 pias sisanya digunakan metode
Simpson 3/8 (Josef and Roland, 1980).
III. FLOWCHART

3.1. Metode Trapesium Satu Pias

Start

a,b

dx = (b-a)/2
z = dx*(f(a)+f(b))

Finish

3.2. Metode Trapesium Banyak Pias

Start

a , b, n

dx = (b-a)/n
Sum = 0

i=1,n-1

Sum = sum f(i)

z = (dx/2)
*(f(a)+f(b)+2*sum)

Finish
3.3. Metode Simpson 1/3

Start

a,b

dx = (b-a)/n
C1=a+dx
C2=a+2*dx
z = (dx/3)*(f(a)
+4*(f(c1))+f(c2))

Finish

3.4. Metode Simpson 1/3 Banyak Pias

Start

a , b, n

dx = (b-a)/n
Sum = 0
Sum1 =0

i=1:2:n-1

Sum = sum + f(i)

i=2:2:n-2

Sum1 = sum1 + f(i)

z = (dx/3)*(f(a)
+f(b)+4*sum+2*sum1)

Finish
3.5. Metode Simpson 3/8

Start

a,b

dx = (b-a)/3
C1=a+dx
C2=a+2*dx
C3=a+3*dx
z = ((b-a)/8)*(f(a)
+3*(f(c1))+3*f(c2)+f(c3))

Finish
IV. LISTING

4.1 Metode Trapesium Satu Pias


Skenario 1

Skenario 2

4.2 Metode Trapesium Banyak Pias


Skenario 1
Skenario 2

4.3 Metode Simpson 1/3


Skenario 1

Skenario 2
4.4 Metode Simpson 1/3 Banyak Pias
Skenario 1

Skenario 2

4.5 Metode Simpson 3/8


Skenario 1
Skenario 2
V. OUTPUT

5.1 Metode Analitik


 Skenario 1
( )

=∫
=|
= (21.98e+0) - (43.98e+0)
= -22
 Skenario 2
( )

+
= (743.16) – (5207.33)

= -4464.17

5.2 Metode Trapesium Satu Pias


Skenario 1

Skenario 2

5.3 Metode Trapesium Banyak Pias


Skenario 1
Skenario 2

5.4 Metode Simpson 1/3


Skenario 1

Skenario 2

5.5 Metode Simpson 1/3 Banyak Pias


Skenario 1

Skenario 2

5.6 Metode Simpson 3/8


Skenario 1

Skenario 2
VI. ANALISIS
6.1. Maksud dari Program Tersebut
6.1.1 Metode Trapesium 1 Pias

Pada praktikum ini digunakan banyak metode perhitungan, setiap metode menggunakan dua
skenario yang memilik rumus yang berbeda. Metode yang pertama adalah metode trapesium 1 pias,
metode trapesium 1 pias merupakan metode pendekatan integral numerik dengan persamaan
polinomial order satu. Pada metode ini dicari luas dari kurva lengkung yang berasal dari fungsi f(x)
yang diasumsikan nilai luasannya sebagai nilai luasan satupias trapesium. Kelemahan yang paling
signifikan adalah besarnya nilai error dikarenakan apabila lengkungan grafik semakin besar maka
ruang yang tidak tertutupi pias semakin besar pula. Hal tersebut mengakibatkan penggunaan garis
lurus untuk mendekati garis lengkung menyebabkan terjadi kesalahan sebesar luasan yang tidak
diarsir.
Cara kerja dari program ini yaitu dengan telah diketahui sebuah fungsi y, kita menentukan
nilai batas x yang merupakan batasan horizontal daerah yang ingin diketahui luasnya. Perhitungan
secara sederhana dikerjakan yaitu perhitungan luas bangun trapesium yang kemudian disesuaikan
dengan nilai batasan yang telah diolah dalam suatu fungsi.

6.1.2 Metode Trapesium Banyak Pias

Selain terdapat metode trapezium satu pias, ada pula metode trapezium banyak pias. Metode
ini merupakan pengembangan metode sebelumnya karena dengan satu pias trapezium, hanya ada
satu garis lurus sebagai pendekatan terhadap suatu kurva, dalam metode ini digunakan beberapa
pias trapezium untuk membuat garis-garis yang hampir mengikuti bentuk kurva. Seperti
pemahaman pengembangan metode, metode ini meminimalisir kesalahan nilai yang dihasilkan.

Karena semakin banyak pias yang ditetampan maka akan semakin kecil daerah yang tidak
tertutupi piasnya, maka nilai error akan semakin kecil.\ Metode ini memilki karakteristik yaitu jarak
antara sisi pendek dan sisi panjang dari trapesium sama atau dapat dikatakan jarak antar piasnya
sama.

6.1.3 Metode Simpson 1/3

Dibandingkan dua metode sebelumnya, metode ini lebih teliti sehingga hasil yang dihasilkan
cukup akurat. Metode Simpson 1/3 satu pias, luasan dari kurva terbagi menjadi tiga titik yaitu
( ) ( ) ( ). Digunakannya polynomial yang lebih tinggi pada metode ini untuk
menghubungkan titik-titik data.
6.1.4 Metode Simpson 1/3 Banyak Pias

Berbeda dengan metode simpson 1/3, metode ini memiliki nilai error yang cukup tinggi, hal
tersebut dibuktikan dengan perbedaan nilai yang dihitung dari scenario 1 dan scenario 2.
Penggunaan pias pada metode ini berguna untuk mencari nlai luasan seperti halnya metode
trapezium satu pias atau metode trapezium banyak pias.

6.1.5 Metode Simpson 3/8

Perbedaan metode ini dengan metode simpson 1/3 ialah jenis angka yang digunakan, yaitu
berjumlah ganjil. Adanya nilai Δx dikalikan dengan 3/8 menyebabkan metode ini disebut dengan
metode 3/8 Simpson. Selain itu metode ini juga menggunakan pias yang luasannya dihitung sama
dengan metode sebelumnya..

6.2.Hasil dari program tersebut


6.2.1. Metode Trapesium Satu Pias
Pada metode trapezium satu pias, hasil yang didapatkan dari dua scenario cukup berbeda
tipis. Walaupun angka yang dimasukkan sama yaitu a=7, b=14 dan n=2. Fungsi dalam program ini
terpisah dari program utamanya dimana nanti fungsi tersebut akan dipanggil untuk melakukan
perhitungan nilai luas area kurva yang dibentuk oleh fungsi. Hasil dari metode ini yaitu luas area
yang disebut dengan z dengan nilai yang diperoleh sebesar pada fungsi pertama.
Sedangkan untuk fungsi kedua diiperoleh nilai sebesar 4781.
6.2.2. Metode Trapesium banyak Pias
Pada metode trapezium banyak pias, hasil yang didapat tidak jauh berbeda waaupun secara
ketelitian cukup besar perbedaannya. Walaupun nilai yang dimasukkan sama yaitu a=7, b=14 dan
n=2, nilai n disini merupakan nilai pias yang berarti genap. Pada scenario satu nilai yang didapat
sebesar 2209x dan pada skena19cenarionilai yang didapat sebesar 2422.x.
6.2.3. Metode Simpson 1/3 Satu Pias
Berdasarkan metode simpson 1/3 nilai inputtan yang dimasukkan yaitu a=7 dan b=14 masih
seperti metode sebelumnya. Nilai tersebut merupakan nilai batas yang telah ditentukan. Hasil yang
diperoleh pada metode ini yaitu sebesar untuk fungsi 1 dan 4491x untuk fungsi 2.
Hasil tersebut didapatkan dari fungsi yang terpisah dari program utama yang akan dipanggil untuk
melakukan perhitungan.

6.2.4. Metode Simpson 1/3 Banyak Pias


Berdasarkan metode Simpson 1/3 banyak pias hasil yang diapatkan lebih teliti dibandingkan
dengan metode Simpson 1/3. Nilai inputan yang dimasukkan yaitu a=7 dan b=14, nilai tersebut
merupakan nilai batas yang telah ditentukan. Banyaknya pias yang digunakan dalam metode ini
yaitu lebih dari 1 yang berfungsi untuk mengurangi nilai error yang didapatkan. Hasil yang
diperoleh dari metode ini yaitu sebesar untuk fungsi 1 dan 1635x untuk fungsi 2.
6.2.5. Metode Simpson 3/8
Dari program yang dibuat berdasarkan metode Simpson 3/8, input yang dimasukkan adalah
batas dari kurva. Batas tersebut adalah suatu nalai berupa a=7 dan b=14. Nilai tersebut sama dengan
input pada metode-metode sebelumnya. Fungsi yang diperhitungkan juga sama, yaitu terpisah dari
main program. Hasil yang diperoleh adalah 6153.000000 untuk fungsi 1 dan 6153.000000 untuk
fungsi 2.
6.2.6. Perbandingan Hasil Analitik dan Numerik
Terdapat perbedaan antara hasil dengan menggunakan metode analitik dan metode numeric.
Berdsarkan metode analitik nilai yang diperoleh yaitu nilai yang eksak, sedangkan pada metode
numerik hasil yang diperoleh merupakan nilai hampiran dimana nilai tersebut mendekati nilai
eksak. Apabila terdapat fungsi yang sederhana maka dapat diselesaikan menggunakan metode
analitik saja. Jika menggunakan metode numeric maka terdapat fungsi yang tidak dapat diselesaikan
dengan metode analitik. Nilai kebenaran pada kedua metode ini berbeda. Untuk metode analitik
nilai yang dihasilkan hampir mendekati kebenaran 100%. Hal tersebut berbeda dengan metode
numerik dimana nilai kebenaran tidak pernah mencapai 100% karena terdapat nilai error yang
dihasilkan.

6.2.7. Perbandingan Hasil Analitik dan Numerik


Metode numeric ada untuk memudahkan kita untuk menyelesaikan suatu persamaan yang
sulit untuk diselesaikan dengan metode analitik, namun dengan metode ini prinsipnya adalah
mencari nilai hampiran atau nilai yang mendekati dari nilai sebenarnya. Seperti pada contoh diatas
dimana nilai luas dihampiri dengan menghitung nilai luas trapezium. Dilain kasus metode hampiran
menggunakan iterasi sampai mencapai nilai error tertentu. Metode numeric memiliki banyak
kekurangan karena hasil yang didapatkan kadang mendekati nilai sebenarnya namun bisa juga
menjauhi nilai sebenarnya, maka metode ini terus mengalami pembaharuan untuk mendapatkan
metode perhitungan numeric yang paling efektif.

Hasil dari perhitungan metode analitik ini merupakan solusi sejati. Dan saat diselesaikan
dengan beberapa metode numeric didapatkan nilai yang berbeda-beda. Namun dari kelima metode
yang telah di uji, metode yang menghasilkan nilai paling mendekati adalah metode Simpson 1/3
banyak pias, yaitu nilai luas scenario pertama 53.863846 satuan luas dan pada scenario kedua
166.616132 satuan luas.
VII. KESIMPULAN
7.1. Kesimpulan
1. Integrasi numerik merupakan teknik untuk menjumlahkan area dibawah fungsi yang
digunakan ketika solusi analitik tidak bias dipakai.
2. Metode Trapesium dan Simpson dapat diaplikasikan menggunakan software Matlab
3. Metode Trapesium, membagi luasan dengan garis lurus antara f(a) dan f(b). sedangkan
Metode Simpson membagi luasan antara xi dan xi+1
DAFTAR PUSTAKA
Josef Stoer and Roland Bulirsch. 1980. Introduction to Numerical Analysis. New York: Springer-
Verlag.

Press, W.H.; Teukolsky, S.A.; Vetterling, W.T.; Flannery, B.P. (2007), "Chapter 4. Integration of
Functions",Numerical Recipes: The Art of Scientific Computing (3rd ed.), New York:
Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-88068-8
Triatmodjo, Bambang. 2002. Metode Numerik. Beta Offset, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai