Anda di halaman 1dari 42

Bab II.

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA


ORDE SATU

Pendahuluan
Persamaan diferensial merupakan persamaan
yang di dalamnya terdapat turunan atau
diferensial suatu fungsi
Persamaan diferensial dapat didefinisikan
sebagai persamaan yang di dalamnya terdapat
hubungan antara suatu variabel tidak bebas
dengan satu atau lebih variabel bebas beserta
turunan-turunannya

Jika hanya ada satu variabel bebas maka


persamaannya disebut persamaan diferensial
biasa, contoh: d 2 y dy
dx

dx

4y 0

2.1

Jika ada lebih dari satu variabel bebas, maka


persamaannya disebut persamaan diferensial
parsial, contoh: Cp T k ( 2T2 2T2 2T2 )

2.2

yang melibatkan turunan parsial dari fungsi T


dengan variabel bebas x, y, z, dan .

Persamaan diferensial dapat dibedakan:


Berdasarkan ordenya yaitu: persamaan diferensial orde
satu atau persamaan diferensial berorde tinggi (lebih
besar dari satu).
Berdasarkan kelinierannya yaitu: persamaan diferensial
linier dan tidak linier.

Secara umum, bentuk persamaan diferensial linier


orde na:( x) d y a ( x) d y ... a ( x) dy a ( x) y f x
dx
dx
dx
2.3
di mana a , a , a ,...., a , a adalah koefisien dari
persamaan diferensial yang merupakan fungsi dari
x dan a0 0 .
n 1

n 1

n 1

n2

n 1

Jika n = 1, didapat persamaan diferensial linier


orde satu dan ditulis:
dy
( x) y f ( x)
dx

2.4

Metoda penyelesaian persamaan diferensial


biasa orde satu tergantung pada bentuk
persamaan itu sendiri.

2.1 Pemisahan Variabel


Persamaan diferensial orde satu secara umum
dinyatakan dengan
dy
f x, y
2.5
dx
Variabel-variabel dapat dipisahkan satu sama
lain sehingga persamaan 2.5 dapat ditulis
menjadi:
dy
f x

dx g y
g y dy f x dx

2.6

Integrasi dari kedua ruas persamaan di atas


menghasilkan:
g y dy f xdx c
2.7
dengan c adalah suatu konstanta.

Contoh 2.1
Selesaikan persamaan diferensial
dy
x2
2
0
dx
y

2.8

Penyelesaian.
Variabel sejenis dipisahkan dan diintegrasikan:
2.9
ydy 2 x 2 dx c

1 2 2 3
y x c
2
3

2.10

2.2 Persamaan Diferensial Orde Satu


Linier
Persamaan diferensial orde satu linier
mempunyai bentuk
dy
2.11
( x) y f ( x)
dx

Asumsid
dx

Ix y Ix f x

1
c
y
I x f x dx

I x
I x

2.12

2.13

Pembuktian pendefinisian fungsi adalah dengan cara


menulis ulang persamaan 2.9 dalam bentuk yang sama
dengan persamaan 2.8.
dy
1 dI x

y f x
dx
I x dx

di mana

1 dI x
I x dx

2.14

, dan integrasinya menghasilkan

I x exp x dx

I x disebut sebagai faktor integrasi.

2.15

Contoh 2.2
Selesaikan persamaan diferensial
dy 2
yx
dx x

2.16

Penyelesaian. Faktor integrasi


2

I exp dx exp 2 ln x x 2
x

2.17

Dari persamaan 2.13 diperoleh penyelesaian:


y x2

1
2
xdx

cx
x2

y x 2 ln x cx 2

2.18

2.19

Contoh 2.3
Laju dari reaksi seri A B C, mengikuti persamaan
berikut:
k1

k2

dn a
k1 n a
dt

2.20
2.21

dnb
k1 n a k 2 n b
dt

Neraca massa:

k1

k2

A B C

na0 nb0 nc0 na nb nc

2.22
Dengan pemisahan variabel, penyelesaian dari reaksi
n
(2.20) dapat ditulis
t
dn a
2.23
na k1 dt
a

na 0

na na 0 e k1t

2.24

Substitusi ke dalam persamaan reaksi (2.21)


menghasilkan persamaan diferensial linier orde satu:
dnb
k2nb k1na 0e k1t
dt

2.25
expk2nb ,

Dengan faktor integrasi


penyelesaian:

kn
nb nb0 e k 2 t 1 a 0 e k1t e k 2 t
k 2 k1

diperoleh

2.26

Persamaan untuk dapat ditulis:


n c n a 0 nb 0 n c 0 n a nb
n c n a 0 nb 0 n c 0 n a 0 e

k1t

nb 0 e

2.27
k 2t

k1 n a 0 k1t k2t

e e
k 2 k1

2.28

2.3. Persamaan Diferensial Orde Satu


Eksak
Suatu persamaan diferensial orde satu
M(x,y)dx N(x,y)dy 0

2.29
dikatakan eksak jika ruas kiri dari persamaan
tersebut merupakan diferensial total atau
diferensial eksak dari suatu fungsi( x, y ) , di
mana d( x, y) 0.

d
dx
dy 0
x
y

2.30

Persamaan eksak memiliki jawaban jika


2.31


x y y x

Untuk

M ( x, y )
x

N ( x, y)
y

2.32

maka
N M

x
y

2.33

Contoh 2.4
Selesaikan persamaan
(2 xy 2 2)dx (2 x 2 y 4 y )dy 0

2.34

Penyelesaian.
Persamaan ini eksak karena
2 xy 2 M ( x, y);
2

M
4 xy
y

2 x y 4 y N ( x, y)
2

N
4 xy
x

N M

x
y

2.35

2.36
2.37

Sesuai dengan persamaan 2.32

M x, y 2 xy 2 2
x

2.38

Hasil integrasinya adalah:


x y 2x f y
2 2

2.39

Kemudian diturunkan terhadap y

df
2
2x y
N x, y
y
dy

2.40

maka:

df
2x y
2x 2 y 4 y
dy
2

2.41
2.42
2.43

df
4y
dy

f y 2 y 2 c2

Jadi
x 2 y 2 2 x 2 y 2 c2

Karena d( x, y) 0, maka
x 2 y 2 2 x 2 y 2 c1 c2 k

y 2 x 2 2 k 2x
y

k 2x
x2 2

2.44
c1

, sehingga
2.45
2.46
2.47

2.4 Persamaan Diferensial Orde Satu Homogen


Suatu fungsi f x, y dinyatakan homogen dengan derajat n
jika untuk setiap parameter berlaku
2.48
n
f x, y f x, y
Contoh:
2.49
f ( x, y) x 2 xy
2 f x, y x 2 x y

2 f x, y 2 x 2 2 xy
2 f x, y f x, y

2.50
2.51

Untuk persamaan orde satu


P x, y dx Q x, y dy 0

2.52

adalah homogen jika P dan Q homogen untuk


derajat n yang sama, sehingga persamaan diferensial
orde satu homogen dapat ditulis menjadi
dy
y
f
dx
x

2.53

Penyelesaian persamaan diferensial homogen


dilakukan dengan memisalkan .
y
v x
x

2.54

Contoh 2.5
Selesaikan persamaan tidak linier
y 2 x2

dy
dy
xy
dx
dx

2.54

Penyelesaian.
Persamaan di atas dapat disusun ulang menjadi
persamaan homogen y 2

dy
y2
x

dx xy x 2 y
1
x

Misalkan

y
v x ,
x

maka

dy
dv
x v
dx
dx

2.55

2.56

Akibatnya diperoleh persamaan dalam fungsi v x


dv
v
2.57
x
v
2

dx

v 1

dv
v

dx v 1

2.58

Dengan pemisahan variabel diperoleh


v 1 dv dx
v

2.59

Integrasinya menghasilkan
v ln v ln x ln K
v ln Kxv

di mana adalah K adalah konstanta integrasi.

2.60
2.61

Hasil akhir diperoleh dalam bentuk


y
exp
expv
x

Kx

v
y

x

Persamaan ini merupakan fungsi implisit


antara y dan x dengan tipe tidak linier.

2.62

Contoh 2.6
Cairan benzen diklorinasi dengan cara mengalirkan gas
klorin ke dalam reaktor yang sebelumnya sudah diisi
benzena. Seluruh klorin dianggap bereaksi sempurna dan
gas keluaran hanya terdiri dari hidrogen klorida. Tentukan
berapa banyak klorin yang harus ditambahkan untuk
memperoleh monoklorobenzena secara.maksimum.
Reaksi berlangsung secara isotermal pada 550C dan
diketahui rasio konstanta reaksi

k1
8,0
k2

k2
30,0
k3

2.63

Mekanisme reaksi adalah sebagai berikut


k1

C 6 H 6 Cl 2 C 6 H 5 Cl HCl
k2

C 6 H 5 Cl Cl 2 C 6 H 4 Cl 2 HCl
k3

C 6 H 4 Cl 2 Cl 2 C 6 H 3Cl 3 HCl

(1)
(2)
(3)

Penyelesaian
Ambil basis 1 mol umpan benzena dan tentukan
variabel-variabel berikut pada
waktu .
p = Jumlah mol klorin
q = jumlah mol benzena
r = jumlah mol monoklorobenzena
s = jumlah mol diklorobenzena
t = jumlah mol triklorobenzena
di mana
q + r + s + t =1
2.64
Jumlah klorin yang dikonsumsi adalah
y r 2s 3t

2.65

Anggap volume reaksi konstan sehingga laju reaksi


(1) memenuhi persamaan R1 k1 pq dan akumulasi
benzena adalah V dq d . Maka neraca massa untuk
keempat senyawa aromatik dapat ditentukan sebagai
berikut.
0 k1 pq V

dq
d

dr
k1 pq k 2 pr V
d

2.66
2.67

k 2 pr k 3 ps V

dt
k 3 ps V
d

ds
d

2.68

2.69

Variabel dapat dieliminasi dengan membagi


persamaan 2.67 dengan persamaan 2.66 yang
menghasilkan persamaan diferensial homogen
orde satu.
dr k 2 r
r 8q

1
dq k1q
8q

2.70

Misalkanr vq, maka dr v q dv


dq

dq

2.71

Substitusi persamaan 2.71 ke dalam


persamaan 2.70 dan integrasinya menghasilkan
8
ln q ln K ln 7v 8
2.72
7

7r

q K 8
q

8 7

2.73

di mana adalah konstanta integrasi. Pada 0, q 1


, dan r 0 , diperoleh Maka K 88 7
8 18
2.74
r q q
7

Dengan cara yang sama, bagi persamaan 2.68


dengan persamaan 2.66 menjadi
2.75
ds
s
r
dq

240q

8q

Eliminasi r dengan menggunakan persamaan


2.74 menghasilkan persamaan diferensial orde
satu yang dapat diselesaikan dengan metoda
faktor integrasi sehingga diperoleh

240
s
29q 239q1 8 210q1 240
7 x 29 x 239

2.76

Dari persamaan persamaan di atas


sebarang nilai q akan memenuhi untuk
menentukan nilai r, s, dan t . Dengan
demikian jumlah gas klorin yang
dikonsumsi dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan 2.65, dan untuk
memperoleh produksi maksimum
monoklorobenzen dibutuhkan 1 mol klorin
per mol benzena yang ditambahkan .

2.5. Persamaan Bernoulli

Persamaan Bernoulli adalah suatu


persamaan diferensial tak linier dengan
bentuk:
dy
n
P( x) y Q( x) y ;
dx

n 1

2.77

dapat diselesaikan dengan cara


mengubahnya ke dalam bentuk persamaan
linier.

Persamaan 2.77 dapat ditulis dalam bentuk:


y

Misalkan

atau

dy
P( x) y1 n Q x
dx
v y1 n,

2.78

maka

dv dv dy
dy

1 n y n
dx dy dx
dx

dy
1 n dv

y
dx 1 n
dx

2.79

2.80

Persamaan 2.77 dapat ditulis ulang menjadi


1 dv
P x v Q x
1 n dx

2.81
Persamaan ini merupakan persamaan diferensial orde
satu linier dan dapat diselesaikan dengan faktor
integrasi.

2.6. Persamaan Riccati


Persamaan Ricatti adalah persamaan tidak
linier dengan bentuk:
dy
2.82
P( x) y Q( x) y R x
2

dx

P x 1

Bentuk yang sering dijumpai adalah jika


dy
y 2 Q( x) y R x
dx

Misalkan

1 du
y
u dx

, maka

dy 1 d 2u 1 du

2
2
dx u dx
u dx

2.83

2.84

Substitusi persamaan 2.84 ke dalam persamaan


2.83 menghasilkan:
2

1 d 2 u 1 du
1 du
1 du
2
Rx
Q x
2
u dx
u dx
u dx
u dx
u

d 2u
du
Qx Rx u 0
2
dx
dx

2.85

2.86

Persamaan 2.86 merupakan persamaan


diferensial orde dua linier dengan koefisien
tidak konstan dan dapat diselesaikan dengan
metode Frobenius.

Contoh 2.7

Pada reaktor batch dengan volume konstan


terjadi reaksi:
A B C

dengan konstanta laju reaksi adalah k1 dan k. 2


Pada keadaan awal:
C A C A0
CB CC 0
;
Sedangkan laju reaksi (R) adalah :
RA k1C An

RB k1C An k2CB m

Ada beberapa kasus yang biasa ditemukan:


n=1 m=2
n=2 m=1
n=1 m=1
Penurunan untuk kasus a
dCA
RA
k 1CA
dt

2.87

dCB
RB
k1CA k 2CB 2
dt

2.88

Penyelesaian untuk C A
C A C A0 exp k1t

adalah

Persamaan laju reaksi untukC B


menjadi

2.89
dapat ditulis

dCB
k1C A0 exp k1t k 2 C B 2
dt

k2t t

Misalkan

k2

2.90

, maka

k1
dC B
2
k2
k1 C A0 exp k 2 C B
d

k 2
k2

k1
dC B
k1
2

C A0 exp C B
d
k 2
k 2

2.91

2.92

k1
dC B
k1
2
CB
C A0 exp R
d
k 2
k 2

dC B
2
C B R
d

Misalkan

1 du
CB
u d

2.93

2.94

, maka diperoleh

k1
d 2u k1
C A0 exp u 0
k
d 2 k2
2

Persamaan di atas merupakan persamaan


diferensial biasa orde dua linier yang bisa
diselesaikan.

2.95

2.7 Persamaan Orde Satu Pangkat Dua


Suatu persamaan tidak linier
2

dy
dy
2 y x 1
dx
dx

2.96

merupakan persamaan tidak linier orde satu


pangkat dua. Penyelesaian persamaan 2.96
dapat dijabarkan:
Misalkan p dy, maka diperoleh:
dx
dy
2.97
p
1 x y
dx

Misalkanu x y , maka:
du
dy
atau du
1
dx

dx

dx

2.98

Integrasinya menghasilkan:
2 u x c

Dengan mensubstitusi

u x y

4 y 4 x c x 2

2.99
, diperoleh:
2.100

Persamaan ini merupakan bentuk implisit yang


biasa ditemukan dalam persamaan tidak linier.

. SEKIAN .

Anda mungkin juga menyukai