Anda di halaman 1dari 19

Prolog

“Aisyah adalah sepasang mata…”

“Aisyah adalah sepasang telinga…”

Aisyah binti Abu Bakar bin Utsman, yang memiliki sebutan Ummu
Abdillah, dikenal dan digelari Ash-Shiddiqah yang memiliki arti “wanita yang
membenarkan”. Ia adalah perempuan yang lahir empat tahun setelah Muhammad
diangkat sebagai seorang nabi. Aisyah dijuluki Ummul Mukminin (ibunda kaum
mukmin) sebab kehebatannya dalam keilmuan Islam. Juga Al-Humaira’,
panggilan yang sering diberikan pada anak-anak perempuan yang pipinya terlihat
kemerah-merahan. Humaira adalah sebuah kata yang bersumber dari kata “hamra”
yang berarti putih, merah muda, merah, kemerah-merahan. Warna-warna yang
menghiasi kehidupan Aisyah.

Aisyah kecil merupakan Aisyah yang mengenal baik ayahnya, Abu Bakar.
Ayah yang selalu terlihat baru baginya. Aisyah kecil adalah seseorang yang
mampu membaca setiap kekhawatiran ibunya, Ummu Rumanbinti Amir bin
Uwaimir, yang berharap agar sang Suami segera pulang dengan selamat. Aisyah
kecil adalah seseorang yang mampu membaca simpulsimpul kebahagiaan kakak
perempuannya, Asma, saat menunggu ayahnya pulang sebagai hadiah.

Aisyah memang berbeda dari kawan-kawannya. Ia jadikan setiap detik


kesabaran menunggu kepulangan ayahnya kembali ke rumah sebagai puisi,
dongeng, atau bintang di hati kecilnya. “Ayah adalah penyelamat kami. Bertemu
dengan ayah dalam keadaan sehat adalah harapan kami,” adalah puisi yang selalu
dikutip Aisyah untuk menjawab setiap tanya kabar dari sang Ayah ketika sampai
di rumah. Keinginan Aisyah yang besar terhadap puisi adalah sebuah warisan dari
keluarga. Keluarganya menjadi tempat pertama yang membantunya tumbuh
menjadi perempuan istimewa.

1
Tak hanya laki-laki yang tahu bagaimana membaca dan menulis serta
menghitung dan pengetahuan sejarah, para perempuan di keluarganya juga dididik
untuk belajar membaca, menghafal, dan mengetahui adab berbicara sopan-santun
seperti yang diajarkan kepada lakilaki. Tak heran jika Aisyah tumbuh menjadi
seseorang yang penuh rasa ingin tahu. Asma, kakak perempuannya, selalu
menganggap Aisyah sebagai pertanyaan yang tak akan pernah selesai akan
sejumlah rintangan yang tak mudah dilewati para perempuan.

Aisyah hidup pada suatu masa ketika hak berkata dan berpendapat hanya
ada pada orang-orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan. Sama halnya
dengan kebebasan dan harga diri. Namun, Aisyah tak pernah merasakan
kesusahan dalam menyampaikan tanya dan pendapatnya. Ia percaya bahwa
selamanya ia adalah putri kata-kata. Ia jadikan sebagian besar kekuatannya dalam
berkata sebagai tanda syukurnya kepada Allah dan sekuat tenaga memohon
pertolongan kepada-Nya. Ia cerdas dan mencerdaskan. Ia baik dan menyebarkan
banyak kebaikan.

Banyak keutamaan yang ada pada diri Aisyah, sampai-sampai Rasululullah SAW
mengatakan dalam sabdanya:

“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari
kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan
keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala
makanan.”(HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431).

MashaAllah.

2
BAGIAN 1
KEMULIAAN AISYAH

Di antara istri-istri Rasulullah saw, Aisyah mempunyai tempat yang sangat


istimewa. Ia adalah satu-satunya istri yang dinikahi Nabi dalam keadaan masih
gadis. Dialah, yang sejak awal disiapkan oleh Allah SWT untuk menjadi
pendamping Rasulullah sebagai Pengemban Risalah. Putri dari sahabat Rasulullah
yang paling dicintai, yaitu Abu bakar Shiddiq, berhasil menjadi istri yang paling
dicintai oleh Rasulullah SAW. Di pangkuannyalah, Rasulullah menghembuskan
nafas terakhirnya.

Aisyah adalah wanita impian dan ideal yang agung. Ia memiliki hati yang
lembut, penuh cinta dan kehangatan, setia, berwawasan tajam, perasa, dan
menjadi sentral dalam kehidupan. Ia pun penebar kedamaian, kasih sayang, dan
cinta.

”Sungguh aku tahu marah dan lapangmu ketika kamu tenang,” kata Rasulullah
kepada Aisyah

Aisyah bertangan nan lembut serta cerdas dan ikhlas. Tak heran kalau ia
sampai pada derajat seperti yang disabdakan Rasulullah SAW, ”wanita adalah
‘belahan jiwa pria’.

MashaAllah.

3
BAGIAN 2
KEHARMONISAN RUMAH TANGGA RASULULLAH

Di bawah naungan rumah tangga yang bersahaja di situlah Aisyah


radiyallahuanha, sang istri cerdas Rasulullah bertempat tinggal.Karena cintanya
Rasulullah terhadap Aisyah, Rasulullah memiliki panggilan kesayangan terhadap
Aisyah.

Aisyah radhiyallah ‘anha menuturkan: “Pada suatu hari Rasu-lullah


shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya:

“Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ), Malaikat Jibril


shallallahu ‘alaihi wasallam tadi menyampaikan salam buatmu.” (Muttafaq ‘alaih)

Begitulah nabi kita shallallahu alaihi wassallam memberikan salah satu


contoh yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri dan dalam hal
kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan kecemburuan wanita.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menempatkan mereka pada kedudukan yang
diidam-idamkan oleh seluruh perempuan. Yaitu menjadi seorang istri yang
memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:

Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku memberikan gelasku
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau meminumnya dari
mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan sepotong
daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di
tempat aku memakannya.” (HR. Muslim)

4
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau
kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu’.” (HR. Abu
Daud dan Tirmidzi)

Dalam berbagai kesempatan, Rasulullah selalu menjelaskan tentang


tingginya kedudukan kaum wanita di sisi beliau. Mereka kaum wanita memiliki
kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi.

Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wasallam : “Siapakah orang yang paling engkau cintai?” beliau
menjawab: “‘Aisyah!” (Muttafaq ‘alaih)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata:

“Aku biasa mandi berdua bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari
satu bejana.” (HR. Al-Bukhari)

Rasulullah tidak melewatkan kesempatan sedikit pun kecuali beliau manfaatkan


untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.

Aisyah radhiyallah ‘anha mengisahkan:

“Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak
terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau
berkata kepadaku: “Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun
meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada
kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam
sebuah lawatan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan rombongan
agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali.
Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah
penebus kekalahan yang lalu!” (HR. Ahmad)

5
Bagi mereka yang memperhatikan dan mengikuti Rasulullah, pasti akan
takjub terhadap perbuatan Rasulullah. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia,
pemimpin yang selalu berjaya, keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani
Hasyim. Meskipun demikian, beliau tetap seorang yang penuh kasih sayang dan
rendah hati terhadap istri-istri beliau para Ummahatul Mukiminin radhiyallah
‘anhun.

MashaAllah

6
BAGIAN 3
KECERDASAN AISYAH

Aisyah merupakan salah satu istri Nabi yang sangat cerdas. Banyak sekali
hadist yang berasal dari perkataan Aisyah. ”Aku tidak melihat seorang pun yang
memiliki kepandaian dalam ilmu fiqih, kedokteran, dan syair melebihi Aisyah,
kata Urwah bin Zubair

Kecerdasan Aisyah, membuatnya bagaikan spons yang menyerap banyak


air zamzam keilmuan yang berasal dari rasulullah dan para sahabat di sekitarnya.
Selain kemampuannya dalam menyerap ilmu, Aisyah juga adalah seorang guru
yang andal. Guru yang memiliki lidah yang fasih dan lancar, keindahan gaya
bahasa, dan tepat sasaran. Salah satu ceramah Aisyah yang terkenal dan
menunjukkan ketinggian ilmu dan akhlaknya adalah pada Perang Jamal. Itu
adalah bukti nyata.

Kulitnya putih, berubah kemerahan saat diterpa sinar mentari. Maka


kemudian Aisyah pemilik kulit putih ini pun dipanggil dengan al-Humairah. Ia
adalah Aisyah binti Abu Bakar, istri Nabi Muhammad. Panggilan kesayangan al-
Humairah, tidak lain berasal dari Muhammad.

Aisyah masih terbilang sangat kecil saat mendampingi Muhammad. Ia


barulah menginjak usia sembilan tahun. Aisyah menikah dengan Muhammad saat
berusia enam tahun dengan mas kawin sebesar 400 dirham.

Tiga tahun kemudian, baru Aisyah hidup bersama dengan Muhammad


setelah melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. Namun , usianya yang masih
kecil itu tak membuatnya kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan
sang Nabi yang juga sahabat ayahnya, Abu Bakar as-Shidiq.

7
Karena, Aisyah merupakan seorang wanita yang cerdas dan memiliki
ingatan yang begitu tajam. Ia mampu mengingat segala pertanyaan yang diajukan
oleh umat Muhammad dan jawaban yang diberikan oleh Muhammad kepada.
Kecerdasan inilah yang menjadikannya istri tersayang Muhammad, bila
dibandingkan istri lainnya setelah Khadijah. Bahkan saat nafas terakhir
Muhammad, Muhammad berada di pangkuan Aisyah.

Selama sakit menjelang wafat, Muhammad memang sedang berada di


rumah Aisyah. Muhammad meminta izin istri lainnya untuk berada di dekat
Aisyah. Pada masa-masa selanjutnya, setelah wafatnya Muhammad, Aisyah
menyebarkan ilmunya kepada orang lain dalam sebuah majelis pengajaran
tersendiri. Ia berkeinginan untuk menjadikan umat Islam mampu memahami
ajaran agamannya dengan baik.

Dengan kecerdasan dan ketajaman ingatannya itu, Aisyah dikenal pula


sebagai periwayat hadis Nabi. Aisyah juga meriwayatkan sekitar 1.210 hadis dan
sebanyak 228 di antaranya terdapat dalam hadis Imam Bukhari. Selain itu, Aisyah
juga dikenal sebagi wanita yang mampu menyusun kata-kata. Ia pun tak segan
untuk bersuara lantang saat di hadapannya ada penyelewengan yang ia anggap tak
sesuai dengan Alquran dan Sunah.

Peristiwa ini pernah terjadi pada pemerintahan Muawiyah. Sebuah


pemerintahan yang lahir setelah masa kekhalifahan terakhir yang dipimpin oleh
Ali bin Abi Thalib berakhir. Aisyah menentang Muawiyah karena dianggap
pemerintahannya melenceng. Selain itu, ia juga pernah mengalami cobaan yang
cukup berat. Ini terjadi setelah terjadi peperangan kaum Muslim dengan Bani
Mustaliq pada 628 M. Saat itu memang giliran Aisyah mendampingi Muhammad.

8
Dalam perjalanan pulang dari medan perang, Aisyah dan rombongan
berhenti di suatu tempat. Saat itu, ia keluar dari semacam ruang yang ditempatkan
di atas punggung unta untuk satu keperluan. Tak lama, ia pun kembali. Namun
kemudian, ia merasa kalungnya hilang lalu mencarinya. Tidak lama kemudian,
rombongan itu pun berangkat dan menganggap Aisyah telah berada di
sekedupnya. Aisyah pun sadar, ia tertinggal rombongan. Dan ia duduk di tempat
itu menunggu ada orang yang menjemput. Saat itu muncul sahabat Muhammad,
Safwan bin Buattal.

Safwan pun menemukan Aisyah di tempat itu. Maka, ia mempersilakan


Aisyah menunggang untanya. Sfwan sendiri yang menuntun unta itu hingga
sampai di Madinah. Setelah melihat kedatang mereka, maka beberapa orang yang
melihatnya membuat desas-desus adanya hubungan antara Aisyah dan Safwan.
Kelompok munafik tersebut kemudian membesar-besarkan berita ini hingga
muncullah sebuah fitnah. Namun kemudian turun Surat An Nur ayat 11-20 yang
membantah berita bohong tersebut. Selanjutnya, berita-berita mengenai Aisyah
pun luruh.

Aisyah secara nyata mengabdikan dirinya pada ilmu pengetahuan dengan


cara mengajarkannya kepada orang lain dan menggunakannya untuk memperbaiki
keadaan umat Islam serta mengarahkan mereka ke jalan yang lurus. Madrasah
Aisyah adalah madrasah ilmu yang paling diminati setelah wafatnya rasulullah. Ia
mendidik secara langsung setiap orang yang meminta pengajaran darinya, tanpa
pandang orang. Orang-orang yang meminta fatwa hukum dan menanyakan
beraneka persoalan, Aisyah menyimaknya dengan serius lalu memberikan
jawaban yang sebaik-baiknya yang ia ketahui.

Aisyah tidak pernah bosan untuk menjawab semua pertanyaan yang


diajukan kepadanya tentang persoalan apa pun yang menyangkut ajaran-ajaran
agama Islam, termasuk tentang persoalan pribadi. Aisyah mendidik murid-
muridnya seperti seorang ibu yang mengasuh anak-anak kandungnya.

9
Dari madrasah yang diasuh oleh Aisyah itu, lahir banyak ulama terutama
dari kalangan tabi’in. Singkatnya, dapat dikatakan bahwa Aisyah menjalani sisa
usianya sebagai sumber rujukan utama bagi orang-orang yang membutuhkan
jawaban dan fatwa, serta tujuan para peziarah dan penuntut ilmu. Jadi, meskipun
Aisyah adalah seorang wanita, tapi kapasitas keilmuannya tidak kalah dari sahabat
rasul yang pria.

Berdasarkan sudut pandang agama, syariat, akhlak, kemuliaan, dan


kesucian, Aisyah tidak bisa dibandingkan dengan perempuan terkenal mana pun
pada masa kini dan masa-masa sebelumnya

Itulah Aisyah, wanita dengan sifat-sifat baiknya yang telah menghadirkan


teladan ideal bagi ratusan juta kaum wanita.

MashaAllah.

10
BAGIAN 4
TINGKAT KEILMUAN AISYAH

Aisyah adalah seorang isteri yang memilik sikap ukhuwah dalam


kebenaran. Aisyah selalu dalam keyakinannya bahwa ia berada di dalam
kebenaran, ketika masyarakat mempertanyakan tentang kesuciannya setelah
kepulangannya dari Perang Bani Musthaliq. Bahkan, berita bohong itu pun sempat
menggoyahkan kepercayaan Rasulullah saw. kepadanya. Aisyah hanya bersaksi,
“Demi Allah, aku tidak bertaubat kepada Allah selamanya dari apa yang Rasul
katakan. Demi Allah, sesungguhnya aku tahu jika aku mengakui sesuai dengan
apa yang dikatakan orang-orang, sedang Allah tahu bahwa aku bersih dari
(perbuatan itu), maka sungguh aku telah mengatakan sesuatu yang sebenarnya
tidak pernah terjadi. Dan, jika aku mengingkari apa yang mereka katakan, mereka
pasti tidak akan mempercayai dan tidak akan membenarkanku. Tetapi, aku akan
mengatakan apa yang pernah dikatakan oleh Ya’kub a.s., ‘Maka kesabaran yang
baik itulah (kesabaranku), dan Allah sajalah yang dimohon pertolongannya
terhadap apa yang kalian ceritakan.’ (Q.S. Yusuf, 12: 18).” Dengan kesabaran
yang tinggi pada diri Aisyah, Allah membenarkan kesucian Aisyah sebagai wanita
mulia.

Aisyah adalah seorang istri yang cerdas. Bahkan, Aisyah pun telah hafal
Al Quran sejak usia muda. Para perawi hadits, menyebutkan bahwa Aisyah adalah
orang ketiga terbanyak setelah Abu Hurairah r.a. dan Anas bin Malik r.a. yang
meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw., terutama yang berkaitan dengan
hukum-hukum tentang permasalahan wanita dan rumah tangga. Fakta
membuktikan bahwa Aisyah menjadi wanita teladan sepanjang masa dalam
masalah pendidikan, ilmu, dan kecerdasan. Aisyah memilih peran sebagai “isteri
pembelajar”.

11
Aisyah dikenal juga sebagai isteri Rasul yang pecemburu. Tetapi,
kecemburuan Aisyah ini adalah rasa cemburu yang masih dibenarkan dalam arti
cemburu yang syar’i. Cemburu itu menandakan bahwa seorang isteri mencintai
suaminya. Selama kecemburuan itu sesuai dengan proporsinya dan tidak
berlebih-lebihan dan Islam pun membenarkan cemburu yang seperti ini. Aisyah
pernah cemburu pada Khadijah kendati ia telah tiada. Aisyah pernah cemburu
pada Ummu Salamah yang diketahuinya berwajah cantik kendati ia sudah berusia
lanjut. Sekalipun Aisyah adalah seorang isteri pecemburu, ia tidak pernah
mengungkapkan kecemburuannya kepada ummul mukminin lain yang
dicemburuinya itu, tetapi ia biasanya langsung menumpahkannya kepada
Rasulullah saw. atau kadang sekali-kali kepada Hafshah binti Umar r.a. yang
paling dekat di antara para isteri Rasulullah saw.

“Engkau adalah isteri yang paling dicintai Rasulullah saw., dan beliau
tidak akan mencintai sesuatu kecuali yang baik,” ujar Ibnu Abbas kepada Aisyah.

MashaAllah

12
BAGIAN 5
KEUTAMAAN DAN KELUASAN ILMU AISYAH

Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq atau juga biasa dipanggil dengan al-
Shiddiqiyyah, istri Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam. Seorang wanita mulia
dan istimewa yang dimana sebagian dari ilmu agama kita ini diambil darinya.
Banyak keutamaan dan kemuliaan yang dimilikinya.

Kecintaan Rasulullah kepadanya melebihi kecintaannya kepada istri-istri


beliau yang lainnya yang semuanya ada 9 orang. Pada suatu ketika Rasulullah
ditanya, “Siapakah orang yang paling enkau cintai ?” maka beliau menjawab,
“Aisyah” Hal ini didasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim

Dari Amr bin ‘Ash, dimana dia datang kepada Nabi seraya bertanya,”Wahai
Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?” beliau
menjawab,”Aisyah” kemudian Amr bin Ash bertanya, “”Siapakah orang lelaki
yang paling engkau cintai?”beliau menjawab,”Bapaknya (Abu Bakar)”Dia
bertanya, “Kemudian siapa lagi?” beliau menjawab,”Umar”, yakni Ibnu Al
Khaththab, semoga Allah meredhai semuanya.

Malaikat menyampaikan salam untuknya bukan hanya sekali. Yang


dimana Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya Jibril telah mengucapkan
salam untukmu”, maka aku menjawab,”Alaihis as-Salam”

Pada saat Rasulullah sakit, beliau minta untuk tinggal dikamar aisyah,
sehingga dia dapat mengurusnya sampai wafat. Karena itulah, maka Rasulullah
meninggal dirumah aisyah, dimana beliau meninggal dalam pangkuan aisyah.

13
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan darinya (Aisyah), dia berkata:”
Allah mewafatkan Rasulullah dimana kepala beliau berada diantara paru-paruku
dan bagian atas dadaku, sehingga air liur beliau bercampur dengan air liurku”
Bagaimana hal itu bisa terjadi, Abdurrahman saudara laki-laki Aisyah masuk ke
rumah mereka, dimana ketika itu dia membawa siwak (alat penggosok gigi), lalu
Rasulullah melihatnya. Aisyah memahami rasul bahwa beliau ingin bersiwak, dan
dia mengambil siwak dari Abdurrahman, lalu Rasulullah bersiwak dengannya.
Setelah Rasulullah meninggal, maka siwak itu dipakai sama Aisyah. Inilah
pengertian yang dimaksud dengan “air liur beliau bercampur dengan air liurku”

Aisyah meninggal pada bulan Ramadhan tepat pada tanggal 17 Ramadhan,


pada usia 66 tahun. Dan, dimakamkan di Al-Baqi’ kawasan pemakaman yang
terletak di kota Madinah. Hal ini sesuai dengan wasiatnya, dimana beliau
berwasiat agar dimakamkan di temnpat pemakaman istri-istri Rasulullah.

MashaAllah.

14
BAGIAN 6
KEDUDUKAN AISYAH DI SISI RASULULLAH

Suatu hari orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi


permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memanggil Aisyah, “Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?”
Aisyah menjawab, “Iya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di
depan pintu, lalu aku datang dan aku letakkan daguku pada pundak Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau. Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Apakah sudah cukup wahai
Aisyah?” Ia menjawab: “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah.” Maka beliau pun
tetap berdiri. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi lagi
pertanyaannya, “Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Namun, Aisyah tetap
menjawab, “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Aisyah mengatakan, “Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan
mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana
kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadapku dan kedudukanku
terhadapnya.” (HR. An-Nasa’i)

MashaAllah.

15
BAGIAN 7
CANDA NABI TERHADAP AISYAH

Aisyah bercerita, “Suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


datang untuk menemuiku sedang aku tengah bermain-main dengan gadis-gadis
kecil.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, “Apa ini
wahai Aisyah.” Lalu aku katakan, “Itu adalah kuda Nabi Sulaiman yang memiliki
sayap.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tertawa. (HR. Ibnu Sa’ad )

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlomba lari dengan


Aisyah dan Aisyah menang. Aisyah bercerita, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berlari dan mendahuluiku (namun aku mengejarnya) hingga aku mendahuluinya.
Tetapi, tatkala badanku gemuk, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak
lomba lari lagi namun beliau mendahului, kemudian beliau mengatakan, “Wahai
Aisyah, ini adalah balasan atas kekalahanku yang dahulu’.” (HR. Thabrani)

MashaAllah.

16
BAGIAN 8
KISAH CINTA ANTARA AISYAH DAN RASULULLAH

Ketika Khadijah meninggal dunia, Rasulullah merasa sangat sedih. Saat


kesedihannya mulai mereda, beliau sering mengunjungi rumah sahabat, termasuk
Abu Bakar Ash-Shiddiq. Saat itu ia berkata, “Wahai Ummu Ruman, jagalah
Aisyah anak perempuanmu itu dengan baik dan peliharalah dia.”

Karena pesan Rasulullah ini, Aisyah jadi punya kedudukan istimewa


dalam keluarganya. Sejak Abu Bakar masuk Islam hingga masa hijrah, Rasulullah
selalu mengunjungi rumah Abu Bakar dan keluarganya.Hingga akhirnya
Rasulullah pun menikahi Aisyah atas petunjuk Allah. Aisyah sudah memiliki
garis takdir penting dalam perjalanan hidupnya dan Islam.

Pernikahan ini terjadi di Makkah pada bulan Syawal, tiga tahun sebelum
Hijrah. Pada saat itu, Aisyah berumur tujuh tahun. Rasulullah baru membangun
bahtera rumah tangga dengan Aisyah ketika ia berumur sembilan tahun di
Madinah pada bulan Syawal tahun pertama Hijrah.

Rasulullah banyak mengajarkannya fiqih dan ilmu-ilmu tentang


perempuan. Aisyah adalah seorang wanita yang paling beruntung yang
dimilikinya dan paling dicintainya diantara istri-istri Rasul yang lain.

Saking cintanya Rasulullah kepada Aisyah, beliau mendoakannya dengan doa,


“Ya Allah, ampunilah Aisyah dari dosanya yang telah lalu dan yang akan datang,
yang tersembunyi dan yang terlihat.”

Aisyah juga sangat mencintai Rasulullah. Namun, perjalanan mereka tidak


selalu mulus. Banyak masalah, iri, cemburu, dan lainnya yang menghampiri
mereka. Hingga pada suatu ketika, Nabi datang padanya dan menawarkan
perpisahan.

17
Rasulullah berkata, “Aku akan menawarkan padamu suatu perkara, kau
tidak perlu terburu-buru untuk memutuskannya hingga kau berdiskusi dengan
kedua orang tuamu.” Aisyah bertanya, “Tentang apa ini, ya Rasulullah?”

Kemudian Nabi Muhammad SAW membacakan ayat Alquran, “Hai Nabi,


katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan
dunia dan perhiasannya, marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku
ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki
(keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka
sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu
pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab: 28-29).

Aisyah berkata, “Lalu untuk apa kau menyuruhku berunding dengan kedua
orang tuaku, padahal aku telah tahu. Demi Allah, kedua orang tuaku tidak akan
menyuruhku untuk berpisah darimu. Bahkan aku telah memutuskan untuk
memilih Allah, Rasul-Nya dan akhirat.” Rasulullah pun merasa gembira dan
takjub dengan jawaban Aisyah.

Kecintaan besar yang dinikmati Aisyah dari Nabi Muhammad SAW tentu
saja merupakan faktor pemicu pada sebagian orang untuk merasa iri dan cemburu.
Sehingga banyak yang melemparkan tuduhan pada wanita suci ini. Namun Allah
selalu membebaskan dirinya dari segala tuduhan tersebut. Kedudukan Aisyah
hingga kini tetaplah mulia. Rasulullah SAW pun tidak pernah berhenti
mencintainya.

MashaAllah.

18
Epilog
Banyak sekali keutamaan yang dimiliki oleh Ibunda Aisyah, sampai-
sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan dalam
sabdanya:

“Orang yang mulia dari kalangan laki-laki banyak, namun yang mulia dari
kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan
keutamaan Aisyah atas semua wanita sepeerti keutamaan tsarid atas segala
makanan.” (HR. Bukhari (5/2067) dan Muslim (2431))

Beliau merupakan mutiara teladan bagi seluruh umat.

MashaAllah

19

Anda mungkin juga menyukai