orang yang pertama kali masuk Islam. Abu Ya’la meriwayatkan dari Ali, bahwa Ali telah berkata, ‘Rasulullah diutus pada hari Senin dan aku masuk Islam pada hari Selasa.’
Dalam kitab al-Isti’ab
mengetengahkan sebuah hadits yang berasal dari Sayidina Ali bin Abu Thalib, bahwa Rasulullah saw berkata kepada Siti Fatimah ra : ‘Suamimu adalah orang yang terkemuka di dunia dan akhirat, ia sahabatku yang pertama memeluk Islam, yang paling banyak ilmunya dan paling besar kesabarannya’
Dalam hal nasab, seperti
diriwayatkan oleh Thabrani, bahwasanya Rasulullah saw telah bersabda : “Allah menciptakan keturunan setiap Nabi dari tulang sulbinya sendiri, namun Allah menciptakan keturunanku dari tulang sulbi Ali bin Abi Thalib.” Hal ini diperkuat dengan hadits yang bersumber dari Umran bin Hushain, bahwa Rasulullah telah berkata : “Apakah yang kamu inginkan dari Ali, apakah yang kamu inginkan dari Ali, apakah yang kamu inginkan dari Ali ? Sesungguhnya Ali dariku dan aku darinya. Ia adalah pemimpin semua orang mukmin sesudahku.”
Ibnu Abbas ra meriwayatkan sebuah
hadits, bahwasanya Rasulullah saw menyatakan: ‘Manusia diciptakan dari berbagai jenis pohon, sedang aku dan Ali bin Abi Thalib diciptakan dari satu jenis pohon (unsur). Apakah yang hendak kalian katakan tentang sebatang pohon yang aku sendiri merupakan pangkalnya, Fatimah dahannya, Ali getahnya, al- Hasan dan al-Husein buahnya, dan para pencinta kami adalah dedaunannya ! Barangsiapa yang bergelantung pada salah satu dahannya ia akan diantar ke dalam surga, dan barangsiapa yang meninggalkannya ia akan terjerumus ke dalam neraka.”
Sayidina Ali bin Abi Thalib wafat
sebagai syahid pada hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijriyah ketika sedang melaksanakan sholat Subuh.
Sayidina Ali bin Abi Thalib dikarunia
lima belas (15) orang anak laki-laki dan delapan belas orang anak perempuan : – Hasan as-Sibthi – Husein as-Syahid – Muhsin (meninggal waktu kecil) Ibunya Sayidatuna Fathimah az- Zahra binti Rasul saw. – Muhammad al-Hanafiah Menurut satu pendapat keluarga Ba Qasyir di Hadramaut adalah keturunannya) – Abbas – Usman – Abdullah Syahid bersama saudaranya Husein. Ibunya ummu Banin binti Hazm al- Kilabiyah – Ja’far – Abdullah – Abu Bakar Ibunya Layla binti Mas’ud al-Nahsaly – Yahya – Aun Ibunya Binti Umais al-Khosmaiy – Umar al-Akbar Ibunya ummu Habibah al-Taghlibiyah – Muhammad al-Ausath Ibunya Amamah binti Abi Ash – Muhammad al-Asghor
Kelima belas anak laki-laki tersebut
sesuai dengan pendapat al-Amiri, sedangkan Ibnu Anbah menambahkan nama : Abdurahman, Umar al-Asghor dan Abbas al- Asghor. Adapun yang membuahkan keturunan ada lima, yaitu : Hasan, Husein, Muhammad al-Hanafiyah, Abbas al-Kilabiyah dan Umar al- Tsa’labiyah.
Sedangkan anak perempuannya
dalam riwayat yang disepakati berjumlah 18 orang, yaitu : Zainab, Ummu Kulsum, Ruqoyah, Ummu Hasan Ramlah al-Kubra, Ummu Hanni, Ramlah al-Sughro, Ummu Kulsum al-Sughro, Fathimah, Amamah, Khadijah, Ummu Khoir, Ummu Salmah, Ummu Ja’far, Jamanah.
Sayidatuna Fathimah az-Zahra binti
Rasulullah SAW
Sayidatuna Fathimah az-Zahra lahir
satu tahun sebelum kenabian dan meninggal dunia enam bulan sesudah ayahnya Rasulullah saw meninggal, yaitu pada malam Selasa tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijriyah. Nama Fathimah berasal dari kata Fathman yang artinya sama dengan qath’an atau man’an , yang berarti memotong, memutuskan atau mencegah. Ia dinamakan Fathimah karena Allah swt mencegah dirinya dari api neraka, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Nabi bersabda, ‘Sesungguhnya Fathimah adalah orang yang suci farajnya, maka Allah haramkan atas dia dan keturunannya akan api neraka’. [1]
Al-Nasai meriwayatkan, bahwasanya
Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya putriku Fathimah ini adalah seorang manusia-bidadari’. Dia tidak haid dan tidak pula mengeluarkan kotoran. Karena itulah ia dinamakan al-Zahra atau yang suci, sebab ia tidak pernah mengeluarkan darah, baik dalam haid maupun sesudah melahirkan (nifas). Pada saat melahirkan, ia mandi dan kemudian shalat sehingga ia tidak pernah luput dari melaksanakan shalat. Adapun sebutan al-Batul baginya itu adalah karena ia merupakan wanita yang paling menonjol di masanya dalam hal keutamaan, agama dan keturunan.
Dikemukakan pula oleh al-Thabrani,
bahwa Rasulullah saw bersabda, ‘Tiap anak itu bernisbat kepada keturunan bapaknya, kecuali putra Fathimah, akulah wali mereka dan akulah ashabah mereka’. Dalam riwayat lain yang sahih disebutkan, ‘Setiap anak itu mengikuti garis keturunan bapaknya kecuali anak- anak Fathimah, sebab akulah ayah mereka dan ashabah mereka’ Sayidatuna Fathimah az-Zahra dinikahkan dengan Sayidina Ali bin Abi Thalib dikarunia anak : – Hasan as-Sibthi – Husein as-Syahid – Muhsin (meninggal waktu kecil) – Zainab
Sayyidah Zainab binti Fatimah az-
Zahra
Sayyidah Zainab binti Ali bin Abi
Tholib Putri Bungsu Sayyidah Fathimah bintu Rosulillah Muhammad SAW. Didalam 'Sunan Ibnul Hanbal'' jilid 1 halaman 85 disebut, malaikat Jibril memberitahu Rosululloh S.A.W bahwa Al Husain dan sejumlah ahlul bait akan gugur di Karbala.
Ibnul Atsir dlm Al Kamil menuturkan,
bahwa Rosululloh S.A.W menyerahkan segumpal tanah yg diterimanya dari Jibril kepada Ummu Salamah, dan menerangkan bahwa tanah itu berasal dari tempat dimana akan mengalir darah al Husain, apabila tanah ini berubah jadi darah berarti al Husain telah meninggal, Ummu Salamah menyimpan tanah itu dalam sebuah tabung. Dan pada hari Al Husain gugur tanah itu benar berubah jadi darah. Ummu Salamah lah yg mengabarkan kepada banyak orang tentang gugurnya Al Husain.
Ketika Zainab binti Ali bin Abi Tholib
lahir.Rosululloh memeluk bayi itu, dari mata beliau yang suci mengalir air mata. Sepertinya beliau sudah mengetahui bahwa cucunya ini akan menemui masa masa sulit dikemudian hari. Ia adalah seorang wanita mulia yang mempunyai logika berpikir yang jernih, banyak ide, fasih dan juga menguasai ilmu bahasa.
Zainab binti Ali bin Abi Tholib adalah
cucu Rosululloh SAW dari putrinya, Fatimah Az-Zahra (Hasan, Husein dan Zainab si Bungsu). Dia terkenal karena keberanian dan dukungannya terhadap Husain, kakaknya yang syahid di medan Karbala. Ia juga melindungi seluruh keluarga Husain beberapa bulan setelahnya, ketika mereka dipenjara oleh dinasti Umayyah. Zainab dilahirkan sebelum kakeknya, Rosululloh SAW wafat. Sekitar lima tahun sebelum Rosululloh menghadap Ilahi. Dia adalah anak ketiga pasangan Ali dan Fatimah—setelah Hasan dan Husain—dengan jarak kelahiran sekitar satu tahun antara setiap anak. Kelahirannya diikuti oleh saudara perempuannya, Ummu Kultsum. Zainab menikah dengan anak pamannya atau sepupunya, Abdullah bin Ja’far bin Abi Thalib. Dia melahirkan beberapa orang anak seperti Muhammad, Ali, Abbas, Ummi Kultsum dan ‘Aunal Akbar. Zainab juga sering menceritakan tentang ibunya, Fatimah binti Muhammad SAW dan Asma binti Umais. Zainab juga meriwayatkan beberapa hadits. Beberapa orang juga meriwayatkan hadits yang berasal darinya, seperti Muhammad bin Amru, Atha bin As-saib, dan Fathimah binti Husain bin Ali (Cucu Imam Ali dan Siti Fatimah). Di antara beberapa perkataan Zainab yang dikenal adalah, "Barangsiapa yang menginginkan makhluk menjadi syafa'at (mediator) baginya menuju keridhaan Alloh, maka hendaklah dia sering-sering memuji Alloh (dengan ucapan alhamdulillah). Tidakkah kau mendengar perkataan mereka 'sami'a Allohu liman hamidah' (Alloh Maha Mendengar orang yang memuji-Nya) kemudian Alloh meringankan qudroh-Nya yang akan menimpamu. dan merasa malu untuk menurunkan cobaan lebih besar karena kedekatan-Nya padamu." Zainab meninggal dunia pada tahun 65 Hijriyah, dan dikuburkan di Qonathir As-Siba’, Mesir. Kini makamnya banyak dikunjungi peziarah. Bahkan namanya dijadikan nama sebuah masjid di Mesir, Masjid Sayyidah Zainab. Pada tahun 1173 H bangunan masjid tersebut direnovasi.
Zainab al Kubro atau yg dikenal
dengan julukan Aqilah (wanita cerdas) adalah salah satu saksi kelam tragedi Karbala. Satu-satunya cucu Rosululloh yang selamat dari pedang kedzoliman penguasa saat itu, setelah peristiwa karbala, beliau bersama wanita-wanita suci keluarga ahlul bait digiring menuju kediaman si penguasa. Sepanjang perjalanan wanita wanita pingitan, yang di Madinah tak pernah terlihat oleh tetangga mereka sekalipun, menjadi tontonan. Ketika tiba di kufah, penduduk kufah berdiri sepanjang jalan sambil menangis. Zainab yang airmatanya sudah kering, dengan lantang berkata.. "Hai orang-orang kufah, benarkah kalian menangis? Tak ada artinya lagi airmatamu, Kalian itu sama dengan perempuan yang mengurai benang yang sudah dipintal dan membuat janji sebagai cara penipuan, alangkah busuk pikiran kalian. Demi Alloh pada suatu saat kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa, karena kalian akan memikul dosa yg memalukan, dosa yang tidak mungkin dapat di cuci dan dihapuskan sepanjang masa!, bagaimana bisa dihapuskan sedang kalian telah membunuh cucu Rosululloh, pembawa risalah Ilahi, orang yang mengasuh dan membesarkan kalian, menuntun, membimbing dan menaungi kalian.. Bukankah sudah dikatakan kepada kalian bahwa AlHasan dan AlHusain adalah dua pemuda terkemuka penghuni surga? Sekarang semua ajaran beliau telah kalian sobek dan campakkan, anehkah jika langit akan menurunkan hujan darah? Sadarkah kalian kesengsaraan kami ahlul bait? Wanita-wanita bagaimanakah yang sedang kalian tonton? Langit nyaris terbelah, bumi hampir meledak dan gunung-gunung ingin beterbangan melihat dosa kalian.."
Ada seorang ulama yang berkata,
semua penderitaan lelaki sedunia jika dikumpulkan, masih belum sebanding dengan tekanan batin yang diberikan pada Zainab. Tetapi kepahlawanan Zainab yang paling fenomenal adalah ketika ia berada dan berhadapan dengan Yazid bin Muawwiyah. (Buku Baitun Nubuwwah karangan al-Habib Muhammad bin Husain Al-Hamid).