PERADABAN ISLAM
DOSEN PENGAMPU:
Drs.ANWAR SANUSI, M.Ag
KELOMPOK 8 :
1. ELINDA RIANI
2. HAFIFAH FADZERIAH
3. KULTSUM SALSABILA
BAB I
Dia adalah Ali bin Abi Thalib (Abdu Manaf) bin Abdul Muthalib, dipanggil juga
dengan nama Syaibah Al-Hamd bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushai bin
Kilab bin Luai bin Ghalib bin Fahr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan',
dia adalah anak paman Rasulullah, bertemu dengan beliau pada kakeknya yang
pertama yaitu Abdul Muthalib bin Hasyim, yang memiliki anak bernama Abu
Thalib saudara laki-laki kandung Abdullah bapak Nabi Muhammad . Nama yang
diberikan kepada Ali pada saat kelahirannya adalah Asad (singa). Nama tersebut
hasil pemberian sang ibu sebagai kenangan dari nama bapaknya yang bernama
Asad bin Hasyim. Bukti yang menunjukkan hal itu adalah syair yang
dilantunkannya pada saat peristiwa Perang Khaibar. Di mana saat itu All
bersenandung: Saya adalah mamisia yang oleh ibuku dinamai Haidarah (Singa).
ISI
BAB II
1
Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi. Biografi Ali bin Abi Thalb, (Jakarta:Cv Pustaka Al-Kausar, 2016)
h. 13
2
Ibid. h. 14
Bahkan keadaan tersebut kemudian dimanfaatkannya-selaku pemimpin Bani
Hasyim- untuk menyatukan seluruh keturunan Bani Hasyim dan Bani Muthalib
agar bersatu padu dalam janji setia sehidup semati menjaga dan membela
Muhammad Baik oleh mereka yang muslim maupun yang musyrik. Abu Thalib
menyatakan dukungan dan perlindungannya secara terbuka kepada anak
saudaranya itu tanpa ada keraguan dan keengganan sedikit pun.
Setelah Abu Thalib melihat dukungan, perhatian, dan kasih sayang dari kaumnya
terhadap keponakannya yang begitu kompak dan menyenangkan hatinya, maka ia
pun memuji mereka dan menyebut-nyebut masa lalu mereka. Abu Thalib juga
menyebutkan keutamaan yang didapatkan kammys karena adanya seorang habi
yang diutus di tengah-tengah mereka. Serta kemuliaan karena mendukung dan
membelanya. Hal itu ia lakukan untuk memotivasi mereka agar terus memberikat
dukungan dan kasih sayang kepada anak keponakannya tersebut serta kepada
tugas yang diembanya Dia berkata dalam bait syairnya:
Jika suatu hari saya bertemu kaum Quraisy penuh kebanggaan
“Maka Abdi Manaflah inti rahasianya dan sebagai pilar kesuksesan Apabila pada
Bani Manaf terjadi kemuliaan
Maka pada Bani Hasyim pun dulu dan kini demikian
Jika saya terhadap Muhammad penuh kebanggaan
Itu karena dia "Halah manusia pilihan dengan membawa kemuliaan
Quraisy semuanya bersatu padu memberikan pembelaan
Meskipun belum tampak keuntungan sebagaimana impian
Kita tidak menyadari masa lalu penuh kegelapan
Jika kini tidak mampu mengevaluasi dan mengambil pelajaran”.
3
Dr. Ali Muhammad Ash-Shalabi. Biografi Ali bin Abi Thalb, (Jakarta:Cv Pustaka Al-Kausar, 2016)
h. 21-22
B. SISTEM PEMILIHAN KHALIFAH
4
Dedi Supriadi, M.Ag. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung:Cv Pustaka Setia, 2016) h. 93
5
Ibid. h. 94
Pada hari Jumat di masjid Nabawi, mereka melakukan bai'at dan diikuti
keesokan harinya oleh para sahabat besar seperti thalhah, dan Zubair, walaupun
sebenarnya mereka membaiat secara terpaksa, dan keduanya mengajukan syarat
dalam baiat tersebut supaya Ali menegakkan keadilan terhadap pembunuh
Utsman. Ali tidak langsung menjawab kesanggupannya karena situasi pada waktu
itu belum memungkinkan untuk mengambil tindakan dan para pembunuh Utsman
tidak diketahui satu bersatunya. Akibat sikap Ali, setelah pembaiatan tersebut,
keduanya keluar dari Madinah menuju Mekah bersama Aisyah Ummul mukminin
menyusun kekuatan untuk mengangkat senjata melawan Ali sehingga terjadilah
perang unta( waq'ah Al-jamal). Setelah pelantikan selesai, Ali menyampaikan
pidato visi politiknya dalam suasana yang kurang tenang di masjid Nabawi titik
setelah memuji dan mengagungkan Allah, Ali berkata, "sesungguhnya Allah telah
menurunkan kitab sebagai petunjuk yang menjelaskan kebaikan dan keburukan
titik manakah ambillah yang baik dan tinggalkan keburukan. Allah telah
menetapkan segala kewajiban, kerjakanlah! Maka Allah menuntunmu ke surga
sesungguhnya, Allah telah mengharamkan hal-hal yang haram dengan jelas,
memuliakan kehormatan orang muslim daripada yang lainnya, menekankan
keikhlasan dan tauhid sebagai hak muslim. Seorang muslim adalah yang dapat
menjaga keselamatan muslim lainnya dari ucapan dan tangannya. Tidak halal
darah seorang muslim kecuali dengan alasan yang dibenarkan titik bersegeralah
membenahi kepentingan umum,... bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya kamu
dimintai pertanggungjawaban tentang apa saja dari sejengkal tanah hingga
binatang ternak. Taatlah kepada Allah, jangan mendurhakainya. Bila melihat
kebaikan ambillah, dan bila melihat keburukan tinggalkanlah." Kemudian Ali
mengakhiri pidatonya dengan membacakan Alquran surat al-anfal ayat 26."6
Aku tidak mengerti apakah beliau keluar dari pintu beliau mengucapkan kalimat-
kalimat masyarakat tersebut ataukah tidak. Aku melihat murai, dan aku mendengar
berkat berkata hukum ini adalah milik Allah bukan milikmu ya Ali juga para sahabatmu
titik aku telah melihat kelebatan pedang, dan kemudian yang kedua kalinya, kemudian
aku mendengar ahli berkata janganlah sekali-kali kalian biarkan lelaki ini. Kemudian
orang-orang pun menyerbunya dari segala arah.
Ibnu hanafia berkata, aku tidak akan diam sehingga aku menangkap gunung mujin
dan menunggu Ali berkata, jiwa dibalas dengan jiwa, bahkan bahwa jika aku meninggal
maka bunuhlah dia sebagaimana dia telah membunuhku titik jika aku masih hidup maka
aku akan melakukan pendapatku titik dia telah menyebutkan bahwa orang-orang telah
menemui Husein dengan penuh kesedihan dengan apa yang menimpa Ali titik ketika
mereka berusaha dan di hadapannya Ibnul jin dengan tangan yang terikat di belakang
pundaknya, maka saat itulah aku memukul binti Ali dengan menangis dan berseru wahai
musuh Allah, semoga Ali tidak apa-apa, semoga Allah menghinakanmu untuk siapa kamu
menangis? Demi Allah, aku telah membeli pedang ini dengan seribu dan aku telah
meracuninya dengan seribu, seandainya pedang ini menebas seluruh penduduk kota
sungguh tidak seorangpun dari mereka yang dapat hidup.kemudian Ali bin Abi Thalib
melarang memutilasi pembunuhannya Ali bin Abi Tholib berkata, penjarakanlah lelaki
ini. Jika aku meninggal maka bunuhlah dia dan jika aku masih hidup maka segala luka
dan hukum qisasnya. Dalam sebuah riwayat beliau berkata, berilah dia makan dan
minum dan melakukanlah dia dengan baik dalam memenjarakannya jika aku sembuh
maka aku akan maka aku adalah wali darahku.
Aku akan memaafkan jka aku berkehendak, dan jika aku berkehendak maka akan
menuntut hukum qisas terhadapnya titik di dalam sebuah riwayat terdapat tambahan,
yaitu ucapan beliau, jika aku mati maka bunuhlah dia (orang yang membunuhku titik
janganlah kalian menemui batas sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas Ali melarang Hasan melakukan mutilasi terhadap pembunuhannya
beliau berkata, wahai putra keturunan Abdul Muthalib sungguh aku tidak mau
mendapati kalian bermain-main dengan darah kaum muslimin.
Kalian mengatakan, Amirul mukminin telah dibunuh, Amirul mukmin telah dibunuh
titik ingatlah dia tidak dibunuh lihatlah ya Hasan, jika aku mati karena tebasan pegangan
ini,maka tebaslah dia dengan sekali tebasan, dan janganlah kamu mengikuti hasilnya,
karena aku mendengar Rasulullah bersabda, jauhlah olehmu mutilasi walaupun itu
terhadap seekor anjing yang suka menggigit.
Sebuah riwayat sejarah yang masih menegaskan ketika Ali bin Abi Thalib telah wafat,
maka diutus untuk menemui Ibnul jin, maka ibnulzin berkata kepadanya apakah kamu
merasa menang? Sungguh aku, demi Allah, aku tidak berjanji kepada Allah dengan
sebuah janji kecuali aku telah menepatinya.Aku telah berjanji kepada Allah dengan
sebuah janji di depan Ka'bah untuk membunuh Ali dan muawiyah atau aku mati karena
keduanya jika kamu berkehendak kamu biarkan Antara aku dan dia, Dan kamu
mempunyai hak kepada Allah atas diriku jika aku tidak membunuhnya. Atau aku telah
membunuhnya kemudian aku tetap hidup dan mendatangi hingga aku meletakkan
tanganku pada tanganmu. Kemudian Hasan berkata kepadanya, demi Allah, sehingga
kamu melihat neraka dengan mata kepalamu titik lalu hasil menghampirinya dan
membunuhnya.
7
PENUTUP
7
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Mahmoud Al-Akkad. 1979. Ketakwaan khalfah Ali bin Abi
Thalib. Terj. Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad. Jakarta:
Bulan Bintang