Anda di halaman 1dari 12

Makalah Ali Bin Abu Thalib

OLEH:

Nama:
Nailah
Faizah S
Rambe
Kelas: X IPA 6

“MAN 2 MODEL MEDAN


Jl. Wiliiem Iskandar No.7A Medan
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT atas


segala rahmat, karunia,taufik, dan hidayahnya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah tentang Ali Bin Abi Thalib
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi
pembaca terutama dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita bagaimana kisah Ali Bin Abi Thalib.

Saya menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masi


banyak terdapat kesalahan dan kekurangan sehingga masih
jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, saya mengharapakan
kritik,saran dan usulan yang dapat membuat makalah ini lebih
baik.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................
Bab 1 Pendahuluan.......................................................................
A.Latar belakang masalah............................................................
B.Rumusan masalah.....................................................................
C.Tujuan penelitian......................................................................
Bab 2 Kepepimpinan Khalifah Ali Bin Abi Thalib......................
A.Biografi Abi Bin Abi Thalib.....................................................
B. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah..................
C.Strategi Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib................
- Khalifah Ali bin Abi Thalib Memerangi Khawarij.....................
- Upaya Pengembangan dalam Bidang Pemerintahan...................
- Perkembangan di Bidang Politik Militer.....................................
- Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa.......................................
-Perkembangan di Bidang Pembangunan.....................................
Bab 3 Penutup...............................................................................
A.Kesimpulan................................................................................
B.Saran dan kritik..........................................................................
Daftar Pusaka.................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar belakang masalah


Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada
empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama
menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang
memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang
tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah
setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan
petunjuk al-Quran dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh
kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur
rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani
Umayyah ke-8.

Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut


berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat
menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan
oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi
kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut
paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas
menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa
Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan
meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka
merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat
Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya
enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam
pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah
menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para
gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran
mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan
Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem
distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam
sebagaimana pernah diterapkan Umar.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib?


2. Bagaimana Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib?

C.TUJUAN
1. Untuk mengetahui Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi
Thalib
BAB 2
KEPEMIMPINAN KHALIFAH ALI BIN ABI TAHLIB

A.Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib

Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada


tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun
sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi
atau 600(perkiraan).

Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah.


Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga
kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda
27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.

Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi


Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan
keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi
tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah.
Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar.

1. Kehidupan Awal
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti As’ad,
dimana As’ad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan
Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.

Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi


Nabi SAW karena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir
nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW
bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya
putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu
Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa,
sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi
Muhammad SAW dilukiskan seperti Yohanes Pembaptis (Nabi
Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Dalam riwayat-riwayat Syi'ah dan
sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi
Harun kepada Nabi Musa.
2. Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat
lama seperti bin Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang
mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah
Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.

Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung
dari Nabi SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat
dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau menjadi menantu
Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa
ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam
bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan')
atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan
Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau
Sahabat-sahabat yang lain.

Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik


yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima
Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara
masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu
dengan kapasitas masing-masing.

Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu
Islam baik aspek zhahir (exterior) atau syariah dan bathin (interior)
atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang
sangat cerdas, berani dan bijak.
2. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah

Setelah Khalifah Usman ra. syahid, Ali ra. diangkat menjadi


khalifah ke-4. Awalnya beliau menolak, namun akhirnya beliau
menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang shahih
dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: .....Sementara orang
banyak datang di belakangnya dan menggedor pintu dan segera
memasuki rumah itu. Kata mereka: "Beliau (Usman ra.) telah
terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak
mengetahui orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (Ali
ra.)". Ali ra. berkata kepada mereka: "Janganlah kalian mengharapkan
saya, karena saya lebih senang menjadi wazir (pembantu) bagi kalian
daripada menjadi Amir". Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah,
kami tidak mengetahui ada orang yang lebih berhak menjadi khalifah
daripada engkau". ‘Ali ra. menjawab: "Jika kalian tak menerima
pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat tersebut
hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke masjid,
maka siapa yang bermaksud membaiatku maka berbaiatlah
kepadaku". Pergilah ‘Ali ra. ke masjid dan orang-orang berbaiat
kepadanya.

Dalam Tarikh Al-Ya’qubi dikatakan: ‘Ali bin Abi Thalib ra.


menggantikan Usman sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib ra.
dibaiat oleh Thalhah ra, Zubair ra, Kaum Muhajirin dan Anshar.
Sedangkan orang yang pertama kali membaiat dan menjabat
tangannya adalah Thalhah bin Ubaidillah ra.

3. Strategi kepemimpinan khalifah ali bin abi thalib

Diantara strategi Ali Bin Abi Thalib dalam menegakkan


kekhalifaan adalah memeranig Khawarij. Untuk kepentingan agama
dan negara, Ali Bin Abi Thali juga menggukan potensi dalam usaha
pengembangan Islam, baik perkembangan dalam bidang Sosial,
politik, Militer, dan Ilmu Pengetahuan. Berikut ini akan diuraikan
tentang strategi tersebut.

-Khalifah Ali Bin Abi Thalib Memerangi Khawarij


Semula orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut
membaiat Ali ra., dan Ali ra. tidak menindak mereka secara langsung
mengingat kondisi umat belumlah kembali stabil, di samping para
pembuat makar yang berjumlah ribuan itu pun telah berbaur di Kota
Madinah, hingga dapat mempengaruhi hamba sahaya dan orang-orang
Badui. Jika Ali ra. bersegera mengambil tindakan, maka bisa
dipastikan akan terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang tidak
kunjung habisnya. Karenanya Ali ra, memilih untuk menunggu waktu
yang tepat, setelah kondisi keamanan kembali stabil, untuk
menyelesaikan persoalan yang ada dengan menegakkan qishash.
Kaum khawarij sendiri pada akhirnya menyempal dari Pasukan Ali ra.
setelah beliau melakukan tahkim dengan Muawiyah ra. setelah
beberapa saat terjadi perbedaan ijtihad di antara mereka berdua ra.
(Ali ra. dan Muawiyah ra.).

- Upaya Pengembangan dalam Bidang Pemerintahan

Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi
Thalib sudah sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya.
Ummat Islam pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin
Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus
diselesaikannya, seperti tugas melakukan perluasan wilayah Islam dan
sebagainya.
Selain itu, kehidupan masyarakat Islam masih sangat sederhana
karena belum banyak terpengaruh oleh kemewahan duniawi,
kekayaan dan kedudukan.
Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan
keadaan mulai berubah. Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh
hal-hal yang bersifat duniawi. Oleh karena itu, beban yang harus
dipikul oleh penguasa berikutnya semakin berat. Usaha-usaha
Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam mengatasi persoalan tersebut tetap
dilakukannya, meskipun ia mendapat tantangan yang sangat luar
biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman, tentram dan
sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya .

- Perkembangan di Bidang Politik Militer


Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki kelebihan, seperti
kecerdasan, ketelitian, ketegasan keberanian dan sebagainya.
Karenanya ketika ia terpilih sebagai Khalifah, jiwa dan semangat itu
masih membara didalam dirinya. Banyak usaha yang dilakukan,
termasuk bagaimana merumuskan sebuah kebijakan untuk
kepentingan negara, agama dan umat Islam kemasa depan yang lebih
cemerlang. Selain itu, dia juga terkenal sebagai pahlawan yang gagah
berani, penasihat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan
pemegang teguh tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang kawan
yang dermawan.

- Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa

Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam
telah sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai
ke Indus. Akibat luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya
masyarakat yang bukan berasal dari kalangan Arab, banyak
ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau Hadits
sebagai sumber hukum Islam.
Khalifah Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu
sangat fatal, terutama bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran
islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian Khalifah
Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk
mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).
Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar
dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan
berasal dari masyarakat Arab akan mendaptkan kemudahan dalam
membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
.   
- Perkembangan di Bidang Pembangunan

Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, terdapat usaha positif yang
dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota
yang dibangun adalah kota Kuffah.
Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuao politis untuk
dijadikan sebagai basis pertahanan kekuatan Khalifah Ali bin Abi
Thalib dari berbagai rongrongan para pembangkang, misalnya
Muawiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota tersebut
berkembang menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi
bahkan kemudian menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan
keagamaan, seperti perkembangan Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits dan
sebagainya.
Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara
Khalifah Ali bin Abi Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang
sejak semula tidak mau tunduk terhadap perintahnya. Karena letaknya
yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan Muawiya bin Abi
Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat strategis bagi pertahanan
Khalifah.
BAB 3
PENUTUP

A.Kesimpulan

1.Ali ra. bekerja keras pada masa kekhilafahannya guna


mengembalikan stabilitas dalam tubuh umat Islam.
2.Diantara strategi Khalifah Ali bin Abu Tholib, yang berhasil
dikembangkan adalah:
a.Perkembangan di bidang pembangunan
b.Perkembangan di bidang bahasa
c.Perkembangan di bidang militer
d.Perkembangan di bidang pemerintahan
e. Memerangi khawarij

B.Saran dan kritik


Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk
penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSAKA

Faizah,Nailah.2021.Makalah Abi Bin Abi Thalib.Medan.

SEKIAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai