Disusun Oleh:
2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dalam suatu
keteraturan hingga dari lisan terpetik berjuta rasa syukur atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami diberikan kekuatan dan kesempatan menyelesaikan Makalah Sejarah
Peradaban Islam yaitu Masa Kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib”dengan baik. Salam dan
salawat tercurahkan kepada baginda Muhammad SAW yang telah diutus kepermukaan bumi
ini untuk menuntun manusia dari lembah kebiadaban menuju kepuncak peradaban.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................5
A. Kesimpulan..............................................................................................................22
B. Kritik dan Saran.......................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Memahami dan mengetahui kisah dari para Khulafaur Rasyidin adalah termasuk hal
yang sangat perlu dan penting. Karena Khulafaur Rasyidin adalah empat orang khalifah
pertama agama islam yang dipercaya oleh umat islam sebagai penerus kepemimpinan setelah
nabi Muhammad wafat. Dalam bab pembahasan sebagaimana Khulafaur Rasyidin terdiri dari
empat khalifah, maka dalam bab pembahasan kami akan membahas khalifah yang ke-empat,
yaitu Ali bin Abi Thalib ra. Beliau merupakan khalifah terakhir yang memegang kekuasaan
setelah Utsman bin Affan wafat.Dimana Ali bin Abi Thalib termasuk kerabat dari nabi
Muhammad saw. Beliau tinggal dengan nabi Muhammad dari kecil, diasuh seperti anak
sendiri. Terlebih lagi Ali bin Abi Thalib menjadi menantu nabi Muhammad saw dari putrinya
Fatimah az-Zahra. Ali bin Abi Thalib dipercayakan nabi Muhammad untuk menyelesaikan
urusan-urusan yang terkait dengan amanat Nabi Muhammad saw.
Ali bin Abi Thalib ra adalah khalifah ke empat dari kekhalifahan islam. Ali bin Abi
Thalib diangkat menjadi khalifah setelah meninggalnya khalifah Usman bin Affan ra dalam
peristiwa pembunuhan yang terjadi dirumah khalifah Usman bin Affan ra.Ali bin Abi Thalib
adalah salah satu orang yang pertama kali beriman dengan Rasulullah SAW meskipun dia saat
itu masih kecil. Dia adalah putera Ali bin Abi Thalib paman Rasulullah SAW dan dikawinkan
dengan puterinya yang bernama Fatimah yang dari pihak inilah Rasulullah memperoleh
keturunan. Ali semanjak kecilnya sudah dididik dengan adab dan budi pekerti Islam, dia
termasuk orang yang sangat fasih berbicara dan pengetahuannya juga tentang Islam sangat
luas sehingga tidak heran dia adalah salah satu periwayat yang terbanyak meriwayatkan hadits
Rasulullah SAW.
Oleh sebab itu, dalam bab selanjutnya yaitu bab pembahasan kami akan menjelaskan
biografi dari Ali bin Abi Thalib. Serta menceritakan perjuangannya dimasa kekhalifahannya
serta prestasi-prestasi yang telah diperolehnya selama menjadi khalifah dan kisah dari
kewafatannya Ali bin Abi Thalib.
4
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah ;
C.Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah ;
1. Dapat mengetahui kisah hidup Ali bin Abi Thalib ra
2. Dapat mengetahui kekhalifahan Ali bin Abi Thalib ra
5
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah mendengar Rasulullah saw. dan Abu Bakar telah sampai ke Madinah, Ali
menyusul ke sana. Di Madinah ia dikawinkan dengan Fatimah az-Zahra, putri Rasulullah saw.
yang ketika itu tahun ke 2 H beliau berusia 15 tahun.
Ali menikah dengan sembilan wanita dan mempunyai 19 orang putra-putri. Fatimah
adalah istri pertama. Dari fatimah, Ali mendapat dua putra dan dua putri. Yaitu Hasan,
6
Husein, Zainab dan Ummu Kalsum yang kemudian diperistri oleh Umar bin Khattab. Setelah
Fatimah wafat Ali menikah lagi berturut-turut dengan:1
1. Ummu Bamin bin Hisyam dari bani Amir bin Kilab, yang melahirkan empat putra
yaitu Abbas, Ja’far, Abdullah dan Usman.
2. Laila binti Mas’ud at-Tamimyah yang melahirkan dua putra yaitu Abdullah dan Abu
Bakar.
3. Asma binti Umar al-Quimiah, yang melahirkan dua putra yaitu Yahya dan
Muhammad.
4. as-Sahbah binti Rabiah dari bani Jasyim bin Bakar, seorang janda dari Bani Taglab,
yang melahirkan dua anak, Umar dan Ruqayyah.
5. Umamah binti Abi Ass bin ar-Arrab, putri Zainab binti Rasulullah saw. yang
melahirkan satu anak yaitu Muhammad.
6. Khanlah binti Ja’far al-Hanafiah, yang melahirkan seorang putra, yaitu Muhammad
(al-Hanafiah).
7. Ummu Sa’id binti Urwah bin Mas’ud, yang melahirkan dua anak, yaitu Ummu al-
Husain dan Ramlah.
8. Mahyah binti Imri’ al-Qais al-Kabiah, yang melahirkan seorang anak bernama Jariah.
Ali diberi juga julukan (gelar) Abutturab (arti letterliknya “pak tanah”) dijuluki
demikian, karena pada suatu saat ia tidur di Masjid, pakainya terlepas dari badan, hingga ia
tidur di atas tanah tanpa alas. Kemudian ia dibangunkan oleh Nabi, sambil berkata,
“bangunlah, hai Abutturab” dan gelar itulah tampaknya amat di sukainya.
1
[2] Ensiklopedi Islam, (Cet. III, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997) h. 111-112
7
2
Dialah seorang anak kecil yang mula pertama membenarkan tindak tanduk Nabi saw.
dan masuk Islam sedang umurnya baru menginjak delapan tahun. Berarti ia memiliki jiwa
yang tidak dikotori oleh keadaan-keadaan jahiliah dan satu kalipun tidak pernah ikut
menyembah berhala, karena itu kepadanya disebutkan: “Karramallahu Wajahahu” yang
artinya: semoga Allah memuliakan Wajahnya, sementara kepada para sahabat lainnya hanya
disebutkan “Radliallahu ‘Anhu” yang artinya, semoga Allah Meridhoinya.
Ali terkenal sebagai seorang yang tidak mencintai dunia meskipun bila ia mau,
peluang untuk itu sangatlah mudah. Ia ahli dalam berpidato, memiliki sastra dan juga bahasa
yang indah dengan lidah yang fasih. Ia juga hafal Al-Qur’an serta mengumpulkannya dan
membetulkannya di hadapan Nabi.
Ali adalah orang pertama dari golongan Bani Hashim yang menjadi khalifah, seorang
yang mula-mula meletakkan dasar ilmu Nahwu atau Gramatika Bahasa Arab. Dia juga yang
diserahi untuk melakukan perang tanding pada permulaan dan pendahuluan perang Sabil yang
pertama, yaitu perang Badar. Pantaslah kalau ia termasuk kelompok sepuluh yang disebutkan
oleh Nabi yang dijamin masuk surga.
Ali bin Abi Thalib juga seorang yang mendapat kehormatan dan kepercayaan Nabi
saw. dengan mengutusnya ke Negeri Yaman, ketika usianya masih sangat muda belia, tapi ia
di do’akan oleh Nabi : “Ya Tuhan, pimpinlah hatinya dan tetapkanlah lidahnya” sehingga
seluruh sahabat mengakui bahwa Ali-lah orang yang dipandang lebih mengetahui tentang
Hukum dan Peradilan.
Ali juga pernah mendapat kehormatan untuk menjabat sebagai wakil Nabi yaitu
menjadi Wali Kota Madinah ketika Nabi pergi bersama Jaisu Usrah diperang Tabuk. Ketika
Ali berkata kepada Nabi, “Ya Rasulullah, mengapa tuan tinggalkan saya bersama orang-orang
perempuan dan anak-anak”? lalu dijawab oleh Nabi,
َّ ِ أَ ْنتَ ِمنِّى بِ َم ْن ِزلَ ِة هَارُوْ نَ ِم ْن ُّموْ َسى اِاَّل اَّنَهُ اَل نَب: صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل لِ َعلٍّى
ي بَ ْع ِدى َّ ِاِ َّن النَّب
َ ى
Terjemahan :“Bahwasanya Nabi saw berkata kepada Ali: “Engkau bagiku seperti Nabi
Harun menempati posisi Nabi Musa”, kecuali sesungguhnya tidak ada lagi Nabi sesudahku.”
(H.R. Ahmad dan Bazzar).[3]
2
[3] Suyuthi Pulungan, Fiqih Siyasah, Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (Cet. V; Jakarta: Rajawali Pers 2002), h. 204
8
3
Jadi ia mengikuti semua perang sabil yang di lakukan oleh Nabi kecuali perang tabuk
ia bertugas di Madinah. Sebagai seorang sahabat Nabi, ia juga memiliki kemauan dan
kelebihan. Ia adalah seorang yang pemurah, dermawan rendah hati, ramah tamah, jujur,
amanah (dapat dipercaya) qana’ah (mencakup dengan apa yang ada dengan tidak berlebih-
lebihan), adil disiplin dan banyak lagi.[4]
Perhatian dan kasih sayang Rasulullah saw menjadikan Ali tumbuh menjadi remaja
yang sehat, baik jasmani maupun rohaninya. Kesehatan yang prima yang tetap terjaga sampai
berusia 60 tahun.Tubuh Ali ra adalah tubuh yang amat baik. Cerminan dari ketangkasan,
kejantanan, dengan postur tubuh tinggi. Berkulit coklat, rambut besar-besar dengan jenggot
panjang. Matanya besar dengan sinar yang tajam. Keseluruhan menampakkan ketampanan.
Apalagi disertai dengan dada yang bidang dan perut yang tidak kecil tidak pula besar.
Tubuhnya tegak, tetapi jika berjalan selalu menunduk. Lain jika berada di medan peperangan.
Ali ra akan tagak, siap menghadang apa pun yang merintangi perjuangan yang ditegakkan.
Pemberani dan pantang menyerah, serta selalu berdiri di baris terdepan.
1. Ketahanan Ali tehadap udara dapat dibanggakan. Panas ataupun dingin sama sekali
tiada berpengaruh. Bahkan di hari panas, Ali ra biasa memakai pakaian panas. Jika
ditanya bagaimana bisa demikian, Ali menjawab:“Pada satu kali, ketika sakit mata;
Rasulullah menyuruhku. Saat itu hari Khaibar, Aku pun menyatakan bahwa mataku
sakit, sehingga tak dapat melakukan suruhan itu. Mendengar demikian, Rasulullah
berdoa:“Allahumma…hilangkan darinya rasa panas dan dingin.”“Sejak itulah aku
tidak lagi merasakan panas ataupun dinginnya udara, seperti dirasakan yang lain.”
3
[4] Imam Munawir, Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikiran Islam dari Masa ke Masa (Cet. I; Surabaya:
PT. Bina Ilmu, 1985). h. 97-100
9
4
2. Keadilan dan kejujuran Ali sebenarnya panas dingin itu ada, tapi kekuatan jasmani Ali
ra mampu menahan semua. Pernah pula Ali ra menggigil karena dinginnya udara.
Meskipun gemetaran, Ali ra hanya mengenakan selimut tipis yang kusut. Haram bin
Amarah menceritakan ini. Melihat demikian ketika Haram masuk ke rumah Ali ra,
Haram berkata:“Ya…Amirul Mukminin! Bukankah Allah swt menyediakan harta benda
untukmu dan keluargamu? Mengapa keadaanmu sampai seperti ini?”“Demi Allah…!
Aku tidak ingin mengambil harta kalian. Selimut ini aku bawa sejak dari Madinah,”
jawab Ali ra.[5]
3. Ia tidak pernah tergiur sedikitpun oleh urusan-urusan duniawi. Karena terhadap urusan
ini, ia telah memutuskan hubungannya dan telah mengucapkan selamat berpisah.Ia
hidup di dunia sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah saw “Sejak awal ia di
dunia terlibat dalam perjuangan sengit membela agama Allah”.[6]
4. Keberanian Ali ra sudah terlihat ketika remaja, jiwa yang pemberani dan tidak takut
mati. Ali pernah menantang jagoan terkenal Arab di masa itu. Dia bernama Amru bin
Wud. Peristiwanya terjadi pada saat perang Khandak. Sambil mengenakan baju besi,
Amru berkata,“Hai…kaum muslimin! Siapa yang berani denganku!”Tak ada jawaban
selain permohonan Ali untuk menghadapi tantangan itu kepada Rasulullah. Amru
kembali berteriak lantang dengan nada mengejek,“Hai siapa yang berani!? Mana
surga yang kalian janjikan! Mana…? Tidak ada yang berani!”Sekali lagi Ali
memohon dan tetap tidak diijinkan Rasulullah. Baru setelah tiga kali tetap tidak ada
yang keluar melayani tantangan Amru, Ali berdiri dan dengan paksa mohon ijin untuk
melayani Amru. Akhirnya Rasulullah pun mengijinkan Ali menghadapi Amru, Amru
heran melihat lawannya masih kecil dan dia bertanya:“Siapa kau?”“Ali,” jawab
Ali.“Ali, putra Abdu Manaf?” Tanya Amru tak percaya.“Aku…Ali bin Abu Thalib,
jawab Ali dengan tegas.“Kau anak saudaraku yang masih kecil. Apakah tak ada yang
lebih dewasa darimu. Aku tak mau mencucurkan daarahmu…,” kata Amru.“Tapi…
demi Allah! Aku ingin mencucurkan darahmu di sini,” balas Ali tegas
menantang.Tentu tantangan anak kecil ini membuat darah Amru naik ke kepala.
Kemarahannya tak terbendung sehingga tanpa aba-aba dia melayangkan pedang yang
mengkilat bagai api ke kepala Ali. Tameng Ali bergerak, terhindarlah kepala Ali.
Sayang, tamengnya pecah dan mengenai kepala Ali. Secepat kilat, sebelum Amru
4
[5]Khalid Muh. Khalid, Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari Karakteristik Penghidup Khalifah
Rasulullah. 1994, CV Diponegoro. Bandung, hlm. 467 & 470
[6] Dr. Abbas Mahmud Aqqad, Keagungan ALI bin ABU THALIB. 1994, Pustaka Mantiq. Solo, hlm 20-21.
10
sempat memperhatiskan 5yang terjadi, pedang Ali telah bergerak. Serangan ini tepat
mengenai pundak Amru. Robohlah dia tampat sempat bernafas lagi. Ali, tanpa
menghiraukan luka di kepalanya berteriak mengucapkan takbir “Allahu Akbar…
Allahu Akbar!”Amru bin Wud meninggal ditangisi dan diratapi saudara
perempuannya:“Jika bukan Ali yang membunuh, aku akan menyesal seumur hidup.
Wajar, kakakku mati di tangan seorang pemuda yang terkenal tiada bandingnya di
tanah ini.”[6]
5
[6] Dr. Abbas Mahmud Aqqad, Keagungan ALI bin ABU THALIB. 1994, Pustaka Mantiq. Solo, hlm 20-21.
[7] Ibid, hlm. 174.
[8] Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1990), hlm. 28.
11
Pada masa pemerintahan Khalifah Ali itu, perpecahan kongkrit di dalam kalangan al-
Shahabi menjadi suatu kenyataan, dengan pecah beberapa kali sengketa bersenjata yang
6
menelan korban bukan kecil. Juga pada masanya itu bermula lahir sekte-sekte di dalam
sejarah dunia Islam, yakni sekte Syiah dan sekte Khawarij. Bermula sebagai kelompok-
kelompok politik yang berbedaan paham dan pendirian tetapi lambat-laun berkembang
menjadi sekte-sekte keagamaan, menpunyai ajaran-ajaran keagamaan tertentu di dalam
beberapa permasalahan Syariat dan Aqidah. Perkembangan tersebut berlangsung beberapa
puluh tahun sepeninggal Khalifah Ali ibn Abi Thalib.[9]
Sudah diketahui bahwa Ali bin Abi Thalib memiliki sikap yang kokoh, kuat pendirian
dalam membela yang hak. Setelah dibaiat sebagai khalifah, dia cepat mengambil tindakan.
Dia segera mengeluarkan perintah yang menunujukkan ketegasan sikapnya.
Langkah awal yang dilakukan khalifah Ali adalah menghidupkan kembali cita-cita
Abu Bakar dan Umar, ia menarik kembali semua tanah dan hibah yang telah dibagikan
Utsman kepada kerabat dekatnya menjadi milik negara. Ali juga melakukan pemecatan semua
gubernur yang tidak disenangi oleh rakyat. Ia juga membenahi dan menyusun arsip Negara
untuk mengamankan dan menyelamatkan dokumen-dokumen khalifah dan kantor sahib-
ushsurtah, serta mengkoordinir polisi dan menetapkan tugas-tugas mereka.[10]
Ali juga memindahkan pusat kekuasaan islam ke kota Kuffah. Sejak itu berakhirlah
Madinah sebagai ibukota kedaulatan islam dan tidak ada lagi khalifah yang berkuasa berdiam
disana. Sekarang Ali adalah pemimipin dari seluruh wilayah islam, kecuali Suriah. Pada saat
itu, Ali tidak bermukim secara tetap di Kuffah, dia pergi kesana hanya untuk menegakkan
kekuasaannya, sebagaimana ditunjukkan oleh jasa pemukimannya yang ada diluar kota itu.
Pada saat yang sama dia melakukan perpindahan-perpindahan untuk menegakkan
kedudukannya dibeberapa propinsi didalam kerajannya.[11]
6
[9] Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 462-463.
[10] http://cipcipmuuach.blogspot.co.id/2013/04/sistem-politik-masa-khalifah-ali-bin.html, diakses 4 April
2013
[11] Shaban, Sejarah Islam (600-750): Penafsiran Baru, (Jakarta: Rajawali Pers, 1993), hlm. 105.
12
1. Pemberontakan yang pertama adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Aisyah yakni
dalam perang jamal. Aisyah telah dihasut oleh anak angkatnya Abdullah bin Zubair yang
7
sebenarnya menginginkan jabatan khalifah. Alasan perang ini karena khalifah Ali
dianggap tidak mengusut pembunuhan khallifah ustman dan dianggap membiarkan kasus
pembunuhan usman. Khalifah Ali berusaha supaya tidak teradi peperangan dengan
melakukan perundingan akan tetapi ternyata ada pasukan Aisyah yang mengajak
berperang maka perangpun tidak bisa dihindarkan.[12]Dan akhirnya pasukan Imam Ali
a.s berhasil memenangkan peperangan itu sementara Aisyah "Ummul Mu'rninin"
dipulangkan secara terhormat ke rumahnya.[13]
2. Pemberontakan yang kedua dilakukan oleh muawiyah bin abu sufyan. pada masa khalifah
Ali, Muawiyah menjabat sebagai gubernur Syam.Perang antara Ali dan muawiyah ini
dinamakan perang shiffin karena terjadi dibukit shiffin. Keluarga umayah memang tidak
setuju dengan diangkatnya khalifah Ali sebagai khalifah. Keluarga Umayah
menginginkan muawiyah menjadi khalifah. Peperangan ini sebenarnya dimenangkan
pasukan Ali tapi ketika hampir kalah pasukan muawiyah mengangkat tombak yang
ujungnya al quran tanda mengajak adanya perundingan yang kemudian dikenal dengan
peristiwa tahkim. Diperistiwa tahkim ini pihak Ali diwakili Abu musa Al Asyari dan
pihak muawiyah diwakili Amr bin Ash. Setelah perundingan berlangsung diputuskan
baik Ali dan Muawiyah akan dicopot dari jabatannya. Amr bin Ash yang seorang
politikus mempersilahkan Abu musa Al Asyari untuk mengumumkan terlebih dahulu.
Kemudian Abu musa Al asyari menerima tawaran itu dan mengumumkan hasil tahkim
bahwa Ali diturunkan dari jabatannya. Kemudian Amr bin Ash naik ke mimbar dan
mengumumkan bahwa dia mengangkat muawiyah sebagai khalifah. Ini adalah strategi
dari seorang Amr bin Ash yang dengan cerdiknya mengambil kesempatan ini. peristiwa
tahkim inilah yang menyebabkan perpecahan dipihak Ali yakni pengikut Ali terpecah
menjadi 2 yaitu Syiah dan khawarij (yang keluar dari Ali). Khalifah Ali berusaha
mengembalikan mereka kepada kebenaran dengan berbagai cara, tapi tidak berhasil.
Akhirnya Ali mengambil keputusan memerangi mereka. Walaupun diperangi, namun
mereka tidak dapat dihancurkan. Bahkan kaum khawarij ini telah menyusun tim
pembunuh 3 orang yang dianggap sebagai pemicu perpecahan dikalangan umat islam
7
[12] http://abdulaziz-fkp10.web.unair.ac.id/profil.html">Profil</a></li
[13] http://putrasaimima.blogspot.com/2011/07/ali-bin-abi-thalib.html
[14] http://abdulaziz-fkp10.web.unair.ac.id/profil.html">Profil</a></li>
13
yakni Ali, Muawiyah dan Amr bi Ash. Ali berhasil dibunuh oleh Abdurrahman bin
muljam saat akan Melaksanakan shalat shubuh.[14]
Diantara strategi Ali Bin Abi Thalib dalam menegakkan kekhalifaan adalah
memeranig Khawarij. Untuk kepentingan agama dan negara, Ali Bin Abi Thali juga
menggukan potensi dalam usaha pengembangan Islam, baik perkembangan dalam bidang
Sosial, politik, Militer, dan Ilmu Pengetahuan. Berikut ini akan diuraikan tentang strategi
tersebut;
“Tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Tidak boleh menggantikan hukum Allah
dengan hukum manusia. Demi Allah! Allah telah menghukum penzalim dengan jalan
diperangi sehingga kembali ke jalan Allah.””Ungkapan mereka: ‘Tiada ada hukum kecuali
hukum Allah, dikomentari oleh Ali: “Ungkapan benar, tetapi disalahpahami. Pada akhirnya
‘Ali ra. memerangi khawarij tsb., dan berhasil menghancurkan mereka di Nahrawan, di mana
hampir seluruh dari orang Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang terbunuh di pihak
Ali ra. hanya 9 orang saja.8[15]
8
[15] http://alkamilok.wordpress.com/2008/09/16/ringkasan-keutamaan-ali-bin-abi-thalib/
14
2.Upaya Pengembangan dalam Bidang Pemerintahan
Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sudah
sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Ummat Islam pada masa pemerintahan
Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus
diselesaikannya, seperti tugas melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya. Selain itu,
kehidupan masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak terpengaruh oleh
kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan.9[16]
Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan keadaan mulai berubah.
Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Oleh karena itu,
beban yang harus dipikul oleh penguasa berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali
Ibnu Abi Thalib dalam mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia
mendapat tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa
aman, tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya :
Semua gubernur yang diangkat oleh Khalifah Usman Ibnu Affan terpaksa diganti,
karena banyak masyarakat yang tidak senang. Menurut pengamatan Khalifah Ali Ibnu Abi
Thalib, para gubernur inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai gerakan pemberontakan
terhadap pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan. Mereka melakukan itu karena Khalifah
Usman pada paruh kedua masa kepemimpinannya tidak mampu lagi melakukan kontrol
terhadap para penguasa yang berada dibawah pemerintahannya. Hal itu disebabkan karena
usianya yang sudah lanjut usia, selain para gubernur sudah tidak lagi banyak yang memiliki
idealisme untuk memperjuangkan dan mengembangkan Islam. Pemberontakan ini pada
akhirnya membuat sengsara banyak rakyat, sehingga rakyatpun tidak suka terhadap mereka.
Berdasarkan pengamatan inilah kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib mencopot mereka.
Adapun para gubernur yang diangkat Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sebagai pengganti
gubernur lama yaitu; Sahl Ibnu Hanif sebagai gubernur Syria, Sahl Ibnu Hanif sebagai
gubernur Syriah, Usman Ibnu Affan sebagai gubernur Basrah, Umrah Ibnu Syihab sebagai
gubernur kuffah, Qais Ibnu Sa'ad sebagai gubernur Mesir, Ubaidah Ibnu Abbas sebagai
gubernur Yaman.
9
[16] http://majlas.yn.lt/ perkembanga Islam masa Khalifah Ali bin Abu Tholib. Mei 2012
15
B.Menarik kembali tanah milik negara
Pada masa pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan banyak para kerabatnya yang
diberikan fasilitas dalam berbagai bidang, sehingga banyak diantara mereka yang kemudian
merongrong pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan dan harta kekayaan negara. Oleh
karena itu, ketika Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menjadi Khalifah, ia memiliki tanggung jawab
yang besar untuk menyelesaikannya. Beliau berusaha menarik kembali semua tanah
pemberian Usman Ibnu Affan kepada keluarganya untuk dijadikan milik negara.
Usaha itu bukan tidak mendapat tantangan. ketika Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib
banyak mendapat perlawanan dari para penguasa dan kerabat mantan Khalifah Usman Ibnu
Affan. Salah seorang yang tegas menentang ketika Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib adalah
Muawiyah Ibnu Abi Sufyan. Karena Muawiyah sendiri telah terancam kedudukannya sebagai
gubernur Syria. Untuk menghambat gerakan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, Muawiyah
menghasut kepada para sahabat lain supaya menentang rencana Khalifah, selain menghasut
para sahabat Muawiyah juga mengajak kerjasama dengan para mantan gubernur yang dicopot
oleh Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib. Kemudian terjadi perang Jamal, perang Shiffin dan
sebagainya.
Semua tindakan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib semata bertujuan untuk membersihkan
praktek Kolusi, korupsi dan Nepotisme didalam pemerintahannya. Tapi menurut sebagian
masyarakat kalo situasi pada saat itu kurang tepat untuk melakukan hal itu, yang akhirnya
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib pun meninggal ditangan orang-orang yang tidak menyukainya.
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib bekerja keras sebagai Khalifah sampai akhir hayatnya, dan
beliau menjadi orang kedua yang berpengaruh setelah Nabi Muhammad Saw.
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib memiliki kelebihan, seperti kecerdasan, ketelitian,
ketegasan keberanian dan sebagainya. Karenanya ketika ia terpilih sebagai Khalifah, jiwa dan
semangat itu masih membara didalam dirinya. Banyak usaha yang dilakukan, termasuk
bagaimana merumuskan sebuah kebijakan untuk kepentingan negara, agama dan umat Islam
kemasa depan yang lebih cemerlang. Selain itu, dia juga terkenal sebagai pahlawan yang
gagah berani, penasihat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh
tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang kawan yang dermawan.
16
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib sejak masa mudanya amat terkenal dengan sikap dan
sifat keberaniannya, baik dalam keadaan damai mupun saat kritis. Beliau amat tahu medan
dan tipu daya musuh, ini kelihatan sekali pada saat perang Shiffin. Dalam perang itu Khalifah
Ali Ibnu Abi Thalib mengetahui benar bahwa siasat yang dibuat Muawiyah Ibnu Abi Sufyan
hanya untuk memperdaya kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menolak ajakan damai,
karena dia sangat mengetahui bahwa Muawiyah adalah orang yang sangat licik. Namun para
sahabatnya mendesak agar menerima tawaran perdamaian itu. Peristiwa ini kemudian dikenal
dengan istilah "Tahkim" di Daumatul Jandal pada tahun 34 Hijriyah. Peristiwa itu sebenarnya
merupakan bukti kelemahan dalam system pertahanan pada masa pemerintahan Khalifah Ali
Ibnu Abi Thalib. Usaha Khalifah terus mendapat tantangan dan selalu dikalahkan oleh
kelompok orang yang tidak senang terhadap kepemimpinannya.Karena peristiwa "Tahkim"
itu, timbullah tiga golongan dikalangan umat Islam, yaitu Kelompok Khawarij,Kelompok
Murjiah dan Kelompok Syi'ah (pengikut Ali). Ketiga kelompok itu yang pada masa
berikutnya merupakan golongan yang sangat kuat dan yang mewarnai perkembangan
pemikiran dalam Islam.
Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah sampai
Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah
kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan Arab, banyak
ditemukan kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau Hadits sebagai sumber hukum
Islam.
Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat fatal, terutama
bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber aslinya yang berbahasa
Arab. Kemudian Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk
mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).Dengan adanya Ilmu Nahwu
yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa Al-Qur'an, maka orang-
orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan mendaptkan kemudahan dalam
membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
Pada masa Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib, terdapat usaha positif yang dilaksanakannya,
terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah.Semula
17
pembangunan kota Kuffah ini bertujuao politis untuk dijadikan sebagai basis pertahanan
kekuatan Khalifah Ali Ibnu Abi Thalib dari berbagai rongrongan para pembangkang,
misalnya Muawiyah Ibnu Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota tersebut berkembang
menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian menjadi pusat
pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan Ilmu Nahwu, Tafsir,
Hadits dan sebagainya.
Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara Khalifah Ali Ibnu
Abi Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak semula tidak mau tunduk terhadap
perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan Muawiya Ibnu
Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat strategis bagi pertahanan Khalifah [17]10.
1.Perang Jamal
Perang Jamal adalah peperangan yang terjadi anatara Aisyah dengan Khalifah Ali.
Aisyah telah dihasut oleh anak angkatnya Abdullah bin Zubair yang sebenarnya
menginginkan jabatan khalifah. Alasan perang ini karena khalifah Ali dianggap tidak
mengusut pembunuhan khallifah ustman dan dianggap membiarkan kasus pembunuhan
usman. Khalifah Ali berusaha supaya tidak teradi peperangan dengan melakukan perundingan
akan tetapi ternyata ada pasukan Aisyah yang mengajak berperang maka perangpun tidak bisa
dihindarkan.
Perang Jamal terjadi pada tahun 36 H atau pada awal kekhalifahan Ali. Perang ini
mulai berkecamuk setelah dzuhur dan berakhir sebelum matahari terbenam pada hari itu.
Dalam peperangan ini, Ali disertai 10.000 personil pasukan, sementara Pasukan Jamal
berjumlah antara 5.000-6.000 prajurit. Bendera Ali dipegang oleh Muhammad bin Ali bin Abi
Thalib, sementara bendera Pasukan Jamal dipegang oleh Abdullah bin az-Zubair.[18]
Perang Jamal ini dimenangkan Ali. Kedua saingan (Thalha-Zubair) gugur atau
terbunuh dimalam hari dan tidak diketahui siapa pembunuhnya. Sementara Aisyah kalah
perang dan ditangkap. Ali dengan penuh hormat memulangkan Aisyah ke Madinah seperti
biasa diperlakukan terhadap seorang “ibu negara”.[19]
10
[17] http://majlas.yn.lt/ perkembanga Islam masa Khalifah Ali bin Abu Tholib. Mei 2012
18
2.Perang Shiffin
Perang Shiffin adalah peperangan pasukan Ali melawan Mu’awiyah. Perang ini tidak
berakhir dengan kalah-menang antara keduanya, tetapi hanya dengan mengamati indikasi
peperangan, akan tampak kelemahan Ali kalau tidak mau kalah. Peperangan ini terjadi karena
faktor politik. Dapat dikemukakan dua hal yang mempengaruhi: Pertama, Ali diangkat
menjadi khalifah pada tahun 656, namun Mu’awiyah jauh lebih mapan karena dua puluh
tahun lebih dulu telah menjadi Gubernur Syiria; Kedua, Mu’awiyah cukup berpengalaman
dan memiliki pengaruh yang mengakar, yang mampu membangun kemakmuran bagi wilayah
dan penduduknya, sedangkan Ali tidak memilik kemantapan politik pada masa khilafah.[20]
Perang Jamal terjadi diwilayah Shiffin, sebelah selatan Raqqah tepi barat sungai Efrat.
Dalam peperangan ini, Ali membawa pasukan sebanyak 50.000 orang, dan Mu’awiyah
membawa tentara Suriah. Di bawah pimpinan Malik al-Asytar, pasukan Ali hampir menang
ketika Amr bin Ash pemimpin pasukan Mu’awiyah yang cerdik dan licik melancarkan siasat.
Salinan al-Qur’an yang dilekatkan diujung tombak terlihat diacung-acungkan, sebuah tanda
yang diartikan sebagai seruan untuk mengakhiri bentrokan dan mengikuti keputusan al-
Qur’an. Perang ini diakhiri dengan tahkim, tapi tahkim tidak menyelesaikan masalah, bahkan
telah menimbukan perpecahan dikalangan umat Islam yang terbagi menjadi tiga kekuatan
politik yaitu Mu’awiyah, Syi’ah dan Khawarij.[21]Keadaan ini tidak menguntungkan Ali.
Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi
Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali dibunuh oleh salah
satu anggota Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam dengan pedang beracun di dahinya
yang mengenai otak.[22]
3.Perang Nahrawan
Setelah itu, kaum Khawarij membunuh seorang sahabat yang mulia, Abdullah bin
Khabbabdan istrinya yang ketika itu sedang hamil tua. Ketika ksaus ini sampai kepada Ali, ia
mengirimkan surat kepada mereka, isinya: “Siapa yang menbunuh Khabbab?” Mereka
menjawab: “Kamilah semua yang membunuhnya”. Maka Ali pun keluar menuju tempat
19
mereka dengan pasukan berjumlah 10.000 prajurit, dan menyerang mereka di daerah
Nahrawan.[23]
4.Munculnya Sekte-sekte
Sebagai akibat perang Shiffin, sekte-sekte muncul secara serius pada masa Ali.
Bahkan persinggungan antara faktor teologi dan politik muncul pertama kali dalam suatu
percekcokan yang terjadi dikalangan pengikut Ali.
Dalam sejarah umat Islam, sekte-sekte sebagai wujud perbedaan pemikiran dan ide pada
pokoknya disebabkan perbedaan aspirasi politik: kelompok setia Ali yang selanjutnya
dinamakan Syi’ah dan kelompok eksodus yang selanjutnya dikenal dengan Khawarij, benar-
benar berbeda sangat jauh.Syi’ah merupakan kelompok sayap kanan dan Khawarij adalah
kelompok sayap kiri. Keduanya sama radikal dan ekstrim. Adanya imam menurut Syi’ah
adalah wajib. Keharusan agama dan dunia akan hancur tanpa imam. Tetapi Khawarij
mengatakan, adanya imam tidak diharuskan agama. Imam tidak perlu bila manusia dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri, bahkan karena imamlah manusia membuat kehancuran
dengan membunuh.
Kemelut yang semula menitikberatkan hal-hal politik, kini beralih pada persoalan
teologi. Seperti apa yang dilontarkan Syi’ah maupun Khawarij, mempunyai konotasi dengan
pembicaraan yang didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran Islam.11[24]
Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan
strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa
yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena
pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari
golongan Khawarij(pembangkang) saat mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada
tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21
Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa
riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.[25]
11
[24] Solikhin, Op. Cit., hlm. 29-30.
[25] http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib
20
H. Jasa Khalifah Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah
Ali adalah seorang yang zuhud dan sederhana. Beliau tidak senang dengan
kemewahan hidup, bahkan menentangnya. Beliau adalah perwira yang cerdas, tangkas dan
teguh pendirian dan pemberani. Berkat keperwiraannya, Ali dijuluki “Ashadullah” yang
artinya ‘Singa Allah. Beliau tegas, tidak segan-segan mengganti pejabat Gubernur yang
dinilainya tidak becus mengurusi kepentingan umat islam. Ali wafat karena dibunuh oleh Ibnu
Muljam dari golongan Khawarij.
BAB III
12
[26] [12]http://berangkathajiumroh.wordpress.com/2012/10/13/prestasi-ali-bin-abi-thalib/
21
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah kali ini adalah :
1. Ali menjadi Khalifah ditunjuk oleh para sahabat.
2. Masa kekhalifahannya 35-40 H / 656-661 M
3. Memindahkan pusat pemerintahan ke Kuffah.
4. Memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman dan mengirim kepala daerah yang
baru yang menggantikan
5. Menarik kembali harta dan tanah yang dihadiahkan Utsman kepada keluarga dan kerabat
Utsman dengan jalan yang tidak sah.
6. Melaksanakan kembali sistem pajak yang pernah diterapkan Umar.
7. Perang Jamal => Pemberontakan yang dipimpin oleh Thalhah, Zubair, dan Aisyah =>
menuntut balas atas terbunuhnya Utsman dan Ali tidak mau menghukum pembunuh
Utsman. Perang dimenangkan Ali.
8. Perang Shiffin => Pemberontakan oleh Mu’awiyah. Diakhiri dengan Tahkim.
9. Perang Nahrawan => Pemberontakan oleh Khawarij.
10. 20 Ramadhan 40 H (24 Januari 661 M), Ali dibunuh Abdurrahman bin Muljam.
Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini hingga kami dapat mengaplikasikan
kemampuan kami di dalam makalah ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
bapak/ibu dosen yang telah membimbing dan mengawasi proses pembuatan makalah ini, serta
teman-teman yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini.
Kami mohon maaf apabila didalam makalah ini terdapat beberapa kesalahan dan
beberapa kekurangan. Kami sebagai penulis meminta kritik dan saran agar dalam penulisan
makalah berikutnya kami bisa lebih bagus dan lebih kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
22
Dr. Abbas Mahmud Aqqad, Keagungan ALI bin ABU THALIB. 1994, Pustaka Mantiq. Solo,
hlm 20-21
Ensiklopedi Islam, Cet. III, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997
Munawir, Imam. Mengenal Pribadi 30 Pendekar dan Pemikiran Islam dari Masa ke Masa Cet.
I; Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1985
Pulungan, Suyuthi. Fiqih Siyasah, Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran Cet. V:Jakarta
http://abdulaziz-fkp10.web.unair.ac.id/profil.html">Profil</a></li>
http://alkamilok.wordpress.com/2008/09/16/ringkasan-keutamaan-ali-bin-abi-thalib/
http://berangkathajiumroh.wordpress.com/2012/10/13/prestasi-ali-bin-abi-thalib/
http://cipcipmuuach.blogspot.co.id/2013/04/sistem-politik-masa-khalifah-ali-bin.html
http://putrasaimima.blogspot.com/2011/07/ali-bin-abi-thalib.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib
http://majlas.yn.lt/ perkembanga Islam masa Khalifah Ali bin Abu Tholib. Mei 2012
23
24