Anda di halaman 1dari 6

Kedhabitan Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ Tabi’in

OLEH TRI MUERI SANDES


JUMAT, 07 NOVEMBER 2014
Bagikan :
Suka
0
Tweet
A.Latar Belakang
Hadits adalah pegangan dasar hukum umat Islam yang kedua setelah Al-Quran. Peranan dan
fungsi hadits juga sebagai penjelas terhadap ayat-ayat dalam Al-Quran, hal ini hadits betul betul
tidak terlepas dari syarat dari ketentuan yang disepakati oleh ulama hadits. Menurut ta’rif
muhadditsin bahwa suatu haditst dapat dinilai shahih apabila perawinya memenuhi lima syarat
yaitu: sanadnya bersambung (tidak terputus), rawinya bersifat adil, rawinya bersifat dabit,
rawinya bersifat syuzuz serta terhindar dari ‘illat.

Penghimpunan dan periwayatan hadits dihimpun dan diriwayatkan melalui tulisan dan riwayat
dengan beragam bentuknya berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang paling akurat. Suatu hadits
tidak akan diterima, kecuali bila pembawanya memenuhi syarat-syarat yang amat rumit yang telah
ditetapkan oleh ulama hadits. Salah satunya adalah dhabitnya perawi.Pembahasan makalah ini
adalah salah satu syarat sebuah hadits itu dinilai shahih, diterima atau sebaliknya yang ditinjau
dari periwayatannya.
Dalam uraian di atas maka, dalam makalah ini akan di bahas secara ringkas tentang kedhabitan
yang merupakan syarat-syarat hadits shahih.

B.Rumusan Masalah
1.Apa itu dhabit?
2.Apa saja ragam dhabit?
3.Bagaimana sifat-sifat dhabit?
4.Bagaimana kedhabitan sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in?

C.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui pengertian dhabit.
2.Untuk mengetahui ragam dhabit.
3.Untuk mengetahui sifat-sifat dhabit.
4.Untuk mengetahui kedhabitan sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in.

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Dhabit
Dari segi bahasa, kata dhabit memiliki beberapa pengertian. Dalam kitab lisanul ‘Arab, Ibnu
Mandzur menjelaskan:
‫ لزوم شيئ ل يفرقه في كل شيئ‬: ‫الظبط‬
‫والظبط الشيئ خفظه باالحزم‬
‫ شديد البطش‬, ‫والرجل الظبط اي حا زم‬
Sedangkan menurut Ibnu Hajar al-Asqalaniy, dhabit dapat dimaknai dengan sesuainya sesuatu dan
tidak bertentangan dengan lainnya, mengingat sesuatu secara sempurna, kuat pegangannya.
Dhabit menurut lughat adalah “orang yang mengetahui dengan baik apa yang diriwayatkan, selalu
berhati-hati, menjaga dengan sungguh-sungguh kitabnya apabila ia meriwayatkan dari kitabnya
dan mengetahui mana yang bisa membiaskan makna suatu riwayat dari maksudnya apabila ia
meriwayatkan dengan ma’na”. Makna dhabit yaitu yang kokoh, kuat, yang ketat, yang hafal
dengan sempurna.
Dhabit menurut istilah adalah perhatian yang penuh seorang perawi terhadap apa-apa yang
didengarnya ketika ia menerima sebuah riwayat serta memahami apa yang didengarnya itu hingga
ia menyampaikannya kepada orang lain.
Menurut Muhammad ‘Ajaj Al-Khatib yaitu keterjagaan seorang perawi ketika menerima hadits
dan memahaminya ketika mendengar serta mengahafalnya sejak menerima sampai
menyampaikannya kepada orang lain.
Menurut Ibnu Hajar al-Asqalaniy dan al-Sahawiy yang disebut orang dhabit adalah orang yang
kuat hafalannya tentang apa-apa yang didengarnya dan mampu menyampaikan hafalanya itu
kapan saja dia menghendakinya.
Dhabit adalah orang yang mendengarkan pembicaraan sebagaimana seharusnya, dia memahami
pembicaraan itu secara benar, kemudian dia menghafalnya dengan sungguh-sungguh dan dia
berhasil hafal dengan sempurna, sehingga dia mampu menyampaikan hafalannya itu kepada orang
lain dengan baik.
Dhabit ialah orang yang mendengarkan riwayat sebagaimana seharusnya, dia memahaminya
dengan pemahaman yang mendetail kemudian dia menghafalnya dengan sempurna, dan dia
meyakini kemampuan yang demikian itu, sedikitnya mulai dari saat mendengar riwayat itu sampai
dia menyampaikan riwayat tersebut kepada orang lain.
Dari definisi di atas, kelihatannya memiliki versi dan format bahasa yang berbeda, namun makna
dan prinsip-prinsip pemahaman yang terkandung di dalamnya memiliki kesamaan. Intinya adalah
kuatnya hafalan periwayat dalam meriwayatkan hadits (mulai dari ia mendengarnya sampi ia
menyampaikan kepada orang lain dan ia memahami betul apa yang disampaikannya itu).

B.Ragam Dhabit
1.Dabt Sudur
Sudur (‫ )صدور‬yaitu bentuk jamak dari kata Sadrun ( ‫ )صدر‬yang berarti dada, permulaan dari tiap-
tiap sesuatu. Menurut penulis adalah mampu menghafal dengan baik. Menurut para ulama hadits
yang dimaksud mempunyai daya hafal dan ingatan yang kuat serta daya faham yang tinggi, sejak
dari menerima sampai kepada yang menyampaikannya kepada orang dan ingatannya sanggup
dikeluarkan kapan dan di mana saja yang dikehendaki.

2.Dabt Kitab
Seseorang yang dhabit / cermat memelihara catatan atau buku yang ia terima. Atau dengan kata
lain mengungkapkan apa yang ditulisnya dengan baik dan benar. Yakni memelihara kitabnya
dengan baik dari apapun yang dapat mengurangi kualitas sebuah kitab, baik sebatas sisipan atu
sebagiannya.
Apabila pada seorang periwayat terkumpul dua sifat (adil dan dhabit), maka ia adalah hujjah dan
haditsnya harus di amalkan (Shahih). Dalam hal ini periwayat disebut Tsiqah karena bersifat jujur
dan kuat hafalan yang mampu menyampaikan hadits dengan lancer seperti ia mendengarnya. Jika
perawi cacat faktor ketsiqahannya, maka haditsnya dinilai cacat sesuai tingkat kecacatannya.

3.Tamm Dabt
Berdasarkan literatur yang penuluis baca, istilah di atas mengandung arti kesempurnaan hafalan
yang diperuntukkan bagi para perawi yaitu : a) hafal dengan sempurna hadits yang diterimanya, b)
mampu menyampaikan dengan baik hadits yang dihafalnya itu kepada orang lain, c) faham
dengan baik hadits yang dihafalnya itu baik secara dhabit shudur dan dhabit kitab.
Jadi Tamm Dabt adalah keterpaduan antara dabt shudur dengan dhabbt kitab sehingga menjadi
sempurna.

C.Sifat-Sifat Dhabit
Sifat dhabit ini ada dua macam, yaitu sebagai berikut :
1.Dhabit dalam dada, artinya memiliki daya ingat dan hafalan yang kuat sejak ia menerima hadits
dari seorang syaikh sampai dengan pada saat menyampaikan kepada orang lain, atau ia memiliki
kemampuan untuk menyampaikan kapan saja diperlukan kepada oran lain.
2.Dhabit dalam tulisan, artinya tulisan haditsnya sejak mendengar dari gurunya terpelihara dari
perubahan, pergantian, dan kekurangan. Singkatnya, tidak terjadi kesalahan-kesalahan tulis
kemudian diubah dan diganti, karena hal demikian akan mengundang keraguan atas kedhabitan
seseorang.
Kedhabitan seorang perawi, tidak berarti ia terhindar sama sekali dari kekeliruan atau kesalahan.
Mungkin saja kekeliruan atau kesalahan itu sesekali terjadi pada seorang perawi. Hal itu tidak
dianggap sebagai orang yang kurang kuat ingatannya.

D.Kedhabitan Ulama-Ulama Hadits


1.Sahabat
Penting untuk diketahui, bahwa para sahabat telah dianggap banyak meriwayatkan hadits bila ia
sudah meriwayatkan lebih dari 1000 hadits.Mereka itu adalah Abu Hurairah, Abdullah bin Umar,
Anas bin Malik,Sayyidah Aisyah, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Abdullah, dan Abu Said al-Hudri.
Beberapa diantaranya dijelaskan di bawah ini.
a.Abu Hurairah
Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits di antara tujuh orang
tersebut.Baqi bin Mikhlad mentahrijkan hadits Abu Hurairah sebanyak 5374 Hadits. Di antara
jumlah tersebut 352 hadits disepakati oleh Bukhori Muslim, 93 hadits diriwayatkan oleh Bukhori
sendiri dan 189 hadits diriwayatkan oleh Muslim sendiri.Menurut keterangan Ibn Jauzi dalam
Talqih Fuhumi al Atsar bahwa hadits yang diriwayatkannya sebanyak 5374, tapi menurut al
Kirmani berjumlah 5364 dan barada dalam Musnad Ahmad terdapat 3848 buah hadits.
b.Abdullah bin Umar
Hadits yang beliau riwayatkan sebanyak 2630 hadits. Di antara jumlah tersebut yang muttafaq
alaihi sebanyak 170 hadits, yang dari Bukhori sebanyak 80 hadits dan yang dari Muslim sebanyak
31 hadits.Abdullah bin Umar adalah putra khalifah ke dua yaitu khalifah Umar bin Khattab dan
saudara kandung sayyidah Hafsah Ummul Mukminin.
c.Anas bin Malik
Hadits yang beliau riwayatkan sebanyak 2286 hadits. Di antara jumlah tersebut yang muttafaq
alaihi sebanyak 168 hadits yang diriwayatkan Bukhori sebanyak 8 hadits dan yang diriwayatkan
Muslim sebanyak 70hadits. Nama lengkap Anas bin Malik adalah Anas ibn Malik ibn an Nadzor
ibn Damdam ibn Zaid ibn Harom Ibn Jundub ibn Amir ibnGonam ibn Addi ibn an Najar al
anshori. Ia dikenal juga dengan sebutan Abu Hamzah. Anas bin Malik lahir pada tahun 10 sebelum
hijrah dan wafat pada tahun 93 H di Basrah.Beliau adalah sahabat yang paling akhir meninggal di
Basroh.

2.Tabi’in
Ada beberapa orang yang meriwayatkan hadits cukup banyak, antara lain Abu Hurairah (5374
buah), Abdullah bin Abbas (1660 buah), Jabir Ibn Abdillah (1540 buah), Abu Sa’id Al Khudri
(1170 buah), Abdullah bin Umar (2630 buah), Anas ibn Malik, dan Aisyah (2276 buah).
3.Tabi’ Tabi’in
Diantara ulama hadits pada masa tabi’ tabi’in diantara adalah Sofyan Ats-Tsauri, Abu Amru
Abdurrahman Al-Auza’i, Abu Hanifah dan masih banyak lagi. Abu Hanifah belajar fiqh dan hadist
dari ‘Atha’, Nafi’ ibn Hurmuz, Hammad bin Abi Sulaiman, Amr bin Dinar, dan lainnya. Yang
meriwayatkan darinya adalah para muridnya seperti Abu Yusuf, Zuhfar, Abu Muthi’ al-Balkhi,
Ibnul Mubarak, al-Hasan bin Ziyad, Dawud at-Tha’I dan Waki’.
Beliau seorang Ulama Tabi’it Tabi’in, menerima hadits dari golongan Tabi’in yaitu ‘Atha’ bin Abi
Rabah, Qatadah, Nafi’, az Zuhry, Yahya bin Abi Katsir dan yang laiinya.Diantara imam imam
yang meriwayatkan hadits dari padanya yaitu: Sufyan, Malik, Syu’bah, Ibn Mubarak, dan yang
lainnya.Para ulama sepakat bahwa al Auza’iy seorang yang tinggi ilmunya dalam bidang hadits
dan fiqh.
Sofyan Ats-Tsauri beliau cermat dalam periwayatan hadist sehingga Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan
bin Uyainah dan Yahya bin Ma’in menjulukinya “Amirul Mu’minin fi al-Hadits”, gelar yang sama
disandang oleh Malik bin Anas.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dhabit adalah perhatian yang penuh seorang perawi terhadap apa-apa yang didengarnya ketika ia
menerima sebuah riwayat serta memahami apa yang didengarnya itu hingga ia menyampaikannya
kepada orang lain.Dhabit adalah orang yang mendengarkan pembicaraan sebagaimana seharusnya,
dia memahami pembicaraan itu secara benar, kemudian dia menghafalnya dengan sungguh-
sungguh dan dia berhasil hafal dengan sempurna, sehingga dia mampu menyampaikan hafalannya
itu kepada orang lain dengan baik.
Ragam Dhabit terbagi tiga macam yaitu Dabt Sudur, Dabt Kitab dan Tamm Dabt. Sifat-sifat dhabit
antara lain Dhabit dalam dada, artinya memiliki daya ingat dan hafalan yang kuat sejak ia
menerima hadits dari seorang syaikh sampai dengan pada saat menyampaikan kepada orang lain,
atau ia memiliki kemampuan untuk menyampaikan kapan saja diperlukan kepada oran lain dan
Dhabit dalam tulisan, artinya tulisan haditsnya sejak mendengar dari gurunya terpelihara dari
perubahan, pergantian, dan kekurangan. Singkatnya, tidak terjadi kesalahan-kesalahan tulis
kemudian diubah dan diganti, karena hal demikian akan mengundang keraguan atas kedhabitan
seseorang.

DAFTAR ISI

Kalebbi, Alkautsar. 2013. “Dhabitnya Perawi”.


http://alkautsarkalebbi.wordpress.com/2013/11/12/dhabitnya-perawi___/. Diakses tanggal 28
September 2014.
Referensi Makalah. 2012.“Pengertian Dhabit dalam Ilmu
Hadits”.http://www.referensimakalah.com/2012/08/pengertian-dhabit-dalam-ilmu-hadits.html),
Diakses tanggal 28 September 2014.
Fadhilah, Taufiq. 2014. “Ulumul Hadits”. http://fadhilah-ms3.blogspot.com/2014/01/ulumul-
hadits.html. Diakses tanggal 28 September 2014.
Bujang Sukses. 2013.“Makalah Hadits : Hadits Pada Masa Sahabat”.
http://kelompoklima218.wordpress.com/2013/04/08/makalah-hadits-hadits-pada-masa-sahabat/.
Diakses tanggal 28 September 2014.

googleweblight.com/?lite_url=http://trimuerisandes.blogspot.com/2014/11/kedhabitan-sahabat-
tabiin-dan-tabi.html?m%3D1&ei=l2a3U5Kg&lc=id-
ID&s=1&m=867&ts=1453780525&sig=ALL1Aj5J0kDiYOZWE5wWR_Qs1k5FIDH7AQ

Anda mungkin juga menyukai