Anda di halaman 1dari 4

HADIS MUSALSAL

A. Definisi Hadis Musalsal


Menurut bahasa musalsal berasal dari kata ‫ سلسل يسلسل سلسلة‬yang berarti berantai dan bertali menali.
Hadis ini dinamakan musalsal karena ada kesamaan dengan rantai (silsilah) dalam segi pertemuan
pada masing-masing perawi atau ada kesamaan dalam bagian-bagiannya.
Dalam istilah hadis musalsal adalah:
‫تتا بع رجال اسنا ده علي صفة اوحالة للرواية تارةوللرواية تارة اخري‬
Keikutsertaan para perawi dalam sanad berturut-turut pada satu sifat atau pada satu keadaan,
terkadang bagi para perawi dan dari periwayatan.
‫ يتكررفي الرواة اوالرواية اويتعلق بزمن الرواية اومكانها‬-‫ قولي اوفعلي‬-‫هوالحديث الذي يتصل اسناده بحال (هيئة) اووصف‬
Adalah hadis yang sambung penyandarannya dalam satu bentuk / keaadaan atau satu sifat, baik
berupa perkataan maupun perbuatan, yang terulang-ulang pada para periwayatan atau pada
periwayatan atau berkaitan dengan waktu atau tempat periwayatan.
Lebih luas Al-Iraqi memberikan definisi musalsal adalah hadis yang para perawinya dalam sanad
berdatangan satu persatu dalam satu bentuk keadaan atau dalam satu sifat, baik sifat para perawi
maupun sifat penyandaran (isnâd) baik terjadi pada isnâd dalam bentuk penyampaian periwayatan
(adâ’ ar-riwâyah) maupun berkaitan dengan waktu dan tempatnya, baik keadaan para perawi
maupun sifat-sifat mereka, dan baik perkataan maupun perbuatan.
Dengan demikian hadis musalsal adalah hadis yang secara berturut-turut sanad-nya sama dalam
satu sifat atau dalam satu keadaan dan atau dalam satu periwayatan.
Hadis musalsal adalah hadis musnad mutthasil yang bebas dari tadlis (pemalsuan). Dalam
periwayatannya selalu berulang perkataan-perkataan atau perbuatan-perbuatan yang sama, yang
dinukil oleh setiap perawi dari orang di atasnya dalam sanad, hingga berakhir pada Rasulallah
SAW Keterlepasannya dari tadlis dan keterputusannya mendorong pemula dalam ilmu ini
mengenakan hukum secara sepontan dan tergesa-gesa.
Ibn Katsir berkata: “Faedah tasalsul (kesinambungan) adalah menjauhkan suatu hadis dari
pemalsuan dan keterputusan. Meskipun begitu, jarang hadis shahih disampaikan dengan cara
musalsal. Kadang-kadang asal matan dalam hadis jenis ini memang shahih, karena terhindar dari
tadlis.
Ibnu Hajar berkata “Musalsal termasuk sifat isnad.” Ini berbeda dengan marfu’ dan
semisalnya, yang merupakan sifat isnad dan matan sekaligus.
B.Macam-macam Hadis Musalsal
Dari definisi di atas musalsal dapat dibagi kepada beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
1) Musalsal bi ahwâl ar-ruwât (musalsal keadaan perawi)
Musalsal keadaan perawi terkadang dalam perkataan (qawlî), perbuatan (fi’lî), atau keduanya
(perkataan dan perbuatan atau qawlî dan fi’lî.
Contoh Musalsal qawlî (perkataan):
‫كرك‬c‫رك وش‬c‫ني علي ذك‬cc‫ اللهم اع‬:‫الة‬cc‫ل ص‬c‫ر ك‬cc‫ل في دب‬cc‫فق‬,‫ يا معاذ اني احبك‬:‫حديث معاذ بن جبل ان النبي صلي هللا عليه وسالم قال له‬
‫وحسن عبادتك‬

Hadis Mu’adz bin Jabal, bahwasannya Nabi SAW bersabda kepadanya: Hai Mu’adz
sesungghnya aku mencintaimu, maka katakanlah pada setelah shalat: Ya Allah Tolonglah aku
untuk dzikir kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan baik dalam ibadah kepada-Mu. (HR. Abu
Dawud)
Hadis di atas musalsal pada perkataan setiap perawi ketika menyampaikan periwayatannya dengan
ungkapan: Sesungguhnya aku mencintaimu, maka katakan di setiap selesai shalat. Setiap perawi
yang menyampaikan perawi hadis ini selalu memulai dengan kata-kata tersebut sebagaimana yang
dilakukan Rasulallah terhadap Mu’adz.
Contoh musalsal fi’lî (perbuatan):
‫ خلق هللا االرض يوم السبت‬:‫ شبك بيدي ابو القاسم صلي هللا عليه وسالم وقال‬:‫حديث ابي هريرة قال‬
Hadis Abu Hurairah dia berkata: Abu Al-Qasim (Nabi SAW) memasukkan jari-jari tangannya
kepada jari-jari tanganku (jari jemari) bersabda: “Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu.”
(HR. Al-Hakim)
Setiap perawi yang menyampaikan periwayatan selalu jari jemari terhadap orang yang menerima
hadis tersebut sebagaimana yang dilakukan Rasulallah SAW.
Contoh musalsal qawlî dan fi’lî ( perkataan dan perbuatan):
,‫ره‬cc‫ اليجد العبد حالوة االيمان حتي يؤمن بالقدر خيره وش‬:‫ قال رسول هللا صلي هللا عليه وسالم‬:‫حديث انس بن مالك رضي هللا عنه قال‬
‫ حلوه ومره‬,‫ وقبض رسول هللا صلي هللا عليه وسالم علي لحيته وقال أمنت بالقدر خيره وشره‬,‫حلوه ومره‬
Hadis Anas bin Malik RA Berkata: Rasulallah SAW bersabda: Seorang hamba tidak mendapatkan
manisnya iman sehingga beriman kepada ketentusn Allah (Qadar) baik dan buruk, manis dan
pahitnya.” Rasulallah sambil memegang jenggot bersabda: “ Aku beriman pada ketentuan Allah
(qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya.” (HR. Al-Hakim secara musalsal)
Hadis di atas musalsal qawlî dan fi’lî ( musalsal perkataan dan sekaligus perbuatan) yaitu
perkataan: “Aku beriman pada ketentuan Allah (qadar) baik dan buruk, manis dan pahitnya”
dan perbuatan memegang jenggot. Semua perawi ketika menyampaikan periwayatan juga
melakukan hal itu sebagaimana Rasulallah SAW.
2) Musalsal bi shifât ar-ruwâh ( Musalsal sifat Periwayat)
Musalsal ini dibagi menjadi perkataan (qawlî) dan perbuatan (fi’lî).
Contoh musalsal sifat perawi dalam bentuk perkataan:
‫أن الصحابة سالوا الرسول هللا صلي هللا عليه وسالم عن أحب االعمال الي هللا عزوجل ليعملوه فقرأ عليهم سورة الصف‬
Bahwasannya sahabat bertanya kepada Rasulallah SAW tentang amal yang disukai Allah SWT
agar diamalkan, maka Nabi membacakan mereka Surah Shaff.
Hadis ini musalsal pada membaca Surah Shaff. Setiap periwayat membacakan Surah Shaff ketika
menyampaikan periwayatan kepada muridnya atau yang menerima hadisnya.

Contoh musalsal sifat perawi dalam bentuk perbuatan (fi’lî).


‫ البيعان بالخيار‬:‫حديث ابن عمر مرفوعا‬
Hadis Ibnu Umar secara marfû’: Penjual dan pembeli boleh mengadakan khiyâr (memilih jadi
atau tidak).
Hadis di atas musalsal diriwayatkan oleh fuqahâ kepada para fuqahâ secara terus menerus. Atau
termasuk musalsal ini seperti kesepakatan nama-nama para perawi, seperti musalsal dalam nama
Al-Muhammadin kesepakatan dalam menyebut bangsa/nisbat mereka seperti musalsal dalam
menyebut Ad-Dimasyqiyin dan Al-Mishriyin.
3) Musalsal bi shifât ar-riwâyah (Musalsal dalam sifat periwayatan)
Dalam musalsal ini terbagi menjadi 3 macam,yaitu musalsal dalam bentuk ungkapan penyampaian
periwayatan (adâ’), musalsal pada waktu periwayatan, dan musalsal pada tempat periwayatan.
Contoh musalsal dalam bentuk ungkapan periwayatan seperti hadis musalsal pada perkataan setiap
perawi dengan menggunakan = ‫معت فالنا‬cc‫ س‬Aku mendengar si Fulan atau ‫ا فالن‬cc‫ اخبرن‬,‫دثنا فالن‬cc‫= ح‬
Memberitakan kepada kami si Fulan dan seterusnya.
Contoh musalsal pada waktu periwayatan:
:‫ال‬cc‫ فق‬,‫ فلما فرغ من الصالة اقبل علينا بوجهه‬,‫ شهدت رسول هللا صلي هللا عليه وسالم في يوم عيدالفطراوأضحي‬:‫حديث ابن عباس قال‬
‫أيهاالناس قدأصبحتم خيرا‬
Hadis Ibnu Abbas berkata: “Aku menyasikan Rasulallah SAW pada hari raya Idul Fitri atau Idul
Adha, setelah beliau selesai shalat menghadap kita dengan wajahnya kemudian bersabda: “Wahai
manusia kalian telah memperoleh kebaikan…,”
Hadis di atas musalsal waktu periwayatan yaitu pada hari raya Idul Fitri atau Idul Adha. Setiap
perawi mengungkapkan kalimat tersebut dalam menyampaikan periwayatan kepada muridnya.
Contoh musalsal pada tempat periwayatannya, seperti kata Ibnu Abbas tentang terijabah doa di
Multazam:
‫ ومادعاهللا فيه عبددعوة اال استجاب له‬,‫ الملتزم موضع يستجاب فيه الدعاء‬:‫سمعت رسول هللا صلي هللا عليه وسالم يقول‬
Aku mendengar Rasulallah SAW bersabda: “Multazam adalah suatu tempat yang diperkenankan
doa padanya. Tidak seorang hamba yang berdoa padanya melainkan dikabulkannya.”
‫ فوهللا مادعوت هللا عزوجل فيه قط منذ سمعت هذاالحديث اال استجاب لي‬:‫قال ابن عباس‬
Ibnu Abbas berkata: Demi Allah, aku tidak berdoa pada Allah padanya sama sekali sejak
mendengar hadis ini melainkan Allah memperkenan doaku.
Hadis musalsal pada tempat periwayatannya, masing-masing periwayat mengungkapkan
sebagaimana perkataan Ibnu Abbas tersebut setelah menyampikan periwayatn hadis kepada orang
lain.
C.Hukum Hadis Musalsal
Terkadang hadis terjadi musalsal dari awal sampai akhir dan terkadang sebagai musalsal terputus
di permulaan atau di akhir. Oleh karenanya Al-Hafidz Al-Iraqi berkata: sedikit sekali hadis
musalsal yang selamat dari kedhaifan, dimaksudkan di sini sifst musalsal bukan pada asal matan
karena sebagian matan shahih. Ibnu Hajar berkata: Musalsal yang paling shahih di dunia adalah
musalsal hadis membaca Surah Ash-Shaff. Disebut dalam Syarah An-Nukhbah musalsal para
Huffâzh memberi faedah ilmu yang pasti (qathî). Dengan demikian tidah semua hadis musalsal
shahih. Hukum musalsal adakalanya Shahih, Hasan dan Dha’if tergantung keadaan para
perawinya. Sebagaimana tinjauan pembagian hadis di atas, bahwa musalsal adalah sifat sebagian
sanad, maka tidak menunjukkan kesahihan suatu hadis. Kesahihan hadis ditentukan 5 persyaratan
yakni persambungan sanad, periwayatan yang adil dan dhâbith, tidak adanya syâdzdz dan ‘illah.
Di antara kelebihan musalsal, adalah menunjukkan ke-mutthasil-an dalam mendengar, tidak
adanya tadlîs dan inqithâ, dan nilai tambah ke-dhâbith-an para parawi. Hal ini dibuktikan dengan
perhatian masing-masing perawi dalam pengulangan menyebut keadaan atau sifat para perawi
atau periwayatan.
D.Kitab-kitab Hadis Musalsal
Di antara kitab hadis musalsal yang terkenal adalah sebagai berikut:
• Al-Musalsalât Al-Kubrâ karya As-Sayuthi, memuat 85 bua hadis.
• Al-Manâhil As-Salsalah fi al-ahâdîts Ak-Musalsalah, karya Muhammad Abdul Baqi Al-Ayyubi,
mengandung sebanyak 212 buah hadis.
• Al-Musalsalât, karya Al-Hafizh Isma”il bin Ahmad bin Al-Fadhil Al-Taymi (w.353 H).
ibnuumar-amz.blogspot.co.id/2009/04/hadis-musalsal.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai