Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH DOSEN PENGAMPU

‘ILM AL-BAYAN Prof. Dr. H. A. Fahmiy Arief, MA

‫التشبيه المقلوب ومبحث عن أغراض التشبيه‬

Disusun Oleh: Kel 3

HELDA

KHAIRUNNISA AZZAHRA

NURUL HIJRAH 170102020295

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

BANJARMASIN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah serta pertolongan-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Makalah ini dapat tersusun karena tidak lepas dari dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. A. Fahmiy Arief, MA selaku dosen pengampu
mata kuliah ‘Ilm al-Bayan yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam penyusunan makalah ini, serta kepada seluruh pihak yang turut
mendukung dan membantu penyusunan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih mempunyai


banyak kekurangan, baik dari segi ulasan materi maupun dari segi susunan
kalimat dan tata bahasanya. Untuk itu kami memohonkan permintaan maaf,
dan kami siap menerima kritik dan masukan dari pembaca untuk perbaikan
makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan
pembaca.

Banjarmasin, 05 Februari 2020

Kelompok III

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................

KATA PENGANTAR.............................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................. iii

BAB I........................................................................................

PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN......................................................... 2

A. Tasybih Maqlub......................................................... 2
B. Tuujuan Tasybih........................................................ 5

BAB III PENUTUP................................................................. 8

Simpulan.................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 9

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Imu balaghah adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
mengolah kata atau susunan kalimat bahasa Arab yang indah namun
memiliki arti yang jelas, selain itu gaya bahasa yang harus digunakan juga
harus sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam mempelajari ilmu balaghah
kita mengenal tentang ilmu Bayan, kita harus mengetahui apa saja yang
terkandung di dalamnya, hal tersebut guna memberikan pemahaman
kepada pembaca mengenai ilmu Bayan.
Dalam kesempatan kali ini, penulis akan menyajikan kajian ilmu
Bayan, khususnya tentang “ tasybih maqlub dan pembahasan tentang tujuan
tasybih”. Maka dari itulah kita sebagai penulis membahas tentang tasybih
maqlub pada makalah ini, agar mahasiswa khususnya bagi para pembaca
mampu mengetahui dan mempunyai pengetahuan tentang tasybih serta
mampu mengucapkan ungkapan dari bahasa Arab dengan indah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dan tujuan tasybih ?
2. Apa itu tasybih Maqlub ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Maksud dan Tujuan Tasybih.
2. Mengetahui apa itu tasybih maqlub beserta contohnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tasybih Maqlub
Cara pengungkapan suatu ide dengan menggunakan model tasybih
pada dasarnya bisa melalui bermacam-macam bentuk. Bentuk-bentuk
pengungkapan tersebut menunjukkan jenis dari tasybih. Adapun tasybih
maqlub ini merupakan jenis tasybih yang keuar dari kebiasaan, tasybih
jenis ini ada dua, yaitu tasybih dhimni dan tashbih maqlub. Tasybih maqlub
adalah suatu jenis tasybih yang posisi musyabbah-nya dijadikan
musyabbah bih, sehingga yang seharusnya musyabbah dijadikan
musyabbah bih, dan yang seharusnya musyabbah bih menjadi musyabbah
dengan anggapan wajh al-syibh pada musyabbah lebih kuat.1 Tasybih
maqlub adalah menjadikan musyabbah sebagai musyabbah bih dengan
mendakwakan bahwa titik keserupaannya lebih kuat pada musyabbah.2
Adapun contoh-contoh dari tasybih maqlub adalah sebagai berikut:
a. Contoh dari Muhammad bin Wuhaib Al-Himyari berkata:

‫ وجه اخلليفة حني ميتدح‬# ‫وبد الصباح كأن غرته‬


Pagi telah muncul, seakan-akan gebyarnya adalah wajah khalifah
ketika dipuji.
b. Al-Buhturi Berkata:

‫ تبسم عيسى! حني يلفظ با الوعد‬# ‫كأن سناها با العشي لصبحها‬


Seakan-akan cahaya awan di sore hari sampai menjelang pagi itu
adalah senyuman Isa ketika mengucapkan janji.

c. Penyair lain berkata:

1
Mamat Zainuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Cet-1
(Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 25
2
Ali Al-Jarim, Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghatul Wadhihah, Cet.1
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), h. 79

2
‫ كأن فسيحها صدر احلليم‬# ‫أحن هلم ودوهنم فالة‬
Aku rindu kepada mereka, namun untuk sampai ketempat mereka harus
melewati tanah lapang yang luasnya seperti lapang dadanya seorang
penyantun.
Dalam contoh di atas Al-Himyari menyatakan bahwa
cemerlangnya gebyar pagi itu menyerupai wajah khalifah ketika
mendengar pujian dan sanjungan untuknya. Dalam pernyataan ini dapat
kita ketahui bahwa tasybih yang dibuat oleh Al-Himyari keluar dari
gambaran yang ada dibenak kita, yakni bahwa selamanya sesuatu itu
diserupakan kepada yang lain yang lebih kuat dalam titik
keserupaannya. Yang sering terdengar adalah bahwa wajah khalifah
menyerupai gebyar pagi, sedangkan Al-Himyari menyatakan
sebaliknya dengan maksud untuk berlebih-lebihan dan habis-habisan
mendakwakan bahwa wajah syibeh lebih kuat pada musyabbah.
Kemudian pada contoh kedua Al-Buhturi menyerupakan cahaya
awan yang terus-menerus memantul sepanjang malam dengan
senyuman orang yang dipujinya ketika menjajikan pemberian. Padahal
sudah pasti bahwa pantulan cahaya awan itu lebih kuat daripada
pantulan cahaya senyuman. Dan yang biasa kita dengar adalah
senyuman diserupakan dengan pantulan cahaya awan, sebagaimana
kebiasaan para penyair. Akan tetapi , Al-Buhturi menyatakan tasybih
yang sebaliknya.
Adapaun dalam contoh tasybih yang terakhir, tanah lapang
diserupakan dengan dada seorang penyantun dalam hal keluasannya.3
Contoh lain:
ِ ‫الص َف ِاء طَب‬
‫اع ِه‬ َّ ‫َن الْ َماءَ ىِف‬ ِ ِّ ‫َّسيم يِف‬
ِ َّ ‫َكأ‬
َ ْ ‫الرقَّة أ‬
َّ ‫ َو َكأ‬# ُ‫َخاَل قُه‬ ْ َ ْ ‫َن الن‬
‫ض ُح ْس ُن ِسرْي تِِه‬
ِ ‫الر ْو‬ َّ ‫ َو َكأ‬#
َّ ‫َن نَ ْشَر‬ ُ‫َّها ِر َجبِْينُه‬
َ ‫ض ْوءَ الن‬ َّ ‫َو َكأ‬
َ ‫َن‬
3
Ali Al-Jarim, Musthafa Amin, Terjemahan Al-Balaghatul Wadhihah,..........
h. 78-79

3
a. Seakan-akan angin yang lembut itu adalah akhlaknya.
b. Seakan-akan kejernihan air itu adalah perangainya.
c. Seakan-akan terangnya siang itu adalah pelipisnya.
d. Seakan-akan hamparan bumu yang menghijau itu adalah kebagusan
perjalanan hidupnya.

No Musyabbah Musyabbah bih Wajh syibeh Jenis


tasybih
1 An-Nasiimi/angin Akhlaquhu/akhlaknya. Ar- maqlub
lmbut Riqqah/kelembutan.

2 Al-Ma’/air Thiba’uhu/perangainya Ash- maqlub


Shafaa’/kejernihan
3 Dhau’un- Jabiinuhu/wajahnya bercahaya maqlub
Nahaar/terangnya
siang hari
4 Nasyrur- Husnusiiratihi/kebagusan Jejak yang indah maqlub
Raudha/terangnya perjalanan hidupnya
bumi yang hijau

‫ َو ْج ُح اخْلَلِْي َف ِة ِحنْي َ مُيْتَ َد ُح‬# ُ‫َن عَُّر تُه‬


َّ ‫اح َكأ‬
ُ َ‫الصب‬
َّ ‫َوبَ َدا‬
Artinya:
“Telah terbit fajar, cahayanya seakan-akan wajah khalifah ketika
menerima pujian”
Pada syi’ir ini terangnya fajar diibaratkan dengan wajah
khalifah, padahal seharusnya sebaliknya. Pada tasybih yang biasa,
wajah khalifah disamakan dengan fajar yang menyingsing.
Pembalikan posisi antara musyabbah dan musyabbah bih pada
tasybih maqlub dilakukan untuk memberikan gambaran bahwa

4
kecerahan wajah khalifah sangat kuat. Contoh lain untuk tasybih
maqlub adalah:

# ‫الس ِفْينَةُ ىِف حَبْ ٍر َكأنَّهُ َج ْد َو َاك‬


َّ ‫ت بِنَا‬
ْ ‫َس َار‬

‫اك‬ ُ َ‫َوقَ ْد َسطَ َع نُ ْو ُر الْبَ ْد ِر َكأَنَّهُ مَج‬


َ َ‫ال حَمْي‬
Artinya:
“kami berlayar dengan sebuah kapal disuatu laut yang
kebaikkannya seperti kebaikkanmu; pada saat itu bulan
purnamabersinar yang cahayanya seperti keindahan
kehiddupanmu.”4
B. Tujuan Tasybih
Setiap ungkapan yang meluncur dari lisan seseorang penutur pasti
mempunyai tujuan. Untuk sampai kepada tujuannya dengan baik dan tepat,
seorang penutur perlu memperhatikan berbagai aspek seperti objek
pembicaraan, situasi, tujuannya, efek yang ditimbulkan, dan lainnya.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka muncul teknik, uslub, style,
dan bentuk-bentuk penutur yang bervariasi.
Tasybih merupakan salah satu uslub pengungkapan dalam bahasa Arab.
Uslub tasybih ini digunakan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:5
1. Menjelaskan kemungkinan adanya suatu hal pada musyabbah
Penyusunan ungkapan tasybih untuk tujuan ini dilakukan apabila ada
dua sifat yang akan dipersamakan berlawanan. Contoh sya’ir al-
Buhturi:

!‫ عن كل ند ىف الندىوضريب‬# ‫دان اىل ايدى العفاةوالشاسع‬

‫ للعصبة السرين جدقريب‬# ‫العلووضوئه‬


ّ ‫ افرط يف‬،‫البدر‬
Artinya:
4
Mamat Zainuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah,................h.
26
5
Mamat Zainuddin, Yayan Nurbayan, Pengantar Ilmu Balaghah,................h.
27-29

5
“ia dekat dengan orang-orang yang membutuhkannya, namun ia jauh
dengan orang-orang yang setaraf dengannya dalam kebajikan dan
kemuliaan. Bagaikan bulan yang sangat tingg, namun cahayanya
sangat dekat bagi orang-orang yang menempuh perjalanan di malam
hari. Pada syair di atas al-Buhturi menyifati orang
yang dipujinya, bahwa ia sangat dekat dengan orang-orang yang
membutuhkannya, namun ia sangat tinggi kedudukannya, jauh dengan
orang-orang yang setara dengannya. Dengan sya’ir ini al-Buhturi ingin
menunjukkan bahwa hal tersebut tidaklah sulit dan memungkinkan.
2. Menjelaskan keadaan musyabbah
Pengungkapan tasybih untuk tujuan ini dilakukan bila musyabbah tidak
dikenal sifatnya sebelum dijelaskan melalui tasybih yang dijelaskannya.
Dengan demikian tasybih itu memberikan pengertian yang sama dengan
kata sifat. Contoh pada sya’ir an-Nabighah:

‫ إذ طلعت مل يبد منهن كوكب‬# !‫كأنك مشس وامللوك كواكب‬


Artinya:
“engkau bagaikan matahari, sedangkan raja-raja lainnya bagaikan
bintang-bintang. Bila matahari telah terbit, maka tiada satu bintang
pun yang tampak.”
Pada sya’ir di atas, Nabighah ingin menjelaskan keadaan
seorang raja yang dipujanya dibandingkan dengan raja-raja lainnya.
3. Menjelaskan kadar keadaan musyabbah
Tasybih juga digunakan untuk menjelaskan secara rinci keadaan sesuatu
yang diserupakan (musyabbah). Jika musyabbah sudah diketahui
keadaannya secara global, lalu tasybih didatangkan untuk menjelaskan
rincian keadaan itu. Penggunaan tasybih untuk tujuan ini dapat kita
lihat pada syi’ir mutanabbih berikut ini:

‫ُّجى نَ َار الْ َف ِريْ ِق ُحلُ ْواًل‬ ِ


ْ َ‫َما ُقلُ ْوبِل‬
َ ْ‫ حَت‬# ‫ت َعْينَاهُ االَّ ظَنَّتَا‬
َ ‫ت الد‬
Artinya:

6
“ kedua mata singa itu bila dalam kegelapan tidak dapat ditangkap
mata kita kecuali disangka sevagai api sekelompok orang yang
mendiami daerah itu”
4. Menegaskan keadaan musyabbah
Tasybih kadang-kadang juga digunakan untuk menegaskan suatu hal.
Jika keadaan sesuatu bersifat abstrak biasanya digunakan penyerupaan
dengan sesuatu yang kongkrit sehingga lebih jelas dan mudah
dipahami. Contoh tasybih untuk tujuan ini adalah firman Allah swt
dalam surah ar-Ra’d ayat 14:

‫َوالَّ ِذيْ َن يَ ْدعُ ْو َن ِم ْن ُد ْونِِه اَل يَ ْستَ ِجْيُب ْو َن هَلُ ْم بِ َشْي ٍئ‬

‫اس ِط َكفَّْي ِه اِىَل الْ َم ِاء لِيَْبلُ َغ فَاهُ َو َما ُه َو بِبَالِغِْي ِه‬
ِ ‫اِاَّل َكب‬
َ
Artinya:
“dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memperkenankan sesuatu bagi mereka, melainkan seperti orang yang
membukakan kedua telapak tangan kedalam air supaya air itu sampai
kemulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai kemulutnya” (QS. Ar-
Ra’d: 14)
5. Memperindah atau memperburuk musyabbah
Pengungkapan sesuatu dengan uslub tasybih juga dilakukan dengan
tujuan memperindah musyabbah dan memperjelekkannya. Contoh
tasybih untuk tujuan ini dapat kita lihat pada syi’ir berikut:
ِ ‫ َكم ِّد مِه ا اِلَي ِهم بِاهْلِب‬# ‫ك حَنْوهم احتِ َفاء‬
‫ات‬َ ْ ْ َ َ ً ْ ُ ُ َ َ ْ‫ت يَ َدي‬
َ ‫َم َد َد‬
‫ َت َومَّهْتَهُ بَابًا ِم َن النَّا ِر يُ ْفتَ ُح‬# ُ‫ فَ ًما لَ ْو َرأ َْيتَه‬-‫ت‬
ْ َ‫ اَل َكان‬-‫َوَت ْفتَ ُح‬
Artinya:
“uluran tanganmu kepada mereka dengan penuh penghormatan adalah
seperti uluran tangan kepada mereka dengan beberapa pemberian.

7
Ia membuka mulutnya, sebaiknya ia tidak pernah lahir. Bila engkau
melihat mulutnya, maka engkau akan menduganya sebagai satu pintu
neraka yang terbuka”

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Maksud dan tujuan tasybih, diantaranya:1. menunjukkan kemungkinan suatu
hal dapat terjadi pada musyabbah. 2. Penjelasan suatu keadaan, yakni bila
musyabbah sebelum menjadi tasybih belum dikenal sifatnya. 3. menjelaskan
gambaran sesuatu, yakni bila musyabbah sudah diketahui keadaannya secara
global, lalu tasybih didatangkan untuk menjelaskan rincian tentang keadaan itu.
4. Menjelaskan keadaan musyabbah, yakni bila sesuatu yang disandarkan pada
musyabbah itu membutuhkan penegasan dan penjelasan dengan contoh.
Tasybih maqlub adalah menjadikan musyabbah sebagai musyabbah bih dengan
mendakwakan bahwa titik keserupaannya lebih kuat dari pada musyabbah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-Jarim Ali,Amin Musthafa, Terjemahan Al-Balaghatul Wadhihah,


Cet.1 (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994).
Zainuddin Mamat,Nurbayan Yayan, Pengantar Ilmu Balaghah, Cet-1
(Bandung: PT Refika Aditama, 2007).

Anda mungkin juga menyukai