Anda di halaman 1dari 12

DZIKR, HADFU, TAQDIM, WA TAKHIR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Balaghah Ma’ani
Dosen Pengampu :
Atiq Farohidi M.Pd. I, M.Pd

Disusun Oleh :
Mushlihuddin (183121097)
Alifia Khoirunnisa (183121093)
Maydina Rizki Amalia (183121091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
IAIN SURAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allahsubhanahu wa ta’ala, yang telah
memberikan nikmat kepada kami berpa kesehatan, keselamatan serta kesempatan kepada
kami tiada henti-hentinya hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya dan sesuai dengan yang diharapkan. Tak lupa juga sholawat beriring salam selalu
tetap tercurahkan kepada Nabi kita Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga
hingga saat ini kita termasuk prang-orang yang masih diberikan kemudahan dalam menerima
syafaat yang selalu kita nantikan.
Pada makalah ini yang berjudul “Dzikr Hadfu, Taqdim, Wa Takhir” bertujuan sebagai
salah satu bahan materi dalam perkuliahan Balaghah Ma’ani yang akan dibahas melalui
diskusi pada pembelajaran daring selama 1 semester ke depan supaya pada proses
pembelajaran terdapat acuan berupa materi yang ditampilkan serta disajikan ketika proses
pembelajaran tersebut berlangsung.
Kami menyadari betul bahwa dalam makalah ini tentu masih banyak salah dan
kurangnya. Maka dari itu, kami sangat menerima dengan senang hati masukan maupun kritik
dan saran yang mendukung dalam pembuatan makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kurang lebihnya kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Dan terimakasih kepada teman-teman dan bapak Dosen yang telah
memberikan energy positif kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sukoharjo, 18 September 2020

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….…..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….….3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………….……4
B. Identifikasi Masalah…………………………………………………………....…4
C. Rumusan Masalah……………………………………………………………...…4
D. Tujuan Penulisan……………………………………………………………….....5
E. Manfaat Penulisan………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian6.........…………………………………………………………… ‫الذكر‬
B. Pengertian 8.......................…..…………………………………………… ‫الحذف‬
C. Pengertian 9.................................................................. ‫التقديم‬
D. Pengertian 10.................................................................. ‫التأخير‬
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………....……………...
B. Saran…………………………………………...…………………....………..…

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan kegiatan pokok manusia dalam kehidupan sehari-hari, karena
bahasa itu sendiri merupakan alat penghubung antara sesama. Bahasa adalah alat
interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau
juga perasaan. Namun, kegiatan berbahasa ini tidaklah gampang, karena dalam bahasa
ada kaidah-kaidah tertentu yang harus diketahui oleh pengguna bahasa itu sendiri.
Karena apabila salah dalam menggunakan bahasa, maka akan mengakibatkan masalah
yang fatal meskipun bahasa itu secara hukum benar. Oleh karena itu, perlu kiranya
kita mempelajari ilmu tentang bahasa, agar bahasa kita tidak menimbulkan masalah
yang fatal sehingga diri kita pun selamat.
Di antara ilmu yang perlu dikuasai oleh pengguna bahasa khususnya bahasa Arab
adalah ‫ و الت ديم و الت أخير‬,‫ ال ذكر و ح ذف‬.Dengan ilmu ini mutakallim dapat
menyesuaikan kalam yang akan disampaikan. Dan dalam kesempatan kali ini
pemakalah akan membahas ‫التأخير‬ ‫ و التديم و‬,‫ الذكر و حذف‬.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, kami
mengemukakan identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penulisan sebagai
berikut :
1. Materi yang telah disediakan oleh guru Dosen pada setiap mata kuliah kurang
instensif
2. Pemeblajaran daring pada saat ini menunut para Mahasiswa untuk mencari
bahan materi secara mandiri untuk disampaikan kepada teman sebaya di kelas
yang dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyampaikan materinya

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian‫ الذكر‬dalam bahasa arab ?

2. Apa pengertian ‫ الحذف‬dalam bahasa arab ?


3. Apa pengertian ‫ التقديم‬dalam bahasa arab ?
4. Apa pengertian ‫ التأخير‬dalam bahasa arab ?

4
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan rumusan
masalah, maka dapat dirumuskan tujuan penulisan, sebagai berikut :
1. Untuk pengertian‫ الذكر‬dalam bahasa arab ?

2. Apa pengertian ‫الحذف‬, dalam bahasa arab ?


3. Apa pengertian ‫ التقديم‬dalam bahasa arab ?
4. Apa pengertian dari, ‫التأخير‬ ‫ و‬dalam bahasa arab ?
5. Contoh kalimat yang bisa digunakan ‫التأخير‬ ‫ و التديم و‬,‫الذكر و حذف‬

E. Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, rumusan dan tujuan penulisan
makalah, maka kami dapat merumuskan manfaat positif, diantaranya :
1. Bagi pendidik, menjadikan lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
pembelajaran dalam kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Bagi peserta didik, dapat memiliki wawasan yang luas dalam menguasai
materi yang dimiliki
3. Bagi evaluator, atau pihak sekolah sebagai bentuk evaluasi dan perbaikan
yang meliputi materi baru versi mahasiswa sehingga dapat mencapai tujuan
dengan mudah.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dzikr
Al-Dzikr secara bahasa berarti menyebut. Sedangkan dalam terminologi ilmu
balaghah Al-Dzikr adalah menyebut musnad ilaih.

Contoh: ‫األستاذ جاء‬

‫ من جاء‬: ‫الجواب‬
Dalam praktek berbahasa Al-Dzikr mempunyai beberapa tujuan / faidah, yaitu :

1. Al-Idhahu Wat Taqriiru ( ‫التَق ِر ْي ُر‬ ‫حو‬


ُ َ‫( ) اإليضا‬menjelaskan dan menetapkan)
Penyebutan musnad ilaih pada suatu kalimat salah satunya bertujuan untuk
menjelaskan sewaktu pembicaraan sangat penting sehingga membutuhkan penegasan
yang jelas agar mukhotob benar-benar mengerti.
Contoh:

‫محاضر‬
ٌ ‫محم ٌد‬ sebagai jawaban dari ‫المحاضر؟ من‬
ُ
ِ َ‫الم َخاط‬
2. Ghabawatul Mukhathab ( ‫ب‬ ُ ُ‫( ) غباَوة‬menganggap mukhâthab bodoh)
Mutakallim yang menganggap mukhathab tidak tahu apa-apa ia akan
menyebut musnad ilaih pada suatu kalimat yang ia ucapkan. Dengan menyebut
musnad ilaih, mukhathab mengetahui fa’il, mubtada, atau fungsi-fungsi lain yang
termasuk musnad ilaih. Demikian juga akan terhindar dari kesalahfahaman
mukhathab pada ungkapan yang dimaksud.
Contoh :

‫أولئك ابائ فجئني بامثلهم – إذا جمعتنا ياجرير المجامع‬


(Mereka itu bapak-bapakku. Coba datangkanlah kepadaku sebangsa mereka ya Jarir
di waktu ada satu kumpulan yang mempertemukan kita)
Karena jarir dianggap bodoh, tidak mengetahui kehormatan orang-orang tua
Farozdaq, maka disebutnya dan ditunjuknya orang-orang tua itu dengan mengatakan :
“Itulah orang-orang tuaku. Dapatka engkau mendatangkan orang0orang seperti itu?
Yang disebut pada syair ini adalah Musnad Ilaih (‫) أولئك‬

6
3. Taladzdzudz ( ُ‫التلَ ُّذذ‬
َ ) (senang menyebutnya)
Seorang mutakallim yang menyenangi sesuatu ia pasti akan banyak menyebutnya.
Pepatah mengatakan:

‫ب َم ِن‬
َّ ‫َح‬ ِ
َ ‫ذ ْك ُرهُ َك ُث َر َش ْيئاً أ‬
(Barang siapa yang menyenangi sesuatu ia pasti akan banyak menyebutnya)
Jika mutakallim menyenagi mukhathab ia pasti akan menyebutnya, dan tidak akan
membuangnya.
Contoh :

‫منكن أم ليلى من البشر‬


ّ ‫باهلل ياظبيات القاع قلنا لنا – ليالى‬
(Demi Allah, wahai rusa tanah datar, katakanlah kepadaku : Lailaku itu dari
bangsamu atau Laila itu bangsa manusia?)
Pada syiir ini disebut Musnad Ilaih yaitu Laila. Bahkan diulang sampai dua kali. Hal
ini tidak lain karena senang menyebutnya, disebabkan dia sedang jatuh cinta
kepadanya.

4. Basthulkalam Lisyu’uril Falah ( ‫) بس ط الكالم لش عور الفالح‬ (memperpanjang


kalam karena merasa bahagia)

Seperti firman Allah :


‫وأهش بها على الغنمى‬
ّ ‫ وما تلك في يمينك ياموسى؟ قال هي عصاي أتوكأ عليها‬.....
(“Apa yang ada di tanganmu itu Musa? Musa menjawab “Itu tongkatku”, aku
bertelekan kepadanya dan aku memukul daun-daunan atas kambingku”)

Pada ayat ini disebut musnad ilaih yaitu “Hiya”. Maksudnya untuk memperpanjang
kalam karena bahagia, malah yang tidak ditanyakan pun terus diterangkan

5. Ziyaadatul Bayaan ( ‫البيان‬ ‫( ) زيادة‬Menambah Penjelasan)


Contoh :
‫َمن في بيتك؟‬ lalu dijawab ‫في بيت سليمان‬
Siapa di rumahmu ? – lalu dijawab – Di rumahku ada Sulaiman

Pada kalam ini disebut musnad. Yaitu “ ‫بيت‬ ‫في‬ “. Maksudnya untuk menambah
kejelasan.

7
B. Pengertian Al-Hadzfu (Membuang Musnad ilaih)

Al-Hadzfu secara bahasa bermakna membuang. Sedangkan maksudnya dalam


terminologi ilmu balaghah adalah membuang musnad ilaih. Al-Hadzfu merupakan
kebalikan dari al-Dzikru.
Dalam praktek berbahasa al-Hadzfu mempunyai beberapa tujuan, yaitu:

1. ‫ضئق الفرصة‬ (Untuk meringkas karena susah hati atau sempitnya situasi)
Contoh:

‫ويل‬
ٌ َ‫ائم و ُحز ٌن ط‬
ٌ ‫ َس َه ٌر َد‬: ‫عليل‬
ٌ ‫قلت‬ُ ‫أنت ؟‬ َ ‫قَ َل لِي‬
َ ‫كيف‬
(Dia berkata kepadaku, Bagaimana engkau ? Aku jawab : Sakit, susah tidur, dan
selalu gelisah)
Pada dialog di atas terdapat kalimat yang padanya dibuang musnad ilaih-nya, yaitu
pada kata ‫عليل‬. Kalimat lengkapnya adalah‫عليل‬ ‫انا‬
2. Terpeliharanya lisan ketika menyebutnya.

Contoh:

‫ومآ أدرىك ما هية – نار حامية‬

Pada ayat kedua terdapat lafazh yang dibuang, yaitu kata " ‫ "هــي‬yang kedudukannya
sebagai musnad ilaih.

Kalimat lengkapnya adalah : ‫نار حامية هي‬

3. Lil Hujnah ( ‫( ) للهجنة‬merasa jijik jika menyebutnya)

Jika seseorang merasa jijik menyebut sesuatu (baik nama orang atau benda) ia pasti
tidak akan menyebutkannya atau mungkin menggantikannya dengan kata-kata lain
yang sebanding.
Contoh :

ِ َ‫ َواستَوثَقوا ِم ْن رتاَ ِج الب‬- ‫مه ْم‬


‫اب َوال َدا ِر‬ ُ َ‫وم إذا ا َكلوا أح َفوا كال‬
ٌ َ‫ق‬
(Suatu kaum, apabila makan menyembunyikan suaranya dan memperkukuh pintu
rumahnya)

Asalnya “‫ُه ْم‬ ‫وم‬


ٌ َ‫ “ ق‬karena kejelekan sifat mereka hingga jijik menyebutnya, maka

dibuang saja musnad ilaih nya yaitu “‫“ ُه ْم‬

8
ِ ‫للت ْع‬
4. Lit Ta’mîm ( ‫ميم‬ َ )
Membuang musnad ilaih pada suatu kalimat juga mempunyai tujuan untuk
mengeneralkan pernyataan. Suatu pernyataan yang tidak disebut subjeknya secara
jelas akan menimbulkan kesan banya pesan itu berlaku untuk umum (orang banyak).

Contoh :

ُ ‫وينهو َن َع ِن‬
‫المن َكر‬ ُ َ‫ولْتَ ُك ْن من ُكم ّأمةٌ يًدعُو َن إلى ال َخي ِر وي‬
َ ‫أمرو َن بالعروف‬
(Hendaknya ada sebagianmu, satu golongan yang berdakwah Islam dan
memerintahkan ma’ruf dan melarang mungkar)

Pada ayat ini tiga fi’il dibuang maf’ulnya, gunanya agar umum dan menyeluruh,
yakni, amar ma’ruf, nahi mungkar itu harus tersampaikan menyeluruh ke semua
lapisan manusia.

5. Ikhfâu al-amri ‘an ghairi al-mukhâthab ( ‫المخاطَب‬ ‫األم ِر َعن غَير‬


ْ ُ‫) إ ْخ َفاء‬
Kadang-kadang seorang mutakallim ingin merahasiakan musnad ilaih kepada selain
orang yang diajak bicara (mukhâthab). Untuk itu ia membuang musnad ilaih,
sehingga orang lain tidak mengetahui siapa subjeknya.

Contoh :
‫حضر‬ ِ
َ ‫ قَد‬... ‫ياَ أخ ْي‬ (Saudara ...sudah datang) dengan tidak disebut siapa orangnya.

C. Pengertian At Taqdim (Mendahulukan)


At Taqdim adalah mendahulukan kalimat yang biasanya atau lumrahnya diakhirkan.
Seperti biasanya susunan maf”ul setelah mubtada khobar, tapi disisni bisa juga maf”ul
didahulukan sebelum mubtada khobar.
Adapun keguanaan-kegunaan mendahulukan :

1. ( ‫)التش وىق إلي المت أخر‬ Mendorong rindu untuk mendengar sesuatu yang
diakhirkan.
Misal :
‫والقمر‬
ُ ‫ شمس الضحي وأبو إسحا َق‬# ‫ثالثةٌ تشر ُق الدنيا ببهجتها‬

“Tiga perkara….dunia jadi gilang-gemilang karena keagunganya yaitu matahari


waktu dluha, abu ishaq dan bulan.”

Pada syair diatas didahulukan musnad-nya “tsalatsatun” dan diakhirkan musnad


ilaih yaitu “samsyudduha” supaya pendengar tersipuh dalam kandungan musnadnya
sehingga penasaran musnad ilaihnya.

9
2. (‫) التخصىص‬Mengkhususkan
Missal :
‫أياك نعب واياك نستعين‬
“hanya kpada engkau kami mengabdi dan hanya kepada engkau kami mohon
pertolongan”
Pada ayat ini didahulukan maf’ul sebelum fa’il, gunanya untuk pengkhusussan
(hanya)
3. Yang didahulkan itu sorotan ingkar
Missal :
ِ
‫الزخرفة ؟‬ ِ
‫التجربة تنخدعُ بهذه‬ ِ ‫أبع َد‬
‫طول‬
“apakah setelah sekian banyak pengalaman, masih juga engkau tertipu oleh hias-
hiasan ini ?
Kalimat ini mendahulukan dhorof atas fiil.

4. Mempercepat rasa gembira atau kecewa


Missal :
‫أذنت لهم ؟‬
َ ‫عفا اهلل عنك لم‬
“Alloh telah mengampuni engkau, mengapa engkau mengizinkan mereka ?”
ٍ ‫تبت يدا أبي‬
‫لهب‬ ْ
“celakalah kedua angan abu lahab”
D. Pengertian At Ta’khir (Mengakhirkan)

At ta’khir adalah mengakhirkan sesuatu yang biasanya berada didepan.


Missal :

َ ‫ض ِر‬
ٌ‫ب عمرا‬ ُ (amr telah dipukul)
Pada contoh tersebut maful mendahului failnya. Seharusnya ً‫عمرا‬ ‫ب زي ٌد‬
َ ‫ض َر‬
َ (zaid telah
memukul amr)
Adapu kegunaannya dalam mengakhirkan kalimat itu sama saja dengan
mendahulukan. Karena ketika kita mendahulukan suatu kalimat kitapun mengakhirkan
juga.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam ilmu balaghoh, segala perubahan itu menyimpan tujuan tertentu untuk
memperindah makna yang terkandung. Baik itu perubahan ad dzikru, al khadzfu, at
taqdim, dan at ta’khir.
Balaghoh itu lebih membuat kita belajar soal hati sedangkan nahwu itu lebih ke
pemikiran dan pemahaman. Dimana kita berusaha mengaitkan isi makna dari kalimat
agar lebih indah dirasa dan didengar.

B. Saran
Semoga dengan makalah ini dapat menambah ilmukita di bidang balaghoh. Apabila
ada sesuatu kesalahan atau kekurangan dari makalah mohon dibenarkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Wahab T.Fuad,1982,Pokok-Pokok Ilmu Balaghoh,Bandung:Angkasa


Shigab M.Quraish,2013,Kaidah Tafsir,Tangerang:Lentera Hati
Hidayat,Al Balaghoh Al Jami’wa Syawahidi min Kalamil Badi’,Semarang:PT.Karya Toha
Putra

12

Anda mungkin juga menyukai