Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ILMU MA’ANI

Tentang

“Fashahah dan Balaghah”

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Aisyatul Rodiah : 2114020010

Intan Putri : 2114020010

Dosen Pengampu:

Drs. Wartiman, MA.

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB – A (IV)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

1444 H/2023 M
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Ilmu Balaghah merupakan suatu ilmu yang berlandaskan kejernihan jiwa dan
ketelitian dalam menangkap keindahan dan kejelasan perbedaan yang samar di antara
macam-macam ungkapan (uslub). Adapun ilmu balaghah memiliki tiga cabang ilmu
yakni ilmu Ma’ani, Bayan dan Badi’.

Kajian makalah pada pembahasan ini akan menjelaskan mengenai tentang


“Fashahah dan Balaghah”. Fashahah adalah ucapan atau berbicara yang jelas dalam
pengucapannya dan jelas maknanya atau artinya, dan mudah dalam pengucapannya,
dan baik dalam memperindah perkataan. Balaghah dalam arti bahasa artinya adalah
'Sampai' dan 'mencapai'.

B. Rumusan Masalah.
1. Pengertian dan macam-macam Fashahah ?
2. Pengertian Balaghah dan tokoh-tokoh ilmu Balaghah ?
3. Manfaat dan ruang lingkup Balaghah ?
C. Tujuan Penulisan.
1. Mengetahui pengertian dan pembagian Fashahah !
2. Mengetahui pengertian dan tokoh-tokoh Balaghah !
3. Mengetahui manfaat dan ruang lingkup Balaghah !
PEMBAHASAN

A. FASHAHAH.
1. Pengertian Fashahah.

Dalam bahasa Arab disebut ‫ الفصاحة‬artinya terang atau jelas. Suatu kalimat
dinamakan fasih apabila kalimat itu terang pengucapannya, jelas artinya dan bagus
susunannya.1

‫ أفصح فالن‬:‫أما الفصاحة في أصل الوضع اللغوي فهي الظهور والبيان فهي من قولهم‬

‫ الخ‬... ‫عما في نفسه إذا اظهره‬

Artinya: adapun Fashahah dari asal bahasanya yaitu “tampak” dan “jelas”,
seperti perkataan mereka: “Fulan telah fasih/jelas Ketika dia menampakkan dirinya”.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an yang mengisahkan


pertanyaan nabi Musa AS tentang nabi Harun AS:

ِ ‫اف َأ ْن ي َك ِّذب‬ َ ‫ص ِّدقُنِي ِإنِّي‬ ِ ِ ِ ِ ْ‫َأخي هارو ُن هو َأف‬


ِ
‫ون‬ُ ُ ُ ‫َأخ‬ َ ُ‫سانًا فَ َْأرسلْهُ َمع َي ِر ْد ًءا ي‬
َ ‫ص ُح منِّي ل‬
َ َ ُ ُ َ ‫َو‬

Artinya: Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka
utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku;
sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku". (QS. Al-Qashash: 34)2

Definisi yang lain menurut Ali al-Jarim dan Mustafa Amin mengatakan:
“fashahah” maknanya jelas dan terang. Anda berkata, “afshahas subhu”, yakni pagi
telah terang. Kalimat yang fasih adalah kalimat yang jelas maknanya, mudah
bahasanya, dan baik susunannya. Oleh karena itu setiap kata dalam kalimat yang fasih
itu harus sesuai dengan pedoman sharaf, jelas maknanya, komunikatif, mudah lagi
enak. Suatu kata akan mencapai kriteria itu bila sering dipakai oleh para penulis dan

1 Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Antara al-Bayan dan al-Badi’, cet. I (Yogyakarta: Teras, 2007). hlm.
2
2 Lihat QS. Al-Qashash: 34
penyair yang peka karena tidak ada kata yang terungkap melalui lisan dan tulisan
mereka kecuali memenuhi kriteria kefasihan dan keindahan tersebut.3

Makna fashahah secara istilah, terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama


Nahwu dan Balaghah. Perbedaan ini bisa dipahami karena memang berbedanya kajian
kedua bidang ilmu tersebut. Ulama Nahwu mensyaratkan kefasehan bahasa Arab
dengan standar kebenaran secara kaidah bahasa Arab. Artinya, orang yang disebut
fasih dalam berbicara bahasa Arab adalah dia yang tidak melenceng dari kaidah
bahasa yang sudah ditentukan. Sementara ulama Balaghah menjadikan tiga standar
utama untuk menilik kefasehan bahasa Arab: dari aspek kata, kalimat dan pembicara.

Abu Hilal al-‘Asykari dalam bukunya Abd al-Hafid Hasan menjelaskan bahwa
Fashahah dan Balaghah adalah dua hal yang berbeda, Fasahah adalah mengakhirkan
sebuah arti ke dalam hati, seolah-olah tercakup dalam makna itu, Abu hilal
berpendapat bahwa satu kalam dapat dikatakan fasih dan baligh apabila jelas
maknanya, mudah lafadznya, baik bentuknya, dan tidak ada sesuatu yang
mencegahnya dari salah satu dari dua isim berupa kejelasan makna dan bangunan
huruf.4

Ibn Atsir berpendapat bahwa fashahah adalah secara khusus terkait dengan
lafadz bukan makna. Ia berkata: kalam fasih adalah tampak dan jelas, maksudnya
adalah bahwa lafadz-lafadznya dapat dipahami, yang tidak memerlukan pemahaman
dari buku-buku linguistik. Hal ini dikarenakan lafadz-lafadz itu disusun berdasarkan
aturan pada area perkataan mereka, dimana tersusun di area perkataan yang terkait
dengan kebaikan lafadnya. dan kebaikan lafadz dapat ditemukan dalam pendengaran.
Sesuatu yang dapat ditemukan dengan jalan mendengarkan adalah lafadz, sebab itu
adalah suara yang tersusun dari makharijul khuruf.5

Dari beberapa definisi fashahah diatas, dapat ditarik pengertiannya yakni


fashahah dapat diartikan jelas dan terang dari sisi kata dan kalimat serta si
pembicaranya. Kalimat dalam bahasa Arab dikatakan fasih ketika memiliki kejelasan
makna, mudah bahasanya serta susunanya sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab
yang telah disepakati.

3 Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Al-balaaghatul waadhihah, Terj. cet.IX. (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2011). hlm. 1.
4 Abd al-Hafidz Hasan, Ilmu Al-Ma’ani: Diraasah Nadzariyyah Tadzbiiqyiyah, (Mesir: Maktabah al-
Adab, 2010). hlm. 9
5 Ibid, hlm. 10
2. Macam-Macam Fashahah.

a. Fashahah Al-Kalimah (‫الكلمة‬ ‫)فصاحة‬

Fashahah Al-Kalimah adalah kata yang terhindar dari ,‫الحروف‬ ‫تنافر‬

‫مخالفة القياس‬, dan ‫الغرابة‬

1) Tanafuril Huruf (‫الحروف‬ ‫)تنافر‬

Yaitu kalimah yang terasa berat dilidah dan sulit untuk


diucapkan.Hal tersebut kemungkinan disebabkan hurufnya kalimah

tersebut saling berdekatan makhrojnya, Seperti lafal: ‫(الهعخع‬tanaman


yang dimakan Onta). Atau karena kumpulnya sifat-sifat huruf yang
berlawanan, seperti:

2) Mukhalafah Al-Qiyas (‫القياس‬ ‫)مخالفة‬

Yaitu kalimah yang tidak mengikuti kaidah-kaidah ilmu sharaf.

Seperti: ‫األجلل‬di mana bentuknya yang baku berdasarkan ilmu Sharaf


adalah: ‫ األجل‬Sebagaimana disebutkan dalam sebuah syair:
ّ

ِ ‫ الو‬# ‫الحم ُد لِلَّ ِه الْعلِ ُّي اَألجلَل‬


َّ ‫اح ِد الْ َف ْر ِد الْ َق ِديْ ِم‬
‫اَألول‬ َ ْ َ َْ

3) Al-Ghorobah (‫)الغرابة‬

Yaitu kalimah yang tidak jelas maknanya. Maksudnya adalah lafal


arab tersebut asing ditelinga, tidak menggunakan bahasa Arab yang sering
beredar di kalangan orang arab. Sehingga, ketika lafadz Arab yang asing
tersebut diucapkan akan menyebabkan pendengar tidak paham dengan apa
yang dimaksudkan. Seperti lafal: ‫ْأ‬ ‫ت َكْأ َك‬ Contohnya, perkataan seorang

badui (Arab pedalaman) yang jatuh dari kendaraannya dan dikerumuni


orang banyak (penduduk Arab kota yang bukan pedalaman), ia berkata:

ِ ِ ِ ‫ِئ‬
ْ ‫َما لَ ُك ْم تَ َكْأ َكْأتُ ْم َعلَ َّي َكتَ َكْأ ُك ُكم َعلَى ذ ْي جنَّة افْ ِر ْن َقعُ ْوا َعن‬
‫ِّي‬

Perkataan Arab Badui ‫( تَ َكْأ َكْأتُ ْم‬berkumpul) itu tidak fashahah,


sebab orang yang di ajak bicara (penduduk
Arab yang bukan pedalaman) tidak mengerti dengan ucapan tersebut.
Karena orang arab asli menggunakan bahasa “berkumpul” dengan

‫ اِ ْجتَ َم َع‬bukannya ‫ تَ َكْأ َكْأ‬sehingga sangat asing sekali ditelinga mereka.

b. Fashahah Al-Kalam (‫الكالم‬ ‫)فصاحة‬

Fashahah al-Kalam yaitu kalimat (kalam) yang terhindar dari hal-hal


berikut:

1) Tanafur Al-Kalimah (‫الكلمات‬ ‫)تنافر‬

Yaitu susunan kata (kalimah) yang ketika berkumpul


mengakibatkan sulit diucapkan karena makhraj-nya yang berdekatan atau
karena penyebutan huruf secara berulang-ulang dalam suatu kalimat
(kalam). Seperti disebutkan dalam sebuah syair yang bercerita tentang
letak kuburan Harb ibn Umaiyah:

ٍ ‫ب َق ْب ٍر َح ْر‬ ٍ ِ ٍ
‫ب َق ْب ُر‬ َ ‫ َولَْي‬# ‫َو َق ْب ُر َح ْرب ب َم َكان َق ْف ٍر‬
ُ ‫س ُق ْر‬

Artinya: “kuburan Harb (Harb ibn Umaiyah) di tempat yang


tandus # Tidak ada dekat kuburan Harb (Harb ibn Umaiyah)
kuburan”
Lafal (‫ )قير‬aslinya tidak sulit diucapkan, begitu juga dengan (

‫ )حرب‬dan (‫ )قفر‬tidaklah terasa berat di lidah. Namun, ketika lafal-


lafal tersebut berkumpul barulah terasa berat dilidah. Hal demikian
juga berlaku pada bait ke dua. Pada bait kedua dari syair terdapat lafal-
lafal yang makhraj- nya saling berdekatan letaknya sehingga sulit

diucapkan. Dan mengulang-ulang tiga huruf yaitu ( ‫راء‬ ,‫ ق اف‬,‫)ب اء‬


dalam satu kalam (‫قبر‬ ‫)قرب قبر حرب‬

2) Dha’fu Al-Ta’lif (‫التأليف‬ ‫)ضعف‬

Adalah suatu kalimat yang susunan bahasanya menyimpang dari


kaidah ilmu nahwu yang benar dan masyhur. Seperti meletakkan dhamir
(kata ganti) sebelum disebutkan lafal tempat kembali dan kedudukan
dhamir itu. Seperti disebutkan dalam sebuah syair:

‫ َو ُح ْس ُن ِف ْع ِل َك َما يُ ْج َزى ِسنِ َّما ِر‬# ‫َج َزى َب ُن ْوهُ َأبَا الْغَْياَل ِن َع ْن كِبَ ِر‬

Artinya: “anak itu membalas kebaikan Abu al-
Ghailan di waktu tua # Sebagaimana yang diperlakukan kepada
seorang bernama Sinimmar”

Dhamir ghaib (kata ganti orang ketiga) pada lafal ُ‫ َب ُن ْوه‬Kembali

ِ
kepada isim (kata benda yang disebut setelahnya, yaitu (‫ن‬ ‫)َأبَ ا الْغَْياَل‬
Ungkapan dalam syair ini sudah menjadi pepatah yang dalam Bahasa
Indonesia berbunyi “Air susu dibalas dengan air tuba.”

3) Ta’kid Al-Lafzi (‫اللفظي‬ ‫)التعقيد‬

Yaitu kalam yang samar penunjukan maknanya (sulit dipahami),


sebab adanya pendahuluan lafal yang semestinya diakhirkan atau
sebaliknya, atau sebab dipisah dan lain-lain (tidak disusun berdasarkan
rangkaian makna yang semestinya). Seperti perkataan berikut ini:

ِ ‫اح ًد مح َّم ٌد مع كِتابا‬


‫َأخ ْي ِه‬ ِ
ً َ َ َ َ ُ ‫َما َق َرَأ ِإاَّل َو‬

Artinya: “tidak membaca kecuali satu Muhammad bersama


kitab saudaranya”

Kalimat ini tidak fasih karena susunan kalimat-kalimatnya


rancu. Aslinya adalah:

ِ ‫َأخي ِه ِإاَّل كِتابا و‬


ِ
‫اح ًد‬ َ ًَ ْ ‫َما َق َرَأ ُم َح َّم ٌد َم َع‬

Artinya: “Muhammad tidak membaca bersama saudaranya


kecuali sebuah kitab”

Kata sifatnya didahulukan daripada kata yang disifatinya.


Disamping itu, ada beberapa kata yang seharusnya bersamaan ternyata
dipisahkan, yakni adatul ististna’ (kata sambung untuk mengecualikan)
dipisah dengan mustatsna-nya (kata yang dikecualikan), dan mudhaf
(kata yang bersandar) dengan mudhaf ilaih (kata yang disandari).6

c. Fashahah Al-Mutakallim (‫المتكلم‬ ‫)فصاحة‬

Fashahah al-Mutakallim, yaitu kecakapan/karakter seseorang yang


mampu mengungkapkan maksud dan tujuannya dengan kalam fasih dalam
semua situasi dan kondisi. Setelah kalimat (kata) itu sudah fasih, kemudian
kalimat-kalimat (kata) tersebut disusun menjadi kalam (kalimat) yang fasih,
barulah bisa mengungkapkan kalam (kalimat) fasih yang sesuai dengan

tuntutan keadaan (‫ال‬ ‫)مقتض الح‬. Inilah yang dinamakan (‫الكالم‬ ‫)بالغ ة‬.
Sedangkan orang yang mampu mengungkapkan kalam fasih yang sesuai

dengan tuntutan keadaan (‫الحال‬ ‫ )مقتض‬dinamakan ‫بالغة المتكلم‬

6 Ali Al-Jarim, dan Musthafa Amin, Al-Balaghatul Waadhihah, ter. IX. (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2011) hlm. 3
Adapun yang dimaksud (‫ال‬ ‫)مقتض الح‬ adalah keadaan yang

mendorong mutakallim untuk mengungkapkan ibaroh dengan bentuk tertentu.7

B. BALAGHAH.
1. Pengertian dan Tokoh-Tokoh Ilmu Balaghah.
a. Pengertian Balaghah.

Balaghah dalam arti bahasa artinya adalah “Sampai” dan “mencapai”.

Contoh kalimatnya adalah: ُ‫( َبلَ َغ ذَيْ ٌد ُم َر َده‬Zaid telah mencapai tujuannya).
maka sudah jelas, bahwa arti balaghah menurut Bahasa adalah “mencapai”
dan “sampai”.

Adapun pengertian balaghah secara istilah yaitu balaghah merupakan


sifat bagi ucapan dan mutakallim (orang yang mengucapkan) sehinga dapat
dikatakan ucapan yang baligh (perkataannya tercapai/sampai dengan yang
dimaksud) dan mutakallim yang baligh (tercapai/sampai yang dikatakan).
Balaghoh juga dapat diartikan sebagai kesesuaian antara konteks ucapan dan
situasi & kondisi lawan biacara yang disertai dengan penggunaan
kalimat/bahasa yang fashih, jelas, dan mudah dipahami. Balaghah sendiri tidak
dapat menjadi sifat untuk kalimat, dan perkara inilah yang membuatnya
berbeda dengan fashahah. Balaghah mempunyai pembagian tersendiri, yaitu:

1) Balaghah al-Kalam (‫الكالم‬ ‫)بالغة‬

yaitu ucapan yang baligh adalah ucapan yang sesuai dengan


keadaan lawan bicara disertai dengan fashihnya lafadz-lafadz pada ucapan
tersebut, baik itu per katanya maupun susunan kalimatnya.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ucapan


yang baligh yaitu ucapan yang menyesuaikan situasi dan kondisi lawan
bicara, serta lafadz-lafadz yang diucapkannya juga fashih atau jelas baik
susunan kalimatnya maupun bentuk setiap katanya. Selain dari pada itu,
yang menjadi perhatian yaitu bentuk tertentu yang gunakan dalam suatu
kalam atau ucapan, contoh penggunaan kalimat yang panjang tetapi

7 http://terjemahilmubalaghoh.blogspot.com/2014/01/fashahah-dan-balaghoh.html
maksudnya sedikit (uslub ithnab) dalam pujian atau penggunaan kalimat
yang ringkas dan padat (uslub ijaz) apabila lawan biacaranya adalah

sesorang yang cerdas. Contoh: jika seseorabg mengucapkan ‫الص الَةُ َعـلَى‬
َّ

‫وقْتــها‬ 
َ kepada mukhotob atau orang yang sedang diajak bicara yang

bertanya mutakallim tentang waktu shalat. Maka ucapannya itu termasuk


dalam kategori balaaghatul kalaam, karena ia ia ucapkan sesuai dengan
maksud lawan bicara dan sesuai dengan keadaannya, ucapannya juga
disampaikan dengan fashih dan jelas sehingga pendengar segera paham.

2) Balaghah al-Mutakallim (‫المتكلم‬ ‫)بالغة‬

Balaghatul Mutakallim adalah keahlian dan kemampuan yang


terdapat pada hati mutakallim yang dengan keahliannya tersebut seseorang
bisa menyusun ucapan yang baligh dan sesuai dengan keadaan dan situasi
lawan bicaranya serta fashihnya ucapan dalam segala makna yang
dimaksudkannya.

Sesuai dengan penjelasan di atas, balaaghatul mutakallim


merupakan keahlian sesorang dalam berucap dengan fashih dan jelas untuk
mengutarakan apa yang ingin ia katakan dari hatinya sesuai dengan
kondisi dan situasi lawan bicarannya.8

b. Tokoh-Tokoh Ilmu Balaghah.

Tokoh pertama yang mengarang buku dalam bidang ilmu bayan adalah
Abu Ubaidah dengan kitabnya Majaz Alquran. Beliau adalah murid al-Khalil.
Dalam bidang ilmu ma’ani, kitab I’jaz Alquran yang dikarang oleh al-Jahizh
merupakan kitab pertama yang membahas masalah ini. Sedangkan kitab
pertama dalam ilmu badi’ adalah karangan Ibn al-Mu’taz dan Qudamah bin
Ja’far. Pada fase berikutnya, munculah seorang ahli balaghah yang
termasyhur, Beliau adalah Abd al-Qahir al-Jurzani yang mengarang
kitab Dalail al-I‘jaz dalam ilmu ma’ani dan Asrar al-Balaghah dalam ilmu

8 Pengertian Fashahah [‫ ]الفصاحة‬dan Balaghah [‫ ]البالغة‬dalam bahasa Arab | Arabunaa (Belajar Bahasa
Arab Online)
bayan. Setelah itu muncullah Sakkaki yang mengarang kitab Miftah al-
Ulum yang mencakup segala masalah dalam ilmu balaghah.9

Berikut tokoh-tokoh balaghah yang berpengaruh dalam pengembangan


ilmu balaghah:

1) Abu ‘Ubaidah Mu’ammar bin al-Mutsanna

Abu ‘Ubaidah Mu’ammar bin al-Mutsanna merupakan seorang


sastrawan dan ulama dalam bidang bahasa arab yang berasal dari basra.
Dia lahir pada tahun 110 H dan wafat pada tahun 209 H. Ia merupakan
salah satu murid Imam Khalil yang notabene pakar bahasa arab. Abu
Ubaidah dengan kitabnya Majaz al-Quran.

2) al-Jahizh

al-Jahiz merupakan seorang sastrawan arab yang telah memiliki


karya-karya dalam bidang literatur arab, biologi, zoologi, sejarah, filsafat,
psikologi, teologi mu’tazilah, dan polemik-polemik politik religi. 10 Beliau
wafat pada tahun 255 H. beliau pengarang kita al-Bayan wa at-Tabyin.

3) Abdullah bin Mu’taz

Abdullah bin Mu’taz merupakan khalifah dikekhalifahan abbasiah.


Beliau betul-betul mendalami dan menekuni dunia sastra, kemudian
menyusun kitab yang bernama al-Badi’. Beliau wafat pada tahun 296 H.11

4) Qudamah bin Ja’far

Qudamah bin Ja’far al-Katib al-Baghdadi merupakan seorang


sarjana arab dan administrator untuk kekhalifahan Abbasiyah. Ketika
diawal bekerja nya beliau seorang nasroni, kemudian masuk islam ketika
masa khalifah al-Muktafi dan pada masanya beliau terkenal memperdalam
tentang filsafat dan logika. Dalam ilmu balaghah beliau menyusun sebuah
risalah yang bernama naqdu qudamah. Kitab ini merupakan kelanjutan dari

9 Mamat Zaenuddin, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm. 3.


10 http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Jahiz
11 http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_al-Mu'tazz
karangan khalifah Ibnu Mu’taz sekaligus menyempurnakan istilah-istilah
yang dipakai di dalamnya. Beliau wafat pada tahun 337 H.12

5) Abu Hilal al-Askary

Abu Hilal Hasan bin Abdullah al-Askary merupakan seorang


sastrawan dan penyair berbangsa arab serta salah seorang diantara pakar
ilmu balaghah. Beliau mempunyai lebih dari 10 buah karangan dan beliau
juga mengarang kitab as-shina’ataini dalam bentuk prosa dan sastra.13

6) Abdul Qohir al-Jurjani

Abu Bakar Abdul Qohir bin Abdul Rahman bin Muhammad al-
Jurjani lahir pada tahun 377 H dan wafat pada tahun 471 H atau 474 H.
Beliau terkenal dalam ilmu balaghah dan ilmu bayan, yang penjelasannya
tertuang dalam kitabnya yang bernama Asror al-Balaghah dan Dalail al-
Ijaz.

7) Abdul Qohir al-Jurjani

Dia adalah Abul Qasim Mahmud Bin Umar Al-Khawarizmi Az-


Zamakhsyari. Di lahirkan pada 27 Rajab 467 H. Di Zamakhsyar, sebuah
perkampungan besar di kawasan khawarizmi (Turkistan). Dia mulai
belajar di negeri sendiri, kemudian di Bukhara, dan belajar sastra kepada
Syeih Mansyur Abi Mudhar. Kemudian pergi ke Mekkah dan menetap
cukup lama sehingga memperoleh julukan Jarullah (Tetangga Allah). Dan
selama tinggan di kota Mekkah itulah dia menulis Al-Kasysyaf ‘An
Haqa’iqit Tanzil Wa ‘Unuyil Aqawil Fi Wujuhit Ta’wil. Dia wafat pada
538 H, di Jurjaniah khawarizem setelah kembali dari makkah. Beliau
termasuk tokoh aliran Muktazilah yang membela mati-matian
madzhabnya. Ia memperkuatnya dengan kekuatan hujjah yang dimilikinya.
Dalam hal ini, imam adz-Dzahabi di dalam kitabnya “al-Miizaan” (IV:78)
berkata, “Ia seorang yang layak (diambil) haditsnya, tetapi ia seorang
penyeru kepada aliran muktazilah, semoga Allah melindungi kita. Karena
itu, berhati-hatilah terhadap kitab Kasysyaaf karyanya.”14

12 Syauqi Dief, al-Balaghah Tathawwur wa Tarikh, (Mesir: Darul Maarif, Tth), hlm. 78.


13  http://finarga.blogspot.com/2010/08/nama-biografi-singkah-tokoh-islam.html
14 http://islami90.blogspot.com/2011/07/biografi-az-zamakhsyari-by.html
2. Manfaat dan Ruang Lingkup Balaghah.
a. Manfaat Balaghah.
1) Menjiwai dan menikmati dalam berbahasa serta memahaminya dengan
mendalam.
2) Membantu orang non-Arab dalam memahami makna dan maksud yang
ada di dalam teks.
3) Membantu pembicara maupun pendengar dalam memebedakan antara
hakikat dengan majas.
4) Mengungkap bahasa Arab klasik dan menyingkap rahasia-rahasia kalam.
5) Memberi pelajar parameter sehingga ia bisa membedakan makna satu kata
dengan kata lainnya.
6) Membuat pelajar senang dalam membaca dan meniru uslub-uslub Arab.
7) Membantu memahami ayat dan hadits.15
b. Ruang Lingkup Balaghah.

Ilmu balaghoh adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana


mengolah kata atau susunan kalimat bahasa arab yang indah namun memiliki
arti yang jelas, selain itu gaya bahasa yang harus digunakan juga harus sesuai
dengan situasi dan kondisi. Para ahli balaghoh sepakat membagi ruang lingkup
pembahasan ilmu balaghoh menjadi tiga ilmu yang masing-masing berdiri
sendiri dengan pembahasannya, yaitu: ilmu ma’ani, ilmu bayan dan ilmu badi’

1) Ilmu Ma’ani

Ilmu ma’ani adalah ilmu yang mempelajari kesesuaian antara


konteks pembicaraan dengan situasi dan kondisi sehingga maksud dan
tujuan bisa tersampaikan secara jelas dan gamblang. Definisi lainnya, ilmu
ma'ani adalah pokok-pokok dan dasar-dasar untuk mengetahui tata cara
menyesuaikan kalimat kepada kontekstualnya (muqtadhal halnya)
sehingga cocok dengan tujuan yang dikehendaki.

2) Ilmu bayan

Ilmu bayan adalah kaidah-kaidah untuk mengetahui cara


menyampaikan suatu pesan dengan berbagai macam cara yang sebagian
15 Definisi Ilmu Balaghah dan Manfaat Mempelajarinya | Ghoorib.com
nya berbeda dengan sebagian yang lain, dalam menjelaskan segi
penunjukan terhadap keadaan makna tersebut.16

3) Ilmu Badi’

Ilmu badi' merupakan cabang dari ilmu balaghah. Secara bahasa,


badi’ diartikan menciptakan sesuatu yang baru, modern, dan asing.
Adapun dalam istilah ilmu balaghah, ilmu badi’ adalah ilmu yang
mempelajari tentang keindahan suatu kalimat baik dari segi lafaz maupun
makna.

Dari pengertian di atas, dapat kita fahami bahwa tujuan


mempelajari ilmu badi’ adalah agar pembicaraan kita enak didengar oleh
mustami’. Tentunya agar pembicaraan kita indah, kita harus memilih diksi
kata yang tepat baik dilihat dari segi pelafalan maupun maknanya.

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Fashahah dapat diartikan jelas dan terang dari sisi kata dan kalimat serta si
pembicaranya. Kalimat dalam bahasa Arab dikatakan fasih ketika memiliki kejelasan

16 H. Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah antara Al-bayan dan Al-Badi’, (Yogjakarta: Teras, 2007), hlm.1.
makna, mudah bahasanya serta susunanya sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab
yang telah disepakati. Fashahah dibagi menjadi 3 macam:

1. Fashahah al-Kalimah (‫الكلمة‬ ‫)فصاحة‬

2. Fashahah al-Kalam (‫الكالم‬ ‫)فصاحة‬

3. Fashahah al-Mutakallim (‫المتكلم‬ ‫)فصاحة‬

Balaghah merupakan sifat bagi ucapan dan mutakallim (orang yang


mengucapkan) sehinga dapat dikatakan ucapan yang baligh (perkataannya
tercapai/sampai dengan yang dimaksud) dan mutakallim yang baligh (tercapai/sampai
yang dikatakan). Adapun tokoh-tokoh balaghah yang berpengaruh dalam
pengembangan ilmu balaghah diantaranya:

1. Abu ‘Ubaidah Mu’ammar bin al-Mutsanna


2. al-Jahizh
3. Abdulla bin Mu’taz
4. Qudamah bin Ja’far
5. Abu Hilal al-Askary
6. Abdul Qohir al-Jurjani
7. Abdul Qohir al-Jurjani

Para ahli balaghoh sepakat membagi ruang lingkup pembahasan ilmu


balaghoh menjadi tiga ilmu yang masing-masing berdiri sendiri dengan
pembahasannya, yaitu: ilmu ma’ani, ilmu bayan dan ilmu badi’

DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Hafidz Hasan, Ilmu Al-Ma’ani: Diraasah Nadzariyyah Tadzbiiqyiyah, (Mesir:


Maktabah al-Adab, 2010).
Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, Al-balaaghatul waadhihah, Terj. cet.IX. (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2011).

Definisi Ilmu Balaghah dan Manfaat Mempelajarinya | Ghoorib.com

H. Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah antara Al-bayan dan Al-Badi’, (Yogjakarta: Teras,


2007)

http://finarga.blogspot.com/2010/08/nama-biografi-singkah-tokoh-islam.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Al_Jahiz

http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_al-Mu'tazz

http://islami90.blogspot.com/2011/07/biografi-az-zamakhsyari-by.html

http://terjemahilmubalaghoh.blogspot.com/2014/01/fashahah-dan-balaghoh.html

Mamat Zaenuddin, Pengantar Ilmu Balaghah, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007)

Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah Antara al-Bayan dan al-Badi’, cet. I (Yogyakarta:
Teras, 2007).

Pengertian Fashahah [‫ ]الفصاحة‬dan Balaghah [‫ ]البالغة‬dalam bahasa Arab | Arabunaa


(Belajar Bahasa Arab Online)

Syauqi Dief, al-Balaghah Tathawwur wa Tarikh, (Mesir: Darul Maarif, Tth)

Anda mungkin juga menyukai