Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TAFSIR TARBAWI

Tentang

“KETENTUAN SHALAT DAN MANFAATNYA DALAM KEHIDUPAN


MODERN ”

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Aldi Habibur Rahman : 2114020026


Anggrelia Wisda Wahyuni : 2114020034
Rahmiyatul Syafni : 2114020126

Dosen Pengampu :

Dr. Hj. Azhariah Fatia, S. Ag, MA

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB-A (III)

FAKUTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2022 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT.
Atas limpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Tafsir Tarbawi, dengan pembahasan tentang „Ketentuan Shalat Dan
Dampak dalam Kehidupan Modern ‟ meskipun masih terdapat kekurangan
didalamnya.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibuk Dr. Hj. Azhariah
Fatia, S Ag, MA. selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan
tugas dan bimbingan ini kepada kami.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang
membacanya dan dapat berguna khususnya untuk diri kami sendiri sebagai pembuat
makalah maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf jika
didalam makalah terdapat kesalahan, dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Padang, 6 Oktober 2022

Kelompok 5

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan umat islam masyarakat meyakini dan mengetahui


bahwa shalat merupakan perintah yang harus di lakukan atau di anjurkan oleh
ummat islam itu sendiri. Didalam pelaksanaan sjolat ada beberapa hal yang harus
di lakukan seseorang yang hendak melaksanakan sholat seperti mempunyai wudu’
suci tempatnya atau pekayannya karna kedua hal tersebuit merupakan salah satu
dari syarat shalat sehingga ketika seseorang melakukan shalat dan keduanya
ditinggalkan maka hal tersebut dapat membatalkan shalat seseorang karena ketika
salah syarat shahnya shalat di tinggalkan maka secara langsung shalatnya itu tidak
di terima oleh Tuhan, baik itu shalat yang wajib ataupun shalat sunnah, yang
keduanya itu pernah di lakukan/dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW
sehingga sampai sekarang hal itu dilakukan secara berkesinambungan.
Shalat merupakan salah satu bentuk interaksi langsung antara manusia
dengan tuhannya, maka dari itu ketika kita melakukan atau melaksanakan shalat
kita di anjurkan untuk khususk dalam shalat yang dia lakukan supaya shalat
tersebut bisa di terima oleh tuhan Yang Maha Esa, selain dari itu shalat memiliki
berbagai macam keistimewaan.
Didalam pelaksanaan shalat Allah tidak memberatkan ummatnya, artinya
shalat dapat di tinggalkan ketika seseorang ersebut mempunyai halangan seperti
haid bagi wanita dan masih banyak contoh yang lain, dan Allah juga memberikan
keringanan terhadap pelaksanaan shalat seperti memperpendek sholat.

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja ayat ayat alquran yang menjelaskan tentang ketentuan shalat?

2. Bagaimana manfaat shalat dalamkehidupan modern?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa saja ayat alqurann yang menjelaskan tentang ketentuan
shalat

2. Untukmengetahui bagaimana manfaat shalat dalamkehidupanmodern

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat tentang ketentuan Shalat

1. Q.S. Al Maidah (5) : 6

          

         

              

         

            

     

Terjemahan

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,


Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu
junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

4
َّ ‫إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِ ََل‬
‫الصالة‬
Apabila kalian hendak mengerjakan salat.

Maksudnya, ketika kalian sedang dalam keadaan berhadas. Sedangkan ulama


lainnya mengatakan, apabila kalian bangun dari tidur hendak mengerjakan
salat. Kedua makna tersebut berdekatan. Ulama lainnya lagi mengatakan
bahwa bahkan makna yang dimaksud lebih umum daripada semua itu. Ayat
ini memerintahkan berwudu di saat hendak mengerjakan salat; tetapi bagi
orang yang berhadas hukumnya wajib, sedangkan bagi orang yang masih suci
hukumnyasunat.

َ ‫فَا ْغ ِسلُوا ُو ُج‬


‫وه ُك ْم‬
“maka basuhlah muka kalian”

Segolongan ulama menjadikan ayat berikut ini, yaitu firman-Nya: apabila


kalian hendak mengerjakan salat, maka basuhlah muka kalian. (Al-Maidah:
6); sebagai dalil bagi mereka yang menyatakan wajib berniat dalam wudu.
Karena penjabaran makna firman-Nya: Apabila kalian hendak mengerjakan
salat, maka basuhlah muka kalian. (Al-Maidah: 6); Yakni demi hendak
mengerjakan salat. Seperti pengertian dalam kata-kata orang-orang Arab,
"Apabila kamu melihat amir, berdirilah” yakni untukmenghormatinya.

‫َوأَيْ ِديَ ُك ْم إِ ََل ال َْم َرافِ ِق‬


dan kedua tangan kalian sampai siku.

Yakni berikut sikunya. Perihalnya sama dengan makna yang ada dalam
firman-Nya:

5
‫ريا‬ِ ‫وال ََتْ ُكلُوا أ َْموا ََلُ ْم إِ ََل أ َْموالِ ُك ْم إِنَّهُ َكا َن ُح‬
ً ‫وًب َكب‬
ً َ َ َ
dan jangan kalian makan harta mereka bersama harta kalian.
Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa
besar. (An-Nisa: 2).
Al-Hafiz Ad-Daruqutni dan Abu Bakar Al-Baihaqi meriwayatkan me-
lalui jalur Al-Qasim ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu
Aqil, dari kakeknya, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan: Rasulullah
Saw. apabila melakukan wudu, memutarkan (meratakan) air ke sekitar kedua
sikunya.
Firman Allah Swt.:
ِ ‫وامسحوا بِرء‬
‫وس ُك ْم‬ُُ ُ َ ْ َ
dan sapulah kepala kalian.

Para ulama berselisih pendapat mengenai makna huruf ba dalam ayat ini,
apakah lil ilsaq yang merupakan pendapat terkuat, atau lit tab'id; tetapi
pendapat ini masih perlu dipertimbangkan, karena ada dua pendapat
mengenainya. Tetapi ulama usul ada yang mengatakan bahwa makna ayat
ini mujmal (global), maka untuk keterangannya merujuk kepada sunnah.

Firman Allah Swt.:


ِ ْ َ‫َوأ َْر ُجلَ ُك ْم إِ ََل الْ َك ْعب‬
‫ي‬
dan (basuh) kaki kalian sampai kedua mata kaki. (Al-Maidah: 6)

Lafaz arjulakum dibaca nasab karena di-'ataf-kan kepada firman-Nya:

‫وه ُك ْم َوأَيْ ِديَ ُك ْم‬


َ ‫فَا ْغ ِسلُوا ُو ُج‬
maka basuhlah muka kalian dan tangan kalian. (Al-Maidah: 6)

6
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah,
telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada
kami Wuhaib, dari Khalid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas
membaca firman-Nya: dan (basuh) kaki kalian. (Al-Maidah: 6); Ia
mengatakan bahwa makna ayat ini dikembalikan kepada membasuh.

Firman Allah Swt.:


ِ ِِ ِ ِ ‫ضى أَو علَى س َف ٍر أَو جاء أ‬
‫اء‬
َ‫س‬ َ ‫َح ٌد م ْن ُك ْم م َن الْغَائط أ َْو‬
َ ّ‫الم ْستُ ُم الن‬ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ‫َوإِ ْن ُك ْن تُ ْم َم ْر‬
ِ ِ
ُ‫س ُحوا بِ ُو ُجوه ُك ْم َوأَيْ ِدي ُك ْم م ْنه‬ ِ ِ ‫فَ لَم ََِت ُدوا ماء فَ تَ ي َّمموا‬
َ ‫صعي ًدا طَيّبًا فَ ْام‬
َ ُ َ ًَ ْ
dan jika kalian sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang
air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kalian tidak memperoleh air,
maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah muka kalian
dan tangan kalian dengan tanah itu. (Al-Maidah: 6)

Apa yang disebutkan dalam ayat ini semuanya telah dikemukakan dalam tafsir
surat An-Nisa. Oleh karena itu, untuk lebih hematnya tidak kami ulangi lagi
dalam tafsir surat ini. Kami telah kemukakan penyebab turunnya ayat
tayamum dalam surat An-Nisa.
Tetapi Imam Bukhari dalam bab ini telah meriwayatkan sebuah hadis khusus
mengenai ayat yang mulia ini.
Firman Allah Swt.
‫اَّللُ لِيَ ْج َع َل َعلَْي ُك ْم ِم ْن َح َر ٍج‬
َّ ‫َما يُ ِري ُد‬
Allah tidak hendak menyulitkan kalian.

Karena itu, Dia memberikan kemudahan kepada kalian dan tidak menyulitkan
kalian, bahkan Dia membolehkan bertayamum bagi orang yang sakit dan di
saat air tidak ada, sebagai keluasan dan sebagai rahmat untuk kalian dari-Nya.
Dia menjadikan debu sebagai sarana bersuci untuk menggantikan air bagi
orang yang tayamum disyariatkan untuknya, kecuali bila dipandang dari

7
beberapa segi, seperti yang dijelaskan di dalam kitab-kitab fiqih yang besar-
besar.

Firman Allah Swt.:


‫َولَ ِك ْن يُ ِري ُد لِيُطَ ِّه َرُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَهُ َعلَْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُرو َن‬
tetapi Dia hendak membersihkan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagi kalian, supaya kalian bersyukur.

Yakni supaya kalian mensyukuri nikmat-nikmat-Nya atas kalian dalam hal-


hal yang telah disyariatkan-Nya bagi kalian; semuanya mengandung keluasan,
belas kasihan, rahmat, kemudahan, dan toleransi buat kalian.
2. Q.S. Al Baqarah 43-46

          

          

           

     

Terjemahan
43. dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-
orang yang ruku'.
44. mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?
45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya
yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
46. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui
Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

Firman Allah Swt.:

8
Dan dirikanlah salat, tunaikan zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang
rukuk. (Al-Baqarah: 43)

Muqatil mengatakan bahwa firman Allah Swt. yang ditujukan kepada


orang-orang ahli kitab, "Dan dirikanlah salat," merupakan perintah Allah
kepada mereka agar mereka salat bersama Nabi Saw. FirmanNya, "Dan
tunaikanlah zakat," merupakan perintah Allah kepada mereka agar mereka
menunaikan zakat, yakni menyerahkannya kepada Nabi Saw. Firman Allah
Swt., "Dan rukuklah kalian bersama orangorang yang rukuk," merupakan
perintah Allah kepada mereka agar melakukan rukuk (salat) bersama orang-
orang yang rukuk (salat) dari kalangan umat Muhammad Saw. Singkatnya,
jadilah kalian bersamasama mereka dan termasuk golongan mereka.

Firman Allah Swt.:

Dan rukuklah kalian bersama orang-orang yang rukuk. (AlBaqarah: 43)

Maksudnya, jadilah kalian bersama orang-orang mukmin dalam amal


perbuatan mereka yang paling baik, salah satunya dan paling khusus serta
paling sempuma ialah salat.

Al-Baqarah, ayat 44

‫اب ۚ أَفَ َال تَ ْع ِقلُو َن‬ ِ


َ َ‫س ُك ْم َوأَنتُ ْم تَ ْت لُو َن الْكت‬
َ ‫نس ْو َن أَن ُف‬ ِّ ِ‫َّاس ًِبل‬
َ َ‫ْب َوت‬ َ ‫أ َََت ُْم ُرو َن الن‬
Mengapa kalian suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kalian
melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca Al-Kitab (Taurat)?
Maka tidakkah kalian berpikir?

Tafsir Ibnu Katsir:

Allah Swt. berfirman, "Apakah layak bagi kalian, hai orang-orang ahli bila

9
kalian memerintahkan manusia berbuat kebajikan yang merupakan inti dari
segala kebaikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri dan kalian
tidak melakukan apa yang kalian perintahkan kepada orang-orang untuk
mengerjakannya, padahal selain itu kalian membaca kitab kalian dan
mengetahui di dalamnya akibat apa yang akan menimpa orang-orang yang
melalaikan perintah Allah? Tidakkah kalian berakal memikirkan apa yang
kalian lakukan terhadap diri kalian sendiri, lalu kalian bangun dari kelelapan
kalian dan melihat setelah kalian buta?"

Al baqarah 45

ِ ِ ْ ‫الص َالةِ ۚ وإِنَّها لَ َكبِريةٌ إَِّال َعلَى‬ َّ ‫استَ ِعينُوا ًِب‬


‫ي‬
َ ‫اْلَاشع‬ َ َ َ َّ ‫لص ِْب َو‬ ْ ‫َو‬
Tafsir Ibnu Katsir:

Allah Swt. berfirman seraya memerintahkan hamba-hamba-Nya agar


mereka dapat meraih kebaikan dunia dan akhirat yang mereka dambakan,
yaitu menjadikan sabar dan salat sebagai sarananya. Demikian yang dikatakan
oleh Muqatil Ibnu Hayyan dalam tafsir ayat ini, yaitu: "Minta tolonglah kalian
untuk memperoleh kebaikan akhirat dengan cara menjadikan sabar dalam
mengerjakan amal-amal fardu dan salat sebagai sarananya."

Pengertian sabar menurut suatu pendapat yang dimaksud adalah puasa,


menurut apa yang di-na.s-kan oleh Mujahid. Al-Qurtubi dan lain-lainnya
mengatakan, karena itulah maka bulan Ramadan dinamakan "bulan sabar",
seperti yang disebutkan oleh salah satu hadis.

Firman Allah Swt.:

10
ِ ‫الَّ ِذين يظُنُّو َن أَنَّ ُهم ُّم َالقُو رِِّبِم وأَنَّ ُهم إِلَْي ِه ر‬
‫اجعُو َن‬َ ْ َْ َ ََ
(yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya,
dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (AlBaqarah: 46)

Ayat ini merupakan kelengkapan dari makna yang terkandung pada


ayat sebelumnya yang menyatakan bahwa salat atau wasiat ini benarbenar
berat:

kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang-orang yang meyakini


bahwa mereka akan menemui Tuhannya. (Al-Baqarah: 45-46)

Artinya, mereka meyakini bahwa mereka pasti dihimpun dan


dihadapkan kepada-Nya di hari kiamat kelak.

dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Al-Baqarah: 46)

Yakni semua urusan mereka kembali kepada kehendak-Nya. Dia


memutuskannya menurut apa yang dikehendaki-Nya dengan adil. Mengingat
mereka percaya dan yakin kepada adanya hari kemudian dan hari pembalasan,
maka mudahlah bagi mereka melakukan amal-amal ketaatan dan
meninggalkan hal-hal yang mungkar.

3. Al baqarah 144-145

             

            

             

11
              

             

      

Terjemahan

144. sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96],


Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu
berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

145. dan Sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang


(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil), semua ayat
(keterangan), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamupun tidak akan
mengikuti kiblat mereka, dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti
kiblat sebahagian yang lain. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti
keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, Sesungguhnya kamu -kalau
begitu- Termasuk golongan orang-orang yang zalim.

‫الس َم ِاء‬ َ ُّ‫قَ ْد نَ َر ٰى تَ َقل‬


َ ‫ب َو ْج ِه‬
َّ ‫ك ِِف‬
(Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit) Yakni
dengan melihat ke langit.

َ ‫فَ لَنُ َولِّيَ ن‬


‫َّك‬
(maka sungguh Kami akan memalingkan kamu) Yakni Kami akan
menghadapkanmu ke kiblat yang kau sukai.

12
ۚ ‫ك َشط َْر ال َْم ْس ِج ِد ا ْْلََر ِام‬
َ ‫فَ َوِّل َو ْج َه‬
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram) Yakni menghadaplah dalam
sholatmu ke arah Ka’bah.

‫ث َما ُك ْن تُ ْم‬
ُ ‫َو َح ْي‬
Dan dimana saja kamu berada) Yakni dimanapun kalian berada
menghadaplah kalian ke arah Ka’bah.

. ‫اب لَيَ ْعلَ ُمو َن أَنَّهُ ا ْْلَ ُّق ِم ْن َرِّبِِ ْم‬ ِ ِ َّ


َ ‫َوإِ َّن الذ‬
َ َ‫ين أُوتُوا الْكت‬
(Dan sesungguhnya orang-orang ahli kitab memang mengetahui, bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya)

Yakni mereka mengetahui bahwa menghadap ke Ka’bah ini adalah


kebenaran atas perintah Allah. Dan pengetahuan ahli kitab dalam hal ini bisa
jadi dari penjelasan Nabi-Nabi mereka atau mereka mendapatkannya dalam
Kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka yang mengatakan bahwa Nabi ini
(Muhammad) akan menghadap ke Ka’bah.

Dalam hadist shohihain dari al-Barra’: Bahwa Nabi Muhammad pada


saat pertama kali datang ke Madinah menghadap dalam sholatnya ke Baitul
Maqdis selama sekitar enam atau tujuh bulan, namun dalam hatinya
menginginkan agar menghadap Baitullah (Ka’bah). Dan sholat pertamanya
yang menghadap ke arah Ka’bah adalah sholat ashar yang ia tunaikan bersama
beberapa jamaah.

َ ‫َولَئِ ْن أَتَ ْي‬


‫ت‬
(Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan)

13
Yakni tidak akan memberi pengaruh kepada mereka ayat apapun, dan
mereka tidak akan kembali kepada kebanaran dan kepada kiblat Muhammad
meskipun didatangkan segala bukti, karena mereka meninggalkan kebenaran
bukanlah karena bukti yang mereka miliki bukan pula syubhat yang
menyerang mereka, melainkan karena kebebalan mereka, padahal mereka
juga mengetahui bahwa mereka tidak memiliki pegangan apapun; dan orang
seperti ini tidak akan bermanfaat untuknya segala bukti.

‫َو َما أ َ ْنتَ بِتَا ِب ٍع قِ ْبلَت َ ُه ْم‬


(dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka)

Yakni agar menghentikan apa yang diinginkan Ahli kitab agar Nabi
Muhammad kembali ke kiblatnya yang lama.

ٍ ‫ض ُه ْم بِتَابِ ٍع قِ ْب لَةَ بَ ْع‬


ۚ‫ض‬ ُ ‫َوَما بَ ْع‬
(dan sebahagian merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang
lain)

Yakni sebagian mereka tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang


lain. Karena orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis dan orang Nasrani
menghadap tempat terbitnya matahari.

‫اء ُه ْم‬ َ ‫َولَئِ ِن اتَّبَ ْع‬


َ ‫ت أ َْه َو‬
(Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka)

Yakni mengikuti kiblat mereka. Karena ketika Nabi Muhammad di


perintahkan untuk menghadap Ka’bah sesungguhnya merekapun harus
mengikuti perintah tersebut, akan tetapi mereka tidak melaksanakannya,

14
sehingga mereka menghadap Bitul Maqdis karena mengikuti hawa nafsu
mereka.

4. Q.S. Al Isra 78-79

            

            

  

Terjemahan

78. dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam
dan (dirikanlah pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat).

79. dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu


sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu
mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.

Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk


mengerjakan salat-salat fardu dalam waktunya masing-masing.

ِ ‫الش ْم‬
‫س‬ ِ ُ‫الصالةَ لِ ُدل‬
َّ ‫وك‬ َّ ‫أَقِ ِم‬
Dirikanlah salat dari sesudah matahari tergelincir. (Al-Isra: 78)

Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan dulukusy syamsi


ialah tenggelamnya matahari, menurut ibnu Mas'ud, Mujahid, dan ibnu Zaid.

Hasyim telah meriwayatkan dari Mugirah, dari Asy-Sya'bi, dari ibnu


Abbas, bahwa yang dimaksud dengan dulukusy syams ialah sesudah matahari
tergelincir dari pertengahan langit.

15
Dan firman-Nya yang mengatakan:

‫س ِق اللَّْي ِل‬ ِ ِ ‫الش ْم‬ ِ ُ‫لِ ُدل‬


َّ ‫وك‬
َ َ‫س إ ََل غ‬
dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam. (Al-Isra: 78)

Yang dimaksud dengan gasaqil lail ialah gelapnya malam hari, dan
me-nurut pendapat lain artinya terbenamnya matahari. Dapat disimpulkan dari
makna ayat ini waktu lohor, asar, dan magrib serta isya.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

‫َوقُ ْرآ َن الْ َف ْج ِر‬


dan (dirikanlah pula salat) Subuh. (Al-Isra: 78)

Yang dimaksud dengan qura-nal fajri ialah salat Subuh.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

َ َ‫َوِم َن اللَّْي ِل فَ تَ َه َّج ْد بِ ِه ََنفِلَةً ل‬


‫ك‬
Dan pada sebagian malam hari, salat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah
tambahan bagimu. (Al-Isra: 79)

Ayat ini merupakan perintah dari Allah kepada Nabi Shallallahu'alaihi


Wasallam untuk mengerja-kan salat sunat malam hari sesudah salat fardu.

Karena itulah maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan


kepada Rasul-Nya untuk menghidupkan malam hari dengan salat sunat
tahajud. Makna tahajud ialah salat yang dikerjakan sesudah tidur.
Demikianlah menurut pendapat Alqamah, Al-Aswad, Ibrahim An-Nakha'i,

16
dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Dan inilah pengertian yang
dikenal di dalam bahasa Arab. Hal yang sama telah disebutkan di dalam
banyak hadis dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang menyebutkan
bahwa beliau melakukan salat tahajudnya sesu-dah tidur. Hal ini diriwayatkan
melalui Ibnu Abbas dan Siti Aisyah serta sahabat-sahabat lainnya, semuanya
itu diterangkan secara rinci di tempat-nya sendiri.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

‫ودا‬
ً ‫ك َم َق ًاما ََْم ُم‬ َ َ‫سى أَ ْن يَ ْب َعث‬
َ ُّ‫ك َرب‬ َ ‫َع‬
mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-
Isra: 79)

Aku lakukan perintah ini kepadamu untuk menempatkanmu di hari


kiamat kelak pada kedudukan yang terpuji. Semua makhluk akan memujimu,
begitu pula Tuhan yang menciptakan mereka semua

5. Al Jumu‟ah 9-10

            

            

           



Terjemahan

9. Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at,


Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli[1475]. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

17
10. apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.

Sesungguhnya hari Jumat dinamakan Jumu'ah karena berakar dari


kata al-jam'u, mengingat kaum muslim melakukan perkumpulan untuk setiap
tujuh harinya sebanyak sekali di dalam masjid-masjid yang besar. Dan pada
hari Jumat semua makhluk telah sempurna diciptakan, dan sesungguhnya hari
Jumat itu merupakan hari keenam dari tahun yang Allah menciptakan padanya
langit dan bumi. Pada hari Jumat pula Allah menciptakan Adam, pada hari
Jumat Adam dimasukkan ke dalam surga, pada hari Jumat Adam dikeluarkan
dari surga, dan pada hari Jumat pula hari kiamat terjadi. Di dalam hari Jumat
terdapat suatu saat yang tiada seorang hamba pun yang beriman dapat
menjumpainya, sedangkan ia dalam keadaan memohon kebaikan kepada
Allah di dalamnya, melainkan Allah akan mengabulkan apa yang dimintanya.
Hal ini telah dibuktikan oleh banyak hadis sahih yang menceritakannya.

Allah Swt. telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk


berkumpul guna mengerjakan ibadah kepada-Nya di hari Jumat. Maka Allah
Swt. berfirman:

َّ ‫اس َع ْوا إِ ََل ِذ ْك ِر‬ ِ ِ ِ ِ َّ ِ‫ودي ل‬ ِ ِ َّ


‫اَّلل‬ ْ َ‫لصالة م ْن يَ ْوم ا ْْلُ ُم َعة ف‬ َ ُ‫آمنُوا إِذَا ن‬
َ ‫ين‬
َ ‫ََي أَيُّ َها الذ‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada
hari Jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah. (Al-Jumu'ah: 9)

Yakni tuluskanlah niat kalian, bulatkanlah tekad kalian, serta


pentingkanlah oleh kalian untuk pergi guna menunaikan ibadah kepada-Nya.
Pengertian yang dimaksud dengan sa'yu dalam ayat ini bukanlah menurut
pengertian bahasanya (yaitu berjalan), melainkan makna yang dimaksud ialah
mementingkan dan merealisasikannya.

18
Firman Allah Swt.:

َّ ِ‫ي ل‬
ِ‫لصالة‬ ِ
َ ‫إِذَا نُود‬
apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat. (Al-Jumu'ah: 9)

Yang dimaksud dengan seruan ini adalah seruan kedua yang biasa
dilakukan di hadapan Rasulullah Saw. apabila beliau keluar (dari rumahnya)
dan duduk di atas mimbarnya, maka pada saat itulah azan diserukan di
hadapannya.
Firman Allah Swt.:

‫َو َذ ُروا الْبَ ْي َع‬


dan tinggalkanlah jual beli. (Al-Jumu'ah: 9)

Yakni bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah olehmu


jual beli, bila salat telah diserukan. Karena itulah maka para ulama sepakat
bahwa haram melakukan jual beli sesudah azan kedua. Tetapi mereka
berselisih pendapat mengenai masalah jual beli secara muatah (bayar dan
terima tanpa ijab kabul). Ada dua pendapat mengenainya, tetapi menurut
makna lahiriah ayat, hal itu tidak sah juga, sebagaimana yang dijelaskan
secara lengkap di tempatnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:

‫ذَلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم إِ ْن ُك ْن تُ ْم تَ ْعلَ ُمو َن‬


Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (Al-Jumu'ah: 9)

Yaitu kamu tinggalkan jual beli dan kamu bergegas untuk mengingat
Allah dan salat adalah lebih baik bagimu, yakni bagi kehidupan dunia dan
akhiratmu, jika kamu mengetahui.

Al Jumuah 10

Firman Allah Swt.:

19
ِ
ِ ‫ضي‬
ُ‫الصالة‬
َّ ‫ت‬ َ ُ‫فَِإ َذا ق‬
Apabila salat telah ditunaikan. (Al-Jumu'ah: 10)
Maksudnya, apabila salat telah diselesaikan.

‫اَّلل‬ ْ َ‫ض َوابْ تَ غُوا ِم ْن ف‬


َِّ ‫ض ِل‬ ِ
ْ ‫فَانْ تَش ُروا ِِف‬
ِ ‫األر‬
maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah (Al-
Jumu'ah: 10)
Setelah mereka dilarang melakukan transaksi sesudah seruan yang
memerintahkan mereka untuk berkumpul, kemudian diizinkanlah bagi mereka
sesudah itu untuk bertebaran di muka bumi dalam rangka mencari karunia
Allah,
Adapun firman Allah Swt.:
‫ريا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحو َن‬ِ َّ ‫واذْ ُكروا‬
ً ‫اَّللَ َكث‬ ُ َ
dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (Al-
Jumu'ah: 10)
Yakni di saat kamu melakukan transaksi jual beli dan saat menerima dan
memberi, banyak-banyaklah kamu mengingat Allah, dan janganlah kamu
disibukkan oleh urusan duniamu hingga kamu melupakan hal yang
bermanfaat bagimu di negeri akhirat nanti.
B. Manfaat Shalat dalmKehidupan Modern

1. Sholat menjauhkan diri dari hal negatif


Seperti yang dijelaskan dalam QS. Al Ankabuut: 45 berikut ini.
ۡ ۡ ‫إِ َّن ٱلصلوة ت ۡن هى ع ِن ۡٱلف‬
… ٥٤ … ‫شآ ِء َوٱل ُمن َك ِر‬‫ح‬
َ َ َ ٰ َ َ َ ٰ َ َّ
“…Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar…” (QS. Al Ankabuut:45)

Ketika kita fokus kepada upaya mendirikan sholat (sekali lagi bukan
hanya sekadar mengerjakan) dan menjaga waktu sholat, maka tidak akan ada
waktu bagi kita untuk berfikir dan buat negatif. Karena jarak waktu

20
antara sholat dzuhur sampai dengan sholat shubuh dapat dikatakan relatif
tidak terlalu lama.

2. Sholat menambah nikmat

Sholat adalah bentuk rasa syukur, seperti yang dijelaskan dalam QS. Al
Kautsar: 1–2.
ۡ ۡ ‫إِ ََّنٓ أ َۡعطَ ۡي ٰنك ۡٱل َك‬
٢ ‫ك َوٱۡنَ ۡر‬ ِ
‫ب‬‫ر‬ِ‫ل‬ ِ
‫ل‬ ‫ص‬‫ف‬ ١
َ َّ ّ َ َ َ َ‫ر‬ ‫ث‬‫و‬ ََ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS. Al
Kautsar: 1–2)

Isi surat tersebut tentang bagaimana kita mensyukuri nikmat yang sudah
diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala
menyatakan bahwa nikmat yang telah diberikan itu tidak terhingga. Nikmat
yang tidak terhingga harus disyukuri dan bentuk syukurnya telah ditunjukkan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam QS. Al Kausar: 1–2 dengan cara
melaksanakan sholat. Hal lain untuk menunjukkan rasa syukur
selain sholat adalah berbagi.

3. Sholat bermanfaat sebagai sarana penolong terhadap kesulitan hidup


Berikut ayat yang menjelaskan bahwa sholat dapat menjadi sarana penolong
terhadap kesulitan hidup (QS. Al Baqarah: 45).

٥٤ ‫ي‬ ِ ‫ٱلصلَ ٰو ۚةِ وإِنَّها لَ َكبِريةٌ إَِّال َعلَى ۡٱْلَٰ ِش‬


‫ع‬ َّ ‫و‬ ِ
‫ب‬ ۡ ‫ٱست ِعينوا بِٱلص‬
َّ ْ ُ َ
ۡ ‫و‬
َ َ َ َ َ َ
“Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS. Al
Baqarah: 45)

Kita tidak hanya dapat mengandalkan diri kita untuk menyelesaikan


suatu permasalahan, apalagi mengandalkan orang lain karena orang lain juga

21
mempunyai masalah, orang lain juga makhluk biasa seperti kita. Maka yang
dapat kita lakukan adalah meminta pertolongan kepada yang membuat dan
menciptakan masalah tersebut untuk kita, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala.
Sehingga jalan untuk terhindar dari setiap kesulitan itu adalah dengan
melakukan sholat.

4. Menjadi orang yang beruntung


Dalam kumandang adzan dan iqomah, kita mendengar pernyataan
“Hayya „alassholaah” dilanjutkan dengan “Hayya „alal falaah”, yaitu ajakan
untuk melakukan sholat agar dapat menuju atau mendapatkan keberuntungan.
Setiap orang yang hidup ingin beruntung, demikian pula dengan suatu
perusahaan yang ingin mendapatkan laba.

22
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ayat ayat tentang ketentuan shalat :

1. Al Maidah : 6
2. Al Baqarah : 43-46
3. Al Baqarah : 144-145
4. Al Isra : 78-79
5. Al Jumu’ah : 9-10

Manfaat shalat dalam kehidupan modern

1. Sholat menambah nikmat


2. Menjauhkan diri dari hal yang negative
3. Sarana penolong dalamkesulitan
4. Menjadi orang yang beruntung

B. SARAN

Penyusum tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat
makalah yang lebih baik untuk kedepannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Kasir Tafsir Ibnu kasir

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-maidah-ayat-6.html

https://suaramuslim.net/inilah-5-manfaat-sholat-yang-harus-anda-ketahui/

https://tafsirweb.com/600-surat-al-baqarah-ayat-144.html

https://tafsirweb.com/602-surat-al-baqarah-ayat-145.html

24

Anda mungkin juga menyukai