Disusun oleh:
Delia Faradila (2221508047)
Suriya (2221508082)
Yunita Aulia’il Islamiyah (2221508046)
Segala puji bagi kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Tafsir Ahkam ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya
dan Tidak lupa shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan nabi kita nabi
Muhammad SAW yang syafa'atnya kelak kita nantikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Iskandar M.Ag selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Ahkam yang telah memberikan tugas makalah ini
kepada kami, dan kami menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan oleh karena itu kami sangat berharap dengan adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat, karena
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.
Semoga makalah ini bisa dipahami dengan baik bagi siapapun yang
membacanya, menambah wawasan serta pengetahuan bagi kami sendiri dan orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
baik itu secara penulisan maupun kata-kata yang kurang berkenan
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penelitian..................................................................................1
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Wudhu.................................................................................2
B. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 6.............................................................3
C. Asbabun Nuzul Surah Al-Maidah Ayat 6.............................................6
Daftar Pustaka................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN’
A. Latar Belakang Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wudhu
2
malam Isra’. Adapun ayat yang menunjukkan perintah wajib wudhu yaitu
terdapat dalam Surah Al-Maidah ayat 6.
حُوْ اeeق َوا ْم َسee ِ ِ ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َرافeeْوْ هَ ُك ْم َواَيeeُلُوْ ا ُوجee ٰلو ِة فَا ْغ ِسeeالص ْٓ ُا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنeeَٰيٓاَيُّه
َّ وا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَىee
بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن
3
ٰ ّ ْمت ْم ِإلَى
ُل ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْمeeeeلو ِة فَ ْ اغ ِسeeeeالص ُ ق ُ ” ِإ َذاApabila kamu hendak
mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu”. Sebagai dalil
diwajibkannya niat dalam wudhu, karena maksud makna ayat tersebut
adalah untuk kepentingan shalat. Sebagaimana bangsa Arab
mengatakan : “ Jika kamu bertemu sesorang Amir (raja), maka
berdirilah. Maksudnya adalah berdiri untuknya. Disunnahkan sebelum
membasuh wajah untuk menyebut nama Allah, yaitu membaca
basmalah terlebih dahulu. Hal ini didasarkan pada hadits yang
diriwayatkan melalui jalan sekelompok Sahabat dari Nabi dimana
beliau bersabda:
فمن استطاع منكم ان يطيل غرته, ان امتي يدعون يوم القيامة غرا محجلين من اثار الوضوء
فليفعل
4
kaki mereka) dari bekas wudhu. Barang siapa diantara kalian mampu
melebarkan tanda putih tersebut, maka hendaklah ia melakukannya”.
Dalam Firman-Nya َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى ا ْل َك ْعبَ ْي ِنDan basuhlah kakimu sampai
dengan kedua mata kaki”. Yang demikian itu merupakan qira’ah
(bacaan) yang jelas menunjukkan tentang wajibnya membasuh kaki,
sebagaimana yang dikemukakan oleh ulama salaf. Bertolak dari hal
tersebut, ada ulama yang mewajibkan tartib dalam berwudhu, bahkan
menurutnya, jika ada orang yang membasuh kaki terlebih dahulu, lalu
membasuh kepala, dan kemudian membasuh kedua tangannya dan
setelah itu membasuh wajahnya, maka yang demikian itu juga sudah
cukup sebagai wudhu, karena ayat ini memerintahkan untuk
membasuh anggota badan itu, sedangkan wawu dalam ayat tersebut
tidak menunjukkan kepanya adanya tertib.
5
mengatakan “ayat tersebut menunjukkan wajib membasuh wajah
sebagai permulaan langkah mengerjakan shalat, karena hal itu
diperintahkan melalui fa ta’qib yang menuntut adanya tartib wudhu,
dan tidak ada seorang pun yang mengharuskan adanya tartib wudhu,
sebagaimana yang ada dalam ayat tersebut, sedangkan yang lainnya
tidak mengharuskan adanya tertib secara mutlak. Sedangkan ayat
diatas menunjukkan keharusan membasuh wajah sebagai awal
permulaan, dan setelah membasuh wajah, diharuskan adanya tertib
wudhu, sesungguhnya ia menunjukkan adanya tertib, sebagaimana
yang menjadi pendapat sekelompok ahli nahwu dan ahli bahasa serta
sebagian fuqoha’.
6
Barr mengatakan hikmah dibalik turunnya ayat wudhu meskipun
praktik wudhu sebenernya telah dijalankan sebelum itu, supaya
kewajiban wudhu menjadi bagian yang dibaca dalam Al-Quran. Ada
ulama lain yang mengatakan bahwa ada kemungkinan bagian awal
ayat ini turun terlebih dahulu bersama dengan mulai berlakunya
kewajiban wudhu. Kemudian sisa ayat baru turun setelah itu, yaitu
penyebutan tayammum dalam kisah ini. As-Suyuti mengatakan
pandangan yang pertama adalah yang lebih tepat karena kewajiban
wudhu berlaku bersamaan shalat di makkah, sementara ayat ini
termasuk ayat Madaniyah.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrohman bin Ishaq Al-Seikh, Tafsir Ibnu
Katsir, 2003, Jilid 3, Bogor: Pustaka Imam As-Syafi’i,
DR. Wahbah Zuhaili, 2003,Tafsir Al-Munir, jilid 3, Damasqus: Darr Al-Fikr.