Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Ayat Tentang Wudhu

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Tafsir Ahkam”

Dosen Pengampu: Dr. Iskandar M.Ag

Disusun oleh:
Delia Faradila (2221508047)
Suriya (2221508082)
Yunita Aulia’il Islamiyah (2221508046)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA 01 SEMESTER 02


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
2023
Kata Pengantar

Segala puji bagi kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Tafsir Ahkam ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya
dan Tidak lupa shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan nabi kita nabi
Muhammad SAW yang syafa'atnya kelak kita nantikan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Iskandar M.Ag selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Ahkam yang telah memberikan tugas makalah ini
kepada kami, dan kami menyadari sepenuhnya di dalam makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan oleh karena itu kami sangat berharap dengan adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat, karena
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.

Semoga makalah ini bisa dipahami dengan baik bagi siapapun yang
membacanya, menambah wawasan serta pengetahuan bagi kami sendiri dan orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
baik itu secara penulisan maupun kata-kata yang kurang berkenan

Samarinda. 02 Mei 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Penelitian..................................................................................1

BAB II Pembahasan
A. Pengertian Wudhu.................................................................................2
B. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat 6.............................................................3
C. Asbabun Nuzul Surah Al-Maidah Ayat 6.............................................6

BAB III Penutup


A. Kesimpulan...........................................................................................8

Daftar Pustaka................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN’
A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an merupakan sumber penggalian dan pengembangan ajaran


Islam dalam berbagai dimensi kehidupan manusia. Untuk melakukan
penggalian dan pengembangan pemahaman Ayat-ayat Al-Qur’an,
dibutuhkan kemampuan tertentu guna menghasilakan pemahaman yang
baik mengenai berbagai hal, termasuk dalam ibadah. Setiap kegiatan
ibadah, umat Islam pastilah melakukan membersihkan (thaharah) terlebih
dahulu mulai dari wudhu.
Wudhu adalah sebuah syariat kesucian yang Alloh ‘azza Wa Jalla
tetapkan kepada kaum muslimin. Sebagai pendahuluan bagi shalat dan
ibadah lainnya. Wudhu disyariatkan bukan hanya ketika kita hendak
beribadah, bahkan juga disyariatkan pada seluruh kondisi. Oleh karena itu,
seorang muslim dianjurkan agar selalu dalam kondisi bersuci (wudhu)
sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi Muhammad SAW dan
para sahabatnya yang mulia.
Sebagai metodologi atau rumusan dalam makalah ini, penulis ingin
sedikit menyampaikan tafsir dari beberapa ayat yang menerangkan tentang
wudhu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian wudhu ?
2. Bagaimana Tafsir Surah Al-Maidah ayat 6 ?
3. Bagaimana Asbabun-Nuzul Surah Al-Maidah ayat 6 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Pengertian Wudhu
2. Mengetahui Tafsir Surah Al-Maidah Ayat 6
3. Mengetahui Asbabun Nuzul Surah Al-Maidah Ayat 6

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wudhu

Wudhu menurut Syara’ yaitu

‫استعمال ماء طهور في االعضاء االربعة على صفة مخصوصة في الشرع‬


Menggunakan air yang suci dan menyucikan pada anggota-anggota
badan yang empat (wajah, tangan, kepala dan kaki) berdasarkan tata cara
yang khusus menurut syariat.
Wudhu merupakan salah satu di antara cara untuk menghilangkan
hadats, yakni hadats kecil. Wudhu biasanya dilakukan sebelum ibadah
yang mengharuskan adanya kebersihan dan kesucian dari hadats kecil bagi
yang akan melakukan ibadah tersebut, seperti contoh shalat.
Perintah melaksanakan wudhu sebelum shalat terdapat dalam Surat Al-
Maidah ayat 6:
‫حُوْ ا‬ee‫ق َوا ْم َس‬eeِ ِ‫ ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬eeْ‫وْ هَ ُك ْم َواَي‬eeُ‫لُوْ ا ُوج‬ee‫ ٰلو ِة فَا ْغ ِس‬ee‫الص‬ ْٓ ُ‫ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬eeَ‫ٰيٓاَيُّه‬
َّ ‫وا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى‬ee
‫بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن‬
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak
melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke
siku, dan usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua
mata kaki.”
Mengutip dari kitab Fathul Muin, yang dimaksud dengan wudhu
adalah

‫ استعمال الماء في اعضاء مخصوصة مفتتحا بنية‬: ‫الوضوء‬

Wudhu adalah mempergunakan air untuk anggota-anggota badan


tertentu yang dimulai dengan niat. Permulaan diwajibkannya berwudhu,
bersamaan dengan permulaan diwajibkannya shalat fardu, yaitu pada

2
malam Isra’. Adapun ayat yang menunjukkan perintah wajib wudhu yaitu
terdapat dalam Surah Al-Maidah ayat 6.

B. Tafsir Surat Al-Maidah Ayat : 6

‫حُوْ ا‬ee‫ق َوا ْم َس‬ee ِ ِ‫ ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬eeْ‫وْ هَ ُك ْم َواَي‬eeُ‫لُوْ ا ُوج‬ee‫ ٰلو ِة فَا ْغ ِس‬ee‫الص‬ ْٓ ُ‫ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬eeَ‫ٰيٓاَيُّه‬
َّ ‫وا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى‬ee
‫بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن‬

Dalam firman-Nya, (‫الص=== ٰلو ِة‬


َّ ‫ )ا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى‬Apabila kamu hendak
mengerjakan shalat”. Banyak dari ulama salaf yang berpendapat
bahwa yang dimaksud adalah sedangkan kalian dalam keadaan
berhadats. Sedangkan ulama lainnya berpendapat “Yaitu apabila kalian
bangun tidur dan hendak mengerjakan shalat. “ Kedua pendapat ini
berdekatan. Pendapat yang lain lagi mengatakan, bahwa maknanya
adalah lebih lebih umum dari semua. Ayat ini memerintahkan untuk
berwudhu ketika hendak shalat, tetapi hal tersebut adalah wajib bagi
orang yang berhadats, dan disukai (sunnah) bagi orang yang suci (dari
hadits)” Ada pula pendapat yang mengatakan baha perintah wudhu
untuk setiap kali shalat adalah wajib pada masa permulaan Islam,
kemudian hal itu dihapuskan (dinasakh).
Imam Ahmad mengatakan dari Sulaiman bin Buraidah, dari
ayahnya, ia berkata “Rasulullah berwudhu pada setiap shalat. Setelah
peristiwa penaklukkan kota Makkah, beliau berwudhu dan mengusap
sepatunya , serta mengerjakan beberapa shalat dengan satu wudhu.
Kemudian Umar berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya engkau
mengerjakan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan”, Maka
Beliau menjawab ‘Wahai Umar, sesungguhnya aku sengaja melakukan
hal itu”.

ِ ‫“ )فَا ْغ‬maka basuhlah mukamu”


Dalam Firman-Nya,( ‫س =لُ ْوا ُو ُج= ْو َه ُك ْم‬
Sekelompok ulama telah menjadikan firman Allah Ta’ala berikut ini :

3
ٰ ّ ‫ْمت ْم ِإلَى‬
‫ ُل ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم‬eeee‫لو ِة فَ ْ اغ ِس‬eeee‫الص‬ ُ ‫ق‬ ُ ‫” ِإ َذا‬Apabila kamu hendak
mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu”. Sebagai dalil
diwajibkannya niat dalam wudhu, karena maksud makna ayat tersebut
adalah untuk kepentingan shalat. Sebagaimana bangsa Arab
mengatakan : “ Jika kamu bertemu sesorang Amir (raja), maka
berdirilah. Maksudnya adalah berdiri untuknya. Disunnahkan sebelum
membasuh wajah untuk menyebut nama Allah, yaitu membaca
basmalah terlebih dahulu. Hal ini didasarkan pada hadits yang
diriwayatkan melalui jalan sekelompok Sahabat dari Nabi dimana
beliau bersabda:

‫ال وضوء لمن لم يذكر اسم هللا عليه‬


Artinya : “Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak membaca
basmalah”

ِ ِ‫ َواَ ْي=== ِديَ ُك ْم اِلَى ا ْل َم َراف‬Dan tanganmu sampai


Dalam Firman-Nya, ‫===ق‬
dengan siku”. Yakni termasuk siku, Sebagaimana yang difirmankan
Allah (yang sama pengertiannya) : Dan janganlah kamu makan harta
mereka bersama hartamu”. (Q.S AnNisa’ : 2).
Disunnahkan juga bagi orang yang berwudhu untuk membasuh
pangkal lengan atas, berikut dengan dua lengannya. Hal itu didasarkan
pada Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim dari
hadits Nu’aim al-Mujmir, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah
bersabda:

‫ فمن استطاع منكم ان يطيل غرته‬, ‫ان امتي يدعون يوم القيامة غرا محجلين من اثار الوضوء‬
‫فليفعل‬

Artinya : “ Sesungguhnya umatku pada hari kiamat kelak, akan diseru


dalam keadaan tanda putih (pada dahi-dahi mereka, kedua lengan, dan

4
kaki mereka) dari bekas wudhu. Barang siapa diantara kalian mampu
melebarkan tanda putih tersebut, maka hendaklah ia melakukannya”.

Dalam Firman-Nya ْ‫س = ُكم‬


ِ ‫س = ُح ْوا ِب ُر ُء ْو‬
َ ‫“ َوا ْم‬Dan sapulah kepalamu”.
Mengenai sifat-sifat wudhu Rasulullah, Rasul mengusap kepala nya
dari depan ke belakang, artinya seluruh bagian kepala menjadi
pengusapan, hal ini dijadikan dalil bagi madzhab Imam Malik dan
Imam Hambali. Apalagi bagi pendapat orang-orang yang mengatakan
bahwa hadits-hadits tersebut berfungsi memberikan penjelasan Al-
Qur’an apa yang bersifat global dalam AlQur’an. Para penganut
madzhab Hanafi berpendapat kepada mewajibkan pembasuhan
seperempat bagian kepala, kira-kira sampai ubun-ubun. Sedangkan
pengikut madzhab Syafi’i berpendapat bahwa yang wajib dibasuh itu
seukuran bagian yang disebut “pengusapan”,tanpa memberi batas
tertentu, bahkan jika orang mengusap sedikit bagian rambut kepalanya,
maka hal itu sudah memadai baginya.

Dalam Firman-Nya ‫ َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى ا ْل َك ْعبَ ْي ِن‬Dan basuhlah kakimu sampai
dengan kedua mata kaki”. Yang demikian itu merupakan qira’ah
(bacaan) yang jelas menunjukkan tentang wajibnya membasuh kaki,
sebagaimana yang dikemukakan oleh ulama salaf. Bertolak dari hal
tersebut, ada ulama yang mewajibkan tartib dalam berwudhu, bahkan
menurutnya, jika ada orang yang membasuh kaki terlebih dahulu, lalu
membasuh kepala, dan kemudian membasuh kedua tangannya dan
setelah itu membasuh wajahnya, maka yang demikian itu juga sudah
cukup sebagai wudhu, karena ayat ini memerintahkan untuk
membasuh anggota badan itu, sedangkan wawu dalam ayat tersebut
tidak menunjukkan kepanya adanya tertib.

Dalam menanggapi pendapat Abu Hanifah tersebut, jumhur ulama


telah menempuh beberapa jalan. Diantara mereka ada yang

5
mengatakan “ayat tersebut menunjukkan wajib membasuh wajah
sebagai permulaan langkah mengerjakan shalat, karena hal itu
diperintahkan melalui fa ta’qib yang menuntut adanya tartib wudhu,
dan tidak ada seorang pun yang mengharuskan adanya tartib wudhu,
sebagaimana yang ada dalam ayat tersebut, sedangkan yang lainnya
tidak mengharuskan adanya tertib secara mutlak. Sedangkan ayat
diatas menunjukkan keharusan membasuh wajah sebagai awal
permulaan, dan setelah membasuh wajah, diharuskan adanya tertib
wudhu, sesungguhnya ia menunjukkan adanya tertib, sebagaimana
yang menjadi pendapat sekelompok ahli nahwu dan ahli bahasa serta
sebagian fuqoha’.

C. Asbabun Nuzul Surah Al-Maidah Ayat 6


Bukhari meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : “Kalungku jatuh
dan hilang di tengah gurun, sedang kami hendak memasuki Madinah.
Lalu Rasulullah SAW menderumkan unta beliau dan turun, lalu beliau
merebahkan kepala beliau diatas pangkuanku untuk tidur. Lalu
Abu Bakar Ash-Shiddieq pun dating menghampiriku, lalu ia pun
memukul pada bagian dadaku dengan keras, seraya berkata “Kamu
telah menahan perjalanan orang-orang gara-gara kalungmu”.
Kemudian Rasulullah SAW bangun dan waktu Shubuh pun datang,
lalu beliau mencari air, namun tidak menemukannya. Lalu turunlah
ayat 6 Surah al-Maidah ( Hal ini terjadi pada kejadian perang al-
Muraisi).
Hadits Bukhari tersebut menunjukkan bahwa wudhu sebenernya
telah wajib bagi mereka sebelum turunnya ayat ini (ayat 6 surah al-
Maidah). Oleh Karena itu, mereka merasa berat dan gusar ketika
mereka berhenti di tengah perjalanan tanpa memiliki persediaan air.
Hal yang sudah dipastikan kebenarannya dalam sirah Nabawiyyah
adalah bahwasannya semenjak shalat diwajibkan atas Rasulullah SAW,
beliau tidak menjalankan shalat melainkan dengan wudhu. Ibnu Abdil

6
Barr mengatakan hikmah dibalik turunnya ayat wudhu meskipun
praktik wudhu sebenernya telah dijalankan sebelum itu, supaya
kewajiban wudhu menjadi bagian yang dibaca dalam Al-Quran. Ada
ulama lain yang mengatakan bahwa ada kemungkinan bagian awal
ayat ini turun terlebih dahulu bersama dengan mulai berlakunya
kewajiban wudhu. Kemudian sisa ayat baru turun setelah itu, yaitu
penyebutan tayammum dalam kisah ini. As-Suyuti mengatakan
pandangan yang pertama adalah yang lebih tepat karena kewajiban
wudhu berlaku bersamaan shalat di makkah, sementara ayat ini
termasuk ayat Madaniyah.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Wudhu menurut Syara’ yaitu menggunakan air yang suci dan


menyucikan pada anggota-anggota badan yang empat (wajah, tangan,
kepala dan kaki) berdasarkan tata cara yang khusus menurut syariat.
Wudhu merupakan salah satu di antara cara untuk menghilangkan
hadats, yakni hadats kecil. Wudhu biasanya dilakukan sebelum ibadah
yang mengharuskan adanya kebersihan dan kesucian dari hadats kecil bagi
yang akan melakukan ibadah tersebut, seperti contoh shalat.
Perintah melaksanakan wudhu sebelum shalat terdapat dalam Surat Al-
Maidah ayat 6:
‫حُوْ ا‬ee‫ق َوا ْم َس‬eeِ ِ‫ ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬eeْ‫وْ هَ ُك ْم َواَي‬eeُ‫لُوْ ا ُوج‬ee‫ ٰلو ِة فَا ْغ ِس‬ee‫الص‬ ْٓ ُ‫ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬eeَ‫ٰيٓاَيُّه‬
َّ ‫وا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى‬ee
‫بِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَ ْي ۗ ِن‬
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak
melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke
siku, dan usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua
mata kaki.”

8
DAFTAR PUSTAKA

DR. Wahbah Zuhaili, 1989, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adallatuhu, Juz 1, Damasqus :


Darr AlFikr.
Drs. H. Abdur Rachim, 1986, Syariat Islam Tafsir Ayat-Ayat Ibadah, Yogyakarta:

DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrohman bin Ishaq Al-Seikh, Tafsir Ibnu
Katsir, 2003, Jilid 3, Bogor: Pustaka Imam As-Syafi’i,
DR. Wahbah Zuhaili, 2003,Tafsir Al-Munir, jilid 3, Damasqus: Darr Al-Fikr.

Anda mungkin juga menyukai