Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENAFSIRAN AYAT TENTANG WAKTU SHALAT

Makalah Disusun untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Tafsir Ayat Ahkam I

Disusun oleh :

Kelompok : 7

Vania Presta : 1121090


Ririn Enjelina : 1121099
Suci Isra Ramadhani : 1121101
Shofil Mudaffar Jaswir : 1121116
Dosen Pembimbing :
Rahmad Sani,S.Th.I,M.Ag

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM- C


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH M.DJAMIL
DJAMBEK (UIN) BUKITTINGGI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa‟atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari mata kuliah Tafsir
Ayat Ahkam I “Penafsiran Ayat tentang Waktu-waktu Sholat”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu kami dengan mata kuliah Tafsir Ayat Ahkam I yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bukittinggi,11 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian shalat ........................................................................................... 3
B. Waktu-waktu shalat ....................................................................................... 4
C. Penafsiran Q.S Al-Isra’ ayat 78 .................................................................... 8
D. Penafsiran Q.S Al-Huud ayat 144 ................................................................. 10
E. Penafsiran Q.S Al-Baqarah ayat 238 ............................................................ 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 16
B. Saran .............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an secara umum menegaskan bahwa shalat adalah kewajiban bagi
orang mukmin yang telah ditentukan waktunya. Hal ini tersebut pada surah An-
Nisa: 103.
“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu
Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.(QS. An-Nisa’: 103)”
Ayat tersebut memberikan penegasan bahwa perintah mendirikan shalat
adalah suatu kewajiban yang amat dipentingkan dengan memperhatikan dan
berusaha maksimal mengetahui waktu-waktu shalat yang ditetapkan. Hal ini juga
menunjukkan bahwa diantara implikasi perhatian pada perintah mendirikan shalat
adalah memperhatikan dengan baik seluruh syarat-syarat sah shalat hal mana
diantaranya adalah “waktu shalat”. Atau dengan kata lain, bahwa isntimbath
hukum pada ayat tersebut adalah umat Islam wajib mengetahui waktu-waktu
shalat wajib dengan mempelajarinya sebagimana wajibnya mengetahui syarat-
syarat sah shalat yang lain seperti bersuci (thaharah), menutup aurat dan
menghadap arah kiblat.
Selanjutnya al-Qur’an pada beberapa ayatnya, telah memberikan isyarat tentang
waktu shalat. Pada surah al-Hud ayat 114 ditegaskan ; “didirikanlah shalat pada
dua pengunjung siang dan pada sebagian dari waktu malam. Sesungguhnya
kebaikan itu menghapus kejahatan. Demikian merupakan peringatan bagi orang-
orang yang mau ingat.
Pada ayat ini ulama memahami bahwa yang dimaksud shalat pada dua
pengunjung siang adalah shalat Subuh dan Ashar, sedang maksud sebagian dari
waktu malam adalah dua shalat yang berdekatan yakni ; Magrib dan Isya
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian sholat?
2. Kapan waktu-waktu sholat?
3. Bagaimana penafsiran Q.S Al-Isra’ ayat 78?
4. Bagaimana penafsiran Q.S Al-Huud ayat 114?

1
5. Bagaimana penafsiran Q.S Al-Baqarah ayat 238?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan shalat
2. Untuk mengetahui waktu-waktu shalat
3. Untuk mengetahui penafsiran Q.S Al-Isra’ ayat 78
4. Untuk mengetahui penafsiran Q.S Al-Huud ayat 114
5. Untuk mengetahui penafsiran Q.S Al-Baqarah ayat 238

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian shalat
Shalat adalah salah satu kewajiban yang di syariatkan dan di wajibkan
allah SWT atas hamba-hamba-Nya. Yang di wajibkan ialah shalat lima kali
yang harus berulang setiap hari dan setiap malam.
Shalat lima waktu terbagi dalam sehari semalam dengan pembagian yang
mendidik. Ia melatih seorang muslim untuk bangun pagi, menyambut harinya,
menyambut anugrah Allah SWT.1
Dalam mendefinisikan tentang arti kata shalat, bahwa shalat dari segi
bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan dan pekerjaan
yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri atau ditutup denngan salam, dengan
syarat tertentu. Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi
ucapan dan peragaan tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri
dengan salam (taslim).
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan shalat adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan
berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan yang dimulai dengan
takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam. Shalat menghubungkan seorang
hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan menifestasi penghambaan
dan kebutuhan diri kepada Allah SWT.Dari sini maka, shalat dapat menjadi
media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk
kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya.
Di samping shalat wajib yang harus dikerjakan, baik dalam keadaan
dan kondidi apapun, diwaktu sehat maupun sakit, hal itu tidak boleh
ditinggalkan, meskipun dengan kesanggupan yang ada dalam menunaikannya,
maka disyariatkan pula menunaikan shalat sunmah sebagai nilai tambah dari
shalat wajib2

1
Hasan Ayub,Fiqih Ibadah (Jakarta),2010
2
Syerkh Syamsidin abu Abdillah,Terjemahan Fathul Mu’in(Surabaya:Al-Hidayah,1996)

3
B. Asal Mula Dan Waktu-Waktu Shalat
1. Shalat subuh
a. Asal mula Shalat subuh
Ketika Nabi Adam diturunkan ke dunia diwaktu malam, beliau
merasa takut. Ia dan Siti Hawa tidak diturunkan di satu tempat yang
sama. Siti Hawa di Jeddah Saudi Arabia, sedangkan Nabi Adam di
bukit Ruhun di pulau Sailan atau kini dinamakan Sailandra. Setelah
fajar terbit, Nabi Adam 'Alaihi Sallam. sujud syukur dua kali sujud
kehadirat Allah. Itulah sebabnya sholat subuh dua raka’at
mengingatkan akan Nabi Adam 'Alaihi Sallam sebagai orang yang
pertama sujud di muka bumi. Maka disunahkan sholat Isyraq ( Shalat
isyraq adalah shalat dua rakaat setelah matahari terbit dan meninggi,
bagi yang shalat Fajar secara berjamaah di masjid kemudian duduk di
tempat shalatnya untuk berzikir kepada Allah Ta'ala hingga shalat dua
rakaat.
b. Waktu shalat subuh
Waktunya dimulai dari terbitnya fajar shadiq yaitu cahaya yang
terpampang di ufuk dan berakhir dengan terbitnya matahari. Mustahab
hukumnya untuk menyegerakan pelaksanaannya ketika orang-orang
telah berkumpul.

2. Shalat zhuhur
a. Asal mula shalat zhuhur
Manusiua pertama yang mengerjakan Sholat Dzuhur empat raka’at
Nabi Ibrahim 'Alaihi Sallam. Empat kali sujud dilakukan oleh Nabi
Ibrahim dikarenakan,
Sujud pertama menyatakan syukur kehadirat Allah, karena ia dan
puteranya Ismail mampu menyelesaikan tugas berat dari Allah.
Sujud ke dua, syukur atas kehadirat Allah karena beliau tidak
terperdaya oleh bujukan syetan.
Sujud ke tiga, syukur kehadirat Allah karena Ismail adalah putera
yang sabar dan ia selamat tanpa luka apapun.
Sujud ke empat, kurban itu kemudian diganti dengan seekor
domba gemuk.

4
b. Waktu shalat zhuhur
Waktunya dimulai semenjak matahari tergelincir dan condong dari
tengah langit dan berakhir ketika bayang-bayang benda sama seperti
aslinya, kecuali pada fai zawal Far ialah bayangan yang tetap, tidak
bergeser ke arah timur ketika matahari tepat di tengah-tengah.
Mustahab hukumnya untuk mendirikannya di awal waktu, kecuali
panas matahari teramat terik, sedang untuk sampai ke masjid teramat
susah, maka mustahab untuk menangguhkan pelaksanaannya sampai
tembok tembok memiliki bayangan agar orang-orang bisa berjalan di
bawah naungannya, dengan syarat ada kesepakatan antara penduduk
kampung mengenai penangguhan shalat itu.
3. Shalat ashar
a. Asal mula shalat ashar
Manusia pertama yang mengerjakan Sholat ashar adalah Nabi
Yunus 'Alaihi Sallam. Ketika Nabi Yunus berada di dalam perut ikan
yang dapat dilakukannya hanyalah pasrah. Pada saat itu malaikat Jibril
mengajarkan beliau mengucap zikrullah: “Laa ilaaha anta subhaanaka
innii kuntu minazh zhoolimiin.” Artinya: “Tidak ada Tuhan kecuali
Engkau, Maha suci Engkau, sesungguhnya aku daripada orang yang
zhalim.”3
Sujud pertama meyatakan syukur kehadirat Allah atas karunia
beliau sudah terlepas dari kegelapan pikiran sehingga beliau mendapat
musibah ditelan ikan besar.
Sujud ke dua menyatakan syukur kehadirat Allah sudah terlepas
dari bahaya maut terkubur dalam perut ikan.
Sujud ke tiga menyatakan syukur kehadirat Allah atas karunia-Nya
sudah keluar dari dalam laut yang dalam dan gelap.
Sujud ke empat menyatakan syukur kehadirat Allah atas karunia
yang mengerakkan seekor kambing betina memberi minum air
susunya tiap hari sehingga kekuatan tubuhnya pulih kembali.

3
Ali Parman,Ilmu Falak, (Ujung Pandang : Yayasan al-Ahkam, 2001), hlm 26

5
b. Waktu shalat ashar
Dimulai ketika waktu shalat zhuhur berakhir, dan berakhir ketika
matahari terbenam. Tidak boleh menangguhkan shalat ashar sampai
matahari kekuning-kuningan, kecuali bagi yang mempunyai uzur
Mustahab untuk menyegerakannya di awal waktu. Udzuryang
dengannya boleh menangguhkan shalat ashar setelah matahari
kekuning kuningan, misalnya tertidur, suci dari haid atau nifas,
tersadar dari gila atau pingsan, lupa, sibuk di dalam pertempuran, atau
suatu aktifitas yang tidak mungkin ditinggalkan untuk shalat.
4. Shalat Maghrib
a. Asal mula shalat maghrib
Manusia pertama yang mengerjakan sholat maghrib adalah Nabi
Isa 'Alaihi Sallam. Hal ini terjadi ketika Nabi Isa dikeluarkan oleh
Allah dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah
terbenamnya matahari. Bersyukurlah Nabi Isa 'Alaihi Sallam, lalu
sholat tiga rakaat karena diselamatkan dari kejahilan tersebut.
Sujud pertama adalah ungkapan syukur kehadirat Allah yang telah
menyelamatkan ibunya dari tuduhan yang tidak benar, karena
kemu’jizatan beliau.
Sujud ke dua, syukur kehadirat Allah yang telah menyelamatkan
ibunya dari penganiayaan orang yahudi.
Sujud ke tiga adalah syukur kehadirat Allah yang telah
menyelamatkan dirinya dari penghianatan muridnya yang akan
menangkapnya untuk diserahkan kepada raja Herodes dan akan
dijatuhkan hukuman mati di palang kayu salib. Di saat itu adalah
waktu maghrib, beliau sujud tiga kali dan kemudian diangkat ke langit
oleh Malaikat Jibril.
b. Waktu shalat maghrib
Awal waktunya adalah terbenamnya matahari,berakhir dengan
tenggelamnya mega merah yaitu cahaya yang masih tetap ada, diawali
dengan warna merah, setelah matahari terbenam, dan mustahab untuk
menyegerakan pelaksanaannya.

6
5. Shalat isya'
a. Asal mula shalat isya
Manusia pertama yang mengerjakan sholat Isya adalah Nabi Musa
'Alaihi Sallam. Hal ini terjadi ketika Nabi Musa 'Alaihi Sallam telah
tersesat dan berusaha mencari jalan keluar dari Negeri Madyan,
sedang dalam dadanya penuh dengan duka cita. Allah menghilangkan
semua perasaan duka citanya itu pada waktu isya yang akhir. Lalu
Nabi Musa mengerjakan sholat empat rakaat sebagai tanda syukur.
Sujud pertama sebagai ungkapan syukur karena Allah
menyelamatkan beliau dari kejaran fir’aun.
Sujud ke dua sebagai ungkapan syukur karena Allah telah
menolong beliau selama dalam perantauan di Madyan sampai beliau
beristri puteri Nabi Syu’aib,
Sujud ke tiga, sebagai ungkapan syukur kerena Allah telah
memilih beliau sebagai Nabi untuk menyelamatkan Bani Israil dari
tindasan Fir’aun.
Sujud ke empat, sebagai ungkapan syukur karena Allah telah
menerima permohonan beliau untuk menjadikan kakaknya (Nabi
Harun 'Alaihi Sallam) sebagai Nabi.
b. Waktu shalat isya
Waktunya dimulai semenjak mega merah tenggelam dan berakhir
dengan terbitnya fajar. Mustahab untuk mengakhirkannya sampai
sepertiga atau separuh malam, jika jama'ah masjid sepakat akan hal
tersebut. Tidak boleh manangguhkan shalat isya' yang kurang dari
setengah malam kecuali karena uzur, barang siapa yang melakukannya
bukan karena uzur, maka ia telah berdosa. Jenis jenis uzur telah
diuraikan pada pembahasan mengenai shalat ashar.
Barang siapa yang tertidur atau lupa hingga shalat terlewat, maka
waktu pelaksanaan shalat tersebut baginya adalah ketika bangun dari tidur
atau ketika ingat.
Barang siapa yang mendapat satu raka'at sebelum waktu shalat
berakhir, maka ia telah mendapati waktu pelaksanaan shalat, ia harus
menyempurnakan shalatnya itu. Ia tidak berdosa jika mempunyai uzur, jika
tidak, ia telah berdosa disebabkan kelalaiannya. Yang demikian ini bisa
diterapkan untuk semua shalat fardhu. Sebagian fuqaha mengatakan, "Barang

7
siapa yang mendapat satu sujud di dalam shalat fardhu sebelum waktu
berakhir, ia telah mendapati waktu shalat tersebut. Pada kedua kondisi
tersebut ia wajib untuk menyempurnakan shalatnya di waktu yang makruh
atau waktu yang haram untuk melaksanakan shalat, sesuai perbedaan
pendapat antara fuqaha mengenai perkara ini, tetapi baginya tidak ada makruh
atau haram.
Shalat wastha (ashar) mempunyai keutamaan daripada shalat yang
lain,karena Allah SWT menegaskan penjagaan pelaksanaan shalat ini, setelah
dia menegaskan penjagaan pelaksanaan seluruh shalat. Allah SWT berfirman,
“peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah
karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” (Al-Baqarah ayat; 238).
Ulama generasi salaf dan khalaf berselisih pendapat mengenai
penentuan shalat wutsha ini, pendapat yang rajih mengatakan ia adalah shalat
ashar, sebab dalil nya lebih kuat daripada dalil orang yang mengatakan bahwa
ia adalah shalat subuh, atau zhuhur, atau ashar, atau maghrib, atau isya.4

C. Penafsiran Q.S Al-Isra’ ayat 78

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam


dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalaht subuh itu
disaksikan (oleh malaikat).” (Q.S Al-Isra’: 78)

Ulama tafsir mengatakan Setelah pemaparan kejadian-kejadian yang besar


ini, Allah Ta'ala memerintahkan Rasul-Nya untuk menegakkan shalat, karena
shalat adalah pengaman bagi orang-orang yang takut, pelita bagi orang-orang
yang berjalan dan tangga jiwa untuk menuju tempat kebahagian. Allah
berfirman, "Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir..." yakni

4
Ibid hlm 100-101

8
awal waktu tergelincir yaitu saat condong dari ufuk langit ke arah barat yaitu
waktu zawal, dan merupakan tanda masuk waktu zhuhur. Firman Allah Ta'ala,
"Sampai gelap malam..." yakni masuknya waktu shalat Ashar yaitu antara
tergelincirnya matahari dan gelapnya malam, masuk waktu shalat maghrib
dan shalat isya' adalah pada waktu gelap malam. Firman-Nya, "(dirikanlah
pula shalat) subuh...." Inilah shalat lima waktu yang diwajibkan dalam Islam
bagi Nabi dan pengikutnya. Firman-Nya, "Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat)." Dihadiri oleh para malaikat siang agar malaikat
malam pergi berlalu. Berdasarkan hadits shahih.

"Malaikat malam dan malaikat siang saling bergantian padamu.”

Firman-Nya, "Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang


tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu..." yakni shalat
malam sebagai shalat tambahan selain shalat wajib. Dan shalat malam ini
wajib hukumnya bagi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdasarkan
ayat ini dan sunah untuk umatnya.

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap


malam” hai Muhammad, perhatikanlah shalat pada waktunya sejak tergelin
cirnya matahari di tengah hari sampai gelapnya malam, "dan (dirikanlah pula
shalat) subuh," atau shalat fajar. Shalat subuh disebut demikian, sebab
diperintah memanjangkan bacaan padanya. "Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat)," Para malaikat malam dan siang menjadi saksinya,
sebagaimana disebutkan dalam hadits:

Artinya:
“Silih berganti pada kalian beberapa malaikat di malam hari dan beberapa
malaikat di siang hari, lalu mereka berkumpul pada shalat ashar dan shalat
subuh.”

9
Ulama tafsir berkata: Ayat di atas mengisyaratkan shalat-shalat fardhu.
Tergelincirnya matahari adalah isyarat dhuhur dan asar, gelapnya malam
adalah isyarat maghrib dan isya, bacaan fajar adalah shalat subuh. Jadi, ayat
ini mengisyaratkan shalat lima waktu.5

Pelajaran yang dapat diambil dari Q.S Al-Isra 78


1. Kewajiban untuk menegakkan shalat dan penjelasan tentang waktu-
waktunya yang telah ditentukan.
2. Dorongan untuk melakukan amalan sunah,terutama shalat thajjud.
3. Penegasan tentang syafaat yang besar bagi nabi Muhammad SAW.6

D. Penafsiran Q.S Al-Huud Ayat 114

“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan dari pada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.7
Sebab turunnya ayat ini adalah sebagaimana di riwayatkan oleh
bukhari dan muslim serta ibnu Jahir dari ibnu Mas’ud bahwasannya ada orang
yang terkena ganguan mistis yang membuatnya tertarik kepada seorang
perempuan. Dia pun segera menemui nabi Saw dan menceritakan hal ini
kepada beliau. Kemudian Allah menurunkan, Dan dirikanlah sembahyang itu
pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan dari
pada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan
(dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk itu bertanya, “Apakah ayat ini

5
Syaikh Muhammad Ali Ash –Shabuni, Shafwatut Tafasir “Tafsir-tafsir Pilihan”( jilid 3 ),Pustaka Al-
Kautsar No.63 Jakarta,2011 hlm 235
6
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-jazairi , Tafsir al-Quran “Al-Aisar”( jilid 3 ) Jakarta.2017 hlm 370-373
7
Ibid hlm 276

10
ditujukan kepada ku?.” Beliau menjawab, “Kepada seluruh umatku
semuanya.”
Tema utama dalam ayat ini adalah permohonan pertolongan melalui
shalat. Adapun hal-hal yang lain berkaitan dengan shalat, pada ayat pertama
terdapat penetapan waktu-waktu shalat lima waktu, dan tidak ada perbedaan
pendapat terkait bahwa maksudnya adalah shalat-shalat wajib. Makna ayat
laksanakanlah shalat, wahai nabi dan setiap mukmin dengan
menyempurnakan rukun-rukun, syarat-syarat dan ketentuannya, dengan
memandang bahwa shalat adalah hubungan langsuang antara hamba dengan
tuhannya, penyucian bagi jiwa, keridhaan bagi allah, dan pencegah perbuatan
keji dan mungkar, di seluruh bagian-bagian waktu dalam sehari.
Firman Allah SWT “Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung
siang,” mencakup tiga shalat yaitu Shubuh, Zuhur, dan Asar. Firman Allah
SWT “Dan pada bagian permulaan malam,” mencakup dua shalat yaitu
Maghrib dan Isya. Dengan demikian ayat ini mencakup sluruh waktu shalat.
Kewajiban shalat pada waktu malam dan siang mengandung beberapa
macam pelajaran terkait kedisiplinan waktu dan penghubungan orang yang
beriman dengan Allah SWT di seluruh bagian waktu dengan aktifitas dan
gerak, bukan dalam keadaan diam dan tidur. Fungsi shalat menjadi lebih jelas
setelah penetapan waktu-waktunya dalam firman Allah SWT, “Perbuatan-
perbuatan baik itu menhapus kesalahan-kesalahan.” Maksudnya melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik yang di antaranya adalah shalat lima waktu,
menghapus dosa-dosa yang terjadi pada waktu yang lalu di seluruh bagia-
bagian waktu siang, dan membasuh pengaruh-pengaruh berbagai dosa kecil,
seperti memandang sesuatu yang dilarang untuk di pandang. Perbuatan-
perbuatan baik itu adalah seluruh amal kebajikan. Dan kesalah-kesalahan
adalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar tidak dapat di hapus kecuali
dengan di jatuhkannya hudud (hukuman yang telah di tetapkan atau tobat.

11
Berdasarkan firman Allah SWT Q.S An-Nisa’ ayat 31

“Jika kamu jauhui dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang di larang


mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalah-kesalahan mu dan kami akan
memasukkan kamu ke tenpat yang mulua (Surga).”

Subtansi ayat ini di perkuat hadist dan diriwayatkan oleh muslim dari
abu hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:
“Shalat lima waktu, Jum’at sampai ke jum’at dan Ramadhan sampai ke
Ramadhan adalah pengapusan (dosa-dosa kecil) yang di antara semuanya,
jika dosa-dosa besar di jahui.”
Mayoritas ahlus sunnah mengatakan terkait syarat, “jika dosa-dosa
besar di jahui,” Bahwasanya ini adalah syarat yang bermakna sebagai janji
secara keseluruhan. Artinya ,jika dosa-dosa besar dijauhi maka ibadah-ibadah
tersebutmerupakan penghapus dosa. Jika dosa-dosa besar tidak di jauhi maka
ibadah ibadah tersebut tidak menjadi penghapus sama sekali bagi dosa-dosa

12
kecil. Namun yang lebih tepat adalah dikatakan syarat ini memperjelas bahwa
shalat menggugurkan dosa-dosa kecil dengan syarat dosa-dosa besar di jauhi.8
Pelajaran yang dapat kita ambil dari Q.S Al-Huud Ayat 114
1. Mejelaskan tentang waktu-waktu shalat lima waktu, yaitu kedua tepi
siang adalah waktu subuh yang di dalamnya terdapat shalat subuh,
sedangkan petang di dalam nya terdapat shalat zuhur dan asar seperti
halnya pada bahagian permulaan malam adalah waktu-waktunya yang di
dalamnya terdapat shalat maghrib dan isya.
2. Menjelaskan tentang sunah-sunah Allah SWT bahwa kebaikan dapat
menghapus keburukan.9

E. Penafsiran Q.S Al-Baqarah Ayat 238

َ‫ص ٰلوةِ ْال ُو ْس ٰطى َوقُ ْو ُم ْوا ِ هّلِلِ ٰقنِتِيْن‬ ِ ‫صلَ ٰو‬
َّ ‫ت َوال‬ َّ ‫علَى ال‬ ُ ِ‫َحاف‬
َ ‫ظ ْوا‬
Artinya :
“Peliharalah semua salat dan salat wustha. Dan laksanakanlah
(salat) karena Allah dengan khusyuk.”

Pada ayat ini Allah menjelaskan hukum asasi antara manusia dengan
Allah, yakni salat. Hal ini seakan mengingatkan agar persoalan keluarga tidak
membuat manusia lupa akan kewajiban asasinya, yaitu salat. Karena itu, ayat
ini dimulai dengan kata perintah. Peliharalah secara sungguh-sungguh, baik
secara pribadi maupun saling mengingatkan antara satu dengan lainnya
tentang semua salat, dan peliharalah secara khusus salat wusta, yakni salat
asar dan subuh, karena keutamaannya. Dan laksanakanlah salat karena Allah
Pemilik kemuliaan dan keagungan dengan khusyuk, yakni dengan penuh
ketaatan dan keikhlasan.
Dalam suatu riwayat di kemukakan bahwa Nabi saw. shalat zuhur di
waktu hari sangat panas. Shalat seperti ini sangat berat dirasakan oleh

8
Prof ,Dr.wahbah Az-Zuhaili,Tafsir Al-Wasith,Jakarta,2013 hlm 129-130
9
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-jazairi , Tafsir al-Quran “Al-Aisar”( jilid 3 ) Jakarta.2017 hlm 753

13
sahabat-sahabatnya. Maka ayat "hasfizhuu 'alas-sitalawaati was-shalatil
wusthaa" yang menyuruh melaksanakanya shalat bagaimanapun beratnya
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Nabi saw. shalat dhuhur
diwaktu hari sangat panas. Di belakang Rasulullan tidak lebih dari satu atau
dua shaf saja yang mengikutinya, dan kebanyakan di antara mereka sedang
tidur siang ada pula yang karena sibuk berdagang. Maka turunlah
ayat "haafiihuu 'alashalawaati was- shalatil wusthaa".
Dalam riwayat lain juga dikemukakan bahwa di zaman Rasuiullah
saw. orang- orang bercakap-cakap dengan kawan yang ada di sampingnya di
saat mereka shalat Maka turunlah ayat “waqumu lillahi i qanitin" yang
memerintahkan supaya diam di waktu shalat dan melarang bercakap-cakap.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid, dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa ada orang-orang yang bercakap-cakap di
waktu shalat, dan ada yang menyuruh temanya menyelesaikan keperlunnya.
Maka turunlah ayat “waqumu lillahi i qanitin.” yang memerintahkan supaya
khusyuk’ di waktu shalat.10
Tafsir Q.S Al-Baqarah Ayat 238 :
Hafizhuu 'alash shalawati wash shalaatil wus-thaa (Peliharalah semua
salat (mu) dan salat wustha.)
Kerjakan shalat lima waktu terus-menerus dengan kesempurnaan
rukun syaratnya pada setiap waktu, jangan kadang shalat kadang tidak.
peliharalah shalat yang paling utama, yaitu shalat yang kita laksanakan
dengan hati sungguh-sungguh, dengan jiwa yang benar-benar menghadap
kepada Allah, serta sikap yang khusyuk dan (menghayati) kalam Allah.
Shalat-shalat yang dimaksudkan di sini adalah shalat lima waktu. Para
ulama telah mengistinbatkan shalat lima waktu pada beberapa ayat yang lain.
Yang dimaksud dengan shalat wustha adalah : shalat yang paling
utama dan yang paling baik pelaksanaanya.
Para ulama berselisih paham dalam menentukan mana shalat wushta
itu. Ada yang mengatakan shalat ashar,ada juga yang mengatakan shalat
subuh.

10
Qamaruddin Shaleh,Asbabun Nuzul,Bandung.1992,hlm 82

14
Ada pendapat ulama dalam hal ini. Asy-Syaukani dalam Nailul Authar
telah menjelaskan riwayat-riwayat ini. Yang paling rajih dari riwayat-riwayat
itu adalah yang menjelaskan bahwa shalat wustha adalah shalat ashar.
Wa quumuu lillahi qantiin artinya Berdirilah karena Allah (dalam
shalat dengan khusyuk)
Berdirilah dalam shalat dengan rasa khusyuk dan jiwa tertunduk
kepada Allah. Sesungguhnya tidak sempurna shalat kita, dan tidak terdapat
manfaat yang dijelaskan Al-Qur’an melainkan dengan kecintaan kecintaan
kita kepadaNya dan melepaskan jiwa dari segala pikiran dan araalan yang
membuai hati ragu dan sikap khusyu dan hati tenang.11
Kandungan Ayat Qs. Al-Baqarah ayat 238
Para ulama berbeda pendapat dalam hal yang disebut dengan shalat
pertengahan al wustha dan mana pula yang disebut dengsn shalat yang utama.
Pendapat pertama pendapat yang paling kuat (arjah) bahwa yang
dimaksud dengan shalat al-wustha adalah shalat ashar. Hal ini di dasarkan
pala hadith yang bersumber dari sahabat Ali yang artinya: "Mereka (orang-
orang kafir) mati buat kami keteleran melakukan shalat wustha. yaitu
shalat"Ashar". Dan juga,Allah memenuhi kuburan dan tempat-tempat tinggal
mereka dengan api neraka sebagaimana mereka telah membuat kami sibuk
tidak sempat melaksanakan shalat wushta hingga matahari terbosan ".
Menurut penafsiran Ibnu katsir bahwa ayat tersebut memberikan
isyarat bahwa Allah menyuruh supaya orang menjaga waktu-waktu shalat
beserta syarat dan rukunya. Lebih lanjut ia mengemukakan beberapa hadith di
antaranya bahwa Ibn Mas'ud bertanya kepada Rasul : Amalan apa yang paling
utama? Nabi menjawab: ' Shalat tepat pada waktunya . Kemudan': Ibn Mas’ud
bertanya lagi, '"Kemudian apakah?". Nabi menjawab: "jihad fi sabilillah" ibnu
Mas’ud bertanya lagi. "Kemudian..? "Nabi menjawab.'berbakti kepada ayah
dan ibu".
Dalam riwayat yang lain Ummu Fatiah pernah mendengar Rasuluiian
SAW bersabda:'"Sesunggnya amal perbuatan yang dicintai oleh Allah ialah
segera melaksanakan shalat pada asal waktunya". Di dalam fase
ayat waquumu lillahi qonitiin (Berdirilah untuk Allah (semua sholatmu)
dengan khuysuk’) tersebut terdapat isyarat bahwa umat Muhammad supaya
lebih rajin menjaga waktu shalat wusta (pertengahan).

11
Muh.Hasbi Ash-Shiddieqy,Tafsir Al-Qui’anul,Semarang,2000,hlm 415

15
Pendapat kedua mengatakan hanya yang dimaksud ringan salat wustha
adalah shalat subuh. Hai ini sesuai dengan riwayat Abi Raja" ai-Uthayri, ia
berkata" Aku melaksanakan shalat subuh dibelakang (bermakmum) Ibn
'Abbas. ia berqunut sambil mengangkat kedua tangannya,kemudian sesudah
shalat ia berkata:inilah shalat wushta dimana kami diperintah untuk membaca
qunut di dalamnya. Demikian juga riwayat yang bersumber dari Abu
al'Allyah, ia bcrkata:"Aku melaksanakan shalat; subuh di masjid Basrah di
belakang Abdullah Bin Qais, kemudian aku bertanya kepada seorang sahabat :
manakah yang dimaksud shalat wustha? ia menjawab: ": Yashalat ini .
Inilah yang dijadikan Hujjah oieh imam al-Shafi'i bahwa dalam shalat
subuh di sunahkan membaca qunut berdasarkan ayat wa qumu lillahi
qanitiin.12
Pelajaran yang dapat kita ambil:
1. Kewajiban menjaga sholat lima waktu terutama shalat ashar dan shalat
subuh (asshalatul wushtha)
2. Larangan berbicara dalam shalat karena bisa merusaknya
3. Kewajiban khusyu’ dalam shalat

12
Lutfi Hadi Aminuddin,Tafsir Ayat Ahkam.Yogyakarta,2008,hlm 58

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. shalat adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan
syarat-syarat yang telah ditentukan yang dimulai dengan takbiratul
ikhram dan diakhiri dengan salam.
2. Waktu shalat subuh
Waktunya dimulai dari terbitnya fajar shadiq yaitu cahaya yang
terpampang di ufuk dan berakhir dengan terbitnya matahari. Mustahab
hukumnya untuk menyegerakan pelaksanaannya ketika orang-orang
telah berkumpul.
Waktu shalat zhuhur
Waktunya dimulai semenjak matahari tergelincir dan condong dari
tengah langit dan berakhir ketika bayang-bayang benda sama seperti
aslinya, kecuali pada fai zawal Far ialah bayangan yang tetap, tidak
bergeser ke arah timur ketika matahari tepat di tengah-tengah.
Waktu shalat ashar
Dimulai ketika waktu shalat zhuhur berakhir, dan berakhir ketika
matahari terbenam. Tidak boleh menangguhkan shalat ashar sampai
matahari kekuning-kuningan, kecuali bagi yang mempunyai uzur
Mustahab untuk menyegerakannya di awal waktu.
Waktu shalat maghrib
Awal waktunya adalah terbenamnya matahari,berakhir dengan
tenggelamnya mega merah yaitu cahaya yang masih tetap ada, diawali
dengan warna merah, setelah matahari terbenam, dan mustahab untuk
menyegerakan pelaksanaannya.
Waktu shalat isya
Waktunya dimulai semenjak mega merah tenggelam dan berakhir
dengan terbitnya fajar. Mustahab untuk mengakhirkannya sampai
sepertiga atau separuh malam, jika jama'ah masjid sepakat akan hal
tersebut. Tidak boleh manangguhkan shalat isya' yang kurang dari
setengah malam kecuali karena uzur, barang siapa yang melakukannya
bukan karena uzur, maka ia telah berdosa.
3. Penafsiran Q.S Al-Isra’ ayat 78

17
Allah berfirman, "Dirikanlah shalat dari sesudah matahari
tergelincir..." yakni awal waktu tergelincir yaitu saat condong dari
ufuk langit ke arah barat yaitu waktu zawal, dan merupakan tanda
masuk waktu zhuhur. Firman Allah Ta'ala, "Sampai gelap malam..."
yakni masuknya waktu shalat Ashar yaitu antara tergelincirnya
matahari dan gelapnya malam, masuk waktu shalat maghrib dan shalat
isya' adalah pada waktu gelap malam. Firman-Nya, "(dirikanlah pula
shalat) subuh...." Inilah shalat lima waktu yang diwajibkan dalam
Islam bagi Nabi dan pengikutnya. Firman-Nya, "Sesungguhnya shalat
subuh itu disaksikan (oleh malaikat)."
4. Penafsiran Q.S Al-Huud ayat 114
Firman Allah SWT “Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung
siang,” mencakup tiga shalat yaitu Shubuh, Zuhur, dan Asar. Firman
Allah SWT “Dan pada bagian permulaan malam,” mencakup dua
shalat yaitu Maghrib dan Isya. Dengan demikian ayat ini mencakup
sluruh waktu shalat.
5. Penafsiran Q.S Al-Baqarah ayat 238
Hafizhuu 'alash shalawati wash shalaatil wus-thaa (Peliharalah semua
salat (mu) dan salat wustha.) Kerjakan shalat lima waktu terus-
menerus dengan kesempurnaan rukun syaratnya pada setiap waktu,
jangan kadang shalat kadang tidak. peliharalah shalat yang paling
utama, yaitu shalat yang kita laksanakan dengan hati sungguh-
sungguh, dengan jiwa yang benar-benar menghadap kepada Allah,
serta sikap yang khusyuk dan (menghayati) kalam Allah.

B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi
bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh
hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca
memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca khususnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ayub Hasan,Fiqih Ibadah (Jakarta),2010


Aminuddin Lutfi Hadi,Tafsir Ayat Ahkam.Yogyakarta,2008,hlm 58
Ash-Shiddieqy Muh.Hasbi,Tafsir Al-Qui’anul,Semarang,2000,hlm 415
Az-Zuhaili wahbah,Tafsir Al-Wasith,Jakarta,2013 hlm 129-130
Shaleh Qamaruddin,Asbabun Nuzul,Bandung.1992,hlm 82
Al-jazairi Syaikh Abu Bakar Jabir, Tafsir al-Quran “Al-Aisar”( jilid 3 ) Jakarta.2017
hlm 753
Ash Shabuni Syaikh Muhammad Ali, Shafwatut Tafasir “Tafsir-tafsir Pilihan”
(jilid3),Pustaka Al-Kautsar No.63 Jakarta,2011 hlm 235
Abu Abdillah Syerkh Syamsidin,Terjemahan Fathul Mu’in(Surabaya:Al-
Hidayah,1996)

19

Anda mungkin juga menyukai