Anda di halaman 1dari 14

SHOLAT FARDLU

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : ‘Ilmu Fiqh

Dosen Pengampu : Anis Nizar LC., M. H.

Disusun oleh :

Oktafiani Olivia Rif”ati (2103026067)

Aizzatul Laila (2103026068)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik tugas makalah yang
berjudul “SHOLAT FARDLU” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam tak lupa juga kita
junjungkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. semoga kita termasuk hambanya yang
mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah Ilm Fiqh, selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan luas pembaca
mengenai sholat fardlu serta yang bersangkutan mengenai hal tersebut.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Anis Nizar, LC,. M. H. selaku dosen
pengampu mata kuliah Ilm Fiqh yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demin
kebaikan penyusun makalah kedepannya. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan dapat digunakan dengan baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, 5 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi, untuk secara teratur
dan terus menerus melaksakannya pada waktu yang ditentukan dan sesuai dengan
rukunnya sehingga akan terbentuk kedisiplinan pada diri individu tersebut.
Keterangan tersebut menunjukkan bahwa pentingnya menunaikan sholat lima waktu,
maka dibutuhkan peranan orang tua dalam memotivasi anak agar bisa mengamalkan
shalat lima waktu terutama sejak anak masih kecil. Sebagai orang tua tentu bertanggung
jawab atas shalat anak-anaknya dan hendak berlaku tegas sebagaimana diajarkan oleh
Rasulullah SAW dalam mendidik anak untuk melaksanakan shalat.
Ibadah shalat tidak dapat dilakukan begitu saja, melainkan harus dipelajari tata cara
dan praktiknya sebagaimana yang telah Rasulullah SAW telah memerintahkan “didiklah
anak-anakmu shalat sejak sejak berumur 7 tahun, dan pukullah setelah 10 tahun”.
Perintah Rasulullah SAW ini memiliki maksud agar dalam mendidik anak tidak secara
instan, melainkan bertahap, kontinyu dan konsisten dari umur 7 tahun. Usia 7 tahun bagi
anak merupakan golden age dimana anak memiliki kepekaan untuk meniru dan
mencontoh apa yang ia lihat.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian shalat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat
Shalat secara bahasa kata shalat berasal dari masdar fi’il ‫ يصلي‬-‫ صلي‬yang berarti
do’a. Dan secara syara’, sebagaimana yang disampaikan oleh Imam ar Rafi’I adalah
ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan
syarat-syarat tertentu.1 Menurut Imam Bashari Assayuthi shalat juga diartikan sebagai
salah satu sarana komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya, sebagai bentuk
ibadah yang di dalamnya terdapat amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan
perbuatan yang diawali dengan takbirotul ihram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai
dengan syarat dan rukun shalat yang telah ditentukan. Syekh Abdul Aziz Muhammad
Azzam dan Abdul Wahab Sayyid Hawwas, menurut beliau sholat adalah
menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan sholat adalah wujud atau
pengorbanan seorang hamba yang butuh kepada Allah SWT.2
Maka dari beberapa pengertian tersebut dapat diartikan bahwa shalat merupakan
salah satu ibadah kepada Allah, yang berupa perkataan/ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah
ditentukan.3
Shalat adalah ibadah yang wajib dilakukan bagi setiap orang islam yang mukalaf
dan sudah baligh. Ibadah shalat adalah salah satu dasar dari ajaran islam. Ibarat sebuah
bangunan shalat adalah pondasinya. Dari hal ini dapat dilihat bila seorang yang shalatnya
baik, baik pula seluruh ibadahnya.
Shalat menjadi hal yang sangat wajib bagi setiap orang muslim, karena shalat
adalah rukun islam yang kedua. Shalat merupakan perintah Allah yang langsung
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tanpa melalui perantara jibril. Proses
penurunan perintah shalat terjadi pada peristiwa isra’ mi’raj Rasulullah SAW, yaitu
perjalanan Rasulullah dari Makkah ke Masjidil Aqsa, Palestina, dan berlanjut ke Sidratul
Muntaha. Dari proses isra’ mi’raj ini, mulanya umat islam diwajibkan shalat 50 kali

2
Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo, 2004), h.106
3
Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo, 2004), h.37
dalam sehari, namun setelah Rasulullah beberapa kali bertemu dengan Allah, akhirnya
jumlah shalat menjadi 5 kali dalam sehari yaitu, shalat dzuhur, ashar, maghrib, isya’, dan
subuh.
Hal ini seperti yang telah dijelaskan dalam firman Allah dalam QS. Al-Isra’: 1

 ۗ‫ُسْبٰح َن اَّلِذ ْۤي َاْس ٰر ى ِبَع ْبِدٖه َلْياًل ِّم َن اْلَم ْس ِج ِد اْلَح ـَر ا ِم ِاَلى اْلَم ْس ِج ِد اَاْل ْقَص ا اَّلِذ ْي ٰب َر ْك َنا َح ْو َلٗه ِلُنِرَيٗه ِم ْن ٰا ٰي ِتَنا‬

‫ِاَّنٗه ُهَو الَّس ِم ْيُع اْلَبِص ْيُر‬

"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya


(Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-
tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Adapun dalil tentang kewajiban shalat tertera dalam QS. Al-Baqarah: 43 yang
berbunyi:
‫َو َا ِقْيُم واالَّص ٰل وَة َو ٰا ُتواالَّز ٰك وَة َو ا ْر َك ُعْو ا َم َع الّٰر ِكِع ْيَن‬
“Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk."

Atau dalam firman Allah QS. An-Nisa: 103, yang berbunyi:

 ۚ‫َفِا َذ ا َقَض ْيُتُم الَّص ٰل وَة َفا ْذ ُك ُروا َهّٰللا ِقَيا ًم ا َّو ُقُعْو ًدا َّوَع ٰل ى ُج ُنْو ِبُك ْم ۚ  َفِا َذ ا اْطَم ْأَنْنُتْم َفَا ِقْيُم وا الَّص ٰل وَة‬

‫ِاَّن الَّص ٰل وَة َك ا َنْت َع َلى اْلُم ْؤ ِمِنْيَن ِكٰت ًبا َّم ْو ُقْو ًتا‬

“Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah ketika


kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah
merasa aman, maka laksanakanlah sholat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, sholat itu
adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

B. Macam-macam Shalat Fardlu


1. Shalat Dzuhur
Macam shalat fardhu yang pertama adalah shalat dzuhur, menurut imam nawawi:
"‫"(الظهر) اي صالته قال النووي سميت بذلك ألنها ظاهرة وسط النهار‬
“sholat ini disebut dengan Dhuhur karena sesungguhnya sholat ini nampak jelas di
tengah hari.”
Waktu melaksanakan shalat dzuhur adalah ketika tergelincirnya matahari,
maksudnya bergesernya matahari dari tengah langit, tidak dilihat dari kenyataannya,
namun pada apa yang nampak oleh kita. Pergeseran tersebut bisa diketahui dengan
bergesernya bayang-bayang ke arah timur setelah posisinya tepat di tengah-tengah,
yaitu puncak posisi tingginya matahari. Dan batas akhirnya waktu sholat Dhuhur
adalah ketika bayang-bayang setiap benda seukuran dengan bendanya tanpa
memasukkan bayang-bayang yang nampak saat zawal (gesernya matahari).
2. Shalat Ashar
Macam shalat fardhu yang berikutnya adalah shalat ashar, menurut imam nawawi:
"‫"(العصر) اي صالته قال النووي سميت بذلك لمعاصرتها وقت الغروب‬
“Disebut dengan sholat Ashar, karena pelaksanaannya mendekatii waktu terbenamnya
matahari.”
Waktu melaksanakan shalat ashar diawali dari bertambahnya bayangan dari
ukuran bendanya. Sholat Ashar memiliki lima waktu. Salah satunya adalah waktu
fadlilah, yaitu mengerjakan sholat di awal waktu.
Yang kedua adalah waktu ikhtiyar. Waktu ini diisyarahi oleh mushannif dengan
ucapan beliau, akhir waktu Ashar di dalam waktu ikhtiyar adalah hingga ukura
bayang-bayang dua kali lipat ukuran bendanya.
Yang ketiga adalah waktu jawaz. Waktu ini diisyarahi oleh mushannif dengan
ucapan beliau, dan di dalam waktu jawaz hingga terbenamnya matahari.
Yang ke empat adalah waktu jawaz tanpa disertai hukum makruh. Yaitu sejak
ukuran bayang-bayang dua kali lipat dari ukuran bendanya hingga waktu ishfirar
(remang-remang).
Yang ke lima adala waktu tahrim (haram). Yaitu mengakhirkan pelaksanaan
sholat hingga waktu yang tersisa tidak cukup untuk melaksanakan sholat.
3. Sholat Maghrib

Berikutnya adalah shalat maghrib, imam Nawawi mengatakan:

‫(والمغرب) اي صالته قال النووي سميت بذلك لفعلها وقت الغروب‬


“Disebut dengan sholat Maghrib karena dikerjakan saat waktu terbenamnya
matahari.”
Waktu sholat Maghrib hanya satu. Yaitu terbenamnya matahari, maksudnya
seluruh bulatan matahari dan tidak masalah walaupun setelah itu masih terlihat
sorotnya, dan kira-kira waktu yang cukup bagi seseorang untuk melakukan adzan,
wudlu’ atau tayammum, menutup aurat, iqomah sholat.
4. Sholat Isya’
Berikutnya adalah shalat isya’, imam Nawawi mengatakan:
‫(العشاء) بكسر العين ممدودا اسم ألول الظالم وسميت الصالة بذالك لفعلها فيه‬
“Isya’ dengan terbaca kasroh huruf ‘ainnya adalah nama bagi permulaan petang.
Sholat ini disebut dengan nama tersebut karena dikerjakan pada awal petang.”
Permulaan waktu Isya’ adalah ketika terbenamnya mega merah. Sholat Isya’ memiliki
dua waktu. Salah satunya adalah waktu Ikhtiyar, dan di isyarahkan oleh mushannif
dengan ucapan beliau, ‚akhir waktu ikhtiyar sholat Isya’ adalah memanjang hingga
seperti malam yang pertama
Yang kedua adalah waktu jawaz. Maksudnya adalah waktu jawaz hingga
terbitnya fajar kedua, maksudnya fajar Shodiq, yaitu fajar yang menyebar dan
membentang sinarnya di angkasa.
Asy Syekh Abu Hamid menjelaskan bahwa sesungguhnya sholat Isya’ memiliki
waktu Karahah, yaitu waktu di antara dua fajar.

5. Shalat Subuh
Yang terakhir adalah shalat fardhu subuh.
‫(الصبح) اي صالته وهو لغة اول النهار وسميت الصالة بذالك لفعلها في اوله‬
Secara bahasa, Subuh memiliki arti permulaan siang (pagi). Disebut demikian
karena dikerjakan di permulaan siang (pagi).
Shalat subuh memiliki lima waktu, diantaranya yang pertama adalah waktu
fadlilah / utama. Yaitu awal waktu.
Yang kedua adalah waktu ikhtiyar. Mushannif menjelaskannya di dalam ucapan
beliau, ‚awal waktu sholat Subuh adalah mulai terbitnya fajar kedua, dan akhirnya di
dalam waktu ikhtiyar adalah hingga isfar, yaitu waktu yang sudah terang.
Yang ketiga adalah waktu jawaz. Dan mushannif mengisarahkannya dengan
ucapan beliau, ‚dan di dalam waktu jawaz, maksudnya disertai dengan hukum
makruh adalah hingga terbitnya matahari.
Dan yang ke empat adalah waktu jawaz tanpa disertai hukum makruh adalah
sampai terbitnya mega merah.
Dan yang ke lima adalah waktu tahrim (haram), yaitu mengakhirkan pelaksanaan
sholat hingga waktu yang tersisa tidak cukup untuk melaksanakan sholat.
C. Syarat Wajib dan Syarat Sah Shalat
Didalam kitab Fathul Qarib Al-Mujib, dijelaskan bahwa shalat memiliki 2 syarat,
yaitu syarat wajib dan syarat sah. Perbedaan antara syarat wajib dan syarat sah sendiri
adalah, syarat wajib merupakan syarat yang harus dipenuhi seseorang sebelum
melaksanakan shalat. Sedangkan syarat sah adalah persyaratan yang harus dipenuhi
seseorang agar sholat yang dikerjakan sah secara tuntutan islam.
Adapun macam-macam syarat wajib shalat adalah:
1. Islam
Syarat wajib yang pertama adalah islam. Maka sholat tidak wajib bagi kafir
asli. Dan tidak wajib mengqadla’ ketika ia masuk Islam. Dan untuk orang
murtad, maka wajib baginya untuk melakukan sholat dan mengqadlainya
ketika sudah kembali Islam.
2. Baligh
Seseorang yang belum baligh seperti anak kecil laki-laki atau perempuan tidak
wajib untuk mengerjakan shalat. Namun keduanya harus diperintah
melaksanakan sholat setelah berusia tujuh tahun jika sudah tamyiz, jika belum
maka diperintah setelah tamyiz. Dan keduanya harus di pukul sebab
meninggalkan sholat setelah berusia sepuluh tahun.
3. Berakal sehat
Orang yang berakal sehat wajib melakukan shalat. Bagi orang yang tidak
berakal, seperti orang gila, ayan, dsb. Tidak diwajibkan untuk melakukan
shalat.
Adapun untuk syarat sah shalat ada 5, yaitu:
1. Suci dari hadats
Maksudnya adalah seorang yang hendak melaksanakan shalat hendaknya suci
dari hadats entah itu dari hadats kecil atau besar.
2. Suci dari najis
Yang dimaksud suci dari najis adalah suci dari najis yang tidak dima’fu pada
pakaian, badan dan tempat.
3. Tempat yang suci
Syarat ketiga adalah bertempat di tempat yang suci. Maka tidak sah sholatnya
seseorang yang sebagian badan atau pakaiannya bertemu najis saat berdiri,
duduk, ruku’, atau sujud.
4. Masuk waktu shalat
Syarat keempat adalah mengetahui masuknya waktu atau menyangka masuk
waktu berdasarkan dengan ijtihad. Maka jika seandainya ada seseorang yang
melakukan sholat tanpa semua itu, maka sholatnya tidak sah, walaupun tepat
waktunya.
5. Menghadap qiblat
Syarat ke lima adalah menghadap kiblat, maksudnya adalah Ka’bah. Ka’bah
disebut kiblat karena sesungguhnya seseorang yang melakukan sholat
menghadap padanya. Dan disebut dengan Ka’bah, karena ketinggiannya.
Menghadap kiblat dengan dada adalah syarat bagi orang yang mampu
melaksanakannya.
Sholat harus dilakukan dengan arah kiblat ke Ka’bah di Kota Makkah.
Sebagaimana hadist yang diriwayatkan Nabi SAW dari Abu Hurairah:

‫ِإَذ ا ُقْم َت ِإَلى الَّص اَل ِة َفَأْس ِبُغ اْلُو ُضوَء ُثَّم اْسَتْقِبْل اْلِقْبَلَة‬

Artinya: "Bila engkau hendak mengerjakan sholat, maka wudhulah secara


sempurna terlebih dahulu, kemudian menghadaplah ke arah kiblat" (HR
Bukhari & Muslim).
D. Rukun-Rukun Sholat

Rukun-rukun shalat dalam madzhab syafi’i terdapat15 macam, yaitu:


1. Niat
Rukun pertama dalam melaksanakan shalat adalah niat. Segala sesuatu yang
dilakukan tergantung dengan niat yang dilakukan. Niat adalah menyengaja
sesuatu berbarengan dengan melaksanakan-nya. Tempat niat adalah hati.

2. Berdiri dalam sholat


Rukun kedua adalah berdiri jika mampu melakukannya. Jika tidak mampu
berdiri, maka wajib duduk dengan posisi yang ia kehendaki, namun duduk iftiras
adalah yang lebih utama.

3. Takbiratul ihram
Rukun ketiga adalah takbiratul ihram. Bagi yang mampu, maka wajib
mengucapkan takbiratul ihram, yaitu dengan mengucapkan ‚Allahu Akbar‛.
Dalam pelaksanaanya takbiratul ihram dilakukan bersamaan dengan niat.

4. Membaca al fatihah

Rukun ke empat adalah membaca Al Fatihah, atau gantinya bagi orang


yang tidak hafal Al Fatihah, baik sholat fardlu ataupun sunnah. Dalam madzhab
syafi’i basmallah termasuk dari bagian surah. Maka menurut madzhab syafi’i jika
seorang yang shalat membaca surah Al-Fatihah tanpa basmallah batal shalatnya.

5. Ruku’
Rukun yang kelima adalah ruku’. Minimal fardlu ruku’ bagi orang yang
melakukan sholat dengan berdiri, mampu melakukan ruku’, berfisik normal, dan
selamat / sehat kedua tangan dan kedua lututnya, adalah membungkuk tanpa
membusungkan dada (degek : jawa) dengan ukuran sekira kedua telapak tangan
bisa menggapai kedua lutut. Jika tidak mampu melakukan ruku’ seperti ini, maka
wajib bagi dia membungkuk semampunya dan memberi isyarah dengan matanya.
Ruku’ yang paling sempurna adalah orang yang melakukan ruku’
meluruskan punggung dan lehernya sekira keduanya seperti satu papan yang
lurus, menegakkan kedua betisnya, dan memegang kedua lutut dengan kedua
tangannya.

6. Thuma’ninah di dalam ruku’


Rukun yang keenam adalah thuma’ninah didalam rukuk. Ukuran
thuma’ninah didalam ruku’ adalah sekiranya seorang dapat melafadzkan bacaan
subhanallah.

7. I’tidal
Rukun ke tujuh adalah bangun dari ruku’ dan i’tidal berdiri tegap sesuai
keadaan sebelum ruku’, yaitu berdiri bagi orang yang melakukan sholat dengan
berdiri dan duduk bagi orang yang tidak mampu berdiri

8. Thuma’ninah di dalam I’tidal


Ukuran thuma’ninah didalam I’tidal adalah sekiranya seorang dapat
melafadzkan bacaan subhanallah.

9. Sujud
Rukun ke sembilan adalah sujud dua kali di dalam setiap rakaat. Minimal
sujud adalah sebagian kening orang yang sholat menyentuh tempat sujudnya,
baik tanah atau yang lainnya.
Sujud yang paling sempurna adalah membaca takbir tanpa mengangkat
kedua tangan ketika turun ke posisi sujud, meletakkan kedua lutut, kemudian
kedua tangan, lalu kening dan hidungnya.

10. Thuma’ninah di dalam sujud


Rukun ke sepuluh adalah thuma’ninah di dalam sujud, sekira beban
kepalanya mengenai tempat sujudnya. Dan tidak cukup hanya menyentuhkan
kepalanya ke tempat sujudnya.

11. Duduk diantara dua sujud


Rukun ke sebelas adalah duduk di antara dua sujud di setiap rakaat, baik
sholat dengan berdiri, duduk atau tidur miring. Minimalnya adalah diam setelah
bergeraknya anggotaanggota badannya. Dan yang paling sempurna adalah
menambahi ukuran tersebut dengan do’a yang datang dari Rosulullah Saw saat
melakukannya.

12. Thuma’ninah di dalam duduk diantara dua sujud


Ukuran thuma’ninah didalam I’tidal adalah sekiranya seorang dapat
melafadzkan bacaan subhanallah.

13. Duduk Tasyahud


Kata tasyahud berasal dari bahasa arab Tasyahada, yang berarti kesaksian
iman. Dalam sholat tasyahud bisa dikenal dengan kata Tahiyyat, yaitu bagian dari
bacaan salat saat orang duduk didalam shalat. Isi dari bacaan tahiyyat adalah
memuliakan Allah, Rasulullah, dan hamba-hamba Allah yang saleh kemudian
diikuti dengan membaca dua kalimat syahadat.

14. Bacaan sholawat


Rukun ke lima belas adalah membaca sholawat untuk baginda Nabi Saw
di dalamnya, maksudnya di dalam duduk yang terakhir setelah selesai membaca
tasyahud.

15. Salam
Rukun ke enam belas adalah membaca salam yang pertama. Dan wajib
mengucapkan salam dalam posisi duduk.
E. Hal – hal yang Membatalkan Shalat

Sesuatu yang membatalkan sholat ada 10 perkara :

1. Berbicara secara sengaja dengan kata-kata yang layak digunakan untuk berbicara
2. Gerakan yang banyak dan terus menerus seperti tiga jangkahan, dengan sengaja
ataupun lupa
3. Hadats kecil
4. Hadats besar
5. Terbukanya aurat dengan sengaja
6. Merubah niat
7. Membelakangi kiblat
8. Makan dan minum
9. Tertawa
10. Murtad

Anda mungkin juga menyukai