Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap ummat muslim diwajibkan untuk mendirikan sholat, karena sholat merupakan tiang
agama. Tiang penopang yang akan menentukan berdiri atau tidaknya agama dalam diri masing
– masing ummat muslim.
Sholat terbagi menjadi dua macam, yang pertama sholat wajib yakni sholat yang
diwajibkan bagi setiap muslim untuk mendirikannya. Yang kedua sholat sunnah yakni sholat
yang hukumnya sunnah.
Sholat sunnah dapat dikerjakan berjamaah maupun munfarid dan terbagi dalam dua
macam yakni sholat sunnah mu’akat dan ghairu mu’akad. Mu’akad artinya dianjurkan, jadi
sholat sunnah itu ada yang dianjurkan untuk ummat muslim melaksanakannya, ada juga sholat
sunnah yang tidak dianjurkan melaksanakannya, tapi sebagaimana hukumnya sunnah bila
dikerjakan berpahala ditinggalkan tidak apa-apa.
Walau demikian kita sebagai ummat muslim tentu ingin meningkatkan amalan ibadah dan
ketakwaan kita. Dengan semakin banyak kita mengerjakan sholat sunnah tanpa melihat itu
dianjurkan atau tidaknya akan menambah amalan di luar kewajiban sholat lima waktu yaitu
satu kebaikan dalam bentuk sholat yang bukan merupakan keharusan tetapi bernilai ibadah,
yang dilakukan dengan ihklas dan kerelaan hati.
Dalam riwayat Imam Muslim yang bersumber dari sahabat Rabi’ah bin Ka’ab Al Aslamiy
ra. Juga diterangkan bahwa Rasulullah SAW telah bersaabda yang artinya :
“Saya pernah bermalam bersama Rasulullah SAW. Saya mendatangi beliau sambil berkata
kepadaku,”Mohonlah Saya berkata, “Saya memohon kepada engkau untuk dapat menyertai
engkau (ya Rasulullah) di surga”. Beliau bersabda, “Ada lagi yang lain?” Saya menjawab,
“Cukup itu saja”. Sabdanya, “Tolonglah aku agar permohonanmu terkabul dengan jalan kamu
melakukan banyak sujud (sholat)”
Sholat sunnah disariatkan untuk menyempurnakan sholat fardu. Karena sholat adalah
amal ibadah penentu dari amal ibadah yang lain dihadapan Allah SWT nanti, Rasulullah SAW
pernah bersabda:

1
“AWWALU MAA YUHAASABU `ALAIHIL `ABDU YAUMAL QIYAAMATI ASH
SHALAATU FA IN SHALUHAT SHALUHA SAAIRU `AMALIHI WA IN FASADA SAA-
IRU `AMALIHII”
Artinya :
“Awal mula amalan yang yang dihisap atas seorang hampa pada hari kiamat nanti adalah
sholat, maka apabila sholat itu baiklah seluruh amalannya, dan apabila Sholat itu jelek, maka
jelek pulalah seluruh amalannya.” (Hadits riwayat Imam Thabrani)
Keutamaan sholat sunnah secara singkat adalah untuk menambah tabungan amal nanti di
akhirat serta menambah kebaikan bagi diri si pelakunya. Karena dengan senantiasa
mengerjakan ibadah-ibadah yang sunnah maka dengan sendirinya ibadah yang fardu pun
akan terlaksana dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan sholat sunnah?
2. Apa dalil yang mendasari pelaksanaan sholat sunnah?
3. Apakahsajakah yang termasuk dalam klasifikasi sholat sunnah berjamaah, beserta
karakteristik nya?
4. Apasajakah yang termasuk kedalam klasifikasi sholat sunnah munfarid, beserta
karakteristiknya?
5.

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah supaya ummat muslim dapat mengetahui
bagaimanakah atau apa yang dimaksud dengan sholat sunnah dan apa saja kegunaan dari
sholat sunnah tersebut, sehingga kita bisa mengetahui, mengamalkan, serta membentuk
pribadi muslim yang sempurna.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SHALAT SUNAH

Salat sunah atau salat nawafil (jamak: nafilah) adalah salat yang dianjurkan untuk
dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan dengan kata
lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan akan
tampak hikmahdan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah. Salat sunah menurut hukumnya
terdiri atas dua golongan yakni:
 Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir
mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witr dan salat sunah thawaf.
 Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti
salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan
keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).

2.2 DALIL YANG MENDASARI PELAKSANAAN SHOLAT SUNNAH

Dasar pelaksanaan sholat sunnah sangat kuat dan mendasar. Sholat sunnah didasari
oleh hadis dan sunah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Jadi sholat sunnah itu
bukan sholat yang hanya dibuat – buat tapi sholat yang berdasArkan pada dalil – dalil naqli.
Dalil tersebut yang kemudian dijabarkan oleh para ulama dan umara untuk
disampaikan pada seluruh ummat muslim, baik itu jenis maupun tata cara pelaksanaannya
yang sesuai dengan hadis dan sunnah.
Sebagimana yang telah diterangkan oleh Allah SWT di dalam hadis QudsiNya yang
artinya : “ Hambaku senantiasa mendekatkan diri kepada Ku dengan melakukan hal-hal yang
sunnah, sehingga Aku menyenangi dan mencintainya. Karenanya Akulah yang menjadi
mendengarnya yang dengannya ia mendengar; Akulah yang menjadi penglihatannya dengan ia
melihat, Aku menjadi lidahnya dengannya ia berkata; dan Aku menjadi akalnya yang
dengannya ia berfikir. Apabila ia meminta sesuatu kepadaKu, niscaya Aku menolongnya.

3
Ibadah yang dilakukannya kepadaKu yang paling aku senangi adalah menunaikan
kewajibannya dengan sebaik-baiknya untukKu”. (HR. Imam Thabrani)

Di antara rahmat Allah SWT kepada hambanya adalah bahwa Allah SWT
mensyari'atkan bagi setiap kewajiban, sunnah yang sejenis; agar orang mukmin bertambah
imannya dengan melakukan yang sunnah, dan menyempurnakan yang wajib pada hari kiamat,
karena kewajiban-kewajiban mungkin ada yang kurang. Anjuran untuk melaksanakan sholat
sunnah, antara lain berdasarkan hadits dari Rabi’ah bin Malik yang mengatakan bahwa
Rasullah memerintahkan kepada saya, dengan sabdanya:
“Bermohonlah, maka saya menjawab: “Saya mohon kepadamu agar saya dapat
menemanimu di surga”. Kemudian beliau bersabda:“Adakah selain itu?” Saya menjawab:
“Ya, hanya itu”. Beliaubersabda lagi: “Maka bantulah saya, agar berhasil permohonan
itudengan membanyakkan sujud (salat sunat)”.
Dari Ummu Aabibah. RA isteri nabi SAW beliau berkata, aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda: “tidaklah seorang hamba muslim shalat sunnah bukan fardhu untuk Allah
setiap hari dua belas rakaat, kecuali Allah membangunkan baginya rumah di surga, atau
kecuali dibangunkan baginya rumah di surga.” (HR. Muslim).
Dari Ibnu Umar.RA berkata: "Aku shalat bersama Rasulullah SAW sebelum dhuhur
dua rakaat, dan setelahnya dua rakaat, setelah maghrib dua rakaat, setelah shalat isya' dua
rakaat, setelah shalat jum'at dua rakaat, adapun shalat maghrib, isya', dan jum'at, maka aku
shalat bersama nabi rdi rumahnya.” (muttafaq alaih)

2.3 MACAM-MACAM SHALAT SUNAH BERJAMAAH


Shalat sunah berjamaah adalah salat sunah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
secara bersama-sama. Salah seorang bertindak sebagai imam dan lainnya menjadi
makmum. Adapun macam-macamnya yaitu:
1. SHALAT IDAIN
 PENGERTIAN
Shalat Id adalah shalat yang dilakukan pada waktu hari raya, karena dalam tradisi Islam
terdapat dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha maka dalam satu tahun terdapat
dua shalat Id. Shalat hari raya berjumlah dua rakaat, dan sunah dengan berjamaah, serta
dikerjakan sebelum khutbah. Akan tetapi, bagi orang yang mengerjakan ibadah haji

4
disunahkan mengerjakannya tanpa berjamaah. Bagi orang yang mengerjakannya tanpa
berjamaah tidak disunahkan melakukan khutbah setelahnya.

2. SHALAT TARAWIH
 PENGERTIAN
Shalat Tarawih (kadang-kadang disebut teraweh atau taraweh) adalah salat sunnat yang
dilakukan khusus hanya pada bulan ramadan. Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk

jama’ dari ‫ تحيرووييححةة‬yang diartikan sebagai "waktu sesaat untuk istirahat". Fakta menarik
salat ini ialah bahwa Rasulullah hanya pernah melakukannya secara berjamaah dalam 3
kali kesempatan. Disebutkan bahwa Rasulullah kemudian tidak melanjutkan pada
malam-malam berikutnya karena takut hal itu akan menjadi diwajibkan kepada
ummat muslim.

3. SHALAT WITIR
 PENGERTIAN
Secara bahasa witir berarti ganjil. Sehingga shalat witir adalah shalat yang jumlah
bilangan rakaatnya ganjil. Paling sedikit satu rakaat dan paling banyak 11 rakaat. Shalat
witir tidak hanya dilakukan setelah shalat tarawih di bulan Ramadhan. Namun, pada
malam hari di luar bulan Ramadhan umat Islam pun dianjurkan untuk melaksanakan
shalat witir sebagai penutup shalat-shalat sunah malam hari.

4. SHALAT SUNAH GERHANA (MATAHARI DAN BULAN)


 PENGERTIAN
Shalat sunah Gerhana adalah shalat sunah yang di lakukan saat terjadi gerhana,
baik gerhana matahari (Kusuf) ataupun gerhana bulan (Khusuf). Shalat sunah Gerhana
termasuk shalat sunah Muakkadah, shalat sunah gerhana di lakukan dengan bilangan
rakaat seperti rakaat sebelum terjadi gerhana, jika gerhana itu terjadi sesudah dhuhur
dan sebelum Ashar, maka di kerjakan empat rakaat seperti shalat Ashar, dan dan
sebelum shalat Maghrib maka shalat sunah Gerhana di lakukan sebanyak empat rakaat
mengikuti shalat Ashar, begitu seterusnya. Dalam shalat gerhana mata hari yang terjadi

5
pada waktu siang, bacaan tersebut dengan suara perlahan, tetapi dalam shalat gerhana
bulan yang terjadi pada waktu malam, bacaan tersebut dengan suara keras atau nyaring.

5. SHALAT SUNAH ISTISQO


 PENGERTIAN
Istisqo secara bahasa adalah meminta turun hujan. Secara istilah yaitu meminta kepada
Allah SWT agar menurunkan hujan dengan cara tertentu ketika dibutuhkan hamba-
Nya.Hukum shalat Istisqo adalah sunnah muakkadah bagi yang terkena musibah
kelangkaan air untuk minum dan kebutuhan lainnya. Dan dianjurkan bagi kaum
muslimin lainnya yang masih mendapatkan air, sebagai bentuk ukhuwah dan tolong
menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.

6. SHALAT JENAZAH
 PENGERTIAN
Shalat Jenazah termasuk dari macam-macam shalat-shalat sunnah, shalat jenazah
dilakukan umat islam jika ada seseorang (muslim) lainnya yang meninggal dunia. Hukum
Shalat Jenazah adalah "Fardhu Kifayah" artinya jika tidak ada yang menshalati jenazah
yang masih hidup semuanya berdosa.

SHALAT SUNAH MUNFARID


Shalat sunah munfarid adalah shalat yang dilakukan sendirian, tidak ada imam maupun
makmum. Shalat sunah munfarid sebenarnya bias dikerjakan secara berjamaah, tetapi
lebih dianjurkan untuk dikrjakan sendiri.

1. SHALAT RAWATIB
 PENGERTIAN
Secara etimologis (‫ )لغة‬kata rawatib (‫ )رواتب‬berasal dari bahasa Arab yang merupakan
bentuk jamak dari kata ratibah (‫ )راتبة‬yang bermakna tetap atau abadi. Secara
terminologi shalat sunnah rawatib adalah shalat yang dilakukan beriringan dengan
shalat fardhu dan dilakukan sebelum atau sesudah shalat fardhu.

2. SHALAT TAHIYATUL MASJID


6
 PENGERTIAN
Secara bahasa tahiyatul masjid berarti menghormati masjid. Sedangkan shalat tahiyatul
masjid adalah shalat dua rakaat yang dilaksanakan sesaat setelah kita memasuki masjid.

3. SHALAT TAHAJUD
 PENGERTIAN
Shalat tahajud adalah shalat sunnah yang sering dilakukan di malam hari setelah shalat
isya’ dan setelah tidur walau hanya sebentar. Jumlah shalatnya paling sedikit dua raka’at,
sedang banyaknya tidak ada batasan. Artikel di bawah membahas tata cara
pelaksanaan shalat tahajud secara detail.
Bagi orang yang biasa shalat tahajud, kemudian tidak bangun pada malam hari sehingga
tidak melakukan shalat tahajud, maka disunnahkan untuk mengqodho-nya di siang hari
sebelum dhuhur.

4. SHALAT DHUHA
 PENGERTIAN
Shalat dhuha adalah salah satu dari sekian macam shalat sunnah yang dianjurkan oleh
Nabi Muhammad untuk dilakukan selain shalat tahajud, shalat sunnah rawatib, shalat
witir, dan lain-lain. Shalat dhuha dilakukan pada pagi hari. Dari naiknya matahari sekitar
sepenggalah sampai sebelum masuk waktu dzuhur

5. SHALAT ISTIKHAROH
 PENGERTIAN
Shalat Istikharah adalah Shalat yang dilakukan untuk mencari kebenaran / kebaikan dari
dua urusan. Shalat istikharah dianjurkan melaksanakannya untuk segala urusan bersifat
mubah seperti menikah, perdagangan, dan perjalanan (safar). Shalat istikharah
umumnya dilaksanakan pada sepertiga malam, namun pada dasarnya shalat istikharah
dapat dilaksanakan pada waktu kapanpun jika pelaksanaan shalat istikharah sudah
dihadapkan dengan urusan yang sudah mendesak.
Adapun urusan yang bersifat wajib, bukan menjadi domain shalat istikharah karena
ketentuan kewajiban sudah jelas dan bukan pilihan. Demikian pula urusan yang

7
diharamkan tidak diperkenankan melaksanakan shalat istikharah, karena terhalang oleh
hukum syariat.

6. SHALAT HAJAT
 PENGERTIAN
Shalat Hajat adalah shalat sunah yang dilakukan karena ada suatu hajat /
keperluan, baik keperluan duniawi atau keperluan ukhrawi. Agar hajat di kabulkan Allah,
banyak cara yang dilakukan diantaranya adalah berdoa dan shalat. Shalat Hajat
merupakan cara yang lebih spesifik untuk memohon kepada Allah agar di kabulkan
segala hajat, karena arti shalat secara bahasa adalah doa. Firman Allah : "Dan mintalah
pertolonganlah ( kepada Allah ) dengan sabar dan shalat" ( Al Baqarah : 45 ).

7. SHALAT TASBIH
 PENGERTIAN
Salat Tasbih merupakan salat Sunnah yang di dalamnya pelaku salat akan membaca
kalimat tasbih (kalimat "Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu
akbar") sebanyak 300 kali (4 raka'at masing-masing 75 kali tasbih). Salat ini
diajarkan Rasulullah SAW kepada pamannya yakni sayyidina Abbas bin Abdul Muthallib.
Namun beberapa ulama berbeda pendapat tentang hal ini.

8. SHALAT MUTLAK
 PENGERTIAN
Shalat sunah yang boleh dikerjakan pada waktu kapan saja, kecuali waktu yang terlarang
untuk mengerjakan shalat sunah. Jumlah rakaatnya tidak terbatas. Shalat sunah muthlaq
yakni sunah yang tidak bersebab, bukan karena masuk masjid, bukankarena shalat
qabliyah atau ba’diyah shalat fardhu, dan yang lainnya.Shalat ini semata-mata shalat
sunah muthlaq, kapan pun dan di mana pun dapat dikerjakan, asal jangan waktu haram.

2.4 HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT


Dalam melaksanakan ibadah salat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu
membatalkan shalat kita, contohnya seperti :

8
1. Hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi.
2. Kejatuhan najis bila tidak dibuang seketika dan najis yang tidak dibawa.
3. Terbuka aurat bila tidak ditutup seketika.
4. Berkata dengan dua huruf atau satu huruf yang memahamkan secara sengaja.
5. Melakukan sesuatu yang membatalkan puasa secara sengaja.
6. Makan yang banyak secara lupa.
7. Bergerak tiga kali berturut-turut meskipun lupa.
8. Meloncat yang keras.
9. Memukul yang keras.
10. Menambahi rukun fi’liy dengan sengaja.
11. Mendahului imam dua rukun fi’liy dan tertinggal dua rukun fi’liy dengan tanpa
udzur.
12. Niat memutus shalat.
13. Niat menggantungkan putusnya shalat.
14. Ragu-ragu didalam memutuskan shalat.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sholat sunnah adalah ibadah sholat yang diajarkan oleh Rasulullah SAW di luar sholat
yang hukumnya wajib. Sholat sunnah dikerjakan guna mendekatkan diri kepada Allah SWT,
menyempurnakan sholat fardhu, bertaubat kepada Allah SWT agar hajatnya dikabulkan,
meningkatkan derajat dan martabat serta menjernihkan akal pikiran setiap pelakunya.
Dasar pelaksanaan sholat sunnah sangat kuat dan mendasar. Sholat sunnah didasari
oleh hadis dan sunah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Dalil tersebut yang

9
kemudian dijabarkan oleh para ulama dan umara untuk disampaikan pada seluruh ummat
muslim, baik itu jenis maupun tata cara pelaksanaannya yang sesuai dengan hadis dan sunnah.
Sholat sunnah terbagi menjadi 2 yaitu :
 Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir
mendekati wajib), seperti salat dua hari raya, salat sunah witir dan salat sunah thawaf.
 Ghairu Muakad, adalah salat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti
salat sunah Rawatib dan salat sunah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan
keadaan, seperti salat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).
Dalam pengerjaannya, sholat sunnah dapat dilakukan secara berjamaah maupun
munfarid, harus sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan serta pada waktu dan tempat
yang afdhal.

3.2 SARAN
Sholat sunnah akan mendapatkan pahala apabila di kerjakan, maka apabila kita ingin
mendapatkan pahala tambahan disamping sholat wajib dapat di laksanakan dengan melakukan
sholat sunnah, wallohu a’lam.

DAFTAR PUSTAKA

http://nurhasanah.blog.com/2010/06/28/materi-salat-sunnah-berjamaah-dan-munfarid/

http://orgawam.wordpress.com/2008/05/27/macam-macam-shalat-sunnah/

http://orgawam.wordpress.com/2008/05/27/macam-macam-shalat-sunnah/

10

Anda mungkin juga menyukai