FIQIH IBADAH
(Adzan dan Iqomah)
Disusun Oleh :
CUT CANTIKA APRILIA 2014070068
Dosen Pengampu:
Drs. Ilman Nasution, MA
Saya mengucapkan terimakasih kepada bapak Drs. Ilman Nasution, MA selaku dosen
mata Fiqih Ibadah yang telah memberikan tugas ini sehingga saya dapat menambah
wawasan pengetahuan saya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB II Pembahasan................................................................................................... 1
A. Kritik.............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 8
ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adzan merupakan syi’ar agama yang dimaksudkan untuk mengajak dan
memberitahukan kepada khalayak bahwa waktu sholat telah tiba, dan shalat berjamaah
akan segera dilaksanakan. Perintah untuk mengumandangkan adzan dan iqomah setiap
kali kita hendak mendirikan shalat, dan terlebih lagi shalat berjamaah tersiratkan dalam
Alquran. Firman Alloh: siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Alloh, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:”sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushilat (41):33). Ditegaskan dalam
hadis dari Malik bin Hawaris. Berkata,Rasululloh bersabda: “Apabila waktu sholat telah
tiba, maka salah seorang diantara kamu hendaklah mengumandangkan adzan”.
Shalat sendiri merupakan kewajiban terhadap individu yang mana tidak ada nama
digantikan. Shlat juga merupakan kebutuhan ruhaniah yang mana untuk menjaga
keseimbangan antara jasmani dan rohani. Sebelum melakukan shalat biasanya para
muadzin akan mengumandangkan adzan untuk memberitahukan bahwa waktu shalat
tersebut telah sampai dan kemudian diikuti dengan iqamah yang menandakan bahwa
shalat akn segera dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Adzan dan Iqomah?
2. Bagaimana Sejarah Adzan dan Iqomah?
3. Bagaimana Lafadz Adzan dan Iqomah?
4. Bagaiaman Do’a Adzan dan Iqomah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Adzan dan Iqomah
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Adzan dan Iqomah
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Lafadz Adzan dan Iqomah
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Do’a Adzan dan Iqomah
iii
PEMBAHASAN
Pengertian Adzan
Kata adzan diambil dari kosakata bahasa Arab, yaitu ) ) اذانyang artinya ( ) اعالن
pengumuman dan ( ) االعالم مطلقyang artinya seruan yang sempurna. Sedangkan menurut
Syara’ ialah seruan yang menandakan sampainya waktu shalat dengan lafadz yang telah
ditentukan sebelumnya secara khusus. Adzan merupakan syi’ar agama yang dimaksudkan
untuk mengajak dan memberitahukan kepada khalayak bahwa waktu sholat telah tiba,
dan shalat berjamaah akan segera dilaksanakan. Sesuai dengan hadits berikut:
Artinya:
Dari malik bin huwayrits, ia berkata, nabi Saw telah bersabda: “…. Dan apabila waktu
shalat telah tia, bersegeralah salah satu diantara kalian semua untuk mengumandangkan
adzan. (HR. Tujuh ahli hadis)
Pengertian Iqomah
Secara bahasa Iqomah diambil dari bahasa Arab yang asal katanya yaitu: () يقيم أقام
yang artinya menegak kan atau bangun. Secara syari’at Iqamah adalah seruan dengan
lafad khusus yang gunanya untuk memberitahukan supaya siap berdiri untuk
melaksanakan shalat. Iqomah adalah sebuah pemberitahuan kepada para jamaah shalat
yang telah mendatangi mesjid atau mushalla, atau tempat shalat yang lain untuk
menyegerakan dirinya bagun dari duduknya dan berdiri untuk bersiap-siap menjalankan
ibadah sholat. iqomah secara istilah maknanya adalah pemberitahuan atau seruan bahwa
sholat akan segera didirikan dengan menyebut lafazh-lafazh khusus.
Sejarah Adzan
Azan mulai disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Mulanya, pada suatu hari Nabi
Muhammad SAW mengumpulkan para sahabat untuk memusyawarahkan bagaimana cara
memberitahu masuknya waktu salat dam mengajak orang ramai agar berkumpul ke
masjid untuk melakukan salat berjamaah. Di dalam musyawarah itu ada beberapa usulan.
Ada yang mengusulkan supaya dikibarkan bendera sebagai tanda waktu salat telah
masuk. Apabila benderanya telah berkibar, hendaklah orang yang melihatnya
memberitahu kepada umum. Ada juga yang mengusulkan supaya ditiup trompet seperti
yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi.Ada lagi yang mengusulkan supaya
dibunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan oleh orang Nasrani. Ada seorang
sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu salat tiba, maka segera dinyalakan api
pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ke tempat itu,
atau setidaknya, asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada ditempat yang jauh. Yang
1
melihat api itu dinyalakan, hendaklah datang menghadiri salat berjamaah. Semua usulan
yang diajukan itu ditolak oleh Nabi. Tetapi, beliau menukar lafal itu dengan assalatu
jami’ah (marilah salat berjamaah). Lantas, ada usul dari Umar bin Khattab jika ditunjuk
seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk salat pada setiap
masuknya waktu salat. Kemudian saran ini bisa diterima oleh semua orang dan Nabi
Muhammad SAW juga menyetujuinya.
Nabi SAW pun bersabda:
صالَ بِا ِد قُ ْمفَنَا
َّ يَا ِة ل,ُبِالل
“Bangkitlah wahai Bilal, kumandangkanlah seruan untuk shalat.”[4]
Dari hadits Ibnu Umar di atas, jelaslah beberapa perkara:
1. Seruan untuk berkumpul mengerjakan shalat baru disyariatkan di
Madinah setelah kedatangan Rasulullah SAW Hijrah. Adapun riwayat yang
menyebutkan bahwa adzan telah disyariatkan di Makkah atau pada malam
Isra’, tidak ada satu pun yang shahih sebagaimana dinyatakan oleh Al-
Hafizh dalam Fathul Bari (2/104).
2. Seruan untuk shalat yang diperintahkan Rasulullah SAW kepada Bilal RA
bukanlah lafadz-lafadz adzan yang kita kenal sekarang ini, karena lafadz-
lafadz tersebut baru dikumandangkan Bilal setelah Abdullah bin Zaid RA
bermimpi mendengar lafadz-lafadz adzan.
Dengan demikian, seruan untuk shalat telah melewati tiga tahapan:
Pertama: Ketika awal diwajibkan shalat di Makkah (tiga tahun sebelum
hijrah), belum ada seruan untuk shalat sama sekali. Hal ini terus berlangsung
sampai Nabi hijrah ke Madinah. Pada masa itu, untuk berkumpul kaum
muslimin hanya memperkirakan waktunya.
Kedua: Ada seruan umum yang dikumandangkan Bilal untuk berkumpul
guna mengerjakan shalat setelah terjadi musyawarah Rasulullah dan para
sahabatnya, atas usulan Umar ibnul Khaththab.
Ketiga: Dikumandangkannya adzan yang syar’i setelah Abdullah bin Zaid
mendengarnya dalam mimpinya.
Sejarah Iqomah
Setelah lelaki yang membawa lonceng itu melafalkan adzan, dia diam
sejenak, lalu berkata: "Kau katakan jika salat akan didirikan:
Lafadz Adzan
(٢x) هللَا ُ اَ ْك َبر،هللَا ُ اَ ْك َب ُر
Artinya :
3
Aku menyaksikan bahwa tiada Tuhan selain Allah
Marilah Sholat
Lafadz Iqomah
ُت الصَّـالَة
ِ قَـ ْد قَا َم
ُآلاِلَهَ اِالَّهللا
4
Artinya
Aku Bersaksi bahwa tiada tuhan yang wajib disembah selain Allah
Marilah sholat
D. Doa Adzan
Artinya
Ya Allah, Tuhan yang mempunyai seruan yang sempurna, dan sholat yang tetap
didirikan, karuniailah nabi Muhammad tempat yang luhur, kelebihan, kemuliaan, dan
derajat yang tinggi. tempatkanlah dia pada kedudukan yang terpuji seperti yang telah
Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji.
Berikut ini beberapa amalan setelah adzan hingga iqomah yang tercantum dalam hadits
riwayat Muslim no.384, HR. Bukhari no.614, HR. Muslim no.386, HR. Abu Daud no.524
sebagaimana hal berikut:
5
1. Petama yaitu mengucapkan/menjawab kalimat adzan seperti yang diucapkan oleh
muadzin.
2. Kedua adalah melafalkan shalawat Nabi dengan lafal “Allahumma sholli ‘ala
Muhammad”.
3. Kemudian yang ketiga yaitu membaca kalimat tauhid, yaitu “Asyhadu allaa ilaaha
illallah, wahdahu laa syarikalah wa anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuluuh.
Rodhitu billahi robbaa, wa bi muhammadin rosulaa, wa bil islami diinaa”.
4. Keempat yaitu membaca doa setelah adzan. Doanya seperti yang sudah disajikan di
atas.
5. Terakhir atau kelima adalah membaca doa yang menjadi hajat atau keinginan kita.
Hal ini karena waktu setelah adzan merupakan salah satu waktu mustajab di dalam
berdoa.
6
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari Uraian di atas maka penulis tarik kesimpula sebagai berikut:
Kata adzan diambil dari bahasa Arab ( )اذانyang artinya ( ) اعالنpengumuman dan
( ( ) االعالم مطلقyang artinya seruan yang sempurna. Sedangkan menurut Syara’
ialah seruan yang menandakan sampainya waktu shalat dengan lafadz yang telah
ditentukan sebelumnya secara khusus. Pada mulanya setelah adanya perintah
untuk shalat belum ada adzan seperti yang sekarang ini, dahulu azan hanya untuk
memberitahukan bahwa telah sampainya waktu shalat. Sejarah adzan pada
mulanya hanyalah sebuah informasi bahwa waktu shalat telah tiba, setelah
sahabat Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi RA mendengarkan lantunan adzan di
dalam mimpinya maka menghabarkn ia kepada Rasulullah dan hingga kini adzan
tersebut tidak berubah.
Sedangkan iqamah adalah penanda bahwa shalat akan segara dilaksanakan. Adzan
dan iqamah sendiri merupakan sunah sebelum melakukan shalat. Iqomah adalah
sebuah pemberitahuan kepada para jamaah shalat yang telah mendatangi mesjid
atau mushalla, atau tempat shalat yang lain untuk menyegerakan dirinya bagun
dari duduknya dan berdiri untuk bersiap-siap menjalankan ibadah sholat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, R. (2020, Desember 01). Bacaan Adzan Latin dan Artinya. Retrieved from
Suara.com: https://www.suara.com
Nurlianita, A. (2020, January 19). Pengertian Iqomah dan Doa Setelahnya. Retrieved from
Umroh.com: https://umroh.com
Tim Bina Karya Guru, Pendidikan Agma Islam Sekolah Dasar Kelas V, (Jakarta: Erlangga,
2007)