Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ADAB I

FASAL XI:WARA’I PADA MASA BELAJAR

DISUSUN OLEH:

Tiara rachma saputri(14.19.4889)


Pia herlina sari (14.19.4883)

Kelas : F/KM/I
Kelompok: 11

Dosen pengampu :Zaenul mubarok,S.E

KONSENTRASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala curahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelasaikan tugas yang diberikan oleh
dosen bapak Zaenul mubarok kepada penulis untuk menghadirkan sebuah makalah dengan
judul “wara’i pada masa belajar”.Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat dan para
pengikut beliau sampai akhir zaman.
Makalah yang penulis sajikan sedapat mungkin penulis hadirkan dalam bentuk yang
mudah dimengerti. Namun demikian, penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan
penyampaian materi di dalam makalah ini. Karenanya penulis menerima kritik dan saran dari
berbagai pihak terutama dari bapak Zaenul mubarok selaku dosen pengampu mata kuliah
Aqidah demi kesempurnaan isi dari makalah penulis dan menjadi pelajaran dikemudian hari.

Yogyakarta ,4 September 2019


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................ 2
2.1 Pengertian wara’i............................................................................................. 2
2.2 Dalil Naqli Tentang Wara’ ............................................................................. 2
2.3 Manfaat Wara’..................................................................................................2

BAB 3PENUTUP................................................................................................. 8
3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 8
3.2 Saran............................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam masalah waro’, sebagian ulama meriwayatkan hadist dari Rasulullah saw. : “Barang
siapa tidak berbuat waro’ waktu belajarnya, maka Allah memberinya ujian dengan salah satu
tiga perkara : dimatikan masih berusia muda, ditempatkan pada perkampungan orang-orang
bodoh atau dijadikan pengabdi sang pejabat”. Jikalau mau membuat waro’ maka ilmunya lebih
bermanfaat,belajar pun mudah dengan banyak-banyak berfaedah.Termasuk berbuat waro’
adalah memelihara dirinya jangan sampai perutnya kenyang amat, terlalu banyak tidur dan
banyak membicarakan hal yang tak bermanfaat.
Suatu hikayat, syaikhul Jalil Muhammad Ibnul Fadl di waktu masa belajarnya, adalah tidak
pernah makan makanan pasar. Ayahnya sendiri seorang dusun yang selalu mengiriminya setiap
hari jum’at. Pada suatu hari, sang ayah mengetahui ada roti pasar di kamar muhammad. Iapun
marah, dan tidak mau berbicara dengan sang putra. Muhammad matur dan katanya : saya tidak
membeli roti itu dan memang tidak mau memakannya, tetapi itu pemberian temanku, ayah.
Jawabnya : bila kau berhati-hati dan waro’ niscaya temanmu takkan sembarangan memberikan
roti seperti itu.Demikianlah pelajar-pelajar zaman dulu berbuat waro’ dan ternyata banyak-
banyak bisa memperoleh ilmu dan mengajarkannya, hingga keharuman nama mereka tetap
abadi sampai kiamat.
Ada seorang zuhud ahli fiqh berwasiat kepada seorang murid: Jagalah dirimu dari ghibah dan
bergaul dan bergaul dengan orang yang banyak bicaranya. Lalu katanya lagi : orang yang
banyak bicara itu mencuri umurmu dan membuang sia-sia waktumu.”
Termasuk waro lagi hendaknya menyingkiri kaum perusak, maksiat dan penganggur,
sebab perkumpulan itu membawa pengaruh. Menghadap kiblat waktu belajar, bercerminkan
diri dengan sunah Nabi, mohon dido’akan oleh para ulama ahli kebajikan dan jngan sampai
terkena do’a tidak baiknya orang teraniaya kesemuanya itu termasuk waro’.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa pengertian dari wara’i?
b. Dalil naqli mengenai wara’i?
c. menjelaskan manfaat wara’i?
1.3 Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui pengertian dari wara’i
b. Untuk mengetahui Dalil naqli mengenai wara’i
c. Untuk mengetahui manfaat wara’i

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian wara’i


Pengertian wara’ secara bahasa adalah menghindari diri dari perbuatan dosa atau menjauhi
hal- hal yang tidak baik dan subhat. Sedangkan menurut para sufi wara’ menghindari segala
yang tidak jelas antara halal dan haram. Menurut Ibrahim bin Adham berkata wara’ adalah;
Artinya: “Wara’ adalah meninggalkan setiap perkara syubhat (yang masih samar), termasuk
pula meninggalkan hal yang tidak bermanfaat untukmu, yang dimaksud adalah meninggalkan
perkara mubah yang berlebihan.”
Sahl At-Tursturiy berkata bahwa seorang tidaklah dapat mencapai hakikat iman hingga ia
memiliki empat sifat:
1. Menunaikan amalan wajib dengan disempurnakan amalan sunnah,
2. Makan makanan halal dengan sifat wara’,
3. Menjauhi larangan secara lahir dan batin,
4. Sabar dalam hal-hal tadi hingga maut menjemput.

2.2 Dalil Naqli Tentang Wara’


Rasulullah Saw bersabda :
“Sebagian dari kebaikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak
bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi)
Makna hadits ini mencakup setiap yang tidak bermanfaat dari ucapan, penglihatan,
pendengaran, tangan, berjalan, berpikir dan seluruh gerak yang tampak ataupun yang tidak
(batin). Hadits ini telah mencakup semua makna yang terkandung dalam lafal wara’.

2.3 Manfaat Wara’

Adapun manfaat wara’ sebagai berikut ;


1. Terhindar dari adzab Allah Swt., pikiran menjadi tenang dan hati menjadi tentram.
2. Menahan diri dari hal yang dilarang.
3. Tidak menggunakan waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
4. Mendatangkan cinta Allah Swt. Karena Allah Swt. mencintai orang-orang yang wara’.
5. Membuat doa dikabulkan, karena manusia jika mensucikan makanan, minuman dan
bersikap wara’, lalu mengangkat kedua tangannya untuk berdo'a, maka do'anya akan segera
dikabulkan.

6. Mendapatkan keridhaan Allah Swt. dan bertambahnya kebaikan.


7. Terdapat perbedaan tingkatan manusia di dalam surga sesuai dengan perbedaan tingkatan
wara’ mereka.
Contoh: Seseorang meninggalkan kebiasaan mendengarkan dan memainkan musik secara
berlebihan hingga lalai akan kewajibannya sebagi muslim, karena dia tahu bahwa bermusik
atau mendengarkan musik itu ada yang mengatakan halal dan ada yang mengatakan haram.

Menghadap Qiblat

Suatu hikayat.
Ada dua orang pergi merantau untuk mencari ilmu. Merekapun belajar bersama-sama.
Setelah berjalan bertahun-tahun, mereka kembali pulang. Ternyata satu alim, sedang satunya
lagi tidak. Kemudian pernyataan ini menarik perhatian para ulama’ ahli fiqh daerah tersebut,
lalu mereka bertanya kepada dua orang tadi, mengenai perbuatannya waktu sedang
mengulang sendiri pelajarannya dan duduknya di waktu belajar. Atas hasil pertanyaan itu,
mereka mengetahui bahwa orang alim tadi setiap mengulang pelajarannya selalu menghadap
qiblat dan kota di mana ia mendapat ilmu. Tapi yang tidak alim, justru membelakanginya.
Dengan demikian ahli fiqh dan para ulama sepakat bahwa orang yang menjadi alim tadi
adalah atas berkahnya menghadap qiblat sebab itu dihukumi sunah, kecuali bila terpaksa. Dan
berkah orang-orang muslimin disana, sebab kota tersebut tidak pernah kesepian dari orang-
orang ibadah dan berbuat kebajikan. Yang jelas, untuk setiap malam pasti ada walaupun satu
orang ahli ibadah yang mendo’akan kepadanya.

Perbuatan Adab Dan Sunnah

Pelajar hendaknya tidak mengabaikan perbuatan-perbuatan yang berstatus adab kesopanan,


dan amal-amal kesunahan. Sebab siapa yang mengabaikan adab menjadi tertutup dari yang
sunah, yang mengabaikan sunah tertutup dari fardlu, dan berarti tertutup dari kebahagiaan
akhirat. Sebagian ulama’ berkata: “Seperti hadist dari Rasulullah saw.”

Hendaknya pula banyak-banyak melakukan shalat dengan khusyu’ sebab dengan begitu akan
lebih memudahkan mencapai kesuksesan belajar. Syi’ir gubahan Syaikhul Jalil Al-Hajjaj
Najmuddin Umar bin Muhammad An-Nasafi dibawakan untukku:

Jadilah engkau, pengamal perintah penjaga larangan


Jagalah selalu, ibadah shalat terus-terusan
Pelajarilah ilmu Syari’ah sesungguh hati
Pohonlah inayah dengan yang suci
Kau kan menjadi ahli agama yang mengayomi
Mohonlah agar kuat hapalan pada ilahi
Demi cintamu fi fadlihi
Dialah Allah, sebagus-bagus yang melindungi
Umar An-nasafi berkata :

Taatlah engkau, sesungguh hati jangan malas diri


engkau semua, ke sisi Tuhan kan kembali

Orang yang bagus, yang pendek tidur di malam hari


Karena itu, berbuat tidur agar di singkiri

Pelajar hendaknya selalu membawa buku untuk dipelajari. Ada dikatakan : “Barangsiapa tak
ada buku di sakunya, maka tak ada hikmah di hatinya.” Lalu buku itu hendaknya berwarna
putih. Juga hendaknya membawa botol dawat, agar bisa mencatat segala pengetahuan yang di
dengar.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dikutip dari kitab Ta’alim Mutaalim. Sikap Wirai (berhati-hati), secara syara’ wira’i berarti
tidak melakukan dosa-dosa kecil apalagi besar sehingga ia sangat berhati-hati dalam urusan
transaksi dengan manusia menyangkut barang dan hal yang halal dan haram.
Jika orang yang manuntut ilmu semakin wira’i maka ilmunya lebih manfaat dan
belajarnya lebih mudah, serta faedahnya (hasilnya) lebih banyak.

B. Saran

Demikian pentingnya seseorang berlaku wira'i dalam kehidupannya sehingga mereka yang
memelihara dirinya dari hal-hal yang syubhat maka akan terjaga agama dan kehormatannya.
Demikian pula sebaliknya, mereka yang tidak menjaga diri dari hal-hal yang syubhat maka
akan terjerumus ke dalam sesuatu yang haram.
DAFTAR PUSTAKA

Buku TA’LIM MUTA’ALIM


https://www.alkhoirot.org/2017/08/wara-selama-belajar.html

https://www.bacaanmadani.com/2017/08/pengertian-wara-dalil-manfaat-dan.html

https://www.slideshare.net/fatkulamri/talim-mutaallim-bab-11-wirai-pada-masa-belajar

https://smrstory.wordpress.com/2015/07/30/sifat-wirai-ketika-menuntut-ilmu/

Anda mungkin juga menyukai