Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbagai upaya telah dilakukan oleh kalangan para ulama, para ahli hadist dan
para ahli hadistdan para cendikiawan untuk meneliti dan menelaah tentang
kehidupan, perilaku, sifat dan apapun dari Nabi SAW. Salah satunya dengan
meneliti segala ucapan, perilaku, ikrar maupun sifat nabi yang biasa disebut
dengan hadist.
Makalah yang kami buat ini adalah cuplikan dari kitab-kitab para cendikiawan
tentang ilmu Mustholahul Hadist. Dalam ringkasan ini kami berusaha
menyampaikan dengan kalimat yang singkat, tepat, dan insyaallah baik, dengan
tujuan memudahkan pemahaman terhadap ilmu mustholah.

B. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana klasifikasi hadist berdasarakan kwantitas sanad?
2) Bagaimana klasifikasi hadist berdasarkan kwalitas sanad?
3) Apa pengertian maqbul dan mardud hadist?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui klasifikasi hadist
Berdasarkan sanad. Dan selain itu untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul
Hadist Program Studi Pendidikan Agama Islam Reguler Sore B2 Semester 1,
Universitas Wahid Hasyim Semarang.

D. SUMBER BUKU
Untuk menyelesaikan tugas ini penulis merujuk dari buku ‘ULUM al- HADIST
Karangan Drs. M. Syakur Sf., M.Ag. dan kami juga mengambil sumber dari
Buku Mihnatul Mughisfi ilmi Mustholahil Hadist karangan Hafidz Hasan Al-
Mas’udi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Hadist Berdasarkan Kwantitas Sanad


Sebelum jauh menjelaskan klasifikasi hadist berdasarkan kwantitas sanad
terlebih kita harus mengetahui apa itu kwantitas. Kwantitas adalah aspek jumlah.
Hadist di tinjau dari segi jumlah perawi yang terdapat dalam sanadnya dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu Hadist Mutawatir dan Hadist Ahad.
Sebelum kami terangkan secara terperinci, klasifikasi hadist berdasarkan sanadnya
dapat digamabarkan melalui skematika sebagai berikut agar pembaca dapat
memahami dengan mudah.
HADIST

Berdasarkan Kwantitas Sanad

MUTAWATIR AHAD
ffg

Gharib
Lafdhi Ma’nawi
Aziz
Masyhur

Shahih Hasan
Dla’if

1. HADIST MUTAWATIR
Drs. M. Syakur Sf., M.A. telah menjelaskan di dalam bukunya Ulum al-
Hadist, yang merujuk dari Prof. Dr. Mahmud at-Thahhan, ketua progam ilmu
hadist Fakultas Dirasat Universitas Kwait, memberikan pengertian hadist
mutawatir adalah dengan formulasi definisi singkat.

2
‫ما رواه عدد كثر تحيل العادة تواطؤهم على الكذب‬

“Hadist Mutawatir adalah hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang
yang secara adat tidak mungkin mereka melakukan kesepakatan untuk
berdusta”.1

 Pembagian dan Definisi Hadist Mutawatir


Hadist Mutawatir terdiri dari dua bagian, yaitu:
1) Hadist Mutawatir yang Mempunyai Satu Tingkatan, yaitu hadist yang
diriwayatkan oleh sekelompok orang yang menurut adat (kebiasaan)
mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta, dan hasil tersebut hasil
dari panca indera mereka sendiri.
2) Hadist Mutawatir yang Mempunyai Lebih dari Satu Tingkatan, yaitu
hadist yang diriwayatkan oleh segolongan orang dari segolonganorang
lain, mulai dari permulaan sanad hingga akhir sanad, yang menurut
adat (kebiasaan, mereka tidak mungkin bisa berkumpul dan sepakat
dusta serta hadist tersebut hasil tanggapan dari pencaindera mereka
sendiri.2

 Faedah Hadist Mutawatir


Selain memiliki dua bagian sebagaimana yang telah di jelaskan diatas oleh
Hafizh Hasan al-Mas’udi hadist mutawatir juga memberi faedah ilmu dharury,
bukan ilmu nazhary, tidak terbatas pada jumlah tertentu, harus diterima bulat-
bulat, karena tidak perlu lagi penelitian terhadap keadaan para perawinya.
 Hadist Mutawatir itu ada dan banyak jumlahnya.3
 Berbeda dengan orang yang tidak mengakui keberadaanya atau
mengakui kebenarannya,4
 Tetapi jumlahnya hanya terlalu kecil (jarang).5
 Klasifikasi Hadist Mutawatir
Dilihat dari sifatnya hadist mutawatir dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu Hadist Mutawatir Lafdhi dan Hadist Mutawatir Ma’nawi, adapun
penjelasanya sebagai berikut.
1) Hadist Mutawatir Lafdhi
1
Drs. M. Syakur. Sf., M.Ag., ULUM al-HADIST Kajian Mustholahah dan Sejarah, Kudus: MASEIFA
Jendela Ilmu, 2009, h.149
2
Hafizh Hasan al-Mas’udi, Minhantul Mughis fi ilmi Mustholah al-hadist, Semarang: Pustaka
Awaliyah, 1998, h.10
3
Pendapat yang menyatakan, bahwa hadist Mutawatir itu memangada dan banyak jumlahnya,
adalah pendapat imam HajarAl-Asqalani
4
Diantara ulama yang menganggap hadist Mutawatir itu tidak mungkin terdapat adalah ibnu
Hibban da Al-Hamizy
5
Ulama yang menganggap hadist Mutawatir adatetapi jumlahnya sedikit adalah Imam Ibnu
Sholah

3
Hadist Mutawatir Lafdhi menurut Imam Hafizh Hasan Al-Mas’udi ialah
hadist yang diriwayatkan oleh banyak rawi dengan susunan redaksi dan
makna yang sama.
Sedangkan menurut Drs. M. Syakur Sf., M.Ag. Menjelaskan bahwa
hadist mutawatir lafdhi ialah hadist yang diriwayatkan secara redaksional
adalah mutawatir berdasarkan sanadnya. Sejak generasi awal sanad
hingga akhir matan hadist yang diriwayatkan adalah sama, konsisten
secara redaksional.

Contoh dari hadist mutawatir lafdhi ialah sebagai berikut:


‫ر‬WW‫د هللا الحض‬WW‫د بن عب‬WW‫ا محم‬WW‫ ح وحاثن‬، ‫ا م‬WW‫ف بن هش‬WW‫دثنا خل‬WW‫ ح‬:‫ال‬WW‫ ق‬،‫ز‬WW‫ذ العزى‬WW‫دثنا علي بن عب‬WW‫ح‬
‫ذب‬WW‫ من ك‬: ‫والهلل‬WW‫ال رس‬WW‫ ق‬، ‫ عن أبي هريرة‬،‫حدثنا أبو عوانة‬:‫ قاال‬، ‫حدثنا محمد بن حساب‬:‫فل‬.‫مي‬
)‫ فليتبوأ مقعدة منالنار( رواة البخري ومسلم‬W‫علي متعمدا‬

(...Riwayat Abu Hurairah ra., Nabi SAW. Bersabda: “Barang siapa


mendustakan aku dengan sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan
tempat duduknya dari api neraka”)

Berdasarkan bebrapa sumber Hadist tersebut diriwayatkan oleh sekitar 200


perawi, yang bersumber dari 70 orang sahabat. Menurut catatan Abu
Syahbah, hadist tersebut diriwayatkan oleh 40 sahabat atau (menurut
kalangan lain) 62 sahabatdengan redaksi ( lafadh) yang sama. Bahkan
dalam riwayat tersebut terdapat seluruh sepuluh sahabat yang diajamin
masuk surga (al-‘asyarah al- mubasysyarun bil jannah). Dengan demikian
hadist tersebut mutawatir lafadznya.6
2) Hadist Mutawatir Ma’nawi
Hadist Mutawatir Ma’nawi ialah hadist yang para rawinya berlainan
dalam susunan redaksi dan maknanya, tetapi ada pengertian global yang
sama,7 sedangkan didalam bukunya Ulum al-Hadist, Drs. M. Syakur Sf.,
M.Ag menjelasakan dengan jelas bahwa Hadist Mutawatir Ma’nawi
adalah hadist yang isinya atau maknanya diriwayatkan secara mutawatir
sedangkan bentuk lafadh hadist berbeda-beda.8
Hadist Mutawatir Ma’nawi pada umumnyay berisi tentang riwayat
perilaku Nabi SAW. Seperti hadist menganggkat kedua tangan saat
berdo’a, tentang mengangkat kedua tangan saat berdo’a iini telah banyak
6
Drs. M. Syakur. Sf., M.Ag., ULUM al-HADIST Kajian Mustholahah dan Sejarah, Kudus: MASEIFA
Jendela Ilmu, 2009, h.152-153
7
Hafizh Hasan al-Mas’udi, Mihnatul Mughis fi ilmi Mustholah al-hadist, Semarang: Pustaka
Alawiyah 1988
8
Drs. M. Syakur. Sf., M.Ag., ULUM al-HADIST Kajian Mustholahah dan Sejarah, Kudus: MASEIFA
Jendela Ilmu, 2009, h.153

4
diriwayatkan, bahkan jumlahnya ratusan dalam berbagai pesoalan yang
tiap-tiap hadist tersebut tidak mutawatir. Kendatipun demikian, tetapi tiap-
tiap riwayat tersebut memiliki kadar Musytarak (titik persamaan) yang
sama, yakni keadaan mengangkat kedua tangan di kala berdo’a, telah
mencapai derajat mutawatir secara keseluruhan.9
 Kriteria Hadist Mutawatir

Sebuah riwayat di katakan sebagai mutawatir jika telah memenuhi kriteria yang
telah disepakati oleh para ‘ulama muhaddisun. Dr.Mahmud at-Thahhan
menerangan kriteria hadist mutawatir sebagai berikut:

a) Diriwayatkan oleh para perawi dalam jumlah yang banyak (‘adad katsir),
sekurang kurangnya sepuluh orang.
b) Jumlah perawinya dalam keseluruhan generasi atau tahapan sanad adalah
banyak.
c) Secara umum tidak mungkin terjadi kesepakatan berdusta dianatara para
perawi.
d) Para perawi mengisnadkan hadist berdasarkan pengalaman pribadi dan
empiris.10
 Kitab Tentang Hadist Mutawatir
Dengan memeperhatikan hadist mutawatir yang sangat ketat sebagaimana
keterangan diatas,kiranya diketahui bahwa jumlah hadist mutawatir tidak banyak,
dan karya tentang hadist mutawatirpun tidak banyak ditemukan. Adapun kitab
yang berisi kumpulan hadist mutawatir yang terkenal antara lain:
a) Al-azhar al-muanatsirah fi al-mtawatirah karya al-imam as-Suyuti (w.911
H).
b) Nadhm al-Mutanasir min al-Hadist al-Mutawatir karya as-Sayyi
Muhammad ibn ja’far al-Kattani.
c) A-Fawa’id al-Mutaktsirah fi al-Aqbar al-Mutawatirah (transkip,14 halaman)
karya al-Imam as-Suyuti (w.911 H)
d) Al-Kawakib az-Zahra fi al-Arba’in al-Mutawatirah (transkip, 6 halaman)
karya al-‘Allamah as-Sayyid Mahmud Afandi al-Hamzawi.

2. HADIST AHAD
Hadist ahad adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu atau dua orang atau
tiga orang, atau bahkan oleh sejumlah orang, tetapi jumlah tersebut tidak
mencapai jumlahnya perawi (hasidt) mutawatir.11
9
Ibid
10
Drs. M. Syakur. Sf., M.Ag., ULUM al-HADIST Kajian Mustholahah dan Sejarah, Kudus: MASEIFA
Jendela Ilmu, 2009, h.154
11
Drs. M. Syakur Sf., M.Ag, ULUM al-HADIST Kajian Musthalahah dan Sejarah, Kudus:MASEIFA
Jendela Ilmu, 2009, h.157

5
Hadist ahad pada dasarnya dapat diterima dan ditolak, tergantung pada
kwalitas perawinya dan atau ketersambungan sanadnya, karena jumlah sanad pada
setiap generasi itu sendiri.
 Klasifikasi Hadist Ahad
Berdsasarkan perbedaan kwantitas sanad hadist ahad juga dibedakan lagi
menjadi dua macam, yaitu Hadist Masyhur dan Hadist Aziz .
1. Hadist Masyhur
Hadist Masyhur adalah hadist yang mempunyai dua jalur atau lebih yang
diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih pada setiap tingkat sanadnya di masing-
masing jalur, dan tidak melebihi jumlah sanad untuk periwayatan hadist
mutawattir.
 Klasifikasi hadist masyhur
Dalam kitab Mihnatul Mughis fi Ilmi Mustholahil Hadist karangan Hafiz
Hasan Al-Mas’udi bahwa Hadist Masyhur itu ada dua bagian,yaitu:
1) Masyhur Mutlak, yaitu hadist terkenal dikalangan ulama
ahli hadist dan orang umum.
2) Masyhur Muqoyyad, yaitu hadist terkenal dikalangan ulama
ahli hadist saja.
Adapun istilah hadist masyhur konon sama (sinonim) dengan
hadist mustafidh, namun ada pula yang berpendapat bahwa
hadist mustafidh adalah hadist yang diriwayatkan oleh tiga
atau lebih dalam semua tingkatan (thobaqoh).
Sedangkan menurut Drs. M. Syakur Sf., M.Ag. didalam bukunya Ulum
al-Hadist Menerangkan bahwa hadist masyhur dibagi menjadi tiga.
1) Masyhur Shahih
Hadist masyhur shahih adalah hadist yang terkenal
dikalangan tertentu karena dinilai telah memenuhi kriteria.
2) Masyhur Hasan
Hadist Masyhur Hasan adalah hadist yang matannya
masyhur tetapi memiliki sanad yang hasan.
3) Masyhur Dla’if
Hadist Masyhur Dla’if adalah hadist yang terkenal dalam
komunitas tertentu tetapi memilki sanad yang yang
lemah.12
 Kitab-Kitab Tentang Hadist Masyhur
Diantara karya para ulama tentang hadist masyhur dianatarnya adalah
sebagai berikut:

12
Drs. M. Syakur Sf., M.Ag, ULUM al-HADIST Kajian Musthalahah dan Sejarah, Kudus:MASEIFA
Jendela Ilmu, 2009, h.159-161.

6
 al-La’ila al-Mantsurah fi al-Ahadist al-Masyhurah karya Badruddin az-
Zarkasyi (w.794 H).
 Al-Maqashid al-Hasanah fi Bayan Katsir min al-Ahadist al-Mahsyurah ‘ala
al-Asinah karya al-Hafidh as-Sakhawi.
 Tamyiz at-Thalab min al-Khabist fima Yaduru’ala Al-sinah an-Nas min al-
Hadist karya as-Syaikh Abdur Rahman ibn ad-Dayba’ az-Zabidi.
 al-La’ila al-Muntatsirah fi al-Ahadist al-Mustasyhiroh karya al-Hafidz as-
Suyuthi.13

2.Hadist Aziz

Hadist Aziz adalah hadist yang mempunyai dua jalur sana, yang
masing-masing terdiri atas dua orang rawi pada setiap tahapan. Salah satu
cotohnya ialah sebagai berikut:

‫آليومن احدكم حتى اكون احب اليه من والده وولده والناس اجمعين‬

“Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda: Tidak sempurna iman seseorang


diantara kaum, sehingga aku lebih dicintainya dari pada orang tua dan anaknya
serta seluruh manusia’’.
Hadist tersebut diriwayatkan Qatadah dan Abdul Azizbin Shuhaib, dari sahabat
Anas. Kemudian Syu’bah dan Saidmeriwayatkannya dari Qatadah, lalu Ismail dan
Ulaiyyah meriwayatkannya dari Abdul Aziz. Sesudah itu banyak yang
meriwayatkannya masing-masing.

3. Hadist Gharib
Hadist Gharib adalah hadist yangmemiliki dua jalur atau lebih yang
diriwayatkan oleh seorang rawi pada salah satu jalur riwayat, meskipun pada
tingkat lainnyaterdapat banyak rawi.
Hadist Gharib itu ada dua bagian, yaitu:
1) Gharib Mutlak, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh satu orang sahabat
atau tabiin secara sendirian.
2) Gharib Nisby, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh seseorang selain
sahabat dan tabiin secara sendirian.14
B. Klasifikasi Hadist Berdasarkan Kwalitas Sanad
Klasifikasi hadist sebagaimana di uraikan diatas belum menunjukkan apakah
hadist dapat diterima ataupun ditolak, suatu hadist dapat diterima atau ditolak

13
Ibid. h.165

Hafizh Hasan Al-Mas’udi, Minhatul Mughis fi Ilmi Mustholah al-Hadist, Semarang:Pustaka


14

Alwiya,1988,h.12

7
Hadist

Berdasarkan Kwalitas Sanad


tergantung pada keadaan sanad dan sifat pada para perawinya, bukan karena
banyak sedikitnya jumlah orang yang berada pada tataran sanad. Dan dapat
dikatakan bahwa kwalitas hadist sangat ditentukan kwalitas sanadnya, bukan
kwantitasnya, ditinjau dari kwalitas sanadnya hadist dapat dibedakan menjadi
tiga .

i
Shahih Hasan Dla’if

1.HADIST SHAHIH

Secara bahasa shahih merupakan lawan dari dari (saqim) atau sakit, istilah
shahih pada dasarnya dipakaikan untuk menyebutkan keadaan fisik, dan terhadap
hadist ini merupakan bentuk majaziy atau maknawi.15

Secara istilah terdapat beberapa definisi yang dirumuskan oleh ulama


hadist.

- Ibn Shalah : Musnad yang sanadnya bersambung melalui periwayatan


orang yang adil lagi dhabit dari orang yang adil lagi dhabit pula sampai
keujungnya, tidak sadz dan tidak pula terkena ilat.16

- Imam Nawawi: Hadist yang sanadnya bersambung melalui periwayatan


orang yang adil lagi dhabit dari orang yang adil lagi dhabit tanpa adanya sadz dan
ilat.17
- Ajjaj al-Khatib: Hadist yang sanadnya bersambung melalui periwayatan
orang yang tsiqoh tsiqoh tanpa adanya sadz dan ilat.
Dari adanya definisi-definisi yang disampaikan oleh para ulama diatas setidaknya
dapat disimpulkan syarat-syarat hadist shahih adalah:
1) Ittishal al-Sanad (bersambung sanadnya) maksudnya adalah antara satu
perawi dengan perawi sesudah da sebelumnya dimungkinkan unruk

15
Mahmud Thahan, Op Cit, h.24
16
Al Imam Abiy Amru Utsman Ibn Abd al-Rahman al-Syahrzuriy, Muqoddimah Ibn Shalah FI
Ulum al-Hadist, Beirut: Daral al-Kutub al-Ilmiyah, 1995, h.15-16
17
Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman Ibn Abiy Bakar al-Suyuti, Tadrib al-Rawiy Fi Taqrib an-Nawawiy,
Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyah, 1996

8
bertemu. Sehingga dengan syarat ini dikecualikan hadist munqoti’,
mu’dhal, mu’allaq, dan mudallas. 18
2) Diriwayatkan oleh perawi yang adil. Adapun yang dimaksud dengan
perawi yang adil adalah perawi yang memiliki integritas agama, akhlak
yang baik serta terhindar dari perbuatan fasik dan hal-hal yang
menjatuhkan muru’ah-Nya.19
3) Dhabit (menurut Ajjaj al-Khatib)

ْ ‫ وحفظه لذالك من وقت التحمل الي وقت ا‬،‫ هو تيقظ الراوي حين تحمله وفهمه لما سمعه‬:‫ضابط‬
‫الءداء‬

“Seorang perawi menyadari hadist tersebut ketika mendengarnya,


memahami maknanya, ketika menyampaikan, dan menghafal atau
memahami hadist mulai dari waktu menerima hingga menyampaikannya”

4) Tidak terdapat Syuzuz artinya bahwa riwayat tersebut tidak bertentangan


dengan periwayatan yang lebih tsiqoh darinya.20
5) Tidak terdapat ilat. Ilat adalah sifat yang tersembunyi yang mencemari
keshahihan hadist. Baik yang terdapat pada sanad atau matan.21
Adapun jenis hadist shahih dibagi menjadi dua:
1) Shahih Li Dzatihi
Shahih Li Dzatihi adalah hadist shahih yang sesuai dengan kriteria
derajatnya.
2) Shahih Li Ghairihi
Shahih Li Ghairihi adalah hadist yang keshohihanya dikarenakan faktor
lain. 22
2. HADIS HASAN
Pada awal perkembangan ilmu hadist, pembagian hadist berdasarkan
kwalitas ini hanay dibagi menjadi dua yakni Shahih dan Dla’if. Adapun yang
mempopulerkan istilah hadist hasan ini pertama kali adalah Abu Isa al-
Tirmidziy.23
Secara bahasa adalah sifat musyabahah dari ) ‫ ) الحسن‬dengan ( ‫)الجمال‬.24
Adapun secara istilah hadist shahih adalah hadist yang memiliki sanad
bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil yang lebih rendah
kedhabitannya, tanpa adanya syadz dan ilat.25
3.HADIST DLA’IF
18
Ajjaj al-Khatib, Op Cit, h.200
19
Ibid. h.201
20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid, H. 202
23
Ibid
24
Mahmud Thahan, Op Cit, h.45
25
Ajjaj al-Khatib, Op Cit, h.218

9
Dla’if berarti lemah lawan adari kata kuat ) ‫) قوة‬. Adapun yang dimaksud
dengan hadist dla’if adalah sebagaimana rumusan dibawah ini:

‫الحديث الظعيف ما لم يجمع صفة الحسن بفقد شرط من شروطه‬

“ Hadist dla’if adalah hadist yang tidak memiliki syarat sebagai hadiya st
hasilangan karena hilangnya sebagaian syarat”26
C. Berdasakan Maqbul dan Mardud
1) Hadist Maqbul
Dewasa ini, hadist yang maqbul adalah hadist yang dapat diterima dan
disepakati oleh para ahlinya sebagai hujjah.
Yang termasuk dalam hadist maqbul adalah
1) Hadist Shahih, yaitu hadist yang paling tinggi tingkat maqbulnya
karena dapat dipertanggung jawabkan validasinya dari berbagai
seginya.
2) Hadist Hasan, yaitu hadist yang tidak memiliki syarat menjadi
shahih tetapi tidak terlalu rendah derajatnya.
3) Hadist Shahih Li Dzatihi, adalah seperti hadist hasan tetapi oleh
karena sebab lainnya maka hadist tersebut dapat diangkat derajatnya
hingga fungsinya seperti hadist shahih sebagai sumber hukum
karena tidak ditemukan hadist shahih ketika itu.
4) Hadist Hasan Li Ghairihi ialah hadist yang sanadnya tidak sepi dari
dari seseorang yang tidak jelas perilakunya atau kurang baik hafalan
dan lainnya.
Pada kitab Hafizh Hasan Al-Mas’udi, Minhatul Mughis Fi Ilmi
Mustholah al-Hadist , diterangkan dengan jelas bahwa syarat-syarat
hadist shahih adalahsebagai berikut:
 Sanadnya bersambung.
 Perawinya adil.
 Dhabith (kuat ingatannya).
 Tidak ada kejanggalan (rawi dapat dipercaya).
 Tidak ada cacat yang parah.
Dengan empat hadist maqbul diatas kita dapat melihat dari segi
sifatnya, yaitu hadist ini tidak ada perselisihan, pesannya wajib
diamalkan atau dapat diambil sebagai sumber informasi, dan dari pada
itu hadist maqbul mempunyai sifat yang sekaligus dapat diterima, yakni
tiga sifat sebagai berikut:
 Hadist Mutawatir

26
Drs. M. Syakur Sf., M.Ag, ULUM al-HADIST Kajian Musthalahah dan Sejarah, Kudus:MASEIFA
Jendela Ilmu, 2009, h.171

10
 Hadist Ahad yang marfu’, musnad, dan shahih.
 Hadist Ahad yang marfu’, musnad dan hasan.
2) Hadist Mardud
Hadist mardud ialah hadist yang ditolak karena berbagai sebab.Dalam
hal ini ialah dla’if, dla’if karena sanadnya tidak sambung dan dla’if
karena sebab yang lainnya.
 Hadist dla’if karena sanadnya tidak tersambung
1) Hadist mursal, adalah hadist yang disandarkan oleh tabi’in kepada Rosul
tanpa menyabutkan nama sahabat yang membawa hadist tersebut.
2) Hadist munqati’,adalah hadist yang dalam sanadnya terputus.
3) Hadist mu’dlal, adalah hadist yang gugur atau terputus dua rawi atau lebih
dipertengahan sanad secaraberurutan.
4) Hadist mudallas, adalah hadist yang terdapat perawi yang digugurkan oleh
seorang perawi secara sengaja dengan maksud untuk menutup aibnya.
5) Hadist mu’lal, adalah hadist yang didalamnya terdapat sebab-sebab
Kecacatan yang tersembunyi.
 Hadist dla’if karena sebab lainnya
1) Hadist mudlatharib, adalah hadist yang riwayatnya atau matannya
berlawan-lawanan, baik dilakukan oleh seorang atau banyak perawi,
dengan cara menambah, mengurangi atau mengganti.
2) Hadist maqlub, adalah hadist yang diriwatkan oleh perawi yang
didalamnya terjadi keterlibatan, baik didalam sanad maupun matannya.
3) Hadist syadz, adalah hadist yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah,
tetapi berlainan dengan riwayat dari kebanyakan perawi yangtsiqah juga.
4) Hadist munkar, adalah hadist diriwatyatkan oleh seoarang perawi yang
lemah, yang menyalahi atau berbeda dengan riwayat rawi yang tsiqah, atau
riwayat yang lebih lemah lagi.
5) Hadist Matruk, adalah hadist yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang
dituduh pendusta baik dalam masalah hadist ataupun masalah lainnya, atau
dituduh sebagai seorang fasiq, atau sering lalai dan salah.
6) Hadist mu’allaq, adalah hadist yang gugur perawinya, baik seorang,dua
orang maupun semuannya pada awal sanad.27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.

 Hadist Berdasarkan Kwantitas Sanad


Hafizh Hasan Al-Mas’udi, Minhatul Mughis fi Ilmi Mustholah al-Hadist, Semarang:Pustaka
27

Alwiya,1988,h.

11
1. Mutawatir
 lafdhi
 ma’nawi
2. Ahad
 Masyhur
- shahih
- hasan
- dlo’if
 Aziz
 Gharib
 Hadist Berdasarkan Kwalitas Sanad
1. Shohih
 Shahih Li Dzatihi
 Shahih Li Ghairihi
2. Hasan
3. Dlo’if
 Berdasakan Maqbul dan Mardud
1. Hadist Maqbul
 Hadits Shohih
 Hadits Hasan
 Hadits Shohih Li Dzatihi
 Hadits Hasan Li Ghoirihi
2. Hadits Mardud
 Hadist dla’if karena sanadnya tidak tersambung
 Hadits karena sebab lainnya
B. Saran
setelah penulis menguraikan kesimpulan di atas maka penulis sangat
membutuhkan saran-saran dari pembaca, yang mana dari saran tersebut dapat
membantu adanya perbaikan makalah ini. dan disarankan kepada semua
pembaca untuk mencari informasi-informasi mengenai pembagian hadits baik
dari segi kwalitas maupun kwantitas.

DAFTAR PUSTAKA

Syakur, M. Ulum al-Hadits. Kudus: Maseifa Jendela Ilmu. 2009


Hasan al Mas’udi, Hafizh. Minhantul Mughis Fi Ilmi Mustholah al-Hadits.
Semarang: Pustaka Awaliyah. 1998
Utsman, Imam Abiy Amru. Muqodimah Ibn Shalah Fi Ulum al-Hadits.
Beirut: Daral al-Kutub al-Ilmiyah. 1995

12
Abdul al-Rohman, Jalal al-Din. Tadrib al-Rawiy Fi Taqrib an- Nawawiy.
Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyah. 1996

13

Anda mungkin juga menyukai