MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas
“MASAULFIQHIYYAH”
Dosen Pengampu:
Afrizal El Adzim Syah P. ,M.A
Disusun Oleh :
1. Lailatul Hasanah
2. Lavinda Heppy Dwi Agustin
3. Muhammad Husein Alfurqon
4. Muhammad Fakih
Puji syukur marilah kita panjatkat kehadirat Allah SWT. Karena berkat dan
karunianya kami dapat menyelesaikam makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan
dukungan waktu dan material. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah memberi masukan dan saran atas pembuatan
makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua.
Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULAN...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
BAB III .................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2
A. Perbedaan Daerah Normal Dan Abnormal ............................................................. 2
B. Ketentuan Dan Tata Cara Shalat Dan Puasa di Daerah Abnormal .......................... 3
BAB III .................................................................................................................................. 8
PENUTUP ............................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 8
B. Saran ....................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Shalat dan puasa merupakan ibadah mahdhah, artinya ibadah murni yang
dibaktikan untuk mendapatkan keridhaan Allah semata. Karena itu, kalau kita
benar-benar mengharapkan ibadah shalat dan puasa kita diterima, maka kita
harus menjalankan ibadah ini sesuai dengan pedoman tuntunan yang ditetapkan
oleh Allah dan Rasulnya didalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi.
Kita setiap hari melakukan ibadah shalat dan melakukan puasa dibulan
ramadhan tanpa memikirkan waktu salat dan puasa, karena kita sudah
mengikuti waktu didaerah kita (daerah normal). Lalu bagaimana dengan
orang-orang yang tinggal di daerah abnormal, daerah yang perbedaan waktu
siang dan malamnya terlalu besar? Untuk itu, Pada makalah ini saya akan
membahas mengenai ketentuan atau cara melakukan shalat dan puasa di daerah
abnormal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perbedaan Daerah Normal Dan Abnormal?
2. Bagaimana Ketentuan Atau Tata Cara melakukan shalat dan puasa di
Daerah Abnormal?
1
BAB III
PEMBAHASAN
Ketetapan hukum Islam yang diperoleh dari Nash Al-Qur’an dan Sunnah
yang qath’i dan sharih adalah bersifat universal dan fix, dan berlaku untuk
seluruh umat manusia sepanjang masa. Namun sesuai dengan asas-asas hukum
2
Islam yang fleksibel, praktis, tidak menyulitkan, dalam batas jangkauan
kemampuan manusia, sejalan dengan kemaslahatan umum dan kemajuan
zaman, dan sesuai pula dengan rasa keadilan, maka ketentuan waktu shalat dan
puasa berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 78 dan Al-Baqarah ayat 187
tidak berlaku untuk seluruh daerah bumi, melainkan hanya berlaku di zone
bumi yang normal, yaitu daerah yang perbedaan waktu siang dan malamnya
relatif kecil, yakni didaerah-daerah khatulistiwa (equator) dan tropis. Daerah
khatulistiwa sampai garis pararel 45º dari garis lintang utara dan selatan.2
Sedangkan daerah abnormal adalah daerah yang terletak diluar daerah
khatulistiwa dan tropis, yakni yang berada diluar garis pararel 45º dari garis
lintang utara dan selatan. Di daerah ini perbedaan antara siang dan malam
terlalu besar, terutama di daerah kutub utara/selatan, yakni enam bulan terus
menerus dalam keadaan siang dan enam bulan berikutnya dalam keadaan
malam,. Negara-negara yang termasuk dalam zone abnormal antara lain,
Belanda, Inggris, dan Amerika Utara.3
3
waktu shalat dan puasa dengan waktuhalifax dan Portland (Canada) dan
demikian mereka dapat melaksanakan kewajiban shalat dan puasa dengan cara
yang telah ditentukan dan sempurna dengan tidak ada kesukaran.4
Majelis Majma` Al-Fiqh Al-Islami pada jalsah ketiga hari Kamis 10 Rabiul
Akhir 1402 H bertepatan dengan tanggal 4 Pebruari 1982 M. telah menerbitkan
ketetapan tentang masalah ini. Selain itu juga ada ketetapan dari Hai`ah Kibarul
Ulama di Mekkah al-Mukarramah Saudi Arabia nomor 61 pada tanggal 12
Rabiul Akhir 1398 H. Kedua majelis ini membagi masalah ini menjadi tiga
kasus yaitu:
a. Wilayah yang mengalami siang selama 24 jam dalam sehari pada waktu
tertentu dan sebaliknya mengalami malam selama 24 jam dalam sehari.
Dalam kondisi ini, masalah jadwal puasa dan juga shalat disesuaikan
dengan jadwal puasa dan shalat wilayah yang terdekat dengannya dimana
masih ada pergantian siang dan malam setiap harinya.
b. Wilayah yang tidak mengalami hilangnya mega merah (syafaqul ahmar)
sampai datangnya waktu shubuh. Sehingga tidak bisa dibedakan antara
mega merah saat maghrib dengan mega merah saat shubuh. Dalam kondisi
ini, maka yang dilakukan adalah menyesuaikan waktu shalat `isya`nya saja
dengan waktu di wilayah lain yang terdekat yang masih mengalami
hilangnya mega merah maghrib. Begitu juga waktu untuk imsak puasa
(mulai start puasa), disesuaikan dengan wilayah yang terdekat yang masih
mengalami hilangnya mega merah maghrib dan masih bisa membedakan
antara dua mega itu.
c. Wilayah yang masih mengalami pergantian malam dan siang dalam satu
hari, meski panjangnya siang sangat singkat sekali atau sebaliknya. Dalam
kondisi ini, maka waktu puasa dan juga shalat tetap sesuai dengan aturan
baku dalam syariat Islam. Puasa tetap dimulai sejak masuk waktu shubuh
meski baru jam 02.00 dinihari. Dan waktu berbuka tetap pada saat
matahari tenggelam meski waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam.
Sedangkan bila berdasarkan pengalaman berpuasa selama lebih dari 19
4 Sjaich mahmoud sjaltout, fatwa-fatwa, (Djakarta: bulan bintang, 1972), hlm. 165.
4
jam itu menimbulkan madharat, kelemahan dan membawa kepada
penyakit dimana hal itu dikuatkan juga dengan keterangan dokter yang
amanah, maka dibolehkan untuk tidak puasa. Namun dengan kewajiban
menggantinya di hari lain. Dalam hal ini berlaku hukum orang yang tidak
mampu atau orang yang sakit, dimana Allah memberikan rukhshah atau
keringan kepada mereka.
5 Wahbah Zuhaily , Al-fiqhul Islami wa adillatuhu Damsyik: Daar El-Fikr Juz 1, hlm. 582.
6 Sheikh Sayyed Sabiq, Fiqh As-Sunnah Juz 1, hlm. 383.
7 Majelis ulama Indonesia, himpunan fatwa MUI, (Jakarta: penerbit erlangga, 2011), hlm. 137
5
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur kepadaNya. (QS. Al-Baqarah: 185).8
يَس ُِر ْوا َو ََّلتُعَس ُِر ْوا َوبَس ُِر ْوا َو ََّلتُنَ ِف ُر ْوا
Hendaklah kanu mempermudah,janganlah kamu persulit. Dan henaklah
kamu gembirakan,jangan kamu bikikn mdereka lari menjauhi!.
.ت
ِ ظ ْو َرا ْٰ ْاَلض َُّر ْو َرةُ ت ٌ ِب ْي ُح ا
ُ ْلمح
Keadaan darurat (terpaksa) itu membolehkan hal-hal yang terlarang.
ماَأُبِ ْي ُح ِلض َُّر ْو َر ِة يُقَد َِّر َها
6
Hal-hal yang diperbolehkan karena keadaan terpaksa itu
diperkirakan menurut kadar/seperlunya saja.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat dan Puasa di daerah abnormal adalah permasalahan pengukur
waktu yang hanya berdasarkan dengan terbit dan terbenamnya matahari yang
hanya bisa digunakan pada daerah nomal. Jadi dalam menentukan waktu di
daerah abnormal untuk menjalankan ibadah dalam hal ini adalah ibadah shalat
dan puasa cara yang digunakan ialah dengan menyamakan dengan daerah
normal yang berada dekat dengan daerah tersebut. Metode ini berdasar
pendapat ulama dan dalil-dalil syar’i yang memberikan keringanan dan kaidah-
kaidah hukum fiqih.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang dapat
dipertanggung jawabkan. Kami sangat menerima saran dan kritikan dari
pembaca untuk membuat makalah ini lebih baik lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA