Anda di halaman 1dari 12

SHOLAT DAN PUASA DI ZONA ABNORMAL

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas
“MASAULFIQHIYYAH”
Dosen Pengampu:
Afrizal El Adzim Syah P. ,M.A

Disusun Oleh :
1. Lailatul Hasanah
2. Lavinda Heppy Dwi Agustin
3. Muhammad Husein Alfurqon
4. Muhammad Fakih

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


STIT SUNAN GIRI TRENGGALEK
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkat kehadirat Allah SWT. Karena berkat dan
karunianya kami dapat menyelesaikam makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan
dukungan waktu dan material. Tidak lupa juga penulis ucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah memberi masukan dan saran atas pembuatan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, masih banyak


kesalahan yang terjadi pada penyusunan serta penulisan makalah ini. Maka dari
itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun. Semoga dapat berguna untuk kita semua.
Amin.

Trenggalek, 22 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULAN...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
BAB III .................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2
A. Perbedaan Daerah Normal Dan Abnormal ............................................................. 2
B. Ketentuan Dan Tata Cara Shalat Dan Puasa di Daerah Abnormal .......................... 3
BAB III .................................................................................................................................. 8
PENUTUP ............................................................................................................................. 8
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 8
B. Saran ....................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Shalat dan puasa merupakan ibadah mahdhah, artinya ibadah murni yang
dibaktikan untuk mendapatkan keridhaan Allah semata. Karena itu, kalau kita
benar-benar mengharapkan ibadah shalat dan puasa kita diterima, maka kita
harus menjalankan ibadah ini sesuai dengan pedoman tuntunan yang ditetapkan
oleh Allah dan Rasulnya didalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi.
Kita setiap hari melakukan ibadah shalat dan melakukan puasa dibulan
ramadhan tanpa memikirkan waktu salat dan puasa, karena kita sudah
mengikuti waktu didaerah kita (daerah normal). Lalu bagaimana dengan
orang-orang yang tinggal di daerah abnormal, daerah yang perbedaan waktu
siang dan malamnya terlalu besar? Untuk itu, Pada makalah ini saya akan
membahas mengenai ketentuan atau cara melakukan shalat dan puasa di daerah
abnormal.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perbedaan Daerah Normal Dan Abnormal?
2. Bagaimana Ketentuan Atau Tata Cara melakukan shalat dan puasa di
Daerah Abnormal?

1
BAB III

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Daerah Normal Dan Abnormal


Di dalam Al-Qur’an dan sunnah terdapat nash Al-Qur’an dan sunnah
yang sarih yang bersifat qath’i (sudah pasti dan jelas petunjuknya) atau yang
bersifat dzanni (diduga kuat petunjuknya), yang menerangkan adanya kaitan
atau hubungan antara waktu perintah melaksanakan shalat dan puasa dengan
gerakan atau perjalanan matahari (lokasi/posisinya).
Misalnya:
Al-Qur’an surat Al-isra’ 78:
78. dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam
dan (dirikanlah pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu
disaksikan (oleh malaikat).

Al-Qur’an surat Al-Baqarah 187:


187... Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa
itu sampai (datang) malam, ....

Kedua ayat tersebut menujukan kepada kita :


Jadwal waktu shalat fardhu ialah : tergelincirnya matahari waktu untuk shalat
zuhur dan ashar ; gelap malam untukwaktu shalat maghrib dan isya ; dan fajar
untuk waktu shalat shubuh.
Waktu berpuasa mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.1

Ketetapan hukum Islam yang diperoleh dari Nash Al-Qur’an dan Sunnah
yang qath’i dan sharih adalah bersifat universal dan fix, dan berlaku untuk
seluruh umat manusia sepanjang masa. Namun sesuai dengan asas-asas hukum

1 Masjfuk zuhdi, masail fiqhiyah (jakarta: masagung),hlm. 279-280.

2
Islam yang fleksibel, praktis, tidak menyulitkan, dalam batas jangkauan
kemampuan manusia, sejalan dengan kemaslahatan umum dan kemajuan
zaman, dan sesuai pula dengan rasa keadilan, maka ketentuan waktu shalat dan
puasa berdasarkan Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 78 dan Al-Baqarah ayat 187
tidak berlaku untuk seluruh daerah bumi, melainkan hanya berlaku di zone
bumi yang normal, yaitu daerah yang perbedaan waktu siang dan malamnya
relatif kecil, yakni didaerah-daerah khatulistiwa (equator) dan tropis. Daerah
khatulistiwa sampai garis pararel 45º dari garis lintang utara dan selatan.2
Sedangkan daerah abnormal adalah daerah yang terletak diluar daerah
khatulistiwa dan tropis, yakni yang berada diluar garis pararel 45º dari garis
lintang utara dan selatan. Di daerah ini perbedaan antara siang dan malam
terlalu besar, terutama di daerah kutub utara/selatan, yakni enam bulan terus
menerus dalam keadaan siang dan enam bulan berikutnya dalam keadaan
malam,. Negara-negara yang termasuk dalam zone abnormal antara lain,
Belanda, Inggris, dan Amerika Utara.3

B. Ketentuan Dan Tata Cara Shalat Dan Puasa di Daerah Abnormal


Karena melaksanakan kewajiban agama tak ada alternatif lain yang
memang tidak sukar dilaksanakan dan dapat mendatangkan faedah yang
diharapkan yaitu memperkirakan hari malam dan bulan di daerah-daerah kutub
itu dengan waktu di negara-negara yang biasa atau normal.
Tentunya penduduk daerah-daerah ini dapat mengambil suatu cara dalam
memperkirakan hari dan malam serta bulan untuk kepentingan kehidupan
mereka, seperti untuk pekerjaan dan kepentingan hidup yang lainnya. Oleh
sebab itu untuk menentukan waktu-waktu ibadah bagi penduduk yang berada
di daerah kutub dapat disesuaikan dengan waktu-waktu didaerah yang normal
yang berdekatan dengan daerah tersebut, karena itu bagi masyarakat islam
yang tinggal misalnya di Belanda, Inggris mengikuti waktu shalat dan
puasanya dengan waktu Bordeaux (Prancis bagian selatan), yang ter letak di
garis paralel 45º, dan masyarakat islam yang tinggal di amerika utara mengikuti

2 Ibid, hlm 280


3 Ibid , hlm 281

3
waktu shalat dan puasa dengan waktuhalifax dan Portland (Canada) dan
demikian mereka dapat melaksanakan kewajiban shalat dan puasa dengan cara
yang telah ditentukan dan sempurna dengan tidak ada kesukaran.4
Majelis Majma` Al-Fiqh Al-Islami pada jalsah ketiga hari Kamis 10 Rabiul
Akhir 1402 H bertepatan dengan tanggal 4 Pebruari 1982 M. telah menerbitkan
ketetapan tentang masalah ini. Selain itu juga ada ketetapan dari Hai`ah Kibarul
Ulama di Mekkah al-Mukarramah Saudi Arabia nomor 61 pada tanggal 12
Rabiul Akhir 1398 H. Kedua majelis ini membagi masalah ini menjadi tiga
kasus yaitu:

a. Wilayah yang mengalami siang selama 24 jam dalam sehari pada waktu
tertentu dan sebaliknya mengalami malam selama 24 jam dalam sehari.
Dalam kondisi ini, masalah jadwal puasa dan juga shalat disesuaikan
dengan jadwal puasa dan shalat wilayah yang terdekat dengannya dimana
masih ada pergantian siang dan malam setiap harinya.
b. Wilayah yang tidak mengalami hilangnya mega merah (syafaqul ahmar)
sampai datangnya waktu shubuh. Sehingga tidak bisa dibedakan antara
mega merah saat maghrib dengan mega merah saat shubuh. Dalam kondisi
ini, maka yang dilakukan adalah menyesuaikan waktu shalat `isya`nya saja
dengan waktu di wilayah lain yang terdekat yang masih mengalami
hilangnya mega merah maghrib. Begitu juga waktu untuk imsak puasa
(mulai start puasa), disesuaikan dengan wilayah yang terdekat yang masih
mengalami hilangnya mega merah maghrib dan masih bisa membedakan
antara dua mega itu.
c. Wilayah yang masih mengalami pergantian malam dan siang dalam satu
hari, meski panjangnya siang sangat singkat sekali atau sebaliknya. Dalam
kondisi ini, maka waktu puasa dan juga shalat tetap sesuai dengan aturan
baku dalam syariat Islam. Puasa tetap dimulai sejak masuk waktu shubuh
meski baru jam 02.00 dinihari. Dan waktu berbuka tetap pada saat
matahari tenggelam meski waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 malam.
Sedangkan bila berdasarkan pengalaman berpuasa selama lebih dari 19

4 Sjaich mahmoud sjaltout, fatwa-fatwa, (Djakarta: bulan bintang, 1972), hlm. 165.

4
jam itu menimbulkan madharat, kelemahan dan membawa kepada
penyakit dimana hal itu dikuatkan juga dengan keterangan dokter yang
amanah, maka dibolehkan untuk tidak puasa. Namun dengan kewajiban
menggantinya di hari lain. Dalam hal ini berlaku hukum orang yang tidak
mampu atau orang yang sakit, dimana Allah memberikan rukhshah atau
keringan kepada mereka.

Wahbah Zuhaily dalam kitabnya Al-fiqhul Islami wa adillatuhu yang


menyatakan bahwa dimana daerah yang mengalami perubahan waktu malam
terus atau waktu siang terus maka waktu shalatnya adalah mengikuti daerah
terdekat.5
Dalam buku Fiqh As-Sunnah, Sheikh Sayyed Sabiq mengatakan:

ُ ‫ في البِالَ ِد الَّتِي َي‬، ‫ِير‬


‫طو ُل‬ ِ ‫ف ا ْلفُقَهَا ُء في الت َّ ْقد‬َ َ‫ ا َ ْختَل‬: ‫ص ُر لَ ْيلُهَا‬ ُ ‫ِير في ا ْلبِالَ ِد الَّتِي يَ ُطو ُل نَه‬
ُ ‫َار َها َويَ ْق‬ ُ ‫التَ ْقد‬
: ‫ع َلى أَي ِ ا ْلبَالَ ِد يَكُونُ ؟ فقيل‬ َ ، ‫طو ُل لَيلُهَا‬ ُ ‫ َو َي‬، ‫َار َها‬ُ ‫ َوا ْلبَالَ ُد الَّتِي يَ ْق ِص ُر نَه‬، ‫ و َي ْق ِص ُر لَ ْيلُهَا‬، ‫َار َها‬
ُ ‫نَه‬
‫ب بَالَ ٍد‬ ِ ‫ علَى أَ ْق َر‬: ‫ وقيل‬، ‫ َك َمكَّةَ َوا ْل َم ِد ْينَ ِة‬، ‫ش ِري ُع‬
ْ َّ ‫ِير علَى ا ْلبَالَ ِد ا ْل ُم ْعت َ ِد َّل ِة الَّتِي َوقَ َع فيهَا الت‬
ُ ‫يَكُونُ الت َّ ْقد‬
‫ُم ْعتَ ِد َل ٍة ِإ َلي ِْه ْم‬
Para Ulama berbeda pendapat tentang penentuan waktu yang berada di
daerah di mana hari sangat panjang dan malam sangat pendek. Waktu mana
yang harus mereka ikuti? Ada yang mengatakan mereka harus mengikuti
norma-norma dari daerah di mana hukum Islam itu disyariatkan (yaitu Mekah
atau Madinah). Sedangkan yang lain mengatakan bahwa mereka harus
mengikuti timing dari daerah yang normal terdekat dengan mereka dalam
hal hari dan malam.6
Majelis ulama Indonesia juga mengatakan bahwa shalat dan puasa di
daerah yang malam dan siangnya tidak seimbang disesuaikan dengan waktu
daerah mu’tadilah (seimbang terdekat).7

185. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki


kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan

5 Wahbah Zuhaily , Al-fiqhul Islami wa adillatuhu Damsyik: Daar El-Fikr Juz 1, hlm. 582.
6 Sheikh Sayyed Sabiq, Fiqh As-Sunnah Juz 1, hlm. 383.
7 Majelis ulama Indonesia, himpunan fatwa MUI, (Jakarta: penerbit erlangga, 2011), hlm. 137

5
hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur kepadaNya. (QS. Al-Baqarah: 185).8

Adapun dalil-dalil syar’i yang memberikan dispensasi (hukum rukhsah)


bagi nasyarakt islam yang tinggal di daerah-daerah yang abnormal untuk
mengikuti waktu shalat dan puasa di daerah normal terdekat, antara lain:
1. Al-Qur’an Surah Al-Haj ayat 78
“Dan Allah tidak menjadikan untuk kamu dalam agama untuk kesempatan
Al-Baqarah ayat 286
Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.

2. Hadist Nabi saw riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah r.a :

.ُ‫الد ْينَ ا َ َح ٌد ا ََِّّلغلَبه‬


ِ ‫ب‬ َ ‫س ٌر َو َل ْن يُغَا ِل‬
ْ ُ‫الد ْينُ ي‬
ِ
Agama islam itu mudah. Tiada seorangpun yang akan bisa
mengalahkan/menguasai agama, bahkan agamalah yang mengalahkan ia.

Hadist Nabi riwayat Bukhari, uslim, Al-Nasa’i, dan Ahmad:

‫يَس ُِر ْوا َو ََّلتُعَس ُِر ْوا َوبَس ُِر ْوا َو ََّلتُنَ ِف ُر ْوا‬
Hendaklah kanu mempermudah,janganlah kamu persulit. Dan henaklah
kamu gembirakan,jangan kamu bikikn mdereka lari menjauhi!.

3. Kaidah-kaidah hukum islam


ُ ‫شقَّةُ تَجْ ِل‬
ِ ‫ب التَّ ْي‬
.‫سي َْر‬ َ ‫ا َ ْل َم‬
Keropotan/kesulitan itu membawa hemudahan.

.‫ت‬
ِ ‫ظ ْو َرا‬ ْٰ ْ‫اَلض َُّر ْو َرةُ ت ٌ ِب ْي ُح ا‬
ُ ْ‫لمح‬
Keadaan darurat (terpaksa) itu membolehkan hal-hal yang terlarang.
‫ماَأُبِ ْي ُح ِلض َُّر ْو َر ِة يُقَد َِّر َها‬

6
Hal-hal yang diperbolehkan karena keadaan terpaksa itu
diperkirakan menurut kadar/seperlunya saja.

4. Asas-asas hukum islam islam yang fleksibel,pratis tidak sulit dan


menyulitkan,dalam batas jangkauan manusia yang normal, sejalan dengan
kemaslahatan umum dan kemajuan zaman, dan sesuai pula dengan rasa
keadilan.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalat dan Puasa di daerah abnormal adalah permasalahan pengukur
waktu yang hanya berdasarkan dengan terbit dan terbenamnya matahari yang
hanya bisa digunakan pada daerah nomal. Jadi dalam menentukan waktu di
daerah abnormal untuk menjalankan ibadah dalam hal ini adalah ibadah shalat
dan puasa cara yang digunakan ialah dengan menyamakan dengan daerah
normal yang berada dekat dengan daerah tersebut. Metode ini berdasar
pendapat ulama dan dalil-dalil syar’i yang memberikan keringanan dan kaidah-
kaidah hukum fiqih.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang dapat
dipertanggung jawabkan. Kami sangat menerima saran dan kritikan dari
pembaca untuk membuat makalah ini lebih baik lagi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Masjfuk zuhdi, masail fiqhiyah (jakarta: masagung),hlm. 279-280.


Sjaich mahmoud sjaltout, fatwa-fatwa, (Djakarta: bulan bintang, 1972), hlm.
165.
Wahbah Zuhaily , Al-fiqhul Islami wa adillatuhu Damsyik: Daar El-Fikr Juz
1, hlm. 582.
Sheikh Sayyed Sabiq, Fiqh As-Sunnah Juz 1, hlm. 383.
Majelis ulama Indonesia, himpunan fatwa MUI, (Jakarta: penerbit erlangga,
2011), hlm. 137.

Anda mungkin juga menyukai