Hadis Qudsi Secara bahasa dari kata qadusa, yaqdusu, qudsan yang artinya suci atau bersih. Secara terminologi segala sesuatu yang diberikan Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, selain Al-Qur’an yang redaksinya disusun Nabi. Adapun definisi lainnya: “”Sesuatu yang diberikan Allah SWT. Kepada Nabi-Nya dengan ilham atau mimpi, kemudian Nabi SAW. Menyampaikan berita dengan ungkapan-ungkapan sendiri. Disebut hadis karena redaksinya disusun sendiri oleh Nabi SAW. Dan diebut qudsi karena hadis ini suci dan bersih (Ath- Tharah wa At-tanzih) dan datangnya dari Dzat Yang Maha Suci. Hadis qudsi ini sering disebut juga hadis ilahiyah atau hadis Rabaniyah; karena hal ini semuanya datang dari Allah. (Lihat Subhi Ashalah. Ulum Al-hadis wa Musthalahul. Beirut: Dar Al-Ilm Li Al-Malayin. 1959 M / 1379 H, hlm. 11-13). 1. Persamaan Hadis qudsi dan hadis nabawi pada dasarnya mempunyai persamaan, yaitu sama-sama yang bersumber dari Allah SWT. Hal ini dijelaskan Qs. An-Najm: 3-4. dan Sabda Rasulullah (HR. Abu Daud dan Ahmad). 1. Perbedaan Perbedaan antara hadis nabawi dan hadis qudsi dapat dilihat dari segi penisbatannya, yaitu hadis nabawi dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Adapun hadis qudsi di nisbatkan langsung kepada Allah SWT. Sedangkan Rasulullah hanya menceritakan dan meriwayatkan dari Allah SWT. Oleh karena itu, ia dibatasi dengan sebutan Al-Quds’ atau Al-ilah’, sehingga disebut hadis qudsi atau hadis ilahi, yakni penisbatan kepada Dzat Yang Maha Tinggi. M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 26-27. Ada beberapa perbedaan antara Al-Qur’an dan Hadis Qudsi 1. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang dihwahyukan kepada Rasulullah dengan lafadznya. Dengan kalam itu pula orang Arab ditantang untuk membuat yang serupa dengannya, dari sepuluh surat yang serupa itu satu pun tidak memiliki kesamaan. Sehingga Al-Qur’an mukjizat yang abadi sampai hari kiamat. Sedangkan hadis qudsi tidak digunakan untuk menantang dan tidak pula sebagai mukjizat. 2. Al-Qur’an dinisbatkan kepada Allah sedangkan hadis qudsi di nisbatkan khabari, karena nabi yang menyampaikan hadis itu dari Allah. 3. Seluruh isi Al-Qur’an dinukil secara mutawatir sehingga kepastiannya mutlaq. Hadis-hadis qudsi kebanyakannya khbar ahad sehingga kepastiannya masih dugaan. Adakalanya hadis qudsi itu shahih, terkadang hasan (baik), dan terkadang pula dha’if (lemah). 4. Al-Qur’an baik lafadz dan makna itu dari Allah. Maka Al-Qur’an adalah wahyu. Adapun hadis qudsi maknanya saja yang dari Allah sedangkan lafadznya dari Rasulullah. Hadis qudsi adalah wahyu dalam makna, tetapi bukan lafal. Oleh sebab itu sebagaian ahli hadis, boleh meriwayatkan hadis qudsi dengan maknanya saja. 5. Membaca Al-Qur’an al-Karim bernilai ibadah sehingga dibaca dalam shalat. Sebagai mana dalam firman Allah QS. Al-Muzzammil: 20. adapun hadis qudsi tidak disuruh untuk dibaca dalam shalat. Allah memberi pahala membaca hadis qudsi secara umum. Sedangkan Al- Qur’an setiap huruf bernilai ibadah.
Contoh Hadis Qudsi
- Dari Abu Hurairuh, sesungguhnya Nabi Saw. Bersabda, Allah SWT Berfirman, - Dari Abu Dzar dari Nabi SAW., seperti yang beliau riwayatkan dari Allah, bahwa Allah Azza Wa Jalla berfirman, - Dari Abu Hurairah Radiallah ta’ala ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda, Allah Ta’ala berfirman. M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2008, hlm. 28-29.